Basis Data dan SBP
Basis Data dan SBP Disusun Oleh : Lily Wulandari Disain Sistem Basis Data Relasional
Ketergantungan FungsionalDesain Skema Relasi
- Database dapat dimodelkan sebagai:
- – kumpulan entitas,
– Atribut adalah properti yang digunakan untuk
menggambarkan suatu entitas.- Desain database relasional?
- – Pengelompokan atribut untuk membentuk skema relasi yang "baik".
- – Untuk mengukur kualitas disain.
- – Tujuan dari kegiatan perancangan adalah
perlindungan informasi dan redundansi yang
minimum.
Panduan Desain Informal untuk
Skema Relasi
1. Semantik yang Jelas untuk Atribut dalam relasi
2. Redudansi informasi di Tupel dan Anomali
3. Nilai NULL pada Tupel
1. Semantik yang Jelas untuk Atribut
dalam relasi
Guideline #01:•Secara informal, masing-masing tupel dalam relasi
harus mewakili satu entitas atau hubungan instance- – Atribut-atribut dari entitas yang berbeda (EMPLOYEE, DEPARTMENT, PROJECT) sebaiknya tidak digabung dalam relasi yang sama
- – hanya foreign key yang harus digunakan untuk merujuk ke entitas lain
- Rancang sebuah skema yang bisa dijelaskan
Skema database
relasional Company yang disederhanakanContoh kondisi database untuk
beberapa database
relasional Company
2. Redudansi Informasi Pada Tupel
dan Anomali
- Salah satu tujuan desain skema adalah meminimalkan ruang penyimpanan yang digunakan oleh relasi dasar
- Pengelompokan atribut ke dalam skema relasi
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ruang
penyimpanan - Informasi yang disimpan secara berlebihan atau redudansi membuang-buang penyimpanan
- Contoh:
– Dua relasi adalah EMPLOYEE dan DEPARTMENT.
Contoh Skema dan Kondisi Untuk
EMP_DEPT
Dmgr_ssn) diulang untuk setiap karyawan yang bekerja untuk departemen Dalam EMP_DEPT, nilai atribut dari departemen tertentu (Dnumber, Dname,
2. Redudansi Informasi Pada Tupel
dan Anomali
Insertion Anomalies:- Untuk memasukkan tupel karyawan baru ke dalam EMP_DEPT, harus disertakan nilai atribut untuk departemen dimana karyawan tersebut bekerja, atau NULL (jika karyawan tersebut tidak bekerja untuk departemen manapun).
- Sulit untuk memasukkan departemen baru yang belum memiliki karyawan dalam relasi
2. Redudansi Informasi Pada Tupel
dan Anomali
Deletion Anomalies:- Jika kita menghapus dari EMP_DEPT sebuah tupel karyawan yang kebetulan mewakili pegawai terakhir yang bekerja untuk departemen tertentu, informasi mengenai departemen tersebut hilang dari database.
2. Redudansi Informasi Pada Tupel
dan Anomali
Modification Anomalies:- Dalam EMP_DEPT, jika kita mengubah nilai salah satu atribut dari departemen tertentu (katakanlah, manajer departemen 5) kita harus memperbarui tupel dari semua karyawan yang bekerja di departemen tersebut; Jika tidak, database akan menjadi tidak konsisten.
2. Redudansi Informasi Pada Tupel
dan Anomali
Guideline #02:- Rancang skema yang tidak mengalami insertion, deletion dan update anomalies.
3. Nilai Null dalam Tupel
• Banyak atribut dapat dikelompokkan menjadi
relasi "gemuk".• Jika banyak atribut bernilai NULL pada tupel
dalam sebuah relasi, ini bisa menghabiskan banyak ruang di tingkat penyimpanan.- Alasan untuk Null:
- – Atribut tidak berlaku atau tidak valid – Nilai atribut tidak diketahui (boleh ada).
- – Nilai diketahui ada, namun belum tersedia.
3. Nilai Null dalam Tupel
Guideline #03:
Hubungan harus dirancang sedemikian rupa sehingga tupel akan memiliki nilai NULL sesedikit mungkin.
- Atribut yang terdapat banyak NULL dapat ditempatkan dalam hubungan yang terpisah (dengan primary key)
Ketergantungan Fungsional
• Merupakan konsep yang mendasari normalisasi.
Dependensi menjelaskan hubungan antar atribut, atau
secara lebih khusus menjelaskan nilai suatu atribut yang menentukan nilai atribut lainnya.- Ada beberapa jenis ketergantungan (dependency)
1. Ketergantungan Fungsional / Functionally Dependency (FD)
2. Ketergantungan Fungsional Penuh / Full Functionally Dependency (FFD)
3. Ketergantungan Transitif / Transitive Dependency (TDF)
4. Ketergantungan Total /Total Dependency (TD)
Ketergantungan Fungsional
- Ketergantungan Fungsional menggambarkan hubungan atribut dalam sebuah relasi.
- Suatu atribut dikatakan Ketergantungan Fungsional pada yang lain, jika menggunakan
harga atribut tersebut untuk menentukan harga atribut yang lain.
(dibaca
- Simbol yang digunakan adalah
secara fungsional menentukan )
Ketergantungan Fungsional
- Suatu atribut Y mempunyai ketergantungan fungsional terhadap atribut X, jika dan hanya jika setiap nilai X berhubungan dengan sebuah nilai Y.
- – Definisi di atas dituangkan dalam bentuk notasi X Y – Dibaca : X secara fungsional menentukan Y
Yang artinya bahwa relasi PESANAN_JUAL mengandung atribut PEMBELI, KOTA, BARANG dan JUMLAH.
Ketergantungan Fungsional
- Contoh Terdapat relasi PESANAN_JUAL yang dinotasikan dengan :
Ketergantungan Fungsional
P1 Yogya B1 10 P1 Yogya B2 5 P2 Solo B1 7 P2 Solo B2 6 P2 Solo B3 6 P3 Klaten B3 7 P3 Klaten B4 6
PEMBELI KOTA BARANG JUMLAH
Ketergantungan Fungsional
• Pada contoh ini, PEMBELI secara fungsional
menentukan KOTA, sebab terlihat bahwa untuk PEMBELI yang sama, KOTA-nya juga sama.- Dengan demikian: PEMBELI KOTA contoh lain: {Pembeli, Barang} Jumlah {Pembeli, Barang} Kota {Pembeli, Barang} {Jumlah, Kota}
Ketergantungan Fungsional
Bagian yang terletak di sebelah kiri panah biasa disebut penentu (determinan) dan yang di sebelah kanan panah disebut yang tergantung (dependen).
Tanda { } biasa digunakan kalau ada lebih dari satu atribut, baik pada penentu maupun yang tergantung
Ketergantungan Fungsional Penuh
- Suatu atribut
Y mempunyai
ketergantungan fungsional penuh terhadap atribut
X , jika
- – Y mempunyai ketergantungan fungsional terhadap X – Y tidak memiliki ketergantungan terhadap bagian dari X – Notasi : X Y
Contoh 2 Functional Dependency:
- NRP Nama • {Mata_Kuliah, NRP} Nilai Non Functional Dependency:
- Mata_Kuliah NRP
- NRP Nilai
Ketergantungan Fungsional Penuh
- contoh, terdapat relasi pelanggan: Pelanggan(KODE_PELANGGAN,NAMA,KOTA, NOMOR_FAX )
- Pada relasi ini:
1. {KODE_PELANGGAN, KOTA} NOMOR_FAX
2. KODE_PELANGGAN NOMOR_FAX
• KET: Mengingat bahwa Nomor_Fax bergantung pada
{KODE_PELANGGAN, KOTA} (kondisi 1) dan bergantung pada KODE_PELANGGAN (Kondisi 2) yang tidak lain adalah bagian dari {KODE_PELANGGAN,KOTA}, maka Nomor_Fax hanya mempunyai ketergantungan fungsional sepenuhnya terhadap
Ketergantungan Fungsional Penuh
Contoh : Pembeli → Kota {Pembeli, Barang} → Kota
Kota mempunyai depedensi fungsional terhadap Pembeli atau {Pembeli, Barang} tapi kota mempunyai depedensi fungsional sepenuhnya terhadap pembeli bukan
Ketergantungan Transitif
- Atribut Z mempunyai ketergantungan transitif terhadap X bila:
- – Y memiliki ketergantungan fungsional terhadap X – Z memiliki ketergantungan fungsional terhad
- – Notasinya : X Y Z
Ketergantungan Transitif Definisi :
Atribut Z pada relasi R dikatakan tergantung transitif pada atribut X,
jika atribut Y tergantung pada atribut X pada relasi R dan atribut Z tergantung pada atribut Y pada relasi R. ( X Y, Y Z, maka X Z ) Contoh : No-pem Kode-kota Ketergantungan transitif : Ketergantungan Transitif
• Gol_gaji ketergantungan fungsional pada NIP dan Gaji_pokok
ketergantungan fungsional pada Gol_gaji.• NIP sebagai X, Gol_gaji sebagai Y, dan Gaji_pokok sebagai Z
• Jadi nilai-nilai rinci data pada atribut Gaji_pokok (Z) bergantung transitif terhadap NIP- X Y Z NIP Nama Gol_gaji Gaji_pokok 0001 Ian III A 600000 0002 Saputra III B 650000 0003 Rohim III A 600000 0004 Fani III B 650000
- Suatu atribut Y mempunyai ketergantungan total pada atribut
- – Y memiliki ketergantungan fungsional
- – X
- – Notasi :
- Cara pendekatan dalam membangun desain logika basis data relasional yang tidak secara langsung berkaitan dengan model data tetapi dengan menerapkan sejumlah aturan dan kriteria standar untuk menghasilkan struktur tabel yang normal
- Proses pengelompokan data elemen menjadi tabel-tabel yang menunjukkan entity dan relasinya.
- MENDESAIN DATABASE RELASIONAL DENGAN TABEL-TABEL YANG:
- – berisi data yang diperlukan
- –
memiliki sesedikit mungkin redundansi
- – mengefisienkan update
- – menghindari kemungkinan kehilangan data secara tidak disengaja/tidak diketahui
- – meminimalkan anomali penyisipan, penghapusan, dan perbaruan
- INSERTION ANOMALY
- DELETION ANOMALY
- UPDATE ANOMALY
Jika ada dekomposisi/penguraian tabel,
maka dekomposisinya dijamin aman (lossless-join decomposition)- terpeliharanya ketergantungan functional
pada saat perubahan data (dependency
preservation) - Tidak melanggar Boyce Code Normal Form (BCNF), jika tidak bisa minimal tidak melanggar bentuk normalisasi ketiga
- Lossless join decomposition
- Dekomposisi dari R = (A, B, C)
- (Nim, Nama) dan (Nama, Kode, Matkul, SKS, Nilai)
- Diberikan sebuah tabel/relasi T. Atribut B dari T bergantung secara fungsi pada atribut A dari T jika dan hanya jika setiap nilai A dari T punya hubungan dengan tepat satu nilai B dalam T (dalam setiap satu waktu)
- Tunjukkan apakah dekomposisi terhadap Data
Mahasiswa pada contoh termasuk Lossless Join
Decomposition atau Lossy Join Decomposition, untuk dekomposisi berikut - – (NIM, Nama, Kode) dan (Kode, Matkul, SKS, Nilai)
- – (NIM, Kode) dan (Kode, Nama, Matkul, SKS, Nilai)
- – (NIM, Nama) dan (NIM, Kode, Matkul, SKS, Nilai)
- – (NIM, Nama), (Kode, Matkul, SKS) dan (NIM, Kode, Nilai)
- Bentuk tidak normal Bentuk ini merupakan kumpulan data yang akan direkam, tidak ada keharusan mengikuti format tertentu, dapat saja tidak lengkap dan terduplikasi. Data dikumpulkan apa adanya sesuai keadaannya
Bentuk normal tahap pertama (1st Normal
Form) Sebuah tabel tidak memiliki multivalued atribut• Bentuk normal tahap kedua (2nd normal
form)- – memenuhi 1st NF
- – Atribut bukan kunci tergantung penuh pada atribut kunci
- Boyce Code Normal Form (BCNF)
- – memenuhi 1st NF
- – relasi harus bergantung fungsi pada atribut superkey
- Dari fakta pada gambar di halaman berikutnya, buatlah tabel-tabel:
- – Bentuk Tidak Normal – Bentuk Normal Pertama – Bentuk Normal Kedua – Bentuk BCNF
Ketergantungan Total
X jika:
terhadap
X memiliki ketergantungan fungsional
terhadap Y
X Y
Ketergantungan Total Contoh :
PEGAWAI (NO-INDUK,NAMA,TMP- LAHIR,TG-LAHIR, ALAMAT)
Dengan demikian notasi dapat ditulis: NO-INDUK NAMA
Normalisasi
Definisi
Tujuan
Ciri-ciri Database Tidak Normal
Yaitu kesalahan yang terjadi sebagai akibat operasi menyisipkan tuple/record pada sebuah relasi.
Yaitu kesalahan yang terjadi sebagai akibat operasi penghapusan terhadap tuple/record dari sebuah relasi.
Yaitu kesalahan yang terjadi sebagai akibat operasi perubahan tuple/record dari sebuah relasi.
Syarat Tabel Normal
Lossy Decomposition
R 1 = (A, B) R 2 = (B, C) A B
Contoh Lossless-Join Decomposition
1 2 A B 1 2 r B,C (r) A (r) B (r) A B 1 2 C A B B 1 C 2 C A B A B A,B (r) Contoh : Data Mahasiswa
Decomposition?
Hasil Penggabungan Kembali?
Ketergantungan Fungsional
Latihan
Bentuk-Bentuk Normalisasi
Bentuk-Bentuk Normalisasi
Bentuk Normal 2
KdFaktur Tgl, Jtempo, KodeSup, NamaSup
KdFaktur, Kodebrg NamaBrg, Qty, Harga Bentuk BCNF KdFaktur Tgl, Jtempo, KodeSup KdSup NamaSup KdFaktur, Kodebrg Qty, Harga KodeBrg NamaBrgLatihan