Akuntansi dan Pengendalian Pengelolaan K
Akuntansi dan Pengendalian Pengelolaan Keuangan Daerah
Reny Oktaviani
Jurusan Akuntansi
Universitas Negeri Surabaya
[email protected]
ABSTRAK
Mengelola keuangan daerah berarti mengelola anggaran daerah, karena
segala aktivitas pemerintahan daerah hampir dapat dipastikan terkait dengan
pengelolaan penerimaan dan pengeluaran dana yang terdapat dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja serta Pembiayaan Daerah yang lebih dikenal dengan
APBD. Kegiatan pengelolaan APBD dimaksud meliputi kegiatan perencanaan
anggaran, pelaksanaan anggaran, dan pengawasan atau pengendalian anggaran
termasuk pelaporan pelaksanaan anggaran.Anggaran yang telah disahkan dan
mulai dilaksanakan harus dikendalikan. Pelaksanaan anggaran berupa aktivitas
penerimaan dan pengeluaran dana memerlukan suatu alat kendali yaitu perlunya
suatu pencatatan dan pelaporan atas aktivitas penerimaan dan pengeluaran
anggaran. Pencatatan dan pelaporan tersebut tidak lain adalah “akuntansi” yang
lebih dikenal dengan istilah pembukuan.
Kata Kunci : Akuntansi, Pengelolaan, Keuangan Daerah
A. Pendahuluan
Akuntansi keuangan pemerintahan daerah di Indonesia merupakan salah
satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang mendapat perhatian besar dari
berbagai pihak semenjak reformasi di tahun 1998. Hal tersebut disebabkan oleh
adanya kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi
berbagai hal, termasuk pengelolaan keuangan daerah. Reformasi tersebut
awalnya dilakukan dengan mengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974
tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah dengan Undang-Undang Nomor
22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1999 yang menggantikan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1956 yang
berkaitan dengan keuangan negara dan daerah.
Kegiatan pengelolaan dimulai pada awal tahun anggaran setelah
anggaran disahkan dengan perkiraan (forecast/ prediction) kebutuhan akan dana
kas yang berbasis pada antisipasi komitmen yang dibuat baik atas kebutuhan
belanja yang bersifat rutin maupun kebutuhan belanja yang bersifat tidak rutin
(kebutuhan belanja modal atau pembangunan). Anggaran yang telah disahkan
dan mulai dilaksanakan harus dikendalikan melalui pencatatan dan pelaporan
atas aktivitas penerimaan dan pengeluaran dana memerlukan suatu alat kendali
yang disebut dengan akuntansi. Agar dapat dikendalikan, maka pelaporan dari
akuntansi mencakup pelaporan selama anggaran dilaksanakan dan pelaporan
saat akhir atau selesainya pelaksanaan anggaran.
Selama dalam pelaksanaan diperlukan pelaporan akuntansi manajemen
dan
pada
saat
akhir
pelaksanaan
diperlukan
pelaporan
akuntansi
keuangan.Pelaporan keuangan di suatu pemerintahan daerah yang termasuk
dalam lingkup ilmu akuntansi sektor publik merupakan sebuah elemen kunci
atas akuntabilitas pemerintahan daerah tersebut. Akuntabilitas yang dimaksud
adalah akuntabilitas kepada publik pengguna laporan keuangan yang mencakup
rakyat, pembayar pajak atau retribusi, kreditur atau rekanan, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) dan lain-lain.
Dengan demikian, pelaporan anggaran yang merupakan bagian dari
laporan keuangan menjadi sangat penting. Laporan tersebut akan sangat terbantu
dengan adanya sistem akuntansi keuangan. Masalah-masalah yang akan dibahas
dalam artikel ilmiah ini adalah pengertian akuntansi keuangan pemerintah
daerah, anggaran keuangan pemerintah daerah, sistem akuntansi keuangan
pemerintah daerah, dan audit sektor publik dalam
pengawasan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
B. Pengertian Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Secara sederhana kegiatan mencatat transaksi yang berhubungan dengan
kegiatan keuangan dapat disebut akuntansi. Menurut Arens (2003:18),
“Akuntansi adalah proses pencatatan, pengklasifikasian, serta pengikhtisaran
kejadian-kejadian ekonomidengan perlakuan yang logis bertujuan menyediakan
informasi keuangan, yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan”. Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi merupakan suatu kegiatan
yang tujuan akhirnya adalah untuk memberikan informasi kepada para
pengambil keputusan dalam suatu entitas atau organisasi.
Halim (2012:43) menyatakan “Akuntansi keuangan daerah adalah proses
pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi
(keuangan) dari entitas pemerintah daerah (kabupaten, kota, atau provinsi)
dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak eksternal
pemerintah daerah yang memerlukan….”.
C. Anggaran Keuangan Pemerintah Daerah
Sebagaimana yang telah dinyatakan dalam PP 105 tentang Pengelolaan
dan Pertanggungjawaban Kepala Daerah
dinyatakan
bahwa Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah disusun berdasarkan pendekatan kinerja.
Anggaran kinerja adalah pendekatan penyusunan anggaran yang menekankan
pada pencapaian tujuan dan sasaran kinerja, yang artinya anggaran digunakan
sebagai alat pencapaian tujuan yang didasarkan pada konsep value for money.
Sehingga dengan pendekatan ini pemerintah didorong untuk menggunakan dana
secara ekonomis dan dituntut untuk mampu mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Anggaran pemerintah daerah adalah rencana kegiatan yang
direpresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan
belanja dalam satuan moneter. Anggaran merupakan dokumen yang
menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi
informasi mengenai pendapatan, belanja, aktivitas dan estimasi
mengenai apa yang akan dilakukan organisasi di masa yang akan datang.
Anggaran juga menggambarkan mengenai rencana strategis yang akan
dilaksanakan oleh organisasi pemerintah daerah berdasarkan mandat
yang diberikan oleh para stake holder pemerintah daerah. Dalam sistem
penyelenggaran pemerintahan di Indonesia, anggaran yang disusun oleh
pemerintah daerah dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (Halim,2007:36).
Seiring dengan perkembangannya anggaran telah berubah mengikuti
perubahan manajemen. Perkembangan perubahan anggaran terjadi pada metode
pendekatan yang digunakan yaitu dari pendekatan tradisional kepada pendekatan
new public management. Ciri utama pendekatan anggaran tradisional adalah cara
penyusunan anggaran yang berdasarkan incrementalism dan susunan anggaran
yang bersifat line item. Penyusunan anggaran yang bersifat incrementalism
dilakukan dengan hanya menambah atau mengurangi jumlah rupiah pada itemitem anggaran. Susunan anggaran yang bersifat line item yaitu didasarkan atas
sifat dari penerimaan dan pengeluaran. Metode line item tidak memungkinkan
untuk menghilangkan item-item pengeluaran atau penerimaan yang telah ada
dalam struktur anggaran walaupun sebenarnya itemtersebut tidak relevan lagi
untuk digunakan pada periode sekarang.
Fungsi utama anggaran bagi pemerintah daerah adalah sebagai alat
perencanaan, alat pengendalian, alat kebijakan fiskal, alat penilaian kinerja, alat
menciptakan ruang publik, dan alat koordinasi dan komunikasi.Anggaran
merupakan rencana kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk satuan moneter,
sedangkan akuntansi merupakan kegiatan yang berusaha memberikan informasi
mengenai kegiatan yang berkaitan dengan transaksi keuangan.Pada tahap
pelaksanaan anggaran, akuntansi mencatat transaksi pelaksanaan anggaran
tersebut. Akuntansi anggaran mencatat dan menyajikan akun atau perkiraan
operasi dalam format yang sama dan sejajar dengan anggaran.
D. Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Penyediakan informasi secara tepat dan akurat dibutuhkan suatu sistem
yang dapat digunakan dalam rangka penyediaan informasi. Sistem akuntansi
adalah metode dan prosedur untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan,
mengikhtisarkan, dan melaporkan informasi mengenai keuangan dan kinerja
entitas.
Pada entitas pemerintahan, sistem yang digunakan adalah sistem Uang
Untuk
Dipertanggungjawabkan
(UUDP),
dan
kemudian
untuk
alasan
kepraktisan digunakan pula sistem Uang Yang Harus Dipertanggungjawabkan
(UYHD), dan sekarang dengan sistem akuntansi kinerja untuk mendukung
pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dalam rangka menuju
good governance. Perubahan dari suatu sistem ke sistem yang lain dapat
dilaksanakan berdasarkan kemudahan pelaksanaan, kemudahan pengawasan,
perubahan struktur organisasi, perubahan kebutuhan informasi, sampai dengan
alasan politik.
Salah satu kegiatan yang dilakukan dalam perancangan sistem akuntansi
adalah menentukan basis akuntansi. Basis akuntansi atau dasar akuntansi
berhubungan dengan saat atau kapan suatu pendapatan diakui sebagai
penerimaan. Secara garis besar ada dua jenis dasar akuntansi yaitu dasar kas dan
dasar akrual. Apabila suatu transaksi pada pemerintah daerah ditentukan untuk
diakui pada saat kas diterima atau dibayarkan maka disebut dasar kas, akan
tetapi apabila suatu transaksi ditentukan untuk diakui pada saat periode
terjadinya dan bukan pada saat kas dibayar atau diterima, maka dasar ini disebut
dengan dasar akrual.
Selain itu, terdapat sistem pencatatan untuk mengatur bagaimana suatu
transaksi untuk dicatat.Ada dua sistem pencatatan yaitu sistem single entry dan
sistem double entry. Sistem single entry mencatat transaksi hanya pada satu sisi
atau satu kali pencatatan sebagaimana yang telah dilaksanakan selama ini pada
entitas pemerintah daerah. Suatu penerimaan hanya dicatat mengenai sumber
dan besarnya penerimaan yang bersangkutan, dan suatu biaya hanya dicatat
untuk apa dan berapa biaya yang dikeluarkan.
Sedangkan sistem double entry mencatat transaksi pada dua sisi atau dua
kali pencatatan, suatu penerimaan tidak hanya dicatat sumber dan besarnya
penerimaan saja, akan tetapi dicatat juga dalam bentuk apa dan berapa besarnya
penerimaan tersebut. Demikian pula pengeluaran tidak hanya dicatat untuk apa
dan berapa besarnya biaya tersebut dikeluarkan, akan tetapi juga dalam bentuk
apa biaya tersebut. Seiring dengan tuntutan reformasi di bidang keuangan yang
menuntut akuntabilitas dan transparansi pengelolaan, sistem single entry sudah
tidak dapat diterapkan lagi karena tidak dapat memberikan informasi yang
komprehensif dan mencerminkan kinerja yang sesungguhnya.
Menurut Devas,dkk (1989:279-280),”pengelolaan keuangan daerah
berarti mengurus dan mengatur keuangan daerah itu sendiri berdasarkan pada
prinsip-prinsip:
(1)
tanggungjawab
artinya
pemerintah
daerah
harus
mempertanggungjawabkan keuanganya kepada lembaga lembaga atau orang
yang berkepentingan sah…,(2) mampu memenuhi kewajiban keuangan sehingga
keuangan daerah harus ditata dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu
melunasi semua kewajiban…,(3) kejujuran artinya hal-hal yang menyangkut
pengelolaan keuangan daerah pada prinsipnya harus diserahkan kepada pegawai
yang benar-benar jujur…,(4) hasil guna dan daya guna merupakan tata cara
mengurus keuangan daerah harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan
program dapat direncanakan dan dilaksanakan…,(5) pengendalian …agar semua
tujuan dapat tercapai”.
E. Audit Sektor Publik dalam Pengawasan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).
Secara umum yang dimaksud dengan pengawasan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) adalah segala kegiatan untuk menjamin agar
pengumpulan-pengumpulan pendapatan daerah dan pembelanjaan pengeluaranpengeluaran daerah berjalan sesuai dengan rencana, aturan-aturan, dan tujuan
yang telah ditetapkan. Laporan keuangan pemerintah harus dapat memberikan
informasi untuk membantu pemakai dalam membuat keputusan ekonomi, sosial,
dan politik sebagai dasar dari akuntabilitas (Halim dalam Mardiasmo, 2000:7).
Tujuan pengawasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
sebagai berikut:
a. Untuk memastikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang
disusun benar-benar sesuai dengan rencana strategik dan prioritas program
yang telah ditetapkan.
b. Untuk memastikan bahwa pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) tersebut benar-benar sesuai dengan anggaran, aturan-aturan,
tujuan yang telah ditetapkan, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Jenis-jenis pengawasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) dapat dibedakan berdasarkan objek yang diawasi, sifat pengawasan,
dan metode pengawasannya.
1. Pengawasan Berdasarkan Objek
Sesuai dengan strukturnya, pengawasan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) dapat digolongkan menjadi
pengawasan terhadap
pendapatan daerah dan pengawasan terhadap pengeluaran daerah.Perbedaan
pokok
antara
pengawasan
pendapatan
daerah
dengan
pengawasan
pengeluaran daerah terletak pada segi kompleksitasnya dan keketatannya.
Dilihat dari segi kompleksitasnya, pengawasan pengeluaran daerah jauh
lebih komplek daripada pengawasan pendapatan daerah.Karena pengawasan
pengeluaran daerah tidak hanya dilakukan pada waktu sedang atau sesudah
berlangsungnya kegiatan, tetapi juga pada waktu sebelum diadakan
pengeluaran. Sedangkan pengawasan pendapatan hanya dilakukan berkaitan
dengan penyetorannya ke kas daerah. Sementara berdasarkan keketatannya,
pengawasan pendapatan biasanya jauh lebih longgar daripada pengawasan
pengeluaran. Penyebabnya adalah agar
kegiatan pengawasan tidak
menghambat pengumpulan sumber-sumber pendapatan asli daerah.
2. Pengawasan Menurut Sifatnya
Menurut sifatnya pengawasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD)
dapat
dikelompokkan
menjadi
pengawasan
preventif
dan
pengawasan detektif. Pengawasan preventif adalah pengawasan yang
dilakukan pada tahap penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). Sedangkan pengawasan detektif dilakukan pada tahap pelaksanaan
dan pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD).
3. Pengawasan Menurut Metodenya
Menurut metodenya, pengawasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) dapat dibedakan menjadi pengawasan melekat dan pengawasan
fungsional. Pengawasan melekat adalah pengawasan yang dilakukan oleh
pimpinan atau atasan langsung suatu instansi kerja dalam lingkungan
pemerintahan daerah terhadap bawahannya, terutama melalui pelembagaan
sistem pengawasan pimpinan. Sedangkan pengawasan fungsional Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah pengawasan yang dilakukan
oleh aparat pengawasan fungsional yang meliputi BPKP, Itwilprop, dan
Itwilkab/kota. Cakupan pelaksanaan pengawasan fungsional meliputi,
pelaksanaan tugas umum pemerintahan maupun pelaksanaan pembangunan.
F.
Penutup
Akuntansi keuangan daerah merupakan proses pengidentifikasian,
pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) daerah
(provinsi, kabupaten, atau kota) yang dijadikan informasi dalam rangka
pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak eksternal pemerintah
daerah yang memerlukannya. Pihak-pihak eksternal entitas pemerintah
daerah yang memerlukan informasi yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan
daerah antara lain adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Badan
Pengawas Keuangan (BPK), investor dan kreditor.
Anggaran pemerintah daerah adalah rencana kegiatan yang
direpresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja
dalam satuan moneter. Anggaran menggambarkan mengenai rencana
strategis yang akan dilaksanakan oleh organisasi pemerintah daerah
berdasarkan mandat yang diberikan oleh para stakeholder pemerintah
daerah. Ada dua pendekatan yang digunakan dalam penyusunan anggaran
yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan new public management.
Penyediakan informasi secara tepat dan akurat dibutuhkan suatu
sistem yang dapat digunakan dalam rangka penyediaan informasi. Sistem
akuntansi
adalah
metode
dan
prosedur
untuk
mengumpulkan,
mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, dan melaporkan informasi mengenai
keuangan dan kinerja entitas.
Anggaran yang telah disahkan dan mulai dilaksanakan harus
dikendalikan. Pelaksanaan anggaran berupa aktivitas penerimaan dan
pengeluaran dana memerlukan suatu pengawasan. Secara umum yang
dimaksud dengan pengawasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) adalah segala kegiatan untuk menjamin agar pengumpulanpengumpulan
pendapatan
daerah
dan
pembelanjaan
pengeluaran-
pengeluaran daerah berjalan sesuai dengan rencana, aturan-aturan, dan
tujuan yang telah ditetapkan.
G.
Daftar Rujukan
Halim,Abdul.(2007). Akuntansi dan Pengendalian Pengelolaan Keuangan
Daerah Edisi Revisi. Yogyakarta:UPP STIM YKPN.
Halim, Abdul, & Muhammad, Syam Kusufi. (2012). Akuntansi Sektor
Publik, Akuntansi Keuangan Daerah Edisi 4. Jakarta:Salemba Empat.
Heibilon.(2011).Akuntansi Keuangan Daerah.
http://heibilon.blogspot.com/2011/12/-akuntansi-keuangan-daerah.html.
(diakses 18 November 2014).
Mardiasmo.(2000).Tantangan Akuntansi sektor publik dalam Mewujudkan
Good Governance dalam Perspektif Otonomi Daerah, Yogyakarta.
Nugroho, Agung.( 2013). Pengertian Akuntansi Menurut Para Ahli.
http://agung-nugroho01.blogspot.com/2013/02/pengertian-akuntansimenurut-para-ahli.html. (diakses 18 November 2014).
Reny Oktaviani
Jurusan Akuntansi
Universitas Negeri Surabaya
[email protected]
ABSTRAK
Mengelola keuangan daerah berarti mengelola anggaran daerah, karena
segala aktivitas pemerintahan daerah hampir dapat dipastikan terkait dengan
pengelolaan penerimaan dan pengeluaran dana yang terdapat dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja serta Pembiayaan Daerah yang lebih dikenal dengan
APBD. Kegiatan pengelolaan APBD dimaksud meliputi kegiatan perencanaan
anggaran, pelaksanaan anggaran, dan pengawasan atau pengendalian anggaran
termasuk pelaporan pelaksanaan anggaran.Anggaran yang telah disahkan dan
mulai dilaksanakan harus dikendalikan. Pelaksanaan anggaran berupa aktivitas
penerimaan dan pengeluaran dana memerlukan suatu alat kendali yaitu perlunya
suatu pencatatan dan pelaporan atas aktivitas penerimaan dan pengeluaran
anggaran. Pencatatan dan pelaporan tersebut tidak lain adalah “akuntansi” yang
lebih dikenal dengan istilah pembukuan.
Kata Kunci : Akuntansi, Pengelolaan, Keuangan Daerah
A. Pendahuluan
Akuntansi keuangan pemerintahan daerah di Indonesia merupakan salah
satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang mendapat perhatian besar dari
berbagai pihak semenjak reformasi di tahun 1998. Hal tersebut disebabkan oleh
adanya kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi
berbagai hal, termasuk pengelolaan keuangan daerah. Reformasi tersebut
awalnya dilakukan dengan mengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974
tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah dengan Undang-Undang Nomor
22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1999 yang menggantikan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1956 yang
berkaitan dengan keuangan negara dan daerah.
Kegiatan pengelolaan dimulai pada awal tahun anggaran setelah
anggaran disahkan dengan perkiraan (forecast/ prediction) kebutuhan akan dana
kas yang berbasis pada antisipasi komitmen yang dibuat baik atas kebutuhan
belanja yang bersifat rutin maupun kebutuhan belanja yang bersifat tidak rutin
(kebutuhan belanja modal atau pembangunan). Anggaran yang telah disahkan
dan mulai dilaksanakan harus dikendalikan melalui pencatatan dan pelaporan
atas aktivitas penerimaan dan pengeluaran dana memerlukan suatu alat kendali
yang disebut dengan akuntansi. Agar dapat dikendalikan, maka pelaporan dari
akuntansi mencakup pelaporan selama anggaran dilaksanakan dan pelaporan
saat akhir atau selesainya pelaksanaan anggaran.
Selama dalam pelaksanaan diperlukan pelaporan akuntansi manajemen
dan
pada
saat
akhir
pelaksanaan
diperlukan
pelaporan
akuntansi
keuangan.Pelaporan keuangan di suatu pemerintahan daerah yang termasuk
dalam lingkup ilmu akuntansi sektor publik merupakan sebuah elemen kunci
atas akuntabilitas pemerintahan daerah tersebut. Akuntabilitas yang dimaksud
adalah akuntabilitas kepada publik pengguna laporan keuangan yang mencakup
rakyat, pembayar pajak atau retribusi, kreditur atau rekanan, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) dan lain-lain.
Dengan demikian, pelaporan anggaran yang merupakan bagian dari
laporan keuangan menjadi sangat penting. Laporan tersebut akan sangat terbantu
dengan adanya sistem akuntansi keuangan. Masalah-masalah yang akan dibahas
dalam artikel ilmiah ini adalah pengertian akuntansi keuangan pemerintah
daerah, anggaran keuangan pemerintah daerah, sistem akuntansi keuangan
pemerintah daerah, dan audit sektor publik dalam
pengawasan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
B. Pengertian Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Secara sederhana kegiatan mencatat transaksi yang berhubungan dengan
kegiatan keuangan dapat disebut akuntansi. Menurut Arens (2003:18),
“Akuntansi adalah proses pencatatan, pengklasifikasian, serta pengikhtisaran
kejadian-kejadian ekonomidengan perlakuan yang logis bertujuan menyediakan
informasi keuangan, yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan”. Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi merupakan suatu kegiatan
yang tujuan akhirnya adalah untuk memberikan informasi kepada para
pengambil keputusan dalam suatu entitas atau organisasi.
Halim (2012:43) menyatakan “Akuntansi keuangan daerah adalah proses
pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi
(keuangan) dari entitas pemerintah daerah (kabupaten, kota, atau provinsi)
dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak eksternal
pemerintah daerah yang memerlukan….”.
C. Anggaran Keuangan Pemerintah Daerah
Sebagaimana yang telah dinyatakan dalam PP 105 tentang Pengelolaan
dan Pertanggungjawaban Kepala Daerah
dinyatakan
bahwa Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah disusun berdasarkan pendekatan kinerja.
Anggaran kinerja adalah pendekatan penyusunan anggaran yang menekankan
pada pencapaian tujuan dan sasaran kinerja, yang artinya anggaran digunakan
sebagai alat pencapaian tujuan yang didasarkan pada konsep value for money.
Sehingga dengan pendekatan ini pemerintah didorong untuk menggunakan dana
secara ekonomis dan dituntut untuk mampu mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Anggaran pemerintah daerah adalah rencana kegiatan yang
direpresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan
belanja dalam satuan moneter. Anggaran merupakan dokumen yang
menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi
informasi mengenai pendapatan, belanja, aktivitas dan estimasi
mengenai apa yang akan dilakukan organisasi di masa yang akan datang.
Anggaran juga menggambarkan mengenai rencana strategis yang akan
dilaksanakan oleh organisasi pemerintah daerah berdasarkan mandat
yang diberikan oleh para stake holder pemerintah daerah. Dalam sistem
penyelenggaran pemerintahan di Indonesia, anggaran yang disusun oleh
pemerintah daerah dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (Halim,2007:36).
Seiring dengan perkembangannya anggaran telah berubah mengikuti
perubahan manajemen. Perkembangan perubahan anggaran terjadi pada metode
pendekatan yang digunakan yaitu dari pendekatan tradisional kepada pendekatan
new public management. Ciri utama pendekatan anggaran tradisional adalah cara
penyusunan anggaran yang berdasarkan incrementalism dan susunan anggaran
yang bersifat line item. Penyusunan anggaran yang bersifat incrementalism
dilakukan dengan hanya menambah atau mengurangi jumlah rupiah pada itemitem anggaran. Susunan anggaran yang bersifat line item yaitu didasarkan atas
sifat dari penerimaan dan pengeluaran. Metode line item tidak memungkinkan
untuk menghilangkan item-item pengeluaran atau penerimaan yang telah ada
dalam struktur anggaran walaupun sebenarnya itemtersebut tidak relevan lagi
untuk digunakan pada periode sekarang.
Fungsi utama anggaran bagi pemerintah daerah adalah sebagai alat
perencanaan, alat pengendalian, alat kebijakan fiskal, alat penilaian kinerja, alat
menciptakan ruang publik, dan alat koordinasi dan komunikasi.Anggaran
merupakan rencana kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk satuan moneter,
sedangkan akuntansi merupakan kegiatan yang berusaha memberikan informasi
mengenai kegiatan yang berkaitan dengan transaksi keuangan.Pada tahap
pelaksanaan anggaran, akuntansi mencatat transaksi pelaksanaan anggaran
tersebut. Akuntansi anggaran mencatat dan menyajikan akun atau perkiraan
operasi dalam format yang sama dan sejajar dengan anggaran.
D. Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Penyediakan informasi secara tepat dan akurat dibutuhkan suatu sistem
yang dapat digunakan dalam rangka penyediaan informasi. Sistem akuntansi
adalah metode dan prosedur untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan,
mengikhtisarkan, dan melaporkan informasi mengenai keuangan dan kinerja
entitas.
Pada entitas pemerintahan, sistem yang digunakan adalah sistem Uang
Untuk
Dipertanggungjawabkan
(UUDP),
dan
kemudian
untuk
alasan
kepraktisan digunakan pula sistem Uang Yang Harus Dipertanggungjawabkan
(UYHD), dan sekarang dengan sistem akuntansi kinerja untuk mendukung
pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dalam rangka menuju
good governance. Perubahan dari suatu sistem ke sistem yang lain dapat
dilaksanakan berdasarkan kemudahan pelaksanaan, kemudahan pengawasan,
perubahan struktur organisasi, perubahan kebutuhan informasi, sampai dengan
alasan politik.
Salah satu kegiatan yang dilakukan dalam perancangan sistem akuntansi
adalah menentukan basis akuntansi. Basis akuntansi atau dasar akuntansi
berhubungan dengan saat atau kapan suatu pendapatan diakui sebagai
penerimaan. Secara garis besar ada dua jenis dasar akuntansi yaitu dasar kas dan
dasar akrual. Apabila suatu transaksi pada pemerintah daerah ditentukan untuk
diakui pada saat kas diterima atau dibayarkan maka disebut dasar kas, akan
tetapi apabila suatu transaksi ditentukan untuk diakui pada saat periode
terjadinya dan bukan pada saat kas dibayar atau diterima, maka dasar ini disebut
dengan dasar akrual.
Selain itu, terdapat sistem pencatatan untuk mengatur bagaimana suatu
transaksi untuk dicatat.Ada dua sistem pencatatan yaitu sistem single entry dan
sistem double entry. Sistem single entry mencatat transaksi hanya pada satu sisi
atau satu kali pencatatan sebagaimana yang telah dilaksanakan selama ini pada
entitas pemerintah daerah. Suatu penerimaan hanya dicatat mengenai sumber
dan besarnya penerimaan yang bersangkutan, dan suatu biaya hanya dicatat
untuk apa dan berapa biaya yang dikeluarkan.
Sedangkan sistem double entry mencatat transaksi pada dua sisi atau dua
kali pencatatan, suatu penerimaan tidak hanya dicatat sumber dan besarnya
penerimaan saja, akan tetapi dicatat juga dalam bentuk apa dan berapa besarnya
penerimaan tersebut. Demikian pula pengeluaran tidak hanya dicatat untuk apa
dan berapa besarnya biaya tersebut dikeluarkan, akan tetapi juga dalam bentuk
apa biaya tersebut. Seiring dengan tuntutan reformasi di bidang keuangan yang
menuntut akuntabilitas dan transparansi pengelolaan, sistem single entry sudah
tidak dapat diterapkan lagi karena tidak dapat memberikan informasi yang
komprehensif dan mencerminkan kinerja yang sesungguhnya.
Menurut Devas,dkk (1989:279-280),”pengelolaan keuangan daerah
berarti mengurus dan mengatur keuangan daerah itu sendiri berdasarkan pada
prinsip-prinsip:
(1)
tanggungjawab
artinya
pemerintah
daerah
harus
mempertanggungjawabkan keuanganya kepada lembaga lembaga atau orang
yang berkepentingan sah…,(2) mampu memenuhi kewajiban keuangan sehingga
keuangan daerah harus ditata dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu
melunasi semua kewajiban…,(3) kejujuran artinya hal-hal yang menyangkut
pengelolaan keuangan daerah pada prinsipnya harus diserahkan kepada pegawai
yang benar-benar jujur…,(4) hasil guna dan daya guna merupakan tata cara
mengurus keuangan daerah harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan
program dapat direncanakan dan dilaksanakan…,(5) pengendalian …agar semua
tujuan dapat tercapai”.
E. Audit Sektor Publik dalam Pengawasan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).
Secara umum yang dimaksud dengan pengawasan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) adalah segala kegiatan untuk menjamin agar
pengumpulan-pengumpulan pendapatan daerah dan pembelanjaan pengeluaranpengeluaran daerah berjalan sesuai dengan rencana, aturan-aturan, dan tujuan
yang telah ditetapkan. Laporan keuangan pemerintah harus dapat memberikan
informasi untuk membantu pemakai dalam membuat keputusan ekonomi, sosial,
dan politik sebagai dasar dari akuntabilitas (Halim dalam Mardiasmo, 2000:7).
Tujuan pengawasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
sebagai berikut:
a. Untuk memastikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang
disusun benar-benar sesuai dengan rencana strategik dan prioritas program
yang telah ditetapkan.
b. Untuk memastikan bahwa pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) tersebut benar-benar sesuai dengan anggaran, aturan-aturan,
tujuan yang telah ditetapkan, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Jenis-jenis pengawasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) dapat dibedakan berdasarkan objek yang diawasi, sifat pengawasan,
dan metode pengawasannya.
1. Pengawasan Berdasarkan Objek
Sesuai dengan strukturnya, pengawasan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) dapat digolongkan menjadi
pengawasan terhadap
pendapatan daerah dan pengawasan terhadap pengeluaran daerah.Perbedaan
pokok
antara
pengawasan
pendapatan
daerah
dengan
pengawasan
pengeluaran daerah terletak pada segi kompleksitasnya dan keketatannya.
Dilihat dari segi kompleksitasnya, pengawasan pengeluaran daerah jauh
lebih komplek daripada pengawasan pendapatan daerah.Karena pengawasan
pengeluaran daerah tidak hanya dilakukan pada waktu sedang atau sesudah
berlangsungnya kegiatan, tetapi juga pada waktu sebelum diadakan
pengeluaran. Sedangkan pengawasan pendapatan hanya dilakukan berkaitan
dengan penyetorannya ke kas daerah. Sementara berdasarkan keketatannya,
pengawasan pendapatan biasanya jauh lebih longgar daripada pengawasan
pengeluaran. Penyebabnya adalah agar
kegiatan pengawasan tidak
menghambat pengumpulan sumber-sumber pendapatan asli daerah.
2. Pengawasan Menurut Sifatnya
Menurut sifatnya pengawasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD)
dapat
dikelompokkan
menjadi
pengawasan
preventif
dan
pengawasan detektif. Pengawasan preventif adalah pengawasan yang
dilakukan pada tahap penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). Sedangkan pengawasan detektif dilakukan pada tahap pelaksanaan
dan pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD).
3. Pengawasan Menurut Metodenya
Menurut metodenya, pengawasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) dapat dibedakan menjadi pengawasan melekat dan pengawasan
fungsional. Pengawasan melekat adalah pengawasan yang dilakukan oleh
pimpinan atau atasan langsung suatu instansi kerja dalam lingkungan
pemerintahan daerah terhadap bawahannya, terutama melalui pelembagaan
sistem pengawasan pimpinan. Sedangkan pengawasan fungsional Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah pengawasan yang dilakukan
oleh aparat pengawasan fungsional yang meliputi BPKP, Itwilprop, dan
Itwilkab/kota. Cakupan pelaksanaan pengawasan fungsional meliputi,
pelaksanaan tugas umum pemerintahan maupun pelaksanaan pembangunan.
F.
Penutup
Akuntansi keuangan daerah merupakan proses pengidentifikasian,
pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) daerah
(provinsi, kabupaten, atau kota) yang dijadikan informasi dalam rangka
pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak eksternal pemerintah
daerah yang memerlukannya. Pihak-pihak eksternal entitas pemerintah
daerah yang memerlukan informasi yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan
daerah antara lain adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Badan
Pengawas Keuangan (BPK), investor dan kreditor.
Anggaran pemerintah daerah adalah rencana kegiatan yang
direpresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja
dalam satuan moneter. Anggaran menggambarkan mengenai rencana
strategis yang akan dilaksanakan oleh organisasi pemerintah daerah
berdasarkan mandat yang diberikan oleh para stakeholder pemerintah
daerah. Ada dua pendekatan yang digunakan dalam penyusunan anggaran
yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan new public management.
Penyediakan informasi secara tepat dan akurat dibutuhkan suatu
sistem yang dapat digunakan dalam rangka penyediaan informasi. Sistem
akuntansi
adalah
metode
dan
prosedur
untuk
mengumpulkan,
mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, dan melaporkan informasi mengenai
keuangan dan kinerja entitas.
Anggaran yang telah disahkan dan mulai dilaksanakan harus
dikendalikan. Pelaksanaan anggaran berupa aktivitas penerimaan dan
pengeluaran dana memerlukan suatu pengawasan. Secara umum yang
dimaksud dengan pengawasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) adalah segala kegiatan untuk menjamin agar pengumpulanpengumpulan
pendapatan
daerah
dan
pembelanjaan
pengeluaran-
pengeluaran daerah berjalan sesuai dengan rencana, aturan-aturan, dan
tujuan yang telah ditetapkan.
G.
Daftar Rujukan
Halim,Abdul.(2007). Akuntansi dan Pengendalian Pengelolaan Keuangan
Daerah Edisi Revisi. Yogyakarta:UPP STIM YKPN.
Halim, Abdul, & Muhammad, Syam Kusufi. (2012). Akuntansi Sektor
Publik, Akuntansi Keuangan Daerah Edisi 4. Jakarta:Salemba Empat.
Heibilon.(2011).Akuntansi Keuangan Daerah.
http://heibilon.blogspot.com/2011/12/-akuntansi-keuangan-daerah.html.
(diakses 18 November 2014).
Mardiasmo.(2000).Tantangan Akuntansi sektor publik dalam Mewujudkan
Good Governance dalam Perspektif Otonomi Daerah, Yogyakarta.
Nugroho, Agung.( 2013). Pengertian Akuntansi Menurut Para Ahli.
http://agung-nugroho01.blogspot.com/2013/02/pengertian-akuntansimenurut-para-ahli.html. (diakses 18 November 2014).