28. JURNAL MESAKH TULANGGALU Mei Oktober 2017

  

PENGARUH KIRINYU (Chromolaena odorata L) SEBAGAI PUPUK HIJAU PADA

BERBAGAI TINGKAT SALINITAS TANAH TERHADAP TAMPILAN PERTUMBUHAN

DAN HASIL TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor L. Moench) JENIS LOKAL

KABUPATEN FLORES TIMUR

  

The Effect of Chromolaena odorata L as Green Fertilizer In Some Level Of Saline Soils, on Growth

and Yield of Local Sorghum (Sorghum bicolor L. Moench) From East Flores

Mesakh Zadrak Mau Tulanggalu, Yoke I. Benggu dan Elias St. O. Nguru

  

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana

Jln. Adisucipto Penfui Kupang, Nusa Tenggara Timur 85001

ABSTRAK

  Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kirinyu sebagai pupuk hijau dengan berbagai tingkat salinitas terhadap penurunan nilai salinitas tanah dan peningkatan pertumbuhan serta hasil sorgum (S. bicolor L Moench) jenis lokal Flores Timur telah dilaksanakan di lahan percobaan dan laboratorium Kimia Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana dari bulan Mei 2017 hingga Oktober 2017. Percobaan ini berupa percobaan faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 kombinasi perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah kirinyu (K) terdiri dari

  • 1

  dua taraf yaitu: (1) tanpa kirinyu (KO), (2) aplikasi pupuk hijau kirinyu dengan 40 ton.ha setara

  • 1

  dengan 400g.polibag (K1). Faktor kedua adalah tingkat salinitas tanah (G) terdiri dari 3 taraf yakni

  • 1 -1 -1

  tingkat salinitas tanah setara 6 mmhos.cm (G6), 8 mmhos.cm (G8) dan 10 mmhos.cm (G10) setiap variabel diulang tiga kali. Variabel yang diamati terdiri dari perubahan salinitas (DHL), C-organik, pH tanah, umur perkecambahan, tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga dan berat biji kering. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis keragaman dan uji lanjut Beda Nyata jujur (BNJ) 5 %. Hasil penelitian menunjukan bahwa aplikasi kirinyu sebagai pupuk hijau pada berbagai tingkat salinitas tanah memberikan interaksi yang nyata hanya pada variabel berat biji kering. Pemberian

  • 1 -1
  • 1

  kirinyu 40 ton setara 400 g.polybag pada tingkat salinitas setara 6 mmhos.cm memberikan berat

  • 1

  biji kering tanaman nyata lebih tinggi yakni 21,13 g.tanaman jika dibandingkan dengan tanpa

  • 1

  pemberian biomassa kirinyu (K0) yakni 5,37 g.tanaman . Aplikasi kirinyu pada berbagai tingkat salinitas tanah tidak memberikan pengaruh terbaik terhadap penurunan berbagai tingkat salinitas tanah dan peningkatan pertumbuhan sorgum jenis lokal Flores Timur

  Kata Kunci: Kirinyu, Tanah Salin, Tanaman Sorgum

ABSTRACT

  The aim of this research was to find out the effect of application of C. odorata as green fertilizer with various salinity levels on the decrease of saline soil, growth improvement and yield of local sorghum (S. bicolor L. Moench) from East Flores. The experiment has been conducted in the field and Soil Chemistry Laboratory, Faculty of Agriculture, University of Nusa Cendana, from May until October 2017. This experiment was a factorial experiment in Completly Randomized Desigen (CRD) with six treatments and three replications. The first factor was C. odorata (K) which was consisted of two

  • 1

  levels: (1) without C. odorata (KO), (2) application of C. odorata 40 ton.ha equivalent to

  • 1

  400g.polybag (K1). The second factor was the level of saline soil that consisted of three levels, they

  • 1 -1 -1 were the saline soil equivalent to 6 mmhos.cm (G6), 8 mmhos.cm (G8) and 10 mmhos.cm (G10).

  The variables observed were salinity change, C-organic, soil pH, age of germination, height of plant, number of leaf, age of flowering and weight of sorghum seed. The result showed that the application of C. odorata as green fertilizer at various levels of saline soil gave significant interaction only on the

  • 1

  weight of sorghum seed. The result showed that the application of C. odorata 40 ton.ha equivalent to

  • 1
  • 1

  400g.polybag at salinity level equivalent to 6 mmhos.cm gave the weight of sorghum seed higher

  • 1
  • 1 (21,13 g.plant ) than without application of C. odorata which is 5,37g.plant . The application of C.

  

odorata in some level of saline soil did not give the best effect to the decrease of saline soil and

  increasing of local sorghum growth

  Keywords: C. odorata L, Saline Soil, Sorghum plant

PENDAHULUAN

  Peralihan fungsi lahan pertanian menjadi wilayah pemukiman dan industri menyebabkan semakin berkurangnya lahan pertanian. Hal tersebut menyebabkan pengembangan pertanian perlu diarahkan pada lahan-lahan marginal seperti tanah salin.

  Tanah salin terjadi akibat penimbunan garam-garam mudah larut di dalam tanah. Tanah salin umumnya terdapat di daerah yang beriklim kering, berkembang pada daerah dengan curah hujan rata- rata kurang dari 500 mm/tahun, dimana curah hujan yang jauh lebih rendah dari laju evapotranspirasi yang menyebabkan terangkutnya garam kepermukaan tanah pada saat air menguap ke atmosfir. Menurut Salisbury dan Ross (1995), adanya penimbunan garam dalam tanah menyebabkan tumbuhan mengalami masalah dalam memperoleh air dari tanah, meningkatkan konsentrasi ion-ion natrium, dan klorida yang tinggi yang kemungkinan beracun bagi tumbuhan.

  Salah satu tanaman yang cukup toleran terhadap kondisi salinitas tanah yang tinggi adalah tanaman sorgum. Sorgum merupakan golongan serelia yang mengandung sumber karbohidrat yang tinggi. Tanaman sorgum memiliki sifat tahan terhadap kekeringan, salinitas dan genangan air (water lodging). Sifat ini sangat sesuai dengan kondisi keberadaan lahan produktif yang semakin menipis sehingga pengembangan sorgum dapat diarahkan pada pemanfaatan lahan marginal termasuk lahan dengan salinitas tinggi (Soeranto, 2011, dalam Hasanah, ).

  dkk, 2013

  Sorgum memiliki toleransi yang cukup baik terhadap cekaman salinitas yang terjadi pada tahap awal pertumbuhannya. Namun belum diperoleh tanaman yang benar-benar cocok untuk dibudidayakan di lahan salin. Kemampuan sorgum untuk pemulihan setelah adanya cekaman pada tahap awal pertumbuhannya merupakan tanda positif untuk arah pengembangan sorgum di lahan dengan salinitas tinggi (Hasanah dan Yudono, 2010, dalam Siregar, dkk, 2016).

  Terdapat berbagai varietas maupun jenis sorgum yang dikembangkan saat ini. Sebagian diantaranya adalah jenis sorgum lokal Flores Timur. Sorgum lokal ini telah beradaptasi pada kondisi lingkungan setempat. Sorgum Flores Timur memiliki ciri-ciri umum, biji berwarna hitam merah kecoklatan dan memiliki bentuk biji yang oval serta bagian isi sorgum yang berwarna putih.

  Walaupun tanaman sorgum bisa tumbuh pada tanah salin namun pertumbuhan dan hasil tidak akan maksimal karena adanya pengaruh salinitas (garam). Oleh sebab itu pengaruh salinitas harus dikurangi atau ditiadakan. Dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan sorgum pada tanah salin maka perlu dilakukan modifikasi lingkungan tumbuhnya dengan melakukan penambahan bahan organik berupa pupuk hijau kirinyu.

  Kirinyu (Chromolaena odorata) merupakan tanaman liar yang berpotensi sebagai sumber bahan organik (pupuk hijau) yang ketersediaannya cukup melimpah (Sudiarto dan Gusmaini, 2004). Kirinyu mengandung unsur hara nitrogen yang tinggi, sehingga cukup potensial untuk dimanfaatkan sebagai sumber bahan organik karena produksi biomassanya tinggi. Pada umur 6 bulan kirinyu dapat

  • 1

  menghasilkan biomassa sebanyak 11,2 ton.ha dan setelah berumur 3 tahun mampu menghasilkan

  • 1

  biomassa sebanyak 27,7 ton.ha , sehingga biomassa kirinyu merupakan sumber bahan organik yang sangat potensial (Suntoro, 2001, dalam Oematan, 2011).

  Biomassa Kirinyu mengandung P total yang lebih tinggi (0,53%) dibandingkan gulma Ficus

  

subulata , dan Albizia lebeck. Kirinyu juga mempunyai kandungan kalium dan nitrogen yang lebih

  tinggi dibandingkan pupuk kandang sapi, sehingga kirinyu dapat dijadikan sebagai alternatif pupuk organik seperti pupuk hijau kirinyu (Suntoro, 2001, dalam Damanik, 2009). Penambahan bahan organik yang mudah didekomposisi seperti kirinyu pada tanah salin sebagai pupuk hijau, dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti menurunkan bulk density (padatan), dapat mempertahankan kondisi tanah remah, terbuka dan granular. Kondisi ini menyebabkan air mudah masuk ke dalam tanah, sehingga akan mengakibatkan terjadinya proses pencucian garam-garam yang akan mengurangi tingkat salintas tanah. Hasil penelitian di Aceh menunjukan penggunaan pupuk hijau berupa daun asam jawa telah terbukti sebagai agen pemulih dalam menurunkan salinitas maupun memperbaiki kesuburan tanah (Anonim, 2012).

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan dan Laboratorium Kimia Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana, Kupang, yang berlangsung dari bulan Mei sampai Oktober 2017. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah salin dari pesisir pantai Kabupaten Kupang (desa Oebelo), kirinyu (daun dan batang), benih sorgum jenis lokal Flores Timur, dan bahan- bahan kimia (aquades, larutan pH) untuk analisis laboratorium. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah linggis, sekop, penggaris, meteran, ember, timbangan makro, timbangan analitik, (condutivity meter, pH meter, oven, tanur, cawan alumunium, botol pengocok dan desikator).

  Percobaan ini disusun secara faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah pupuk hijau kirinyu (K) terdiri dari dua taraf yaitu : (1) tanpa pupuk

  • 1

  hijau kirinyu (K0); (2) dengan pupuk hijau kirinyu 40 ton.ha (K1). Faktor kedua adalah tingkat

  • 1 -1 -1

  salinitas (G) yaitu setara 6 mmhos.cm (G6) 8 mmhos.cm (G8) dan 10 mmhos.cm (G10) Dengan demikian perlakuan yang dicobakan adalah sebagai berikut: K0G6: tanpa perlakuan kirinyu pada

  • 1

  tingkat salinitas setara 6 mmhos.cm , K0G8: tanpa perlakuan kirinyu pada tingkat salinitas setara 8

  • 1
  • 1

  mmhos.cm , K0G10: tanpa perlakuan kirinyu pada tingkat salinitas setara 10 mmhos.cm ,K1G6 :

  1

  • 1

  dengan perlakuan kirinyu 40 ton.ha- pada tingkat salinitas setara 6 mmhos.cm ,K1G8 : dengan

  1

  • 1

  perlakuan kirinyu 40 ton.ha- pada tingkat salinitas setara 8 mmhos.cm ,K1G10 : dengan perlakuan

  1

  • 1 kirinyu 40 ton.ha- pada tingkat salinitas setara 10 mmhos.cm .

  Setiap perlakuan dibuat dalam 3 ulangan sehingga terdapat 18 unit percobaan. Model Matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari Rancangan Acak Lengkap (RAL) dalam percobaan Faktorial. Yijk = µ + i j + ( ij ijk : Hasil pengamatan untuk faktor A

  ɑ + β ɑβ) + єijk, dimana:Y (pupuk hijau kirinyu) level ke-i, faktor B (tingkat salinitas) level ke-j, pada ulangan k, µ: Nilai rata-rata umum, i : Pengaruh faktor A (pupuk hijau kirinyu) pada level ke-i, j : Pengaruh faktor B (tingkat

  ɑ β salinitas) pada level ke-j, ( ij : Interaksi antara A (pupuk hijau kirinyu) dan B (tingkat salinitas) pada

  ɑβ)

  ijk

  faktor A (pupuk hijau kirinyu) level ke-j, € : Galat percobaan untuk faktor A (pupuk hijau kirinyu) level ke-i, faktor B (tingkat salinitas) level ke-j pada ulangan/kelompok ke-k Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (Anova) untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang dicobakan dan apabila terdapat pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 % untuk melihat perbedaan antara rerata pasangan perlakuan yang dibandingkan.

  Pelaksanaan Percobaan

  Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan pengambilan sampel tanah di lapangan secara acak pada beberapa titik untuk mengetahui tingkat salinitasnya. Tingkat salinitas yang dipilih adalah tingkat salinitas yang paling mendekati perlakuan salinitas yang akan dicobakan. Titik-titik pengambilan sampel ini ditandai untuk mempermudah pengambilan tanah saat penelitian. Pengambilan Tanah dan Media Tempat Tanam dilakukan dengan cara digali menggunakan linggis, pacul dan sekop, dengan kedalaman 0 - 20 cm kemudian dibersihkan dari sisa rerumputan dan bebatuan. Selanjutnya tanah dikering anginkan. Setelah kering tanah tersebut dihaluskan secara mekanik dengan cara memecahkan bongkahan atau agregat tanah sampai berukuran berkisar antara 8

  • 10 mm dengan tujuan biomassa pupuk hijau kirinyu tersebut dapat tercampur merata pada
  • 1

  pembenaman. Tanah tesebut kemudian ditimbang sebanyak 20 kg.polibag . Kirinyu yang dijadikan sebagai pupuk hijau adalah yang masih dalam fase vegetatif (belum berbunga). Biomassa kirinyu tersebut kemudian dicacah berukuran 1 - 2 cm baik untuk batang, cabang primer dan sekunder serta daun. Hasil cacahan kecil ini merupakan bahan pupuk hijau kirinyu yang siap digunakan. Pada perlakuan dengan pupuk hijau biomassa kirinyu (daun dan batang) bahan dicampur merata dalam tanah kemudian dibiarkan selama dua minggu sebelum penanaman. kirinyu yang diberikan adalah

  • 1 -1

  sebanyak 40 ton.ha atau setara 400 g.polibag . Benih yang akan ditanam disortir terlebih dahulu untuk mendapatkan benih yang sehat dengan cara memasukan benih di dalam air dan memisahkan benih yang tenggelam dengan benih yang terapung. Benih yang tenggelam kemudian direndam selama kurang lebih 10 jam dengan tujuan untuk melunakkan kulit biji sehingga mempermudah proses imbibisi (masuknya air ke dalam biji). Sebelum penanaman, tanah terlebih dahulu disiram sampai cukup lembab (kapasitas lapang) kemudian dilakukan penanaman dengan membenamkan 10

  • 1

  benih.polibag . Setiap hari polibag diamati untuk melihat kemampuan tumbuh benih. Penyiraman, dilakukan setiap pagi dan sore hari, dengan jumlah pemberian air setiap polybag terukur dan homogen. Pemberian air sejak penanaman sampai satu bulan setelah tanam adalah sebesar 300 ml setiap polybag perhari. Pemberian selanjutnya dilakukan sampai panen hanya satu kali pada pagi hari, dilakukan tiap polibag sebanyak 610 ml. Volume air yang diberikan tersebut di atas mempertimbangkan kecukupan kebutuhan air dan tidak terjadi keluarnya air dari media tanam untuk menjaga tingkat salinitas tanah. Penyulaman tidak dilakukan pada penelitian ini karena pada setiap satuan unit polybag semua benih yang di tanam mampu berkecambah. Penjarangan tanaman sorgum dilakukan saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam (MST) dan menyisakan satu tanaman sorgum yang tumbuh baik, caranya dengan mecabut tanaman yang kurang baik dan hanya menyisakan satu tanaman yang sehat. Penyiangan tidak dilakukan pada penelitian ini karena setiap satuan unit polybag tidak terdapat gulma yang tumbuh. Pembumbunan tanaman sorgum dilakukan dengan cara menggemburkan tanah di sekitar tanaman sorgum sehingga membentuk gundukan-gundukan kecil yang bertujuan untuk mengokohkan batang tanaman agar tidak mudah rebah bila tertiup angin dan merangsang terbentuknya akar-akar baru pada pangkal batang. Pengendalian hama dan penyakit; pengendalian penyakit tidak dilakukan karena tidak terdapat adanya gejala-gejala kerusakan yang terjadi. Hama yang terdapat pada penelitian ini yaitu burung. Untuk mencegah terjadinya kerusakan

  P

  atau kekurangan hasil sorgum dilakukan pembungkusan malai sorgum dengan plastik. emanenan dilakukan setelah tanaman sudah berumur 88 - 104 hari setelah tanam dengan ciri-cirinya yaitu bijinya sudah mengeras dan warna biji berwarna hitam merah kecoklatan. Pemanenan juga dapat dilakukan setelah terlihat adanya ciri-ciri seperti daun berwarna kuning dan mengering, biji-biji bernas dan keras serta berkadar tepung maksimal (Hidayat, 2013).

  Variabel Pengamatan

  Daya Hantar Listrik (DHL); diukur setiap interval 4 minggu setelah tanam. Media tanah diamati dengan cara mengukur DHL yang ada di dalam tanah dengan menggunakan alat ukur Conductivity meter; C-organik; pengukuran kandungan bahan organik tanah dengan metode Walkey and Black dilakukan pada saat setelah panen. Umur perkecambahan; diamati setelah benih ditanam sampai benih sudah berkecambah yang ditandai dengan terbentuknya bakal tanaman. Tinggi tanaman; diukur dari permukaan tanah sampai dengan titik tumbuh yakni tunas daun pada pucuk tanaman, pengukuran dilakukan pada umur 8 minggu setelah tanam (MST).Jumlah daun; jumlah daun sempurna pada batang utama dan jumlah daun pada cabang dihitung pada saat tanaman sorgum berumur 8 minggu setelah tanam (MST). Umur berbunga tiap tanaman; ditentukan dengan melihat pertama kali munculnya primordia bunga dan organ calon bunga. Bobot biji kering tiap tanaman; biji ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik dan biji yang ditimbang yaitu biji sorgum yang sudah dipisahkan dari malai dan dikeringkan selama dua hari pada sinar matahari. Sebagai variabel penunjang yang diukur adalah perubahan pH tanah yang diukur pada awal dan akhir penelitian. Diukur menggunakan alat ukur pH Meter

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Pengamatan Umum

  Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah salin asal Desa Oebelo, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang dengan nilai daya hantar listrik (DHL) setara dengan 6

  • 1 -1 -1

  mmhos.cm , 8 mmhos.cm dan 10 mmhos.cm . Untuk mendapatkan tanah salin dengan kriteria yang diinginkan maka dilakukan survei awal pada tanggal 11 Mei 2017 dengan mengambil sampel tanah pada 10 titik pengamatan pada daerah pantai yang berjarak 50 -300 m dari bibir pantai. Sampel tanah kemudian dianalisis nilai DHL nya di Laboratorium Kimia Tanah Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana.

  Hasil analisis nilai DHL tanah dari 10 titik tersebut kemudian ditetapkan 3 titik pengamatan yang dapat mewakili tingkat salinitas yang dikehendaki dalam penelitian. Nilai DHL pada ketiga titik yang diambil dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Nilai DHL Tanah Sampel Yang Digunakan Sebagai Media Tanam

  • 1

  Titik Jarak Dari Bibir Pantai (Meter) Nilai DHLTanah Sampel (mmhos.cm )

  • 1

  Titik 1 200 9.30 ≈ 10 mmhos.cm

  • 1

  Titik 2 250 7.30 ≈ 8.0 mmhos.cm

  • 1

  Titik 3 280 6.09 ≈ 6.0 mmhos.cm

  Sumber: Hasil Analisis Laboratorium Kimia Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana

  Selanjutnya sampel tanah dari ketiga lokasi tersebut diukur pHnya. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa rerata nilai pH tanah awal pada ketiga lokasi pengambilan tanah berkisar antara 8,17 - 8,27 dengan rata-rata pH sebesar 8,22 dengan demikian tanah tersebut termasuk dalam kategori tanah basa.

  Kirinyu yang digunakan sebagai pupuk hijau dalam penelitian ini diambil dari lokasi padang terbuka di Kelurahan Kolhua Kecamatan Maulafa Kota Kupang pada tanggal 7 Juni 2017. Setelah

  1

  pembenaman kirinyu media tanam disiram setiap harinya dengan volume air 300 ml.polibag- dengan tujuan untuk mempercepat proses dekomposisi bahan organik.

  Penanaman dilakukan pada tanggal 21 Juni 2017. Benih mulai tumbuh pada umur 3 hari setelah tanam (HST) dan tumbuh merata pada umur 6 HST. Pada umur 47 HST tanaman mulai berbunga dan mencapai 100% pada umur 63 HST. Namun ada beberapa tanaman yang tidak berbunga sampai masa

  • 1

  pada pemanenan diantaranya K1 setara 10 mmhos.cm terdapat pada ulangan I dan II, maupun pada

  • 1 KO setara 8 dan 10 mmhos.cm yang masing-masing terdapat pada ulangan I.

  Pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 88 HST dan dilakukan secara bertahap karena pemasakan biji sorgum terlihat bervariasi antar perlakuan.

  Pengamatan Utama -1 Perubahan DHL (mmhos.cm )

  Berdasarkan hasil analisis keragaman pada data pengamatan DHL 4 MST, 8 MST dan setelah panen, perlakuan pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu dengan tingkat salinitas memberikan pengaruh interaksi yang nyata; namun terdapat pengaruh yang sangat nyata dari faktor tunggal salintas (G) pada 4 MST, 8 MST dan setelah panen. Sedangkan faktor tunggal kirinyu berpengaruh sangat

  • 1

  nyata hanya pada saat setelah panen. Rerata nilai DHL (mmhos.cm ) tanah pada umur 4 MST, 8 MST dan setelah panen dapat dilihat pada Tabel 4.2

  • 1

Tabel 4.2. Rerata Nilai DHL (mmhos.cm ) Pada Perlakuan Pemberian Pupuk Hijau Kirinyu

  Dengan Tingkat Salinitas Pada Tanaman Dari Umur 4 MST, 8 MST dan Setelah Panen Perlakuan (K)

  4 MST

  8 MST Setelah Panen Tanpa Kirinyu (K0)

  • -1 2,32 2,73 5,87 b

  Dengan Kirinyu 400 g.polybag (K1)

  2,53 2,86 5,01 a

  Perlakuan G -1 Salinitas Setara 6 mmhos.cm (G6)

  • -1 1,92 a 1,83 a 2,85 a

  Salinitas Setara 8 mmhos.cm (G8)

  • -1 2,46 ab 2,75 ab 5,25 b

  Salinitas Setara 10 mmhos.cm (G10)

  2,91 b 3,81 b 8,22 c

  

Ket: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama secara vertikal bermakna, berbeda tidak nyata pada Uji BNJ

taraf 5 %.

  Hasil uji BNJ taraf 5% pada Tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa pengaruh pupuk hijau biomassa kirinyu memberikan DHL yang berbeda tidak nyata pada pengamatan 4 dan 8 MST. Pada saat setelah panen DHL media tanam yang diberikan pupuk hijau biomassa kirinyu sebesar 400

  • 1

  g.polybag (K1) menyebabkan penurunan DHL media yang nyata lebih rendah dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu (K0). Hal ini diduga dengan adanya perlakuan

  • 1

  pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu sebesar 400.g.polibag dapat memperbaiki struktur tanah sehingga dapat mempercepat proses pencucian garam yang terdapat pada lapisan atas yang kemudian terdrainase menuju lapisan bawah melalui proses penyiraman sejak tanam sampai panen sehingga berdampak pada penurunan nilai salinitas tanah. Hal di atas sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Juarsah, (2014) yang menyatakan bahwa pupuk organik sangat bermanfaat untuk perbaikan dan pemeliharaan sifat fisik dan biologi tanah. Bila struktur tanahnya baik maka pencucian garam juga akan menjadi lebih baik.

  Pada Tabel yang sama dapat dilihat pula bahwa DHL pada tingkat salinitas setara 10

  • 1
  • 1

  mmhos.cm nyata lebih tinggi dibandingkan dengan DHL pada tingkat salinitas setara 6 mmhos.cm

  • 1

  pada semua waktu pengamatan dan berbeda tidak nyata dengan tingkat salinitas setara 8 mmhos.cm pada waktu pengamatan 4 dan 8 MST, tetapi berbeda nyata dengan tingkat salinitas setara 8

  • 1
  • 1

  mmhos.cm pada pengamatan setelah panen. Pada tingkat salinitas setara 10 mmhos.cm nyata lebih tinggi pada semua waktu pengamatan dikarenakan tingkat salinitasnya yang paling tinggi sehingga pada waktu pengamatan setelah panenpun akan tetap lebih tinggi dibandingkan dengan salinitas setara

  • 1

  6 dan 8 mmhos.cm . Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat salinitas suatu media menjelaskan tentang semakin tinggi kandungan ion-ion pembawa sifat salin, dimana ion bersifat salin ini bersifat elektrolit. Dengan demikian pada tingkat salinitas media yang lebih tinggi menyebabkan kemampuan DHL yang makin tinggi pula. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Muliawan dkk,

  • 1

  (2016) bahwa, nilai DHL yang terbaca dalam satuan mmhos.cm memberikan suatu indikasi tentang jumlah elektrolit yang larut dalam tanah, artinya semakin tinggi nilai elektrolitnya, maka semakin banyak juga jumlah kandungan garam yang terkandung dalam larutan.

  Adanya variasi perbedaan nilai DHL antara 4 MST, 8 MST dan setelah panen terjadi karena pada waktu pengambilan sampel setelah panen dilakukan dengan cara seluruh tanah dalam tiap polybag dicampur sampai merata sehingga kandungan garam yang ada pada media tercampur secara merata. Inilah yang menyebabkan nilai DHL pada waktu panen lebih tinggi dari 4 dan 8 MST. Berbeda dengan pengambilan sampel tanah ketika tanaman berumur 4 dan 8 MST yang hanya diambil pada bagian atas permukaan media tanam dengan kedalaman 5 - 10 cm dengan pertimbangan bahwa dengan pengambilan sampel tanah 5 - 10 cm tidak mengganggu pertumbuhan akar tanaman sorgum. Hal ini sejalan dengan pendapat Rosmarkam dan Yuwono (2002) bahwa pengurangan kadar garam di permukaan tanah terjadi karena proses penyiraman secara terus-menerus menyebabkan garam-garam terlindi ke bawah.

  Kandungan C-Organik Tanah Setelah Panen

  Berdasarkan hasil analisis keragaman pada Lampiran 2.4 dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu dengan tingkat salinitas media tanam baik pada pengaruh interaksi maupun pada pengaruh tunggal masing-masing faktor terhadap C-Organik tanah setelah panen pada tanaman sorgum jenis lokal Flores Timur tidak nyata. Rerata Kandungan C-Organik tanah setelah panen pada tanaman sorgum jenis lokal Flores Timur dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Rerata Kandungan C-Organik (%) Setelah Panen Pada Tanaman Sorgum Jenis Lokal Flores

  Timur Tingkat Salinitas (G)

  • 1

  Kirinyu (K) (g.polybag ) Rerata

  G6 G8 G10 C-Organik (%)

  Tanpa Kirinyu (K0) 0,43 0,44 0,60 0,49 -1

  Dengan Kirinyu 400 g.polybag

  0,46 0,48 1,02 0,66

  (K1)

  Rerata 0,45 0,46 0,81 Berdasarkan data pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu dengan tingkat salinitas media tanam terhadap kandungan C-Organik tanah setelah panen pada tanaman sorgum jenis lokal Flores Timur berbeda tidak nyata. Hal ini diduga pupuk hijau

  • 1

  biomassa kirinyu yang diberikan pada tanaman pada media tanah salin setara 6, 8 dan 10 mmhos.cm telah termineralisasi seluruhnya selama masa pertumbuhannya sehingga nilai kandungan C-Organik tanah setelah panen tidak berbeda nyata.

  • 1

  Dalam penelitian ini dengan adanya pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu 400 g.polybag diharapkan dapat meningkatkan C-organik pada tanah. Pada Tabel 4.3. terlihat bahwa pada perlakuan pemberian kirinyu nilai C-organiknya lebih besar namun tidak signifikan dibandingkan dengan tanpa kirinyu. Hal di atas sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Goto dan Nataga (2000) dalam Damanik (2009) bahwa pemberian pupuk hijau akan meningkatkan total karbon.

  Perubahan pH Tanah Setelah Panen

  Berdasarkan hasil analisis keragaman pada Lampiran 2.4 dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu dengan tingkat salinitas media tanam baik pada pengaruh interaksi maupun pada pengaruh tunggal masing-masing faktor terhadap pH tanah setelah panen pada tanaman sorgum jenis lokal Flores Timur tidak nyata. Rerata pH tanah setelah panen pada tanaman sorgum jenis lokal Flores Timur dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Rerata pH Tanah Setelah Panen Panen Pada Tanaman Sorgum Jenis Lokal Flores Timur

  Tingkat Salinitas (G)

  • 1

  Kirinyu (K) (g.polybag ) G6 G8 G10 Rerata pH Tanah Tanpa Kirinyu (K0) 6,33 6,50 6,50 6,44 -1

  Dengan Kirinyu 400 g.polybag (K1)

  6,67 6,50 6,67 6,83

  Rerata 6,58 6,58 6,50 Berdasarkan data pada Tabel 4.4 dapat dilihat kombinasi perlakuan pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu dengan tingkat salinitas media tanam terhadap perubahan pH tanah setelah panen pada tanaman sorgum jenis lokal Flores Timur tidak nyata. Namun ada perubahan penurunan nilai pH pada setiap perlakuannya dari rata-rata pH awal sebesar 8.22 turun menjadi 6.55. Adanya penurunan nilai pH tanah diduga terjadi akibat proses penyiraman yang dilakukan secara terus menerus dari awal penanaman sampai panen sehingga menyebabkan penurunan kation-kation basa ke dasar polybag. Hal ini terjadi karena pada proses pengukuran dilakukan dengan menancapkan alat pada media polybag dengan kedalaman berkisar antara 10 - 15 cm dimana alat tersebut tidak sampai pada dasar polybag, karena jika alat pengukur pH ditancapkan sampai pada dasar polybag maka alat tersebut tidak bisa mendeteksi, sehingga kation-kation basa yang berada pada dasar polybag tidak terukur.

  Umur Perkecambahan Tanaman Sorgum Jenis Lokal Flores Timur

  Berdasarkan hasil analisis keragaman pada Lampiran 2.5. dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu dengan tingkat salinitas media tanam baik pada pengaruh interaksi maupun pada pengaruh tunggal masing-masing faktor memberikan umur perkecambahan tanaman sorgum jenis lokal Flores Timur tidak nyata. Rerata umur perkecambahan tanaman sorgum jenis lokal Flores Timur dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5. Rerata Umur Perkecambahan (HST) Tanaman Sorgum Jenis Lokal Flores Timur

  • 1

  Kirinyu (K) (g.polybag ) Tingkat Salinitas (G) Rerata G6 G8 G10

  Umur Perkecambahan (HST) Tanpa Kirinyu (K0) 3,00 3,33 3,67 3,33

  • Dengan Kirinyu 400 g.polybag

  3,00 3,67 4,00 3,56

  1

  (K1) Rerata 3,00 3,50 3,83

  Berdasarkan data pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu dengan tingkat salinitas media tanam terhadap umur perkecambahan tanaman sorgum jenis lokal Flores Timur berpengaruh tidak nyata. Hal ini diduga pada awal benih ditanam dalam keadaan

  • 1

  media tanam yang memiliki tingkat salinitas setara 6, 8 dan 10 mmhos.cm mengalami proses pencucian di atas permukaan media tanam, yang kemudian mengalami pengendapan garam-garam ke bawah permukaan polybag akibat dari proses penyiraman yang dilakukan setiap pagi dan sore hari, dengan volume penyiraman air sebesar 310 ml. Sehingga menyebabkan pengaruh pada kondisi fisik tanah yang relatif sama baik itu perlakuan tanpa kirinyu (K0) maupun pada perlakuan dengan kirinyu (K1) dimana tidak adanya pengaruh yang nyata pada umur perkecambahan tanaman sorgum jenis lokal Flores Timur.

  

Kondisi Tinggi Tanaman Sorgum Jenis Lokal Flores Timur Pada Umur 8 Minggu Setelah

Tanam

  Berdasarkan hasil analisis keragaman pada Lampiran 2.7 dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu dengan tingkat salinitas media tanam baik pada pengaruh interaksi maupun pada pengaruh tunggal masing-masing faktor memberikan tinggi tanaman sorgum jenis lokal Flores Timur tidak nyata. Rerata kondisi tinggi tanaman sorgum jenis lokal Flores Timur dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Rerata Kondisi Tinggi Tanaman (cm) Sorgum Jenis Lokal Flores Timur Pada Umur 8 Minggu Setelah Tanam

  • -1 Kirinyu (K) (g.polybag ) Tingkat Salinitas (G) Rerata

  

G6 G8 G10

Kondisi Tinggi Tanaman (cm) Tanpa Kirinyu (KO) 118,30 115,00 96,93 110,08 Dengan Kirinyu 400

  134,97 119,07 83,30 112,44

  • -1 g.polybag (K1) Rerata 126,63 117,03 90,12
Berdasarkan data pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu dengan tingkat salinitas media tanam terhadap tinggi tanaman sorgum jenis lokal Flores Timur tidak nyata, tetapi ada kecenderungan tinggi tanaman sorgum pada tingkat salinitas media yang semakin tinggi cenderung lebih rendah, dibandingkan dengan tinggi tanaman sorgum pada tingkat salinitas media yang rendah. Hal ini diduga karena adanya pengaruh cekaman pada tanaman

  • 1

  akibat dari perlakuan tingkat salinitas, sehingga kehadiran pupuk hijau kirinyu dengan 400 g.polibag pada tingkat salinitas yang tinggi, belum mampu menurunkan salinitas tanah yang akan berdampak pada penyerapan air dan hara bagi tanaman sorgum, sehingga menyebabkan pertumbuhan tinggi tanaman sorgum pada tingkat salinitas tinggi cenderung lebih rendah. Hal ini sependapat dengan Grattan dan Grive (1999) dalam Hamdan (2011), yang menyatakan bahwa salinitas yang tinggi akan menghambat proses transportasi dan mobilitas unsur hara ke daerah pertumbuhan tanaman sehingga akan mengurangi kualitas pertumbuhan tanaman.

  Keadaan fenomena lain yang dapat dilihat pada tabel yang sama adalah adanya kecenderungan

  • 1 -1

  pada tingkat salinitas media setara 6 dan 8 mmhos.cm kecuali salinitas setara 10 mmhos.cm , pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu (K1), memberikan tinggi tanaman sorgum yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu (K0). Hal ini diduga pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu (K1) memberikan sumbangan unsur hara serta memperbaiki struktur tanah pada tanah salin sehingga memberikan tinggi tanaman yang lebih baik namun tidak signifikan dari yang tidak diberikan kirinyu (KO)

  Kondisi Jumlah Daun Tanaman Sorgum Jenis Lokal Flores Timur Pada Umur 8 Minggu Setelah Tanam

  Berdasarkan hasil analisis keragaman pada Lampiran 2.8 dapat dilihat bahwa pengaruh perlakuan pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu dengan tingkat salinitas media tanam tidak ada pengaruh interaksi yang nyata terhadap kondisi jumlah daun tanaman sorgum jenis lokal Flores Timur pada umur 8 MST. Pengaruh nyata hanya ditemukan pada pengaruh faktor tunggal tingkat salinitas media. Rerata kondisi jumlah daun sorgum jenis lokal Flores Timur pada umur 8 MST dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Rerata Kondisi Jumlah Daun (Helai) Sorgum Jenis Lokal Flores Timur Pada Umur 8 MST

  • 1

  Perlakuan (K) (g.polybag )

  8 MST (Helai) Tanpa Kirinyu (K0)

  23,56

  • 1

  Dengan Kirinyu 400 g.polybag (K1) 25,89 Perlakuan G

  • 1

  Salinitas Setara 6 mmhos.cm (G6) 32,17 b

  • 1

  Salinitas Setara 8 mmhos.cm (G8) 25,17 a

  • 1

  Salinitas Setara 10 mmhos.cm (G10) 16,83 a

  Ket: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama secara vertikal bermakna, berbeda tidak nyata pada Uji BNJ taraf 5 %

  Berdasarkan hasil uji BNJ pada taraf 5% pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa jumlah daun

  • sorgum jenis lokal Flores Timur pada pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu sebesar 400 g.polybag

  1 (K1) sebanyak 25,89 helai dan berbeda tidak nyata dengan tanpa kirinyu (K0) yaitu 23,56 helai.

  Dengan demikian sampai umur pengamatan 8 MST, jumlah daun tanaman sorgum lokal Flores Timur yang diberi pupuk hijau biomassa kirinyu masih relatif sama dengan tanpa diberi pupuk hijau biomassa kirinyu (KO). Hal ini diduga karena tanaman terus mengalami cekaman karena walaupun, garam-garam sudah tercuci kebawah namun akar juga terus bertumbuh panjang kebawah yang mengakibatkan tanaman mengalami cekaman yang akan berdampak pada faktor tunggal kirinyu yang berbeda tidak nyata. Namun ada kecenderungan terdapat jumlah daun pada K1 yang lebih banyak

  • 1

  diduga karena adanya pengaruh penambahan kirinyu sebesar 400 g.polybag memberikan sumbangan unsur hara pada tanah terkhususnya unsur hara N dalam mendukung pertambahan jumlah daun sorgum sehingga lebih banyak namun tidak signifikan dibandingkan yang tidak diberikan kirinyu (KO). Hal ini sejalan dengan pendapat Benggu dan Ishaq (2004) dalam Radja (2011) berdasarkan penelitiannya menjelaskan perlakuan pembenaman bahan pupuk hijau sebelum tanam, nyata meningkatkan N total tanah, P tersedia dan K tersedia tanah.

  Pada tabel yang sama dapat dilihat pula bahwa ternyata pada tingkat salinitas setara 6

  • 1

  mmhos.cm , jumlah daun nyata lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat salinitas media setara 8 dan

  • 1

  10 mmhos.cm . Sedangkan kondisi jumlah daun sorgum pada kondisi salinitas setara 8 dan 10

  • 1

  mmhos.cm masing-masing 25,17 helai dan 16,83 helai, berbeda tidak nyata. Hal ini diduga adanya faktor cekaman terhadap tanaman pada salinitas yang tinggi yang menyebabkan penyerapan air dan hara yang semakin sulit, sehingga kondisi jumlah daun yang nyata hanya pada salinitas setara 6 -1. mmhos.cm

  Umur Berbunga Tanaman Sorgum Jenis Lokal Flores Timur

  Berdasarkan hasil analisis keragaman pada Lampiran 2.9 dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu dengan tingkat salinitas media tanam baik pada pengaruh interaksi maupun pada pengaruh tunggal masing-masing faktor terhadap umur berbunga pada tanaman sorgum jenis lokal Flores Timur tidak nyata. Rerata umur berbunga sorgum jenis lokal Flores Timur dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Rerata Umur Berbunga (HST) Tanaman Sorgum Jenis Lokal Flores Timur

  • 1

  Kirinyu (K) (g.polybag ) Tingkat Salinitas (G) Rerata G6 G8 G10

  Umur Berbunga (HST) Tanpa Kirinyu (K0) 52,67 40,67 41,33 44,89

  • 1

  Dengan Kirinyu 400 g.polybag 53,33 56,67 19,33 43,11

  (K1) Rerata 53,00 48,67 30,33

  Berdasarkan data pada Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu dengan tingkat salinitas media tanam terhadap umur berbunga tanaman sorgum jenis

  .

  lokal Flores Timur berbeda tidak nyata Hal ini diduga karena pada variabel umur perkecambahan tanaman sorgum tumbuhnya relatif sama baik pada perlakuan pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu dan tingkat salinitas sehingga akan berdampak juga pada umur berbunga yang tidak nyata atau relatif sama. Namun diduga tidak terlepas juga dari adanya cekaman salinitas yang tinggi pada setiap perlakuan baik itu tanpa pemberian kirinyu (K0) maupun yang diberikan kirinyu (K1) sehingga

  • 1

  kehadiran pupuk hijau kirinyu 400 g.polybag tidak mampu memberikan pengaruh yang nyata pada umur berbunga tanaman sorgum jenis lokal Flores Timur.

  Berat Biji Kering Tanaman Sorgum Jenis Lokal Flores Timur

  Berdasarkan hasil analisis keragaman pada lampiran 2.9 dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh interaksi antara perlakuan pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu dengan tingkat salinitas media tanam terhadap hasil biji kering sorgum jenis lokal Flores Timur. Hal ini menunjukan bahwa hasil biji kering sorgum lokal Flores Timur tiap tanaman pada tiap perbedaan tingkat salinitas media tanam ditentukan oleh pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu. Atau sebaliknya bahwa berat biji kering sorgum jenis lokal Flores Timur pada perbedaan pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu ditentukan oleh tingkat salinitas media tanam. Pengaruh interaksi perlakuan pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu dengan tingkat salinitas media tanam terhadap hasil biji kering sorgum lokal Flores Timur disajikan pada Tabel 4.9.

  • 1

Tabel 4.9. Berat Biji kering (g.tanaman ) Tanaman Sorgum Jenis Lokal Flores Timur

  Tingkat Salinitas (G) Kirinyu (K)

  Rerata

  • 1 G6 G8 G10

  (g.polybag )

  • 1

  Berat Biji Kering (g.tanaman ) Tanpa Kirinyu (K0) 5,37 a 1,27 a 1,70 A a 2,78

  A A Dengan Kirinyu 400 21,13 b 2,43 a 0,27 A a 7,94

  • 1

  g.polybag (K1) B A Rerata 13,25 1,85 0,98

  Ket: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama bermakna, berbeda tidak nyata pada Uji BNJ taraf 5 %. Huruf

kapital menyatakan perbandingan menurut kolom, huruf kecil menyatakan perbandingan menurut baris

  Berdasarkan hasil uji BNJ taraf 5% pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa, pada tanpa pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu (K0), menunjukan hasil berat biji kering sorgum yang relatif

  • 1

  sama atau berbeda tidak nyata yakni berkisar antara 1,27 - 5,37 g.tanaman pada tingkat salinitas setara

  • 1

  6, 8 dan 10 mmhos.cm . Hal ini diduga tanaman telah mengalami cekaman pada tingkat salinitas setara

  • 1

  6 mmhos.cm yang mengakibatkan pengaruh pada berat biji kering tanaman sorgum yang tidak nyata disemua perlakuan tingkat salinitas yang lain.

  Sedangkan pada pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu, hasil berat biji kering sorgum pada

  • 1

  tingkat salinitas media yang rendah (setara 6 mmhos.cm ) memberikan hasil biji kering sorgum yang

  • 1

  nyata paling tinggi yakni sebesar 21,13 g.tanaman . Hal ini diduga bahwa pemberian pupuk hijau

  • 1

  kirinyu sebesar 400 g.polybag mampu memberikan sumbangan unsur hara maupun penyerapan air yang lebih baik terhadap tanaman sehingga akan berdampak pada berat biji kering sorgum Flores

  • 1

  Timur, dibandingkan dengan tingkat salinitas setara 8 dan 10 mmhos.cm ; dimana dikarenakan pada

  • 1

  tingkat salinitas setara 8 dan 10 mmhos.cm diduga pupuk hijau kirinyu belum mampu memberikan sumbangan unsur hara maupun penyerapan air yang yang baik dikarenakan oleh faktor cekaman salinitas pada tanaman sorgum sehingga tidak memberikan hasil biji kering yang nyata.

  Pada tabel yang sama dapat dilihat bahwa pada tingkat salinitas media tanam yang rendah setara

  • 1

  6 mmhos.cm pada keadaan tanpa diberi pupuk hijau biomassa kirinyu (K0) dan pemberian pupuk

  • 1

  hijau biomassa kirinyu 400 g.polybag (K1), memberikan hasil biji sorgum yang berbeda nyata. Pada

  • 1

  pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu 400 g.polybag (K1) memberikan hasil biji sorgum jenis lokal

  • 1

  Flores Timur nyata lebih tinggi yakni 21,13 g.tanaman , dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk

  • 1

  hijau biomassa kirinyu (KO) yakni sebesar 5,37 g.tanaman . Hal ini diduga pemberian pupuk hijau

  • 1

  biomassa kirinyu sebesar 400 g.polybag mampu memberikan sumbangan unsur hara maupun penyerapan air serta perbaikan stuktur tanah yang lebih baik terhadap tanaman sehingga akan berdampak pada berat biji kering sorgum Flores Timur.

  • 1

  Pada tingkat salinitas media tanam setara 8 mmhos.cm memberikan masing-masing tingkat hasil biji kering sorgum pada perlakuan tanpa pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu (K0) sebanyak

  • 1
  • 1

  1,27 g.tanaman yang lebih rendah, dibanding yang diberikan kirinyu 400 g.polybag yakni 2,4

  • 1

  g.tanaman , walapun tidak berbeda nyata. Rendahnya hasil biji kering sorgum jenis lokal Flores Timur

  • 1

  pada KO setara 8 mmhos.cm dikarenakan ada satu satu tanaman yang mati yang terdapat pada ulangan I. Hal ini diduga karena tanaman terus mengalami cekaman. Walaupun garam-garam sudah tercuci kebawah namun akar juga terus bertumbuh panjang kebawah yang mengakibatkan tanaman tersebut mati akibat dari perlakuan tingkat salinitas.

  • 1

  Pada tingkat salinitas media tanam setara 10 mmhos.cm memberikan masing-masing hasil biji

  • 1

  kering sorgum sebesar 1,70 g.tanaman pada tanpa pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu (K0),

  • 1

  sedangkan pada pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu 400 g.polybag (K1) sebesar 0,27

  • 1

  g.tanaman . Rendahnya hasil biji kering sorgum pada pemberian pupuk hijau biomassa kirinyu 400

  • 1

  g.polybag dikarenakan ada dua tanaman yang mati. Hal ini diduga pada tingkat salinitas setara 10

  • 1