Pengertian Konsep Kerakyatan dan Ekonomi

Pengertian Konsep Kerakyatan dan Ekonomi Rakyat.
Konsep ekonomi kerakyatan kemudian dinyatakan dalam konstitusi Republik
Indonesia Pasal 33 UUD 1945, yang menjelaskan secara terperinci mengenai (1)
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak (harus) dikuasai oleh negara. (3) Bumi, air, dan segala
kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Selain itu, negara memiliki peran yang sangat besar dalam sistem ekonomi
kerakyatan. Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 27 ayat 2 dan Pasal 34, peran
negara dalam sistem ekonomi kerakyatan antara lain meliputi lima hal sebagai
berikut: (1) mengembangkan koperasi (2) mengembangkan BUMN; (3) memastikan
pemanfaatan bumi, air, dan segala kekayaan yang terkandung di dalamnya bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; (4) memenuhi hak setiap warga negara
untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak; (5) memelihara fakir
miskin dan anak terlantar. Konsep ekonomi kerakyatan sekarang lebih didefinisikan
sebagai usaha informal dengan hasil yang sedikit dan selalu digunakan sebagai
obyek kampanye dalam setiap Pemilu, karena selalu memerlukan pertolongan.
Ekonomi Kerakyatan adalah sistem ekonomi yang didasarkan pada kekuatan
ekonomi rakyat rakyat. Dimana ekonomi sendiri adalah sebagai kegiatan ekonomi
atau pekerjaan orang-orang biasa dilakukan (populer) yang mengelola secara

mandiri sumber ekonomi, yang dapat dibudidayakan dan menguasai, selanjutnya
disebut sebagai usaha kecil dan menengah (UKM) terutama meliputi pertanian,
peternakan, kerajinan, makanan, dll, ditujukan terutama untuk memenuhi kebutuhan
dasar mereka dan keluarga mereka, tanpa kepentingan masyarakat lain yang
disebut mengorbankan keadilan.
Singkat ILO169 Konvensi 1989 mendefinisikan ekonomi tradisional yang demokratis
adalah ekonomi yang kehidupannnya dasar kehidupan masyarakat lokal dalam
konservasi. Pembangunan ekonomi yang demokratis berdasarkan pengetahuan dan
keterampilan masyarakat lokal dalam pengelolaan lingkungan dan lahan mereka
turun-temurun. Kegiatan ekonomi kerakyatan ini tersambung, antara lain, subsistem
ekonomi pertanian tradisional seperti perburuan, pertanian, perikanan dan hutan
lainnya di seluruh kegiatan lingkungan alam serta kerajinan dan toko-toko kerajinan.
Semua kegiatan ekonomi tradisional dan berbasis masyarakat, yang berarti bahwa
hanya dimaksudkan untuk mendukung dan memenuhi kebutuhan hidup
komunitas mereka sendiri. Kegiatan ekonomi telah dikembangkan untuk membantu
diri mereka sendiri dan komunitas mereka, sehingga tidak mengambil keuntungan
dari sumber daya alam di sana.
Ide ekonomi rakyat dikembangkan sebagai upaya alternatif oleh para ekonom
Indonesia untuk tackle yang dialami oleh negara-negara berkembang termasuk
Indonesia dalam menerapkan teori kegagalan pertumbuhan. Penerapan teori


pertumbuhan yang telah membawa sukses di negara-negara wilayah Eropa, telah
terbukti menjadi realitas lain di sejumlah negara yang berbeda mengangkat.
Diharapkan bahwa hasil pertumbuhan ini bisa dinikmati dengan strata bawah
masyarakat, ada banyak orang di lapisan bawah tidak selalu dapat menikmati hasil
pembangunan diharapkan untuk streaming itu. Di kebanyakan negara berkembang
melebar kesenjangan sosial ekonomi. Pengalaman ini akhirnya mengembangkan
berbagai alternatif konsep pembangunan diarahkan pertumbuhan. Pertumbuhan
ekonomi tetap menjadi prioritas dipertimbangkan, namun pelaksanaannya perlu
menjadi penyebab sesuai dengan inti dari pembangunan nasional pada manusia.
Pembangunan yang berorientasi kerakyatan dan berbagai kebijaksanaan yang
mendukung kepentingan rakyat. Pernyataan jelas bahwa konsep manusia dalam
upaya ekonomi, untuk lebih mempromosikan komunitas dikembangkan. Dengan
kata lain, konsep ekonomi orang keluar sebagai strategi untuk membangun lagi
terutama kesejahteraan pemberdayaan masyarakat.
Ketika jaringan, masyarakat berusaha ekonomi siap bersaing di era globalisasi,
menjadi melalui adopsi teknologi informasi dan sistem manajemen yang paling
canggih, seperti yang diselenggarakan di lembaga "organisasi ekonomi
internasional, komunitas bisnis dari orang-orang dengan sistem co -operative dan
publik kepemilikan. Kedua demokrasi ekonomi sebagai antitesis dari paradigma

ekonomi berbasis konglomerat-gaya produksi massal Taylorisme. Agar ekonomi
jaringan ekonomi memiliki teknologi tinggi sebagai faktor yang nilai terbesar tambah
dari proses ekonomi yang diadopsi itu sendiri. Faktor , skala ekonomi dan lebih
efisien, yang akan menjadi dasar dari persaingan bebas, memerlukan keterlibatan
memiliki jaringan orang-orang bisnis, berbagai pusat kemandirian ekonomi rakyat,
kemandirian ekonomi skala besar orang pola skala besar Manajemen Model siklus
terpendek dalam bentuk yang sering disebut pembeli.
Banyak orang yang mengabaikan kenyataan bahwa ekonomi rakyat adalah riil dan
konkrit. Ada pertanian rakyat, perkebunan rakyat, perikanan rakyat, tambak rakyat,
peternakan rakyat, pasar rakyat, pelayaran rakyat, transportasi rakyat, tenaga
rakyat, industri rakyat, kopi rakyat, kerajinan rakyat, cengkeh rakyat, tembakau
rakyat, sawit rakyat, tarian rakyat dan sebagainya. Ilmu ekonomi selama ini
bersumber pada teori ekonomi Adam Smith yang sudah berumur 227 tahun sejak
terbitnya buku Wealth of Nations tahun 1776. Konsep ekonomi itu telah mengajari
orang bersikap individualistik, yang beresensikan mengatur kekayaan pribadi agar
semakin besar tanpa batas. Dampak sosial yang dapat merugikan orang
lain diabaikan. Ekonomi ini lebih mengutamakan penciptaan barang-barang
konsumsi baru daripada nilai esensial barang itu bagi kemanusiaan.Ada ilmu sosioekonomi menjadi sosionomi yaitu ilmu yang mengatur dan mengelolakehidupan
manusia yang hidup bersama (the science of organizing and managing people living
together).


Substansi Sistem Ekonomi Kerakyatan Berdasarkan bunyi kalimat pertama
penjelasan Pasal 33 UUD 1945, dapat dirumuskan perihal substansi ekonomi
kerakyatan dalam garis besarnya mencakup tiga hal sebagai berikut:
1. Partisipasi seluruh anggota masyarakat dalam proses pembentukan produksi
nasional. Partisipasi seluruh anggota masyarakat dalam proses pembentukan
produksi nasional menempati kedudukan yang sangat penting dalam sistem
ekonomi kerakyatan. Hal itu tidak hanya penting untuk menjamin
pendayagunaan seluruh potensi sumberdaya nasional, tetapi juga penting
sebagai dasar untuk memastikan keikutsertaan seluruh anggota masyarakat
turut menikmati hasil produksi nasional tersebut. Hal ini sejalan dengan bunyi
Pasal 27 UUD 1945 yang menyatakan, “Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusian.”
2. Partisipasi seluruh anggota masyarakat dalam turut menikmati hasil produksi
nasional. Artinya, dalam rangka ekonomi kerakyatan, harus ada jaminan
bahwa setiap anggota masyarakat turut menikmati hasil produksi nasional,
termasuk para fakir miskin dan anak-anak terlantar. Hal itu antara lain
dipertegas oleh Pasal 34 UUD 1945 yang menyatakan, “Fakir miskin dan
anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.” Dengan kata lain, dalam rangka
ekonomi kerakyatan atau demokrasi ekonomi, negara wajib

menyelenggarakan sistem jaminan sosial bagi fakir miskin dan anak-anak
terlantar di Indonesia.
3. Kegiatan pembentukan produksi dan pembagian hasil produksi nasional itu
harus berlangsung di bawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota
masyarakat. Artinya, dalam rangka ekonomi kerakyatan atau demokrasi
ekonomi, anggota masyarakat tidak boleh hanya menjadi objek kegiatan
ekonomi. Setiap anggota masyarakat harus diupayakan agar menjadi subjek
kegiatan ekonomi. Dengan demikian, walau pun kegiatan pembentukan
produksi nasional dapat dilakukan oleh para pemodal asing, tetapi
penyelenggaraan kegiatan-kegiatan itu harus tetap berada di bawah pimpinan
dan pengawasan anggota-anggota masyarakat. Unsur ekonomi kerakyatan
yang ketiga ini mendasari perlunya partisipasi seluruh anggota masyarakat
dalam turut memiliki modal atau faktor-faktor produksi nasional. Modal dalam
hal ini tidak hanya terbatas dalam bentuk modal material (material capital),
tetapi mencakup pula modal intelektual (intelectual capital) dan modal
institusional (institusional capital). Sebagai konsekuensi logis dari unsur
ekonomi kerakyatan yang ketiga itu, negara wajib untuk secara terus menerus
mengupayakan terjadinya peningkatkan kepemilikan ketiga jenis modal
tersebut secara relatif merata di tengah-tengah masyarakat.
Ada beberapa Dasar Ekonomi Kerakyatan, antara lain :


1. Ekonomi merupakan usaha bersama (pathungan, bukan usaha perorang,
bukan ekonomi kapitalisme, dan bukan individualisme).
2. Berasas hidup kekeluargaan (saling kasih sayang, saling menghargai dan
menghormati perbedaan, tolong menolong dan gotong royong, demokratis,
dan menjaga kesatuan persatuan).
3. Pemberdayaan sumber daya dilaksanakan dengan ciri khas
Pancadarma (Kodrat alam, Kebudayaan, Kemerdekaan, Kebangsaan dan
kemandirian)
4. Pembagian hasil (distibusi) diatur dengan faham pemerataan dan bukan
distributif atau komulatif.
5. Tujuan ekonomi untuk mensejahterakan dan membahagiakan diri tiap
rakyat, seluruh bangsa Indonesia, dan seluruh umat manusia sedunia
Ekonomi Kerakyatan di Indonesia pada akhir tahun 2010, Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa dalam empat hingga lima tahun ke
depan, produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan mencapai 9 ribu triliun
rupiah atau dua ribu triliun rupiah lebih tinggi daripada PDB tahun 2010. Lebih
jauh dijelaskan oleh Menko Perekonomian bahwa pada tahun 2025 PDB
Indonesia akan berada pada kisaran antara 3,7 hingga 4,7 triliun dolar AS
dengan pendapatan per kapita antara 12 ribu hingga 16 ribu dolar AS yang

setara dengan lebih kurang 8,5 juta hingga 11 juta rupiah per kapita per bulan.
Capaian yang cukup spektakuler tersebut akan direalisasikan melalui
penggunaan “sistem ekonomi terbuka” yakni: sistem ekonomi yang
mengutamakan peran pasar meski peran pemerintah tetap besar”
(Suryohadiprojo, 2011). Jelas dari ungkapan presiden dan pembantunya di atas,
tatanan ekonomi Indonesia, diakui atau tidak, tidak lain adalah—atau paling
tidak, sebagaimana dikemukakan Suryohadiprojo (2011), lebih mengarah ke
tatanan ekonomi neoliberasme neoliberalisme diterapkan oleh lembaga
keuangan dunia yang sangat kuat yakni International Monetary Fund (IMF), Bank
Dunia, dan the Inter-American Development Bank. Ciri lain dari ekonomi
neoliberalisme adalah fokusnya yang kuat pada pertumbuhan ekonomi yang
biasa direpresentasikan, antara lain, oleh produk domestik bruto (PDB). Dampak
langsung dari diterapkannya sistem ekonomi neoliberalisme adalah turunnya
upah sebesar 40 hingga 50 persen dan meningkatnya biaya hidup hingga 80
persen pada tahun pertama pemberlakuan NAFTA (North America Free Trade
Agreement) di Meksiko. Lebih dari 20 ribu unit usaha kecil dan menengah
mengalami kepailitan dan tidak kurang dari seribu unit badan usaha milik
pemerintah (semacam BUMN) diprivatisasi.
Realita Penerapan Sistem Ekonomi Kerakyatan, sebanyak 40% kelompok
penduduk berpendapatan terendah makin tersisih. Kelompok penduduk ini hanya

menikmati porsi pertumbuhan ekonomi 19,2% pada 2006, makin mengecil dari
20,92% pada 2000. Sebaliknya, 20% kelompok penduduk terkaya makin
menikmati pertumbuhan ekonomi dari 42,19% menjadi 45,72%. Di Yogyakarta,

Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Joyo Winoto mengungkapkan,
tingginya angka kemiskinan nasional antara lain akibat adanya monopoli
kepemilikan aset ekonomi oleh segelintir orang. Angka nasional menyebutkan,
0,2$ dari 220 juta pendudukan Indonesia diduga telah menguasai 56% aset
ekonomi Indonesia. Monopoli kepemilikan asset itu meliputi kekayaan dalam hal
agraria, seperti tanah, tambak, kebun dan properti. Hal ini cukup memberikan
pemahaman pada kita bahwasanya ada ketidak seriusan pemerintah dalam
memberikan pengetahuan tentang perkooprasian. Perbankan justru lebih banyak
memberikan pinjaman modal Kepada UKM. UKM merupakan salah satu proses
penerapan sistem prekonomian yang berbasis kerakyatan di mana sektor usaha
di pegang oleh masyarakat namun yang paling mengambil keuntunngan dalam
hal ini adalah pihak pemodal (Perbankan) baik disadari ataupun tidak. Bukankah
dalam konsep ekonomi kerakyatan juga memiliki asas dari, oleh dan untuk
rakyat. kooprasi adalah merupakan jalan tengah untuk mengatasi persoalan
modal usaha rakyat, dalam sistem kooprasi ada yang namanya anggota.
Realitanya adalah masyarakat tidak paham betul mengenai hal ini, ketidak

seriusan pemerintah dalam memberikan pemahaman tentu menjadi persoalan di
tambah lagi pemerintah justru lebih banyak memberikan peluang bagi perbankan
untuk bersosialisasi diri seperti yang kita lihat beberapa waktu lalu melalui
program KUR (kredit usaha rakyat) melalui bank BRI, bank-bank daerah juga
demikian dan sepertinya memang negara ini lebih berorientasi kearah
neolibralisasi yang dingkus dengan ekonomi kerakyatan dan di beri sedikit
parfum pinjaman modal dengan bunga kecil hingga akhirnya mampu menggoda
pelaku usaha kecil menenga (UKM) Memberikan pendidikan tentang sistem
perkooprasian yang kemudian kooprasi memberikan pendidikan pada
masyarakat sekitar mengenai langkah-langkah mendirikan usaha kecil adalah
merupakan sebuah upaya yang mesti di tempu sejak dahulu.
Pada masa sekarang ekonomi kerakyatan, menjadi sebuah wacana yang terus
diulang dengan tanpa diketahui pasti anatomi dan struktur pastinya, semua
ekonom baik yang berhaluan sosialis dan kapitalis akan berusaha untuk
menjelaskan dampak ekonomi kepada rakyat. Waktu dan masa berganti dan
tidak satupun yang mampu membuktikan bahwa rakyat, kaum marginal, bisa
menikmati hasil kegiatan ekonomi secara adil dan merata. Semua kebijakan
yang memihak kepada rakyat adalah ekonomi kerakyatan. tidak perlu repot
mendefinisikannya, lalu bila Ekonomi Kerakyatan yang direfleksikan sebagai
Solidaritas Sosial Ekonomi dan berarti “marilah membeli hasil produksi dalam

negeri walau dengan harga yang sedikit mahal, atau marilah meminjam kepada
koperasi walau dengan bunga yang lebih tinggi dari bank komersil”, Bila
demikian, maka hambatan implementasi ekonomi kerakyatan seperti yang telah
dikonsepkan oleh Bung Hatta pada masa sekarang adalah bermuara pada
paradigma berpikir (mind set) baik dari pemerintah maupun rakyat Indonesia
sendiri.

Ciri-ciri Ekonomi Kerakyatan.


Kontrol untuk kebutuhan hidup, negara atau pemerintah adalah untuk
melayani negara-negara yang ditargetkan. Seperti: minyak, air dan sumber
daya alam lainnya.



Peran negara dalam perekonomian sangat penting, tapi tidak dominan, dan
begitu Perana adalah dengan pihak swasta yang posisinya penting, tetapi
tidak mendominasi. Sehingga tidak kondisi sistem ekonomi liberal mungkin
atau perintah sistem ekonomi. Kedua belah pihak seperti pemerintah dan

lembaga-lembaga swasta koeksistensi damai dan saling mendukung satu
sama lain.



Masyarakat dalam perekonomian ini adalah bagian yang sangat penting,
karena kegiatan produksi yang dilakukan, dimonitor dan dikelola oleh anggota
masyarakat.



Tenaga kerja dan modal tidak mendominasi perekonomian, karena ekonomi
didasarkan pada prinsip-prinsip keluarga.

Tujuan dari Ekonomi kerakyatan.


Dalam rangka membangun sebuah negara merdeka secara ekonomi, politik
yang berdaulat, dan memiliki kepribadian semua budaya.



Dalam rangka mempromosikan distribusi seragam pendapatan.



Perekonomi dapat mempromosikan pertumbuhan yang berkelanjutan.



Dan untuk meningkatkan efisiensi ekonomi nasional.



Dan kekuatan dan kelemahan dari tatanan ekonomi yang demokratis berikut

Manfaat Ekonomi Kerakyatan.


Orang yang kurang mendapatkan dalam posisi untuk perlakuan yang sama
dalam hukum atau masalah ekonomi yang merata.



Dapat memberikan kepada orang-orang biasa melalui berbagai program asli
operasional lebih banyak perhatian.



Sistem ekonomi ini dapat mewujudkan kedaulatan rakyat.



Bisa kegiatan ekonomi pada saat yang sama lebih banyak karyawan produktif
dapat melahirkan semangat kewirausahaan.



Transaksi antara produksi, distribusi dan konsumsi sangat baik.



Hubungan antara produksi, distribusi dan konsumsi juga sama lain dan harus
sangat baik.

Kelebihan Ekonomi Kerakyatan.


Rakyat yang kurang mampu bisa mendapatkan perlakuan hukum yang sama
atau secara adil dalam masalah perekonomian.



Dapat memberikan perhatian yang lebih pada rakyat kecil melalui berbagai
macam program operasional yang nyata.



Sistem ekonomi ini dapat mewujudkan kedaulatan rakyat.



Dapat merangsang kegiatan ekonomi yang lebih produktif di tingkat rakyat
sekaligus dapat melahirkan jiwa kewirausahaan.



Transaksi antara produksi, distribusi dan konsumsi sangat baik.



Hubungan antara produksi, distribusi dan juga konsumsi akan saling
membutuhkan dan sangat baik.

Kelemahan Ekonomi Kerakyatan.


Dalam ekonomi ini akan terjadi praktek membagi-bagi uang kepada rakyat,
peraktek ini sangat tidak menguntungkan bagi pihak manapun, termasuk
rakyat itu sendiri.



Aksi membagi-bagi uang ini secara tidak sadar dapat menyebabkan usaha
mikro atau kecil dan menengah serta koperasi yang selama ini tidak berdaya
dapat bersaing dalam suatu mekanisme pasar, bias menjadi sangat
bergantung pada aksi tersebut.



Masih kurangnya pengetahuan rakyat mengenai Investasi, akibatnya dapat
menyebabkan kemiskinan terlalu lama atau perputaran roda yang lambat.



Kurangnya penerapan dari manajemen.



Tidak adanya dukungan yang optimal dari pemerintah, meskipun peran
pemerintah sangat penting tapi tidak dominan.



Harus di awasi, jika tidak diawasi dengan baik akan banyak koruptor

Sumber:
http://blog.bersiap.com/informasi/mengenal-sistem-ekonomi-kerakyatan-pengertiankons
http://www.pengertianku.net/2015/04/pengertian-ekonomi-kerakyatan.html

http://www.kompasiana.com/syawal_efendi_tarigan/ekonomi-kerakyatan-antarakonsep-dan-realita_552e22f36ea834f8088b456a
http://www.aifis-digilib.org/uploads/1/3/4/6/13465004/ekonomi_kerakyatan.pdf
https://tamansiswajkt.wordpress.com/2013/05/28/konsep-dasar-ekonomi-kerakyatan/