Kemampuan Memangsa, Fekunditas Menochillus sexmaculata Fabr. (Coleoptera: Coccinellidae) pada Kepadatan Aphis gossypii Glov. yang Berbeda Syafrina Lamin, Mustafa Kamal, Fatimahulzahra
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Semirata 2013 FMIPA Unila
Kemampuan Memangsa, Fekunditas Menochillus sexmaculata
Fabr. (Coleoptera: Coccinellidae) pada Kepadatan Aphis
gossypii Glov. yang Berbeda
Syafrina Lamin, Mustafa Kamal, Fatimahulzahra
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sriwijaya
Abstrak.Ketersediaan inang dapat mempengaruhi konsumsi, fekunditas M. sexmaculata
dan sangat perlu diketahui sebagai data awal untuk perbanyakan masal di laboratorium dan
mengetahui potensi kinerja M. sexmaulata sebagai predator (musuh alami) pada saat
pelepasan ke lapangan. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Juni
2011, bertempat di Laboratorium Taksonomi Hewan, Jurusan Biologi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kemampuan memangsa pada tiga periode umur dewasa M. sexmaculata
(prareproduksi, reproduksi dan post reproduksi), serta fekunditasnya pada ketersediaan inang
yang berbeda 200, 300 dan 400 individu A.gossypii). Hasil penelitian menyimpulakan bahwa
ketersediaan inang sangat mempengaruhi konsumsi fase perkembangan imago dan
fekunditas M.sexmaculata. Pada kepadatan inang 300 individu A. gossypii, konsumsi umur
prareproduksi imago M. sexmaculata paling tinggi, semakin muda umur imago M.
sexmaculata semakin tinggi daya konsumsi dan semakin tinggi inang yang ada semakin tinggi fekunditas M. sexmaculata.Kata Kunci: Menochilus sexmaculata, Fekunditas, Kepadatan A. gossypii PENDAHULUAN
Aphis gossypii Glover (Homoptera:
Aphididae) dikenal sebagai kutudaun melon dan kapas, spesies dengan kisaran inang luas, sangat polipagus dapat menyerang 900 spesies tanaman. Kutudaun ini menyebabkan kerusakan langsung terhadap tanaman, secara tidak langsung dapat memindahkan lebih dari 50 jenis virus tanaman Semua virus yang dipindahkan bersifat persisten, disamping itu merupakan hama serius pada pertanaman sayuran dataran rendah dan sebagai salah satu vektor penyakit virus keriting. Kerugian yang diakibatkan oleh kutudaun sebagai hama berkisar antara 6-25% dan sebagai vektor dapat mencapai kerugian lebih dari 90% (A. gossypii dapat menyerang berbagai jenis tanaman, antara lain dari famili Malvaceae, bunga krisan, ketimun dan stroberi.
Pengendalian
A. gossypii pada
umumnya masih menggunakan insektisida sintetik karena dapat mematikan hama dengan segera, serta mudah diperoleh dan digunakan. Pendekatan pengendalian A.
gossypii yang hanya mengandalkan
penggunaan insektisida sintetik perlu diubah karena berdampak negative terhadap kesehatan manusia dan lingkungan (timbulnya resisitensi, resurgensi serangga non target khususnya srangga yang bermanfaat). Pemahaman rantai trofik dengan prinsip menjaga stabilitas ekosistem harus lebih diutamakan. Populasi hama tetap dijaga dalam batas keseimbangannya karena ada faktor pembatas yang kejanya dipengaruhi oleh kepadatan populasi. Stabilitas ekosistem yang terbentuk merupakan hasil bekerjanya faktor terpaut kerapatan (density dependent), salah satu di antaranya adalah musuh alami. Musuh alami merupakan komponen penting dalam pengendalian hama terpadu (PHT) karena dinilai aman dan menguntungkan, di antaranya pengendalian berjalan dengan sendirinya.
Syafrina Lamin, dkk: Kemampuan Memangsa, Fekunditas Menochillus sexmaculata
Fabr. (Coleoptera: Coccinellidae) pada Kepadatan Aphis gossypii Glov. yang Berbeda
illumination L:D 8:16 suhu bervariasi
Menochilus sexmaculata (Coleoptera:
Coccinellidae) adalah salah satu kumbang predator polipagus, sanggup memangsa 200 ekor kutu daun A. gossypii, lama umur 9-15 hari dan rata-rata meletakkan telur berkisar 155 butir. (Omkar, 2005, Irsyad, 2009; Rian, 2009). Informasi tentang efisiensi pemanfaatan mangsa pada masing- masing periode umur dewasa (preoviposisi, oviposisi dan post oviposisi) belum ada.Keefektifan dan efisiensi predator sebagai musuh alami sangat tergantung kepada kemampuan mencari dan menangani mangsanya pada keadaan kualitas dan kepadatan mangsa (Poole et
al . 2007; Goldasten, 2009) Kepadatan
mangsa merupakan hal yang sangat penting, karena kerapatan mangsa akan menggambarkan bagaimana respon predator terhadap ketersedian mangsanya yang dapat dianalisis dalam kemampuan konsumsi dan fekunditas. Kepadatan mangsa sebagai aspek penting yang mempengaruhi tingkat pemangsaan serta fekunditas A. gossypii perlu di kaji lebih jauh dengan mengevaluasi bagaimana respon predator pada periode umur imago (preoviposisi, oviposisi dan post oviposisi) terhadap kepadatan mangsa. Laju Pemangsaan pada kepadatan mangsa yang berbeda akan mempengaruhi kinerja predator sebagai agensia pengendalian hayati.
(periode pre oviposisi) Hal yang sama juga dilakukan pada periode kumbang meletakkan telur sampai dengan periode berhenti meletakkan telur (post oviposisi). Disamping itu pada periode peletakkan, setiap hari dihitung jumlah telur yang diletakkan sesuai variasi kepadatan mangsa.
sexmaculata mulai dari meletakkan telur
Imago yang baru muncul diberikan koloni kutudaun A. gossypii dengan kepadatan yang berbeda (200, 300, 400) masing-masing kepadatan inang dilakukan ulangan sebanyak sepuluh kali, dihitung jumlah kutudaun yang dikonsumsi perhari dari masing-masing periode umur M.
antara 28 sampai 31°C kelembaban 68-71 %.
Tanaman cabai yang ditanam pada polibag 50 kg, dan telah dikolonisasi dengan kutudaun A gossypii, disunggupi dengan plastik silender (D 10 x T 25 cm) dan didalamnya diberikan bulatan kapas basah setelah dicelupi dengan larutan madu 10 %. Sepasang kumbang M. sexmaculata yang telah baru muncul dari pupa, dimasukkan kedalam sunggup dan dibiarkan berkembang berkopulasi, meletakkan telur. Telur yang telah diletakkan secara hati-hati dipindahkan ke sunggup tanaman cabai lain yang telah ada koloni kutu daun. Dipelihara sampai menjadi imago baru. Penelitian dilakukan dibawah penerangan lampu fluorescens
ANALISIS DATA
416| Semirata 2013 FMIPA Unila
A. gossypii yang dikoleksi pada
Tanaman cabai ditanaman pada polibag 50 kg, dipelihara dalam rumah kaca setelah berumur 3 minggu diinfes dengan kutudaun
Perbanyakan Serangga Uji
Data-data jumlah mangsa yang dimakan serta telur yang diletakkan ditabulasi, kemudian di lakukan analisis secara statistik dengan uji BNT 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kebutuhan mangsa dari masing periode umur dewasa M. sexmaculata dengan pemberian variasi mangsa
pertanaman terong di desa Tanjung Seteko, Inderalaya utara dengan cara meletakkan potongan daun yang ada koloni kutudaun secara langsung pada tanaman cabai. Dibiarkan kutudaun berkembang biak sampai cukup untuk bahan penelitian
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Semirata 2013 FMIPA Unila Tabel 1. Rata-rata kebutuhan mangsa M.
sexmaculata pada variasi A gossypii yang berbeda Umur kep. Mangsa kons ____________________________________ _______ Pre oviposisi 200 199,32±0,25a 300 286,64±0,88d
400 298,29±0,76d Oviposisi 200 182±0,82b 300 246,27±0,89cd 400 276,78±2,06d post oviposisi 200 94,63±2,50a
300 119,24±2,66 b
400 198,75±2,77c
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan mangsa dari masing-masing periode umur dewasa seperti pada Tabel 1.
Kepadatan mangsa mempengaruhi konsumsi M. sexmaculata. Ketersediaan mangsa akan mempengaruhi perilaku penanganan mangsa. Semakin tinggi mangsa yang ditemui, semakin acak pola pencarian mangsa, demikian pula sebaliknya.
Kebutuhan mangsa pada masing-masing periode umur dewasa M. sexmaculata berkaitan dengan pemanfaatan energi yang berasal dari mangsa yang dikonsumsi. Rata- rata kebutuhan energy dari masing-masing periode umur dewasa M. sexmaculata berbeda. Pada umur prareproduksi merupakan fase dimana M. sexmaculata sangat membutuhkan banyak energi untuk kopulasi, terbang dan produksi telur sehingga kumbang akan memaksimalkan mangsa yang dikonsumsi. Pada periode umur prareproduksi kumbang dewasa membutuhkan energy yang banyak untuk mempersiapkan kondisi untuk melakukan kopulasi.
Pada umur reproduksi kebutuhakan akan mangsa juga banyak karena energy yang dihasilkan untuk peletakkan telur, produksi dan pematangan telur, Produksi telur berhubungan dengan kandungan karbohidrat dan protein yang ada dalam mangsa, apabila mangsa berkurang cadangan pemanfataan energy akan diambil dari lemak tubuh serangga. Menurut penelitian, besarnya nilai laju penangkapan dan lamanya penanganan mangsa dapat digunakan untuk mengetahui besarnya respon dari masing-masing predator. Perbedaan respon ini mengindikasikan masing-masing predator mempunyai kemampuan yang berbeda dalam merespon kenaikan jumlah mangsa. Perbedaan parameter dari masing-masing predator tergantung kepada kepada tingkat kerakusan waktu kejenuhan makan, tingkat kelaparan, kemampuan mencerna dan kecepatan lari dalam mengejar mangsa.
Seleksi mangsa oleh predator dapat dikaitkan dengan salah satu dari dua mekanisme yang berbeda: pilihan predator aktif atau pasif pemilihan Pilihan aktif terjadi ketika predator aktif memilih mangsa sesuai dengan nilai gizi, sementara karakteristik fisik mangsanya fisik atau perilaku (mobilitas, ukuran) tidak mempengaruhi pemilihan. Di sisi lain, seleksi pasif adalah hasil dari peluang predasi berdasarkan karakteristik fisik dan / atau perilaku mangsa (kerentanan), bukan pilihan yang aktif. Misalnya, mobilitas spesies mangsa yang berbeda dapat tingkat predator dan dengan demikian mempengaruhi mereka kerentanan terhadap predasi. Namun, lain penelitian telah menunjukkan bahwa mekanisme defensif mangsa mungkin mempengaruhi pemilihan mangsa oleh predator juga. Efektif mekanisme defensif dapat meningkatkan biaya mencari makan dan mengurangi keuntungan energik dan keberhasilan serangan. Sejak A. fallacis memiliki mobilitas lebih tinggi daripada tungau, yang relatif energik laba-laba dari predasi pada mangsa yang mungkin lebih rendah.
Syafrina Lamin, dkk: Kemampuan Memangsa, Fekunditas Menochillus sexmaculata
Fabr. (Coleoptera: Coccinellidae) pada Kepadatan Aphis gossypii Glov. yang Berbeda
418| Semirata 2013 FMIPA Unila Peningkatan jumlah mangsa terkait dengan konsumsi sehari-hari jumlah P. ulmi.
Tingkat predasi cenderung menurun dengan kepadatan mangsa, mungkin karena adanya kejenuhan meningkat predator di patch kepadatan yang lebih tinggi.
Fekunditas M. sexmaculata pada kepadatan inang berbeda
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh kepedatan mangsa terhadap fekunditas (jumlah telur yang diletakkan dapat dilihat pada Tabel 2.
Kepadatan mangsa berpengaruh nyata terhadap jumlah telur yang diletakkan oleh
M. sexmaculata. Rata-rata jumlah telur
yang diletakkan berkisar antara 70 sampai 246 butir selama hidupnya karena pengaruh jumlah mangsa yang diberikan.
Makin tinggi kualitas dan kuantitas mangsa diberikan makin banyak telur yang diletakkan oleh M. sexmaculata. Jumlah dan kelompok telur dari kumbang predator dipengaruhi oleh ketersediaan pakan. Kepedatan inang sangat berhubungan dengan produksi telur, tetapi pada saat kepadatan inang rendah tidak ditemukan hubungan yang relelvan antara kepadatan inang dengan produkki telur, tetapi secara umum peningkatan produksi telur berhubungan dengan peningkatan kepadatan inang. oleh M. sexmaculata pada kepadatan mangsa yang berbeda
Kepadatan telur mangsa_____________________________ _ 200 70 ±2.33a 300 129,22±1,54b 400 246,13±2,24c
Peningkatan kepadatan mangsa akan meningkatkan muatan telur dalam tubuh imago predator betina disamping itu peningkatan muatan telur juga didukung oleh tambahan nutrisi dari aktifitas mencari makanan alternatis yang dilakukan oleh imago predator betina, dan kualitas sperma selama penyimpanan akan berpengaruh terhadap fekunditas betina. Studi kuantitatif telah dilakukan untuk memahami pengaruh manajemen sperma pada keberhasilan reproduksi imago parasitoid betina, tetapi hanya sedikit yang meneliti pengaruh kualitas sperma terhadap proses reproduksi, meskipun informasi ini sangat diperlukan untuk lebih memahami strategi reproduksi. Kualitas Sperma yang disimpan dalam spermateka dapat menurun seiring dengan waktu karena terjadi proses penumpukan dan strategi pemanfaatan sperma (Atau, sperma bisa mati dan hancur sementara disimpan dalam spermathecae. Selain itu faktor lingkungan juga mempengaruhi kualitas sperma.
Telur yang diletakkan dimulai pada tiga hari pertama ketika dewasa mencapai kematangan, 40 sampai 50% dari total fekunditas diamati dalam pertama 7 hari periode ovipositional. Fekunditas harian maksimum yang terdaftar (10-11 butir / hari) ditemukan berkorelasi dengan puncak kemampuan predasi dan fekunditas harian dan total S. Punctillum diamati adalah 7,8 + Pola telur deposito pada permukaan daun tidak teratur. Telur diletakkan baik tunggal maupun dalam bentuk patch (4-5 telur / areal). Berarti setiap hari dan fekunditas total S. picipes dipelihara pada O. punicae dilaporkan sebagai 3,70 dan 221 telur.
KESIMPULAN
Kebutuhan makan dari M. sexmaculata dipengaruhi oleh periode umurnya. Makin muda umur kebutuhan mangsa makin tinggi
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
- –21 Alhmedi A, Haubruge E and Francis F (2008) Role of prey-host plant associations on Harmonia axyridis and
DAFTAR PUSTAKA
Joshi PC, Sharma Pushpendra K. Feeding performance of Cheilomenes
Reissmann, S. Creutzburg, and W. W. Weisser. 2008. The inßuence of natural enemies on wing induction in Aphis
Jervis, M.A. & Ferns, P.N. 2004. The timing of egg maturation in insects: Ovigeny index and initial egg load as measures of fitness and of resource allocation. Oikos 107: 449 –461
in the laboratory. Biol. Control 31: 306- 310
gossypii Glover (Homoptera: Aphididae)
Lee, J. H., and T. J. Kang. 2004. Functional response of Harmonia axyridis (Coleoptera: Coccinellidae) to Aphis
2007. Functional response of the predator Eriopis connexa (Coleoptera: Coccinellidae) to different prey types. Braz. Arch. Biol. Technol. 50: 121-126
Sarmento, R. A., A. Pallini, M. Venzon, O.F.F. de Souza, A. J. Molina-Rugama, and C. L. de Oliveira.
and Cycloneda sanguinea, to the cotton aphid, Aphis gossypii. Turk. J. Agric. For. 29: 347-355
levaillanti
Içsikber, A. A. 2005. Functional response of two coccinellid predators, Scymnus
Casas J, Driessen G, Mandon N, Wielaard S, Desouhant E, Van Alphen J, Lapchin L, Rivero A, Christides JP & Bernstein C (2003) Energy dynamics in a parasitoid foraging in the wild. Journal of Animal Ecology 72: 691-697
and Megoura viciae (Hemiptera: Aphididae). Bull. Entomol. Res. 98: 57- 62.
fabae
predatory efficiency. Entomol Exp Appl 128: 49-56. Kunert, G., K. Schmoock-Ortlepp, U.
sexmaculata
Episyrphus balteatus reproduction and
Semirata 2013 FMIPA Unila dan sebaliknya demikian juga terhadap jumlah telur yang diletakkan
Coccinella undecimpunctata (Coleoptera: Coccinellidae). Biol. Control 39: 434- 440 .
Garcia. 2006. Suitability of Aphis fabae, Myzus persicae (Homoptera: Aphididae) and Aleyrodes proletella (Homoptera: Aleyrodidae) as prey for
Cabral, S., A. O. Soares, R. Moura, and P.
Pervez, A., and Omkar. 2005. Functional responses of coccinellid predators: an illustration of a logistic approach. J. Insect Sci. 5: 5.
Chacon JM & Heimpel GE (2010) Density- dependent intraguild predation of an aphid parasitoid. Oecologia 164: 213- 220
Entomol. Res. 98: 57-62.
Creutzburg, and W. W. Weisser. 2008. The inßuence of natural enemies on wing induction in Aphis fabae and Megoura viciae (Hemiptera: Aphididae). Bull.
Rosenheim JA, Jepsen SJ, Matthews CE, Smith DS & Rosenheim MR (2008) Time limitation, egg limitation, the cost of oviposition, and lifetime reproduction by an insect in nature. American Naturalist 172: 486-496
Proceeding on Emerging Trends of Researches in Insect Pest Management and Environment Safety. 2008;118-121.
Lipaphis erysimi (Kalt.) and cotton aphid, Aphis gossypii (Glover).
(Fabr.) on mustard aphid,
Almohamad R, Verheggen FJ, Francis F, Haubruge E (2007) Predatory hoverflies select their oviposition site according to aphid host plant and aphid species. Entomol Exp Appl 125:13
Syafrina Lamin, dkk: Kemampuan Memangsa, Fekunditas Menochillus sexmaculata
Fabr. (Coleoptera: Coccinellidae) pada Kepadatan Aphis gossypii Glov. yang Berbeda
- –9 Seto, K; Maura, K. 2008. Functional response of the lady bettle Harmonia axyridis (Pallas) (Coleoptera: Coccinellidae) on the aphids Myzus persicae (Sulzer) (Homoptera: Aphididae) J. App. Entomol 3:341-345
- –545J Dieckhoff,C & G.
- –261 Papaj DR (2005) Ovarian dynamics in relation to host quality in the walnut- infesting fly, Rhagoletis juglandis. Functional Ecology 19: 396
- –404 Wu ZS & Heimpel GE (2007) Dynamic egg maturation strategies in an aphid parasitoid. Physiological Entomology 32: 143 –149.
- –370 Arbabi, M. and Singh, J. 2008. Biology of
420| Semirata 2013 FMIPA Unila Wu, Z. and Heimpel, G.E. (2007) Dynamic egg maturation strategies in an aphid parasitoid. Physiological Entomology 32: 143
Casas J, Vannier F, Mandon N, Delbecque JP, Giron D & Monge JP (2009) Mitigation of egg limitation in parasitoids: immediate hormonal response and enhanced oogenesis after host use.Ecology 90: 537
E. Heimpel 2010.Determinants of egg load in the soybean aphid parasitoid Binodoxys communis Entomologia Experimentalis et Applicata 136: 254
Wang KY, Liu TX, Yu CH, Jiang XY, Yi MQ. 2002. Resistance of Aphis gossypii
(Homoptera: Aphididae) to fenvalerate and imidacloprid and activities of detoxification enzymes on cotton and cucumbeJ. Econ. Entomol. 95(2):407- 413. Wyckhuys KAG, Strange-George JE,
Kulhanek CA, Wa¨ckers FL & Heimpel GE (2008a) Sugar feeding by the aphid parasitoid Binodoxys communis: how does honeydew compare with other sugar sources. Journal of Insect Physiology 54: 481 –491.
Wyckhuys KAG, Stone L, Desneux N, Hoelmer KA, Hopper KR & Heimpel GE 2008 Parasitism of the soybean aphid, Aphis glycines by Binodoxys
communis
: the role of aphid defensive behaviour and parasitoid reproductive performance. Bulletin of Entomological Research 98: 361
Stethorus punctillum
, a potential predator of Tetranychus ludeni. Tunisian Journal of Plant Protection 3: 95-100 .