MANUSIA VS PENDIDIKAN: SUATU KAJIAN TEORITIS

  Yanuarius R. Natal Pendidikan Jasmani Kesehatan Rekreasi, STKIP Citra Bakti, NTT yanuariusrichardus@gmail.com

  

ABSTRAK

  Penulisan ini bertujuan untuk 1) Memberikan pemahaman bagi semua orang tentang berbagai konsep pendidikan sebagai usaha untuk menyadarkan setiap kehidupan manusia di masa mendatang Hakikat dasar pendidikan yakni suatu aktivitas sosial yang dapat menyadarkan manusia akan pentingnya membina diri dalam segala bidang kehidupannya. Gambaran manusia dalam pendidikannya merupakan sebuah proses yang mana manusia dengan bakat dan sifatnya yang ada, belum sempurna sejak awal mula baik menyangkut esensi maupun seluruh realitasnya. Peran pendidikan dan komponennya dalam menyiapkan generasi mendatang yang berkompeten dapat diupayakan melalui kegiatan pendidikan di sekolah dengan cara menciptakan situasi awal yang memungkinkan dimulainya proses itu serta kelanjutan berjalannya proses tersebut. Alternatif pendidikan yang relevan dengan situasi zaman ini yakni melalui penguatan pada istitusi-institusi pendidikan dengan cara mengoptimalkan peran tata nilai dalam proses pengajaran yang menuntut sikap selektif dari para peserta didik sehingga setiap orang akan menjadi lebih bijaksana dalam menyikapi dampak-dampak negatif.

  Kata-kata Kunci: manusia, pendidikan PENDAHULUAN

  Pendidikan tiada hentinya dibicarakan orang. Ia bagaikan sumber air yang akan terus mengalir. Walapun zaman berganti dan waktu terus berlalu pendidikan tetaplah actual dan menarik untuk dibicarakan. Pada zaman dasarnya, pendidikan yang sehat adalah pendidikan yang mampu memahami zamannya dan selalu berusaha memenuhi tuntutan-tuntutannya. Oleh karena itu, pendidikan harus selalu bersifat dinamis. Hanya dengan terus bertransformasi dan bereformasi, pendidikan akan menemukan relevansinya dengan situasi zaman yang sedang dan akan terus berubah.

  Saat ini, dunia dihadapkan pada arus globalisasi dan modernitas yang semakin merobek. Sadar atau tidak, hal itu telah menimbulkan adanya perubahan- perubahan dan kemajuan- kemajuan diberbagai bidang kehidupan manusia. Sementara itu, manusiapun terus dipacu untuk berkembang sesuai dengan keadaan zaman. Manusia semakin dituntut untuk meningkatkan kualitas pribadinya, baik menyangkut aspek intelektual maupun aspek kepribadiaannya. Hal ini harus dilakukan demi pemenuhan tuntutan

  • – tuntutan zaman yang begitu variatif. Perkembangan zaman yang semakin mengglobal akan terus merangsang manusia, untuk mampu beradaptasi secara baik, dengan langka- langka zaman yang semakin hari semakin maju.

  Di tengah kompleksnya permasalahan menyangkut manusia dan pemenuhan tuntutan- tuntutan zamannya maka tak berlebihan jika dikatakan bahwa pada pendidikanlah tergantung nasib dan masa depan setiap manusia. Dunia masa depan yang dipacu oleh globalisasi akan menuntut hadirnya pribadi yang berkompeten dalam bidang ilmu pengetahuan dan kepribadian. Oleh karena itu, perlu disadari bahwa pendidikan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan aspek kepribadian, sesungguhnya merupakan jaminan utama bagi setiap manusia untuk memasuki dunia mendatang.

  Namun akhir- akhir ini, telah muncul suatu permasalahan, bahwa kebanyakan orang kurang menyadari pendidikan sebagai aspek esensial bagi kehidupannya saat ini. Banyak orang tidak mengenal dan memahami hakikat pendidikan yang sesungguhnya serta tidak mengetahui keberadaannya dalam kerangka pendidikan yang ada. Hal ini nampak dan begitu banyak persepsi orang yang menganggap bahwa pendidikan hanyalah sebuah formalitas saja, bukan sesuatu yang esensial. Begitu minimnya pengetahuan tentang konsep pendidikan akhirnya mengakibatkan banyak orang menganggap remeh pendidikan.

  Selain itu, penerapan pola pendidikan yang terlalu statis, juga telah menciptakan manusia-manusia yang tidak berkualitas dan tidak mampu bersaing dalam dunia mendatang, duni globalisasi.

  PEMBAHASAN

  Pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah proses humanisasi, yaitu proses penyempurnaan kemanusiaan yang berlangsung terus- menerus. Hal ini memperlihatkan bahwa pendidikan mempunyai dasar yang paling dalam, karena pada dasarnya berbicara tentang pendidikan, juga berbicara tentang harkat dan martabat serta nilai-nilai insani. Secara umum, konsep pendidikan dimengerti sebagai aktifitas fundamental hidup manusia, sehingga dapat mengubah dan menentukan kehidupan manusia itu sendiri. Lebih tegas dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan pengetahuan, yang berlangsung terus-menerus seumur hidup, yang dilaksanakan baik dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Aspek-aspek yang menyentuh proses pendidikan di sini, tentunya bukan sebatas pengembangan kepribadian dan pengetahuan, tetapi mencakup juga pengembangan kepribadian sebagai penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh.

  Secara etimologi, pendidikan berasal dari kata didik. Didik berarti memelihara dan memberi latihan mengenai kecerdasan pikiran, kepekaan dan kestabilan emosional secara manusia. Jadi, pendidikan berarti perbuatan atau cara mendidik mengenai hal rasional dan emosional, dalam mengembangkan dirinya, mengembangkan masyarakat dan dunia di hadapan Tuhan. Paulo Freire sendiri mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu proses penyadaran diri, yang terbentuk melalui pengenalan terhadap realitas, sebagai bagian yang integral dari proses itu. Senada akan hal itu Jan Riberu juga mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan bantuan agar orang dapat membantu dirinya dalam segala bidang kehidupan. Bertolak dari pandangan para ahli tentang pendidikan dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu aktivitas social yang dapat menyadarkan manusia akan pentingnya membina diri dalam segala bidang kehidupannya.

  Hakikat pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah bahwa pendidikan merupakan suatu sarana dalam memanusiakan manusia. Melalui pendidikan setiap manusia mengembangkan dirinya dalam suatu siklus pengembangan diri, yang mencakup pengembangan intelektual, moral dan spiritual. Dalam pendidikan, terjadi suatu proses bertahap yang menyadarkan manusia akan eksistensinya sebagai mahkluk berakal budi, yang dari waktu kewaktu akan terus berproses menuju suatu kesempurnaan.

  Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Sardi Martin, 1985), pendidikan di satu sisi harus meningkatkan dan menumbuhkan kemampuan intelektual. Namun di pihak lain, pendidikan tidak mematikan perasaan karena menurutnya, perasaan akan membantu manusia dalam menumbuhkembangkan diri.

  Selain dipengaruhi oleh latar belakan social- kulturalnya sendiri, pandangan Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan juga dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Rabindaranath Tagore dan Montessori. Kedua tokoh pendidikan ini, menginspirasi pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan yang seharusnya berorentasi pada kebudayaan local. Pendidikan harus membuat nilai-nilai budaya masyarakat, yang bertujuan untuk mendekatkan manusia pada pendidikan sehingga dari pendidikan yang bernuansa pada pendidikan sehingga dari pendidikan yang bernuansa budaya ini, manusia dapat meningkatkan derajat intelektual, moral dan spiritualnya.

  Gambaran manusia dalam pendidikan merupakan sebuah proses. Max Muller (dalam Paulo Freire, 1985) mengatakan bahwa pendidikan merupakan proses yang terorganisasikan untuk membantu seseorang mencapai bentuk dirinya yang benar sebagai manusia.

  Dengan demikian ada pra pengertian bahwa manusia dengan bakat dan sifatnya yang ada, belum sempurna sejak awal mula baik menyangkut esensi maupun seluruh realitasnya. Manusia harus berkembang dan dalam perkembangan hidupnya itu, manusia masih harus menemukan tempatnya yang tepat dalam kerangka kehidupannya.

  Manusia diberi kebebasan untuk menentukan wujud dirinya sendiri dan tidak ditentukan oleh faktor-faktor subjektif (bakat, niat) dan factor-faktor objektif (lingkungan). Manusia bebas menentukan apa yang ingin diperbuatnya dengan bakat, naluri, minat serta keinginannya sendiri. Namun kebebasan manusia itu tetap menuntut penggunaannya secara bertanggung jawab, dengan landasan pandangannya atas seluruh kenyataan hidup.

  Kemampuan inilah yang disebut budi sehingga manusia dikatakan sebagai mahkluk berbudi, yang mampu bersikap bijaksana dalam kata dan tindakannya. Bimbingan untuk mencapai kepenuhan kemampuan inilah yang disebut sebagai pendidikan. Melalui pendidikan manusia berproses dan berkembang, untuk mampu mengenali hubungan sosial yang terjadi di sekitarnya dan mampu pula mengambil keputusan yang tepat serta bertanggung jawab di tengah kehidupan yang kompleks.

Immanuel Kant menyebut manusia sebagai “mahkluk Semesta” bukan dalam arti manusia harus mengetahui segala sesuatu tentang

  semesta ini, tetapi manusia harus menyadari eksistensinya dalam semesta ini, dengan segala kenyataan yang ada.

  Oleh sebab itu, dalam pendidikan manusia mengalami proses pembelajaran tentang alam dan sesama manusia sekaligus tentang hubungannya dengan individu lain.

  Peran Sekolah dalam Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar atau kematangan pribadi didefenisikan sebagai keadaan kesempurnaan dan keutuhan manusia menuju kesatuan pribadi. Dengan kata lain, manusia mandiri adalah pribadi dewasa yang matang. Lebih jauh lagi, pribadi mandiri dapat di defenisikan sebagai dia yang tahu siapa dan apa dia itu. Dalam hal ini, manusia mandiri adalah manusia yang mampu mengenal dan memahami dirinya, secara lebih mendalam.

  Sekolah sebagai sebuah institusi pendidikan perlu mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan dalam diri setiap peserta didik. Sekolah haruslah mampu mengusahakan terbentuknya pribadi-pribadi yang dewasa kepribadiaannya dan matang intelektualnya. Dalam hal ini, sekolah perlu menjamin lahirnya pribadi-pribadi yang mandiri dalam mengusahakan hidupnya.

  Supaya usaha sekolah dalam memandirikan peserta didik tidaklah gagal dari awal, maka perlu diperhatikan suatu hal pokok berikut ini. Sekolah diharapkan dapat membantu orang tua memandirikan anak. Anak akan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan, yang pada akhirnya akan sangat menentukan anak itu mandiri atau tidak. Oleh karena itu, sekolah di tuntut untuk menciptakan situasi awal atau “pre-condition”, yang memungkinkan dimulainya proses itu serta kelanjutan berjalannya proses tersebut.

  Pendidikan yang antisipatif terhadap tantangan-tantangan dunia mendatang setiap globalisasi dan modernitas, serta begitu banyak tuntutannya yang sangat bervariasi. Akan ada begitu banyak kenyataan dan persoalan baru, yang pada dasarnya membutukan suatu tindakan yang antisipatif.

  Secara global, ada beberapa ciri pokok dari kehidupan masa mendatang yang perlu diantisipasi sejak saat ini. 1) Kehidupan di masa mendatang akan ditandai oleh dua kecendrungan yang saling bertentangan, yaitu kecendrungan untuk berintegrasi dalam kehidupan ekonomi dan kecendrungan tragmentasi dalam kehidupan politik. Kedua kecendrungan ini sekarang sudah semakin mengglobal. masa itu. Globalisasi lebih menyangkut masalah-masalah tertentu seperti masalah pertambahan penduduk, lingkungan,ketidakadilan, krisis ekonomi dan pelanggaran HAM. Globalisasi ini juga dimungkinkan oleh perkembangan yang pesat dalam teknologi komunikasi. Salah satu efek utama dari globalisasi ini ialah bahwa kehidupan ekonomi akan menjadi lebih terpadu dan terintegrasikan. Negara kitapun akan menjadi bagian dari pasar global atau “global market”. Arus globalisasi akan menyebabkan terciptanya suasana kompetitif dari kehidupan di masa mendatang. 3) Kemajuan Sains dan teknologi yang semakin melaju dengan cepat, akan mengubah secara radikal situasi pasar kerja. Akan muncul pula begitu banyak pekerjaan baru yang juga menuntut kecakapan- kecakapan yang baru pula. Oleh karena itu di masa mendatang, yang akan sangat di butuhkan adalah tenaga kerja yang betul-betul terdidik dan terlatih. 4) Di masa mendatang akan muncul pula suatu kecendrungan, bahwa proses industrialisasi dalam ekonomi dunia makin menuju pada penggunaan teknologi tingakat tinggi. Untuk mempercepat plaksanaan aktifitas industri, maka akan digunakan alat-alat baru yang hanya bisa digunakan oleh orang-orang yang cakap dan terlatih. 5) Kemajuan globalisasi informasi juga akan mewarnai kehidupan di masa mendatang. Akan muncul alat-alat informasi komunikasi baru, yang pada dasarnya akan membawah keuntungan bagi manusia. Misalnya saja saat ini telah muncul internet, yang sangat mempermudah dalam berkomunikasi dan dalam memperoleh berita- berita maupun data-data, dalam waktu yang relative singkat. Tidak menutup kemungkinan bahwa di masa mendatang, akan muncul lagi begitu banyak alat informasi dan komunikasi yang lebih cangih lagi. Sesungguhnya, kelima ciri pokok diatas ingin menggambarkan situasi umum dimasa mendatang.

  Kita akan dihadapkan pada kemajuan dibidang industri, ekonomi, politik, iptek dan komunikasi, yang pada dasarnya membutuhkan suatu tindakan antisipatif dari kita sendiri.

  Era mendatang sebetulnya adalah era “ Life Long Learning” yang pada dasarnya menuntut setiap orang untuk serba tahu, “ Well informed” agar tidak terkesan “ Out of date”. Setiap orang dituntut untuk selalu mengetahui berbagai perkembangan baru yang ada.

  Menghadapi situasi dan tantangan yang aka nada di masa mendatang ini, maka setiap orang perlu berantisipasi terhadap hal itu. Pendidikan sebagai salah satu bidang kehidupan yang berprospek masa depan, perlu juga mengembangkan pola pendidikan yang antisipatoris. Mengingat bahwa masa mendatang akan sangat diwarnai oleh kemajuan-kemajuan di berbagai bidang, maka setiap subjek didik perlu dilatih dan dibimbing dengan pengetahuan-pengetahuan yang dapat menjamin mereka, untuk bisa masuk kedalam ruang lingkup yang sangat kompetitif itu.

  Sebagai bentuk tindakan antisipatif terhadap tantangan-tantangan yang beberapa strategi dibawah ini dalam pola pendidikan yang ada.

  1) Memberikan porsi yang lebih dalam hal bimbingan dan pengajaran, kepada bidang-bidang pengajaran yang memiliki prospek masa depan seperti ekonomi, politik, komunikasi, informasi dan sains. Mengingat bahwa bidang-bidang tersebutlah yang akan sangat mengalami kemajuan di masa mendatang, maka sudah sepantasnya setiap subjek didik diberikan keterampilan dan pengetahuan yang luas tentang bidang-bidang tersebut. 2) Memberikan kesempatan dan mendorong subjek didik untuk memperoleh pengalaman-pengalaman pendidikan nonformal dan informal, disamping pendidikan formal yang diperoleh dari kurikulum sekolah. Dengan memperoleh begitu banyak pengalaman setiap subjek didik akan bisa belajar dari pengalaman tersebut, sehingga di waktu yang akan datang, mereka tidak akan merasa baru dengan hal- hal yang sedang berkembang. Setiap institusi pendidikan perluh lebih mengoptimalkan peran tata nilai dalam proses pengajaran. Begitu banyak perkembangan dan kemajuan yang ada, tidak semuanya membawa efek positif tapi ada pula begitu banyak efek negatif, yang menuntut sikap selektif dari setiap orang. Oleh karen itu, dengan mengoptimalkan pendidikan nilai, setiap orang akan menjadi lebih bijaksana dalam menyikapi dampak-dampak negatif yang akan muncul. Dalam hal ini, setiap subjek didik tidak akan memasuk kedalam pengaruh- pengaruh negatif yang ada.

  KESIMPULAN

  Memasuki kehidupan di masa mendatang, setiap orang diharapkan memiliki ketahanan diri yang kuat. Melalui ketahanan diri yang kuat setiap orang tidak akan terbawa oleh arus zaman yang sedang berubah dan setiap orang akan mampu menempatkan diri secara bijaksana dan bertanggung jawab dalam perubahan itu. Oleh karena itu, ketahanan diri perluh dilatih sejak saat ini karena bukan tidak mungkin, perubahan-perubahan yang harus berlangsung di masa mendatang akan sangat mempengaruhi manusia dan pola kehidupannya. Menghadapi situasi zaman yang sedang dan akan terus berubah ini, di tuntut pula individu-individu yang mandiri, mampu berdikari, cerdas dan berkepribadian yang matang. Hanya dengan modal kecerdasan, kemandirian, serta keuletan, sehingga orang akan mampu menyesuaikan diri dengan zaman yang terus berubah serta mampu mengambil nilai positif lain perubahan itu.

  Untuk menyikapi hal ini maka perlu disadari saat ini bahwa pendidikan sangat urgen dan esensi bagi perkembangan kemampuan manusia. Hanya melalui pendidikan, setiap orang dapat memperoleh bekal ataupun modal untuk memasuki kehidupan dunia mendatang, dalam pendidikan, setiap orang akan di ajak untuk melihat dan memahami realitas kehidupan masa kini dan masa mendatang, serta pada tahap selanjutnya setiap orang akan dilatih, dibina, dan dididik untuk mampu menyusuaikan diri dalam menghadapi kehidupan masa mendatang yang begitu kompleks. Untuk itulah maka setiap orang melalui pendidikannya dibida dan dibimbing untuk dan mampu berdikari serta pribadi yang salah siap memasuki kehidupan di masa mendatang.

  Menyadari betapa penting dan bermanfaatnya pendidikan, maka saat ini dituntut kesadaran dari dalam diri peserta didik akan pendidikan dan esensinya bagi hidup manusia. Setiap orang perlu berprinsip bahwa hanya melalui pendidikan saya dapat hidup di dalam pola kehidupan apa saja. Dengan demikian, setiap orang akan melihat pendidikan bukan sebagai bentuk formalitas saja tetapi sebaliknya pendidikan akan dipandang sebagai sesuatu yang urgen, yang sangat menjamin kehidupan manusia. Dalam wujud konkretnya pendidikan akan sungguh-sungguh dinikmati dan dirasakan manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari.

  Di pihak lain, dituntut pula kesadaran dari setiap institusi pendidikan akan pentingnya pengembangan pola pendidikan yang relevan dengan situasi zaman yang ada. Dengan selalu menyesuaikan pola pendidikan yanga ada dengan situasi zaman, maka setiap subjek didik akan dilatih untuk menjadi akrab dengan zamannya, dan pada akhirnya dengan mandiri mereka akan mampu hidup dan berkembang secara positif dalam kehidupannya di masa mendatang.

  DAFTAR RUJUKAN Buchori, Mochtar. (2001). Pendidikan Antisipatoris. Yogyakarta: Kanisius.

  Buchori, Mochtar. (2001). Pengatar Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Drost, J.I.G.M. (1998). Sekolah: Mengajar atau Mendidik. Yogyakarta: Kanisius.

  Freire, Paulo. (1985). Pendidikan Kaum Tertindas. Jakarta: LP3ES. Sardy, Martin. (1985). Pendidikan Manusia. Bandung: Alumni.