Makalah Interaksi dan Perubahan Sosial D

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain dalam
kehidupannya, sekelompok manusia yang saling membutuhkan tersebut akan membentuk
suatu kehidupan bersama yang disebut dengan masyarakat. Masyarakat itu sendiri dapat
didefinisikan sebagai suatu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengan
sistem adat istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa
identitas bersama.
Dalam hidup bermasyarakat, manusia senantiasa menyerasikan diri dengan
lingkungan sekitarnya dalam usahanya menyesuaikan diri untuk meningkatkan kualitas
hidup, karena itu suatu masyarakat sebenarnya merupakan sistem adaptif karena
masyarakat merupakan wadah untuk memenuhi pelbagai kepentingan dan tentunya untuk
dapat bertahan namun disamping itu masyarakat sendiri juga mempunyai pelbagai
kebutuhan yang harus dipenuhi agar masyarakat tersebut dapat hidup terus.
Dalam kehidupan masyarakat modern sekarang ini sering dibedakan antara
mayarakat urban atau yang sering disebut dengan masyarakat kota dengan masyarakat
desa. Pembedaan antara masyarakat kota dengan masyarakat desa pada hakikatnya
bersifat gradual, agak sulit memberikan batasan apa yang dimaksud dengan perkotaan
karena adanya hubungan antara konsetrasi penduduk dengan gejala-gejala sosial yang
dinamakan urbanisme dan tidak semua tempat dengan kepadatan penduduk yang tinggi

dapat disebut dengan perkotaan.
Maka dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai interaksi masyarakat urban
yang berada di ibu kota Jakarta. Karena masyarakat yang majemuk dan dekat juga
dengan kehidupan kami sehari-hari.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masyarakat Urban

Di zaman ini istilah “masyarakat urban” sudah sangat sering digunakan dalam
komunikasi tertulis atau lisan. Terkesan modern jika mendengar sisipan kata urban. Seolah
ini menjadi salah satu tingkat atau taraf kehidupan dalam bermasyarakat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata urban memiliki dua arti yaitu:
1. Berkenaan dengan kota, bersifat kekotaan
2. Orang yang berpindah dari desa ke kota.
Jika di padankan dengan kata masyarakat, maka masyarakat urban dapat diartikan
sebagai masyarakat yang tinggal di kota dan mempunyai sifat yang kekota-kotaan. Yang
menyatakan beberapa sifat kekota-kotaan seperti:
1. Dari sisi keagamaan, kepercayaan dan tingkat ibadah masyarakat kekotaan ini kurang
karena hanya mementingkan keduniaan saja.

2. Individualis, atau dapat mengurus diri sendiri tanpa bantuan orang lain.
3. Pembagian kerja yang tegas dan terkesan membuat batas nyata antar pekerja.
4. Pengaturan waktu yang disiplin.
5. Mudah terpengaruh budaya baru, atau budaya yang masuk ke kehidupan masyarakat
urban ini tanpa di lihat dan ditimbang terlebih dahulu.

Urban berarti sesuatu yang bersifat kekotaan yang secara langsung maupun tidak,
terkait dengan urbanisasi (perpindahan penduduk dari desa ke kota) (Setijowati (Ed),
2010: 101). Fenomena urban pada hakikatnya terkait erat dengan persoalan tradisi dan
modernitas. Masyarakat urban identik dengan industrialisasi dan konsumsi gaya hidup
telah menyuburkan keberadaan “ anggota masyarakat modern” atau sosialita.
Dari beberapa sifat dan ciri masyarakat urban diatas, maka tidak heran jika istilah
masyarakat urban dekat dengan arti masyarakat yang modern dan kekini-kinian. Selain
dikaitkan dengan modern, menurut Rusland dalam artikel jurnalnya, mengartikan bahwa
urban adalah suatu perkembangan kota yang melibatkan seluruh elemen-elemen di dalamnya.

B. Pengertian Budaya Urban

Budaya urban ialah wujud dari cara berpikir, cara merasa, dan cara bertindak
manusia urban di tengah konstelasi kehidupan kota masyarakat modern. Cara berpikir,

cara merasa, dan cara bertindak itu menyangkut soal nilai yang dihayati. Nilai yang
dijunjung dalam kehidupan urban adalah pencarian dan pemuasan hasrat diri. Nilai ini
membentuk wujud budaya urban yang menjadi satu dengan penanda-penanda kehidupan
urban. Penanda tersebut antara lain:
Pertama, lingkungan ramai dan padat oleh penduduk, aktivitas sosial, pemukiman,
ataupun bangunan-bangunan lainnya. Keramaian dan kepadatan kawasan
merepresentasikan citra elitis. Citra elitis Misalnya arsitektur yang megah, interior yang
mewah, gedung-gedung pencakar langit, rumah konsep minimalis berarsitektur nan
megah. Dilain sisi, dalam budaya urban juga terdapat kawasan kota pinggiran.
Kedua, soal mobilitas. Manusia urban bisa dibaratkan sebagai “manusia pelari”.
Grafik mobilitasnya tinggi. Kehidupan urban menyuguhkan beragam aktifitas yang selalu

menunggu untuk dikerjakan. Wujud budaya urban hadir dalam beragam perangkat yang
memungkinkan seseorang untuk berpindah “ruang dan waktu” dalam sekejap.
Ketiga, soal gaya hidup. Gaya hidup adalah penanda yang amat mencolok dalam
kehidupan urban. Ia menjadi penentu berada di tingkatan mana seseorang atau bisa jadi
disebut sebagai identitas pengenal dalam strata sosial. Dalam gaya hidup, wujud budaya
urban tampil dalam beragam bentuk. Mulai dari cara berpakaian, produk
belanjaan, gadget yang dipakai, hobi yang dijalani, tongkrongan yang dipilih, komunitas
yang diikuti, dsb. Satu yang pasti, dalam gaya hidup, wujud budaya urban amat

ditentukan oleh kekuatan kapital pasar.

C. Gaya Hidup Masyarakat Urban

Masyarakat urban memiliki gaya hidup yang terbilang serba gemerlap dan
modernitas, industrialisasi, sosialita dan konsumsi gaya hidup berlebihan. Banyak sisi
gelap yang melingkupi dunia gaya hidup seperti ini akan menimbulkan penyimpangan
orientasi gaya hidup dan kebiasaan seks. Seperti halnya jika kita melihat reliatas yang
sedang gempar-gemparnya dibicarakan tahun lalu mengenai fenomena gigolo yang tak
lain adalah pekerja seks laki-laki yang siap melayani perempuan-perempuan kesepian
serta tante girang. Fenomena ini terdeteksi berada di Bali tak hanya kemungkinan di
Jakarta sebagai kota metropolitan bisa jadi ada, kemudian arisan brondong tak jarang
para pemuda yang masih remaja menjadi sasaran ibu-ibu kesepian ditinggal suaminya
kemudian mengadakan arisan dan yang keluar namanya saat arisan dikocok akan
mendapatkan imbalan dapat tidur dengan laki-laki brondong semalaman. Selain itu gaya
hidup lainya adalah pola dan gaya hidup konsumeristis yang berbiaya tinggi.
Kesenjangan sosial antara kaum elite dengan kaum rendahan membuat orang
lebih sering mnggunakan cara-cara yang instan untuk memperoleh pendapatan materi.
Hal ini memang realitas meskipun jarang ter-ekspos secara langsung dalam gaya hidup
masyarakat urban biasanya mengenai dari strata menegah atas. Sebenarnya dari hal diatas

merupakan jenis gaya hidup modernita tetapi modernitas yang semu yang rapuh karena
tidak didukung oleh mentalitas dan sumberdaya manusia yang mumpuni. Pada umumnya
modernitas di Indonesia sesungguhnya berkembang melalui loncatan kebudayaan

sehingga tahapan-tahapan tertentu yang tidak dilalui secara wajar akan mengakibatkan
gaya hidup yang tidak wajar pula.

D. Lingkungan Masyarakat Urban

Pada permasalahan lingkungan urban seringkali tidak terlalu memperdulikan
lingkungan sekitar dan lebih pada menciptakan kerusakan-kerusakan yang besar terhadap
alam untuk kepentingan individu sebagai contoh pada bisnis. Masyarakat urban yang
datang ke desa dengan tujuan bisnis yang ada hubunganya dengan memanfaatkan alam
seringkali mengambil secara besar-besaran maka secara langsung akan menimbulkan
kerusakan alam, mengeksploitasi secara besar-besaran pada alam seperti bisnis
pertambangan yang ada di Bangka Belitung pengusaha-pengusaha dari luar pulau
mengeruk habis timah yang ada di daerah tersebut hingga menimbulkan dampak lubang
mengangah. Contoh lain adalah membuang sampah sembarangan ke sungai biasa
dilakkukan masyarakat kota pinggiran yang mayoritas strata menegah kebawah, hal
tersebut adalah tingkah laku yang sering dijumpai dikehidupan masyarakat kota dan

berdampak pada kebanjiran, itu merupakan sikap tidak memperdulikan lingkungan.

E. Konsumsi Masyarakat Urban

Pada masyarakat urban seringkali globalisasi memberikan dampak pergeseran
dari masyarakat agraris ke masyarakat industri, yang kemudian membentuk konstruksi
gaya hidup urban dan memunculkan konsumerisme.. Konsumerisme berfungsi sebagai
ideologi (suatu konstruksi ideologis identitas). Konsumerisme menghasilkan kebutuhan
palsu dan membangun bentuk dari kontrol sosial gaya hidup. Gaya hidup merupakan ciri
sebuah dunia modern. Maksudnya adalah siapa pun yang hidup dalam masyarakat
modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan
tindakannya sendiri maupun orang lain. Gaya hidup tergantung pada bentuk-bentuk
kultural, tata krama, cara menggunakan barang-barang, tempat dan waktu tertentu yang
merupakan karakteristik suatu kelompok.
Tatanan sosial modern seringkali membutuhkan perlengkapan yang kompleks.
Itulah mengapa saat ini banyak disebut bahwa kebutuhan manusia semakin kompleks.
Maka secara tidak langsung jika kebutuhan manusia semakin kompleks terutama

masyarakt urban yang dengan gaya hidup modernya tentunya akan menjadi
konsumerisme pada tingkatan tinggi. Bukti ditunjukan dengan gedung-gedung serba guna

di lingkungan urban yang memudahkan memenuhi kebutuhannya dalam sekali waktu.
Seperti mall yang menjual kebutuhan rumah tangga dan lainnya. Tatanan sosial ini
membentuk gagasan tentang kelas atas atau elit yang digunakan untuk menunjuk mereka
yang memiliki kemampuan melanggengkan hak-hak istimewa atau privilese mereka
melalui ruang dan waktu.
Gaya hidup dibagi menjadi tiga tipe, yakni:
1. Melihat konsumerisme sebagai cara atau tahapan tertentu perkembangan kapitalis.
2. Hubungan antara penggunaan dan benda dan cara-cara melukiskan status.
3. Kreatifitas praktik-praktik konsumen-estetika konsumsi.
Merebaknya pandangan materialisme. dengan kata lain, kehidupan modern tidak
akan terlepas dari ketergantungan budaya konsumerisme dan pandangan segala sesuatu
berdasarkan materialisme. Dalam budaya urban seringkali kita menjumpai jenis konsumsi
yang tergolong serba kilat yaitu pada pemesanan makanan dibanding dengan makanan
sehat namun pembuatan yang memakan waktu lebih memilih makanan yang cepat saji
seperti di restauran, Mc Donald, KFC, AW dan lain-lain, dalam bidang pemesanan rumah
jaman sekarang kehidupan memberi kemudahan dalam berbagai aktivitas semakin lebih
cepat dan kilat. Pemesanan rumah pun dapat langsung bisa dipesan dan ditempati setelah
membayar uang muka seperti saat memesan aparement.

F. Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan antara orang perorangan, antara
kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dan kelompok manusia. Apabila
dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai saat itu. Mereka saling menegur, berjabat
tangan, dan saling berbicara. Aktivitas semacam itu merupakan bentuk interaksi sosial.
Dalam interaksi sosial, hubungan yang terjadi harus secara timbal balik dilakukan
oleh kedua belah pihak. Artinya kedua belah pihak harus saling merespon. Jika ditanya

dia menjawab, jika diminta bantuan dia membantu, jika diajak bermain dia ikut main.
Jika itu dilakukan, sebenarnya telah terjadi interaksi sosial.
Berikut ini beberapa pengertian interaksi sosial menurut para ahli.
1. Kimball Young, interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial. Tanpa
interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Oleh karena itu,
interaksi sosial menjadi syarat utama terjadinya aktivitas sosial.
2. Soerjono Soekanto, interaksi sosial adalah bentuk yang tampak ketika orang
perorangan atau kelompok-kelompok manusia mengadakan hubungan satu
dengan yang lain terutama mengetengahkan kelompok sosial serta lapisan-lapisan
sosial sebagai unsur-unsur pokok dari struktur sosial.
Wujud konkret dari interaksi sosial adalah bentuk tindakan-tindakan sosial yang
diambil atau individu-individu ketika saling berhubungan, sedangkan yang dimaksud
dengan tindakan sosial adalah perbuatan yang dipengaruhi oleh orang lain untuk

mencapai maksud dan tujuan tertentu.
Menurut Max Weber, tindakan sosial dibagi menjadi empat hal berikut ini.
1. Rasionalitas instrumental yaitu suatu tindakan yang memperhitungkan
kesesuaianantara cara yang digunakan dan tujuan yang akan dicapai. Tindakan ini
bersifat masuka akal (rasional). Artinya, tindakan yang akan dilakukan didasari
oleh adanya tujuan yang telah diperimbangkan dengan matang. Lalu, tujuan itu
dicapai dengan cara yang juga telah diperhitungkan. Rasional instrumental
merupakan tindakan individu yang mempunyai berbagai tujuan dan atas dasar
kriteria tertentu. Individu memilih satu tujuan dengan tingkat rasionalitas tinggi,
meliputi pertimbangan dan pilihan yang sadar dan berhubungan dengan tindakan
itu dan alat yang digunakan untuk mencapainya.
2. Rasionalitas yang berorientasi nilai yaitu tindakan yang dilakukan dengan
memperhitungkan manfaatnya, tetapi tujuan yang dicapai tidak terlalu
dipertimbangkan. Titik pada rasionalitas yang berorientasi nilai adalah bahwa alatalat hanya merupakan objek pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sedangkan
tujuan-tujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang
bersifat absolut.
3. Tindakan tradisional merupakan tindakan yang dilakukan tanpa perhitungan yang
matang, tetapi hanya karena adanya kebiasaan yang telah berlaku dalam
masyarakat. Tindakan tradisional umumnya bersifat nonrasional. Perilaku


individu merupakan kebiasaan, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan
perilaku tersebut dapat digolongkan sebagai tindakan tradisional. Tipe tindakan ini
lama-lama akan hilang karena meningkatnya rasionalitas instrumental.
4. Tindakan afektif merupakan tindakan irrasional. Tindakan afektif ditandai oleh
dominasi perasaan atau emosi tanpa refleksin intelektual atau perencanaan yang
sadar. Tindakan ini benar-benar tidak rasional karena kurangnya pertimbangan
logis, ideologis, atau kriteria rasionalitas lainnya.
Dalam hidup bersama dan berkelompok dengan manusia lainnya, setiap orang
akan selalu melakukan interaksi dengan manusia lainnya. Hal itu merupakan sebauh
proses sosial yang terjadi seiring adanya hubungan antarmanusia. Interaksi merupakan
hal yang pasti ada dalam setiap kehidupan bersama, sehingga interaksi sosial akan
berpengaruh terahadap keselarasan sosial. Interaksi merupakan kunci dari
segala kehidupan sosial.
G. Interaksi Sosial sebagai Proses Sosial
Inti kehidupan sosial adalah interaksi sosial. Tanpa interaksi sosial, tidak mungkin
ada kehidupan sosial (masyarakat). Karena ada interaksi sosial, terbentuklah kehidupan
bersama. Dari adanya kehidupan bersama itulah timbul proses sosial. Proses sosial adalah
hubungan timbal-balik antara bidang-bidang kehidupan dalam masyarakat melalui
interaksi antarindividu masyarakat. Proses sosial merupakan cara-cara berhubungan
dalam kehidupan masyarakat yang dapat dilihat apabila individu atau kelompok manusia

saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut.
Interaksi sosial dan proses sosial adalah dua hal yang tidak dapat saling
dipisahkan. Interaksi sosial merupakan dasar terjadinya proses sosial. Proses sosial adalah
pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama. Proses sosial merupakan
cara-cara berhubungan para individu maupun kelompok yang saling bertemu, kemudian
terjadi perubahan-perubahan yang mampu menggoyahkan cara-cara hidup yang telah ada.
Pergaulan dan hubungan yang terjadi di antara mereka memerlukan waktu untuk
menyelesaikan sebuah proses.
Proses sosial yang terjadi, berupa kerja sama, bahkan persaingan maupun
pertikaian, karena adanya interaksi sosial. Adanya pertemuan sekelompok orang, adanya
pergaulan hidup, saling berbicara, saling berpandangan, berjabat tangan, kemudian saling
kerja sama dimaksudkan untuk mencapai tujuan bersama.

H. Pengaruh Interaksi Terhadap Keselarasan Sosial

Manusia sebagai makhluk yang berbudaya selalu mewujudkan tata kehidupan
yang lebih baik, bila ini dapat dipahami secara bersama-sama akan menimbulkan
kesadaran sosial yaitu semua orang harus menyadari bahwa manusia tidak dapat hidup
sendiri dan mandiri tanpa bantuan orang lain. Dengan adanya kesadaran sosial solidaritas
sosial dapat menjaga keselarasan hubungan antarwarga masyarakat. Hubungan sosial
merupakan interaksi yang ada dalam masyarakat. Interaksi ini meliputi hubungan
individu dengan individu, individu dengan kelompok individu, serta antar kelompok
dengan individu.
Adapun keselarasan sosial merupakan suatu keadaan di mana orang-orang sebagai
warga masyarakat telah mampu berperilaku sebagaimana hak dan kewajibannya sesuai
dengan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Keselarasan sosial yaitu kehidupan
(berkeluarga, bermasyarakat) yang selaras serasi penuh persatuan tanpa adanya suatu
pertentangan.
a. Syarat Terwujudnya Keselarasan
1) Anggota masyarakat sudah dapat menjalankan fungsi, peranan, dan
kewajiban dengan baik dan menerima hak-haknya dengan wajar.
2) Anggota masyarakat mematuhi nilai norma, atau tata kelakuan yang berlaku.
3) Dalam kehidupan sosial (keluarga dan masyarakat) terdapat tata kelakuan
yang bernilai, berpola, dan norma yang tidak membeda-bedakan.
b. Menentukan Sikap dalam Hubungan Sosial
Sebagai warga masyarakat, kita harus mampu melakukan penyesuaian dalam
hubungan sosial dengan warga masyarakat yang lain. Kita harus bisa menempatkan
diri pada status dan peran yang sebagaimana mestinya.
c. Langkah-Langkah yang Perlu Dilakukan untuk Tetap Menjaga Keselarasan
1) Mampu menjalin hubungan baik terhadap struktur masyarakat yang berbedabeda.
2) Mampu mengintegrasi komponen-komponen masyarakat yang berbeda-beda
menjadi satu kesatuan yang utuh sebagai satu bangsa yaitu bangsa Indonesia.
3) Menyadari kemajemukan dan Mampu menghargai terhadap sifat-sifat
kemajemukan itu sendiri. Apabila masing-masing unsur masyarakat Indonesia
yang majemuk mampu menyadari dan menghargai perbedaan-perbedaan, akan
tercipta hubungan saling pengertian. Dengan adanya sikap saling pengertian

akan menjamin kelangsungan hidup hubungan antarmanusia dalam
mewujudkan hubungan yang selaras antarkomponen manusia.
d. Upaya-upaya Mewujudkan Keselarasan Sosial
Keselarasan hubungan antarkomponen masyarakat akan terwujud apabila tercipta
kondisi sebagai berikut.
1) Adanya sistem tata nilai dan norma yang sesuai. Tata nilai dan norma
berfungsi sebagai pedoman perilaku warga masyarakat.
2) Adanya kesadaran dari saling pengertian di antara warga masyarakat tentang
perlunya keselarasan hubungan itu sendiri.
e. Ciri-ciri Keselarasan Sosial
Untuk mewujudkan keselarasan harus ada partisipasi aktif dari seluruh anggota
masyarakat, maka keselarasan sosial tidak terwujud. Ciri-ciri keselarasan sosial
adalah sebagai berikut:
1) Terdapat satu sistem nilai atau norma yang jelas
2) Individu atau kelompok dalam masyarakat mengetahui dan memahami
norma dan nilai sosial yang berlaku.
3) Individu atau kelompok masyarakat mampu menyesuaikan tindakantindakannya dengan norma dan nilai sosial yang berlaku.
Keselarasan sosial harus disosialisasikan dalam institusi-institusi yang berlaku di
masyarakat, misalnya keluarga dan lingkungan sekolah. Sosialisasi harus dapat
menciptakan kesadaran dan tanggung jawab pada setiap anggota masyarakat untuk
menciptakan keteraturan dan ketertiban.
f. Proses Terbentuknya Keselarasan
Proses terbentuknya keselarasan sosial melalui beberapa tahapan, yaitu sebagai
berikut:
1) Perilaku, yaitu sikap dan pola tindakan yang dianut seseorang.
2) Pola, yaitu corak hubungan yang tetap dalam interaksi sosial yang dapat
dijadikan model oleh anggota masyarakat yang lain.
3) Order, yaitu sistem norma dan nilai sosial yang berkembang, diakui dan
dipatuhi oleh seluruh anggota masyarakat.
4) Keajegan, yaitu suatu kondisi keteraturan yang tetap dan tidak berubah.
5) Tertib sosial, yaitu kondisi kehidupan masyarakat yang aman, dinamis, dan
teratur, sebagai hasil hubungan yang selaras antara tindakan, nilai, dan norma
dalam interaksi sosial.
Dari uraian di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa proses keselarasan
sosial bermula dari adanya perilaku warga masyarakat yang menghasilkan pola
perilaku tertentu yang diikuti oleh hampir sebagian anggota masyarakat,
kemudian menjadi order yang berupa adat istiadat yang ajeg dalam masyarakat.
Keajegan ini menimbulkan tertib sosial lalu terciptalah keselarasan sosial dalam
kehidupan masyarakat.

Dalam interaksi sosial setiap anggota masyarakat, keselarasan sosial
sangat penting untuk diwujudkan. Setiap norma yang dipatuhi mempunyai
peranan yang penting dalam mewujudkan keselarasan sosial. Jadi interaksi sosial
mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan keselarasan sosial
karena keselarasan sosial timbul dari hasil hubungan yang selaras dan serasi
antara interaksi sosial, nilai sosial, dan norma sosial.
Selain itu, interaksi sosial dapat menyebabkan keteraturan sosial
berdasarkan hal-hal berikut.
a. Kebutuhan nyata, baik kebutuhan lahir maupun batin.
b. Efisiensi, yaitu sebagai alat mempererat dan mengatur pergaulan manusia.
c. Keefektifan, yaitu untuk mencapai kebutuhan hidup berdasarkan nilai-nilai
sosial.
d. Penyesuaian diri pada kebenaran, yaitu mendekatkan diri pada kebenaran
nilai-nilai di dalam masyarakat.
e. Penyesuaian diri pada kaidah-kaidah yang berlaku, yaitu manusia dapat
mengenal norma-norma sosial yang dijadikan pedoman tingkah laku.
f. Sikap tidak memaksa kehendak terhadap orang lain secara mental dan
fisik.

BAB III
PENUTUP

Ketika budaya urban didominasi dan dimenangkan oleh pasar, maka pada hakikatnya
pasar pula yang menjadi penguasa budaya urban. Relasi antara pasar dengan masyarakat urban
menjadi tidak nyata yaitu relasi yang tidak seimbang. Ekonomi, budaya dan simbol dapat
digunakan untuk mendefinisikan kelas dan untuk membentuk gaya hidup yang berbeda secara
etnis, agama, sosial dan sebagainya. Jadi, budaya urban mencakup berbagai sisi mulai dari
ekonomi, keberadaan (habitus) , simbol, kelas, dan gaya hidup. Gaya hidup ini dapat berubah
setiap saat karena bersifat musiman. Demikian juga masyarakat setiap saat selalu berevolusi
karena bertambahnya jumlah individu dalam setiap kelompok sehingga kelompok tersebut akakn
berkembang membentuk kelompok-kelompok baru.
Di Indonesia kelompok urban dan budaya urban dapat berjalan secara horisontal sejauh
dalam batas kewajaran. Masyarakat dan budaya tidak dapat dipisahkan keduanya merupakan satu
kesatuan akhirnya membentuk gaya hidup. Begitupun seperti pada gejala urban terjadi dari
berbagai macam etnis budaya kemudian lebur menjadi satu ketika dihadapkan pada lingkungan
yang sama maka munculah urban. mobilitas masyarakat urban yang tinggi memberi dampak
permasalahan perkotaan baru dalam berbagai aspek kehidupan dan tentunya perlu ada perubahan
pemahaman mengenai konsep modern gaya hidup urban untuk menghindari permasalahan yang
ada di bumi.