Pemahaman Sosiologi Islam dan Sosiologi

Pemahaman Sosiologi Islam dan Sosiologi Umum Dalam Melihat Realitas Sosial
Oleh : Indah Wulandari Chabib
Pengembangan Masyarakat Islam
Semester IV-A / 1154040025
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
indahwchabib@gmail.com

Abstrak
Realitas sosial merupakan kenyataan yang dapat kita lihat sebagai bentuk dari adanya
hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Sosiologi dalam
perkembangannya mampu menghasilkan pemikir yang senantiasa kritis terhadap realitas
sosial. Sedangkan dalam Sosiologi Islam melihat realitas sosial sebagai sesuatu yang sudah
ada dalam pemabahasan nilai-nilai dalam Al-Quran. Al-Quran menjadi landasan setiap
Muslim yang tidak dapat dipisahkan dari berbagai sendi kehidupan manusia.

Pembahasan
Realitas sosial dimasyarakat sekarang menjadi hal yang perlu dicermati secara khusus.
Apalagi kenyataan dalam hal-hal tertentu terlihat sangat mencolok, seperti ketimpangan
ekonomi yang terjadi pada negara ini. Pengamen yang bergonta-ganti bus, orang-orang lanjut
usia yang masih berdagang, dan orang kaya yang bergaya borjuis.
Realitas masyarakat di desa dan di kota bisa menjadi berbeda, ini dikarenakan

lingkungan serta struktur sosial yang mendukungknya. Seperti dalam hal pendidikan, di desa
untuk mendapatkan pendidikan harus ditempuh dengan jarak yang jauh, belum lagi kondisi
jalan yang tidak memadai bahkan terkadang askes jembatan yang membahayakan nyawa. Jika
di kota dapat dilihat banyaknya sekolah-sekolah yang beridiri akses jalan mudah dan juga
pengajar yang berkualitas.
Pada zaman ini, berdasarkan realitas yang ada, sudah jelas bahwa kita berada pada
gelombang ketiga, dimana kita hidup di zaman yang didukung oleh kemajuan teknologi
informasi, yang membawa ledakan informasi. Ledakan informasi yang terjadi membawa
berubahan besar dalam kehidupan umat manusia. Kita telah mengalami masa peralih dari
masyarakat industri menjadi masyarakat informasi.
Dalam realitas sosial banyak kencenderungan-kecenderungan untuk menyimpang.
Kencenderungan untuk melakukan tindakan tidak terpuji yang dalam wacana sosiologi

dikenal dengan istilah patologi sosial tampaknya memang sudah menjadi semacam tabiat
yang tidak bisa dilepaskan dari diri manusia. Manusia dalam pandangan al-Quran, memiliki
dua sisi yang berlawanan. Selain dipuji, manusia juga banyak dikecam Tuhan.
Menurut Kartini Kartono yang dikutip oleh Agus Ahmad Safei mencatat sejumlah
macam deviasi atau penyimpangan. Pertama, deviasi individual. Deviasi jenis ini snagt
dipengaruhi oleh pembawaan internal individu yang bersngkutan, yang biasanya sudah ada
sejak lahir. Kedua deviasi situasional. Deviasi jenis ini banyak dipengaruhi oleh bermacammacam kekuatan situasional-sosial diluar individu. Ketiga, deviasi sitematik. Deviasi jenis ini

merupakan penyimpangan yang terorganisasi.
Dalam pembahasan bagian dua tentang Islam dan Realitas Sosial tidak menyantumkan
interaksi sosial yang seharusnya menjadi inti dari adanya realitas-realitas yang terjadi.
Interaksi sosial sebagai syarat utama-utama terjadinya interaksi sosial. Interaksi merupakan
hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar orang perorangan, kelompok
dengan kelompok, maupun antara perseorangan dengan kelompok. Semua interaksi sosial itu
menimbulkan kesan dalam pikiran seseorang yang kemudian menetukan tindakan apa yang
akan dilakukannya.
Adanya interaksi sosial yang tidak seimbang mengakibatkan konflik-konflik yang
terjadi dalam aktivitas sosial. Konflik menjadi hal wajar yang mewarnai setiap kehidupan
manusia, baik itu konflik karena perselisihan kecil ataupun dalam hal yang lebih dalam lagi
konflik terjadi karena perbedaan kepercayaan. Penjelasan konflik dalam sub-bagian ini hanya
menjelaskan konflik pengertian konflik sosiologis dan konflik menurut al-Quran. Manfaat
dan dampak dari konflik tersebut tidak dipaparkan. Konflik merupakan suatu proses disosiatif
yang agak tajam, konflik sebagai salah satu bentuk proses sosial juga mempunyai fungsi
positif bagi masyarakat. Konflik dapat menjadikan suatu kelompok untuk lebih erat lagi dan
mencapai kesepakatan bersama untuk emmecahkan masalah-masalah yang ada, konflik juga
menjadi dorongan seseorang untuk melakukan hal-hal yang positif, konflik juga menjadi
sumber hiburan yang menarik dan menjadi warna dalam perbedaan setiap manusia, selain itu
juga konflik dapat meredakan ketengangan-ketengangan kecil yang terjadi.

Realitas sosial menjadikan adanya strata atau sering disebut dengan lapisan sosial.
Lapisan masyarakat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat, akan
tetapi ada pula yang disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama Dalam islam sendiri
tingkatan dalam manusia ditentukan oleh iman dengan ketaqwaannya, sedangkan dalam
sosiologis di beberapa masyarakat menilainya dengan harta, serta kasta yang dimiliki
seseorang tersebut.

Dalam buku Soerjono Soekanto lapisan sosial dijelaskan secara terperinci mulai dari
pengertiannya, terjadinya lapisan masyarakat, sifat system lapisan masyarakat, kelas-kelas
masyarakat, dasar lapisan masyarakat, unsur-unsur lapisan masyarakat, dan sebagainya. Dan
dalam buku Sosiologi Islam menjelaskan lebih mendasar pada kaitannya dengan tingakatan
masyarakat yang berdasarkan pada ajaran Islam.
Perubahan sosial berarti modifikasi atau perubahan institusi sosial atau pola-pola peran
sosial. Seetiap manusia yang hidup pasti mengalami perubahan-perubahan entah itu
direncanakan ataupun terjadi secara tidak sengaja. Ada perubahan-perubahan yang
berpengaruh luas, serta perubahan yang tidak berpengaruh atau hanya mempunyai pengaruh
kecil.
Perubahan-perubahan dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma
sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan kelembagaan masyarakat, kekuasaan dan
wewenang, interaksi sosial dan sebagainya. Hal ini menunjukan bahwa baik masyrakat

ataupun aturan-aturan masyarakat bersifat dinamis dan sewaktu-waktu dapat berubah sesuai
dengan kondisi, geografi, bahkan kondisi ekonomi.
Pada dasarnya, perubahan dapat terlaksana sebagai akibat pemahaman dan penghayatan
nilai-nilai Al-Quranserta kemampuan memanfaatkan dan menyesuaikan diri dengan hukumhukum sejarah. Nilai-nilai dan hukum sejarah dijelaskan secara gambling dalam Al-Quran.
Al-Quran sebagai landasan dasar yang wajib diikuti oleh seorang Muslim tidak dapat lepas
begitu saja. Semua hal sudah diatur dalam Al-Quran, bahkan untuk perubahan dalam
masyarakat.
Dalam bahasa Al-Quran “mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju terang
benderang”. Hal ini menunjukan bahwa perubahan itu mutlak terjadi, namun dalam kaitan ini
peruybahan harus dilakukan secara positif dan mengarah ke arah yang lebih baik dari
sebelumnya.
Teori-teori perubahan sosial lebih banyak dikemukakakn oleh ahli-ahli pengetahuan
dari Barat dan Yunani, jarang sekali terdengar cendikiawan Muslim yang memamparkannya.
Hal ini seharusnya dipaparkan dalam buku Sosiologi Islam agar memperkarya khazanah
pembaca dalam wawasan cendikiawan Islam.
Dalam pemabahasan sub-bagian perspektif Islam dalam perubahan sosial disebutkan
pula tentang masyarakat dan isu-isu kontemporer sosiologis yang dihadapi masyarakat Islam,
khususnya di Indonesia, yaitu :
a. Relasi diakletis agama, masyarakat, dan media
b. Isu kaitan media dan masyarakat


c. Masyarakat (mabuk)m media
d. Media dan corak keberagamaan masyarakat
e. Agama sebagai media
f. Kuasa media atas agama dan intoleransi agama atas media
g. Substansi agama dan banalitas media
h. Prasangka agama di media
i. Cyber religion dan real religion di tengah masyarakat digital
j. Mediatisasi agama
k. Komodifikasi agama dan kapitalisme media
l. Jurnalisme keagamaan relasi agama dan media sebagai bahan penelitian
m. Relasi mutualisasi agama, masyarakat, dan media
Isu-isu ini sedang hangat-hangatnya dibahas dalam media elektronik maupun media
cetak yang beredar. Ini menjadi nilai tambah pada buku ini yang belum banyak dibahas oleh
buku-buku Sosiologi lain yang beredar dikalangan masyarakat. Selain itu buku ini
memberikan klarifikasi di setiap pembahasannya.
Gegar budaya atau kesenjangan budaya lahir akibat adanya pembangunan di negeri
yang cenderung mekanistik. Sementara disisi lain perkembangan moral dan spiritual tumbuh
tidak seimbang ddengan perkembangan fisik, materi, dan rasio.
Fenomena gegar budaya banyak menimpa kalangan masyarakat Indonesia belakangan

ini, dalam taraf apapun, merupakan masalah mendasar dalam kehidupan masyarakat
Indonesia sehingga dapat dikatakan sebagai masalah kebudayaan masyarakat manusia.
Karena menyangkut masalah kebudayaan manusia, jika tidak diantisipasi secara dini, tidak
mustahil bahwa gejala gegar budaya tidak hanya akan menjadi realitas kehidupan masyarakat
maju, tetapi bahakan menjadi realitas yang sah dalam kehidupan masyarakat Indonesia.\

Kesimpulan
Dalam realitas sosial banyak kencenderungan-kecenderungan untuk menyimpang. Hal ini
berakibat adanya konflik-konflik yang terjadi dalam suatu masyarakat ataupun kelompok.
Dalam setiap kehidupan manusia pasti terjadi adanya perubahan-perubahan. Perubahanperubahan yang terjadi menyebabkan adanya isu-isu kontemporer yang menyerang
masyarakat Islam, khususnya masyarakat di Indonesia. Dan dengan adanya pembangunanpembanguna fisik yang terjadi mengakibatkan kesenjangan budaya atau gegar budaya pada
masyarakat.

Referensi
Agus Ahmad Safei. 2017. Sosiologi Islam. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Soerjono Soekanto.2013. Sosiologi Suatu Pengantar Cetakan Ke 2. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
M. Taufiq Rahman. 2011. Glosari Teori Sosial. Bandung : Ibnu Sina Press.