PERIZINAN USAHA PERTAMBANGAN RAKYAT DAN PENGAWASANNYA DI KABUPATEN PESISIR BARAT Oleh Roby Surya Rusmana, Muhammad Akib, Ati Yuniatai. (Email: robyrusmana702gmail.com) Abstrak - PERIZINAN USAHA PERTAMBANGAN RAKYAT DAN PENGAWASANNYA DI KABUPATEN PESISIR BA

  

PERIZINAN USAHA PERTAMBANGAN RAKYAT DAN

PENGAWASANNYA DI KABUPATEN PESISIR BARAT

Oleh

Roby Surya Rusmana, Muhammad Akib, Ati Yuniatai.

(Email:

Abstrak

  Kabupaten Pesisir Barat merupakan salah satu daerah di Provinsi Lampung yang memiliki potensi tambang jenis batuan yang cukup baik, yang akhirnya dijadikan masyarakat lokal sebagai salah satu mata pencaharian. Kurangnya kesadaran masyarakat melakukan perizinan mengakibatkan lemahnya pengawasan oleh pemerintah daerah. Berkaitan dengan hal tersebut kegiatan pertambangan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Permasalahan dalam skripsi adalah: (1) Bagaimana mekanisme pemberian IPR di Kabupaten Pesisir Barat ? (2) Bagaimana pengawasan terhadap pertambangan rakyat di Kabupaten Pesisir Barat ? (3) Apa faktor penghambat pemerintah daerah melakukakan pengawasan terhadap pertambangan tersebut ?. Penelitian ini menggunakan pendekatan dengan cara normatif dan empiris. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang dianalisis secara kualitataif.

  Hasil penelitian bahwa mekanisme pemberian IPR di Kabupaten Pesisir Barat, pada awalnya pemohon mengajukan persyaratan administrasi, teknis, lingkungan dan finansial kepada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu dan Dinas Lingkungan hidup yang kemudian akan memberikan surat rekomendasi kepada Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung agar izin diberikan atau ditolak. Bentuk pengawasan kegiatan pertambangan rakyat di Kabupaten Pesisir Barat dilakukan dengan beberpa tahapan yaitu Pengawasan Langsung, dan pengawasan tidak langsung, serta pasca pengawasan. Faktor penghambat pemerintah daerah melakukan pengawasan ada 2 faktor yaitu: (1) faktor internal: adalah kurangnya personil dari staf/aparatur pemerintahan, kurangnya kendaraan operasional untuk menempuh ke lokasi, kurangnya biaya perjalanan dinas untuk melakukan pendataan. (2) faktor eksternal: kurangnya kesadaran masyarakat, tidak adanya laporan dari masyarakat dan kegiatan yang berskala kecil.

  Kata Kunci : Perizinan, Pengawasan, Pertambangan.

  

Abstract

  Pesisir Barat District is one area in Lampung Province which has a potential mine rock types is quite good, which eventually turned into the local community as a livelihood. Lack of public awareness perform licensing have weak oversight by local governments. In connection with the mining activities in Indonesia is regulated in Law No. 4 of 2009 on Mineral and Coal. Problems in the thesis are: (1) How does the mechanism of IPR in the Pesisir Barat District ? (2) How is the supervision of artisanal mining in the Pesisir Barat district (3) What are the factors inhibiting local governments to supervise the mining?. This study uses the approach to normative and empirical. The data used are primary data and secondary data and qualitative analyzed. The results of the study that the mechanism of IPR in the Pesisir Barat district, at first applicant filed administrative requirements, technical, environmental and financial to the Department of Investment and Integrated Services One and the Environment Department which will then provide a letter of recommendation to the Department of Mines and Energy of the Province of Lampung for permission granted or denied. Shape control artisanal mining activity in the Pesisir Barat District conducted with several stages of the Supervisory Direct and indirect supervision, and post-supervision. Factors inhibiting local government oversight there are 2 factors: 1) internal factors: is the lack of personnel on staff / government personnel, a lack of operational vehicles to travel to the location, the lack of official travel expenses to perform data collection. (2) external factors: lack of awareness, lack of reports from the public and small-scale activities.

  Keywords: Licensing, Supervision, Minin A.

   Pendahuluan

  Kegiatan pembangunan pada kegiatan usaha dan produksi yang hakekatnya adalah kegiatan manusia menunjang pembangunan. Salah satu dalam menggali dan mengolah kegiatan usaha yang menunjang sumber daya alam dengan sebaik- pembangunan di Indonesia adalah baiknya yang meliputi air, udara, sektor pertambangan. tanah dan kekayaan alam yang

  Undang-Undang Nomor 4 Tahun terkandung di dalamnya. Menurut 2009 tentang Pertambangan Mineral

  Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang dan Batubara (UU Minerba) telah Dasar 1945 (UUD 1945) menentukan bahwa mineral dan menyebutkan bahwa bumi, air dan batubara yang terkandung dalam kekayaan alam yang terkandung di wilayah hukum Indonesia merupakan dalamnya di kuasai oleh Negara dan kekayaan alam yang tak terbarukan dipergunakan untuk sebesar-besarnya sebagai karunia Tuhan Yang Maha kemakmuran rakyat. Untuk

  Esa yang mempunyai peran penting tercapainya kesejahteraan dan dalam memenuhi hajat orang banyak, kemakmuran rakyat Indonesia maka dikuasai oleh negara untuk memberi nilai tambah secara nyata bagi perekonomian nasional dalam usaha mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan.

  Pertambangan merupakan rangkaian kegiatan dalam upaya pencarian penambangan/penggalian, pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral, batu bara, panas bumi, migas).

  oleh negara diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah meliputi :

  1. Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan terhadap potensi bahan galian yang terdapat potensi bahan galian yang terdapat diwilayah provinsi, kabupaten, dan kota.

  2. Penyidikan dan penelitian merupakan usah untuk memperoleh informasi tentang bahan galian yang terdapat didalam perut bumi.

  3. Pengaturan merupakan usaha dari negara untuk mengatur bahan galian yang terdapat dalam perut bumi.

  4. Pemberian izin merupakan usah untuk memberikan izin kepada perseorangan dan atau badan hukum dalam rangka penguasaan bahan galian.

  5. Pembinaan dan pengawasan pengusahaan bahan galian di wilayah hukum negara dalam 1 Salim HS.,Hukum Pertambangan Mineral

  & Batubara (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm 24

  rangka pengusahaan bahan- bahan galian sehingga dapat diproleh hasil yang sebesar- besarnya, sedangkan pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh negara atas pelaksanaan kegiatan pengusahaan bahan galian.

  Usaha pertambangan bertujuan untuk mengolah bahan galian yang berada di dalam bumi agar dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh semua umat manusia untuk melangsungkan kehidupannya agar tercapai kesejahteraan dan kemakmuran. Kegiatan pertambangan juga harus memperhatikan kondisi lingkungan sekitar dari dampak kegitan pertambangan tersebut, baik kondisi masyarakat sekitar yang tinggal dekat dengan lokasi pertambangan ataupun lingkungan alamnya, karna kegiatan penambangan merupakan kegiatan yang pemanfaatannya bukan hanya untuk masa sekarang tetapi juga masa mendatang. Dalam Pasal 34 UU Minerba, usaha pertambangan dikelompokkan atas pertambangan mineral dan pertambangan batubara. Pertambangan mineral digolongkan atas: a. pertambangan mineral radio aktif b. pertambangan mineral logam c. pertambangan mineral bukan logam d. pertambangan batuan

1 Penguasaan mineral dan batubara

  Sebelum berlakunya otonomi daerah, kewenangan dalam perizinan pertambangan merupakan kewenangan pemerintah pusat. Lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pasal 7 ayat (2) memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur usaha pendayagunaan sumber daya alam yang terdapat dalam wilayah yuridiksinya. Setelah berlakunya Undang-Undang Nomor

  23 Tahun 2014 tentnag Pemerintahan Dearah, kewenangam urusan pertambangan kembali ke pusat dan daerah provinsi. Ini sesuai dengan ketentuan pasal 14 ayat (1) pada Undang-Undang tersebut bahwa Penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang kehutanan, kelautan, serta energi dan sumber daya mineral dibagi antara pemerintah pusat dan daerah provinsi, yang artinya pemerintah daerah kabupaten/kota tidak memiliki kewenangan lagi dalam urusan sumber daya mineral.

  Kegiatan usaha pertambangan tidak hanya dilakukan oleh perusahaan, tetapi ada pula sebagian dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh pihak perseorangan. Pelaku pertambangan dalam melakukan usaha pertambangan harus mendapatkan Izin Usaha Pertambangan yang selanjutnya disebut IUP. Pengertian

  IUP dalam Pasal 1 butir ke 7 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara, adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan. IUP diberikan kepada badan usaha, koperasi dan perseorangan.

  Kabupaten Pesisir Barat adalah wilayah yang memiliki potensi tambang yang cukup baik. Potensi yang ada memberikan peluang kepada masyarakat untuk menambang dan menjadi sumber mata pencaharian. Pengelolaan penambangan di Kabupaten Pesisir Barat bukan hanya dilakukan oleh adapula pertambangan yang langsung dilakukan oleh masyarakat lokal sendiri. Namum pertambangan yang dilakukan masyarakat ini tidak semuanya meiliki izin untuk melakukan usaha pertambangan. Dalam kewenangan pengawasannya di Kabupaten Pesisir Barat pertambangan pada awalnya merupakan fungsi dari peran dinas Pekerjaan Umum dan Pertambangan Energi (PUPE) Kabupaten Pesisir Barat, namum pada awal 2017 ini lalu Dinas PUPE dirubah menjadi Dinas Pekerjaan Umum dan untuk urusan pengawasan kegiatan pertambangan menjadi urusan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Dinas Lingkungan Hidup. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ruli selaku staf di Dinas Pekerjaan Umum dan Pertambangan Energi Kabupaten Pesisir Barat pada tanggal

  13 Desember 2016 lalu, bahwa berdasarkan pengaduan masyarakat terutama keluh kesah dari pemilik tambang legal atau yang memiliki izin usaha terhadap kegiatan kegiatan pertambanangan yang ilegal, di Kabupaten Pesisir Barat terdapat 19 titik pertambanagan ilegal.

  Dampak negatif yang disebabkan oleh kegiatan pertambangan tanpa izin ini dikhawtirkan dapat merusak lingkungan, pemborosan sumber daya mineral, kecelakaan tambang, juga merugikan negara khususnya pemerintah daerah, yang seharusnya menjadi salah satu pendapatan asli daerah (PAD). Salah satu dampak yang disebabkan pertambangan tanpa izin yaitu mengakibatkan kerusakan lingkungan menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh pelaku tambang. Penambangan rakyatpun harus sehingga dapat dengan mudah dilakukan pengawasan oleh pemberi izin. Kenyataannya bahwa masih terdapatnya kegiatan pertambangan rakyat yang tidak memiliki izin sehingga berimplikasi pada lemahnya pengawasan. Permasalahan yang dikaji dalam penulisan ini adalah bagaimana Mekanisme pemeberian izin usaha pertambangan rakyat di Kabupaten Pesisir Barat, bagaimana pengawasan kegiatan usaha pertambangan rakyat di Kabupaten Pesisir Barat dan apa faktor penghambat pemerintah daerah melakukakan pengawasan pertambangan rakyat di Kabupaten Pesisir Barat. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme perizinan pertambangan rakyat di Kabupaten Pesisir Barat, bagaimana pengawasan terhadap kegiatan usaha pertambangan rakyat di Kabupaten Pesisir Barat dan apa faktor penghambat dari pemerintah daerah melakukakan pengawasan pertambangan rakyat di Kabupaten Pesisir Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan hukum normatif empiris dengan tipe penelitin analisis kualitatif. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang dikumpulkan melalui studi perundang-undangan, pustaka yang berkaitan dengan judul, dan wawancara, yaitu wawancara dengan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Barat.

  B. Pembahasan 1. Mekanisme Pengajuan Izin Usaha Pertambangan Rakyat Di Kabupaten Pesisir Barat

  Berdasarkan wawancara dengan Muhammad Zinnur selaku Kepala Bidang Penanaman Modal di Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat bahwa mengenai mekanisme pemberian izin pertambangan yang di Kabupaten Pesisir Barat, setiap instansi mempunyai peranan penting. Berikut dinas-dinas yang terkait dalam perizinan pertambangan di daerah Kabupaten Pesisir Barat : a.

  Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu satu Pintu. Izin atau surat yang dikeluarkan yaitu: Izin pemakaian lahan, Izin administrasi umum: SIUP, TDP dll.

  b.

  Dinas Lingkungan Hidup.

  Izin atau surat yang dikeluarkan yaitu: Izin AMDAL, Izin pembuangan limbah hasil tambang/ Tailing

  Berdasarkan hasil wawancara dengan Muhammad Zinnur selaku Kepala Bidang Penanaman Modal di Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat. Tahap-tahap yang diberikan Dinas Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat untuk mendapatkan izin pertambangan yaitu: surat permohonan yang diajukan oleh perorangan, badan usaha, koperasi maupun perusahaan firma ditujukan ke Dinas Penanaman Pintu Kabupaten Pesisir Barat. 1. permohonan Surat

  Setelah syarat administrasi lengkap bermeterai cukup dan telah mendapat persetujuan dari

  2. Kartu Tanda Salinan

  Dinas Lingkungan Hidup, maka akan Penduduk Ketua Kelompok diadakan survey lokasi untuk melihat

  3. Nomor Pokok Salinan tempat yang akan dijadikan lokasi Wajib Pajak Pemohon pertambangan. Setelah itu Dinas 4.

  Surat Keterangan Domisili Penanaman Modal dan Pelayanan Usaha Pertambangan (asli) Terpadu Satu Pintu akan 5.

  Salinan Akta pendirian memberikan surat rekomendasi Kelompok Masyarakat kepada Provinsi dalam hal ini Dinas sesuai ketentuan yang Pertambangan dan Energi Provinsi berlaku selaku pihak yang berwewenang

  6. Surat Rekomendasi dari dalam mengambil keputusan apakah Kepala desa/Lurah atau izin diberikan atau ditolak. Setelah kepala adat mengenai mendapat persetujuan maka kebenaran riwayat kegiatan dikeluarkannya izin usaha pertambangan rakyat pertambangan.

  7. Bukti kepemilikan lahan atau surat persetujuan dari A. pemegang hak atas lahan

  Syarat Administrasi 8.

  Surat pernyataan bermeterai a. pemohon tentang kebenaran

  Perseorangan : salinan dokumen yang 1. permohonan dilampirkan dalam

  Surat bermeterai cukup permohonan

  2. Kartu Tanda Salinan

  Penduduk Pemohon c.

  Koperasi

  3. Nomor Pokok 1. permohonan Salinan Surat

  Wajib Pajak Pemohon bermeterai cukup 4.

  2. Kartu Tanda Surat Keterangan Domisili Salinan

  Usaha Pertambangan (asli) Penduduk Ketua Koperasi 5.

  3. Nomor Pokok Surat Rekomendasi dari Salinan

  Kepala desa/Lurah atau Wajib Pajak Pemohon kepala adat mengenai

  4. Susunan pengurus koperasi kebenaran riwayat kegiatan

  5. Salinan Akta pendirian pertambangan rakyat koperasi yang salah satu

  6. maksud dan tujuannya

  Bukti kepemilikan lahan atau surat persetujuan dari bergerak dibidang usaha pemegang hak atas lahan pertambangan 7.

  6. Surat pernyataan bermeterai Surat Keterangan Domisili pemohon tentang kebenaran Usaha Pertambangan (asli) salinan dokumen yang 7.

  Surat Rekomendasi dari dilampirkan dalam Kepala desa/Lurah atau permohonan kepala adat mengenai kebenaran riwayat kegiatan b. pertambangan rakyat

  Kelompok Masyarakat

  8. Bukti kepemilikan lahan atau surat persetujuan dari pemegang hak atas lahan 9. Surat pernyataan bermeterai pemohon tentang kebenaran salinan dokumen yang dilampirkan dalam permohonan B.

  Persyaratan Teknis Berdasarkan wawancara dengan Muhammad Zinnur selaku Kepala Bidang Penanaman Modal di Dinas Penanaman Modal dan Pelaanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat, mengenai persyaratan teknis dibagi menjadi beberapa tahap yaitu: 1.

  Peta Wilayah Izin Pertambangan Rakyat (WIPR) ditandatangani oleh pemohon yang menggunakan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografis nasional (sejajar dengan lintang bujur dan menggunakan peta dasar RBI BIG skala minimal 1:25.000) sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No. 12 tahun 2011 tentang Tata Cara Penetapan Wilayah Usaha Pertambangan dan Sistem Informasi Wilayah Pertambangan Mineral dan Batubara yang dilengkapi dengan batas koordinat

  2. Surat pernyataan bermeterai cukup yang memuat paling sedikit: 1.

  Sumuran pada IPR paling dalam 25 (dua puluh lima) meter 2.

  Menggunakan pompa mekanik, penggelundungan atau permesinan dengan jumlah tenaga maksimal 25 (dua puluh lima) horse power

  3. Tidak menggunakan alat berat dan bahan peledak.

  Berasarkan uraian terebut diatas dapat dianalisis bahwa selain syarat administrasi syarat teknis merupakan syarat yang wajib dikumpulkan sebelum mendapatkan izin usaha pertambangan, hal itu untuk mengetahui posisi atau letak dan jenis bahan galian/ tambang sehingga izin yang dikelurkan sesuai dengan izin usaha pertambangan yang sesuai dengan kondisi dan potensinya.

  C.

  Persyaratan Lingkungan Berdasarkan wawancara dengan Nico.F.A selaku Plt. sekretaris perencanaan dan kajian Dampak Lingkungan di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Barat mengenai persyaratan lingkungan yaitu : a.

  Untuk izin usaha pertambangan (IUP) ekplorasi meliputi pernyataan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang- undangan (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup).

  b.

  Untuk izin usaha pertambangan (IUP) operasi produksi , meliputi:

  1. pernyataan kesanggupan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang- undangan (Undang-Undang Nomor

  32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup).

  2. Persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan perundang- undagan (Undang-Undang Nomor

  32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup).

  Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat dianalisis bahwa persyaratan lingkungan wajib dikarenakan agar tidak terjadi kerusakan lingkungan akibat adanya kegiatan pertambangan setelah izin usaha pertambangan dikeluarkan.

  D.

  Persyaratan Finansial Berdasarkan wawancara dengan Muhammad Zinnur selaku Kepala Bidang Penanaman Modal di Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat dalam masalah persyaratan Finansial pengurusan priziananpada dasarnya tidak dipungut biaya tetapi para calon pengusaha tambang hanya dikenakan biaya survei wilayah yang akan dijadikan wilayah pertambangan dan baiaya administrasi pengeluaran Surat Izin Usaha Pertambangan.

  Berdasarkan hasil wawancara dengan Muhammad Zinnur selaku Kepala Bidang Penanaman Modal di Dinas Penanaman Modal dan Perizinan

  Pesisir Barat yang kemudian dipertegas pula dengan Nico.F.A selaku sekretaris perencanaan dan kajian dampak lingkungan di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Barat menjelaskan bahwa kewenangan pemerintah daerah dalam urusan pengawasan kegiatan pertambangan pada awalnya merupakan Peran dari Dinas Pekerjaan Umum dan Pertambangan Energi yang kemudian sekarang sudah menjadi kewenangan dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Dinas Lingkungan Hidup. Dalam mengawasi kegiatan-kegiatan pertambangan rakyat, dari pemerintah daerah Kabupaten Pesisir Barat membagi menjadi beberapa tahap yaitu : a.

  Pengawasan Langsung Pengawasan langsung merupakan pengawasan yang yang dilakukan langsung ke objek yang diawasi atau tempat terjadinya kegiatan pertambangan agar dapat diketahui secara tepat dan akurat tentang apa saja masalah yang muncul di lapangan. Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan dengan cara mendatangi atau melakukan pemeriksaan di tempat terhadap objek yang diawasi. Pemeriksaan di tempat ini dapat berupa pemeriksaan administratif atau pemeriksaan fisik dilapangan. Dengan kata lain Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu beserta Dinas Lingkungan Hidup melakukan sidak atau inspeksi mendadak ke penambang- penambang yang diduga tidak memiliki izin dengan berbekal dari info yang didapat baik itu melalui laporan atau pengaduan masyarakat

2. Pengawaasan Kegiatan Usaha Pertambangan Rakyat Di Kabupaten Pesisir Barat

  ataupun dari pihak dinas terkait yang melakukan penyidikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Muhammad Zinnur selaku Kepala Bidang Penanaman Modal di Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat bersama Dinas Lingkungan Hidup, pengawasan langsung sudah pernah dilaksanakan yakni melalui kunjungan dan inspeksi mendadak ketempat penambangan. Dalam inspeksi tersebut akan dilakaukan beberapa tindakan, yakni : 1.

  Melakukan pemeriksaan terhadap orang atau badan yang diduga melakukan tindak pelanggaran dalam kegiatan usaha pertambangan. Hal ini merupakan proses lanjutan dari tahap awal yakni dengan memeriksa orang atau badan terkait secara langsung.

  Dilakukannya tahapan kedua ini bertujuan untuk dapat memperoleh bukti kuat kebenaran laporan pelanggaran terhadap kegiatan usaha pertambangan misalnya

  IUP yang bermasalah.

  2. Memanggil atau mendatangkan secara paksa orang untuk didengar dan diperiksa sebagai saksi atau tersangka dalam perkara tindak pidana kegiatan usaha pertambangan. Pemanggilan saksi atau tersangka secara paksa harus dilakukan untuk mendengarkan kesaksian tentang proses terjadinya pelanggaran tindak pidana usaha pertambangan.

  3. Melakukan pemeriksaan sarana pertambangan dan menghentikan penggunaan peralatan yang diduga digunakan untuk melakukan tindak pidana kegiatan usaha pertambangan.

  Apabila orang atau suatu badan telah terbukti melakukan pelanggaran, maka semua alat produksi dihentikan sementara untuk proses pengembangan penyidikan.

  b.

  Pengawasan Tidak Langsung Berdasarkan wawancara dengan Muhammad Zinnur selaku Kepala Bidang Penanaman Modal di Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat, pengawasan yang dilakukan pimpinan hanya melalui laporan-laporan dari bawahan dan yang diperoleh dari dokumen seperti arsip izin pertambangan dan lain-lain merupakan pengawasan secara tidak langsung. Pengawasan tidak langsung adalah kebalikan dari pengawasan langsung yang dilakukan tanpa mendatangi tempat yang diawasi. Pengawasan ini dilakukan dengan cara mempelajari dan menganalisa dokumen yang menyangkut objek yang diawasi, seperti: 1.

  Laporan pelaksanaan pengawasan dari bawahan, baik laporan berkala ataupun laporan wajib.

  2. Laporan hasil pemeriksaan yang diperoleh dari perangkat pengawas lainnya.

  3. Surat pengaduan dari masyarakat 4. Berita atau artikel dari media massa

  5. Dokumen lainnya Bentuk Pengawasan kegiatan daerah untuk kegiatan usaha yang sudah memiliki izin dilakukan dengan cara pengawasan langsung yakni pengawasan yang dilakukan dengan cara mendatangi atau melakukan pemeriksaan di tempat terhadap objek yang diawasi, serta berdasarkan kelengkapan- kelengkapan dan kesesuaian suarat izin yang ada atau pengawasan tidak langsung. Bentuk pengawasan untuk kegiatan pertambangan yang tidak memiliki izin pemerintah daerah hanya berdasarkan pengaduan masyarakat (pengawasan tidak langsung) dan hasil temuan dilapangan (pengawasan langsung). Dari keterangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Pesisir Barat dalam hal ini Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Dinas Lingkungan Hidup belum dilaksanakan secara maksimal karena pengawasan dilakukan hanya secara pasif yaitu hanya ketika terdapat laporan dari masyarakat mengenai kegiatan pertambangan batuan.

  c.

  Pasca Pengawasan Berdasarkan hasil wawancara dengan Muhammad Zinnur selaku kepala bidang penanaman modal di Dinas Penanaman Modal dan Pelayan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat, setelah dilakukannya pengawasan maka ada tindak lanjut dari pengawasan tersebut yakni tahapan korektif. Tahapan korektif adalah tindakan lebih lanjut dari pengawasan yang dilakukan pemerintah daerah atas kegiatan pengusaha tambang, baik penyalah gunaan Izin Usaha Penambangan lainnya yang tergolong kedalam tindak pidana ataupun melanggar peraturan tentang pertambangan yang tercantum dalam UU No 4 Tahun 2009. Pemerintah Daerah juga akan menjatuhkan sanksi terhadap pengusaha pertambangan apabila terbukti tidak memiliki izin ataupun melanggar aturan-aturan lainnya yang telah tercantum didalam UU No

  4 Tahun 2009. dalam tahapan penertiban kegiatan pertambangan ilegal pihak pemerintah daerah dalam hal ini sudah pernah melakukan penertiban berupa pemberian sanksi kepada kegiatan pertambangan- pertambangan tanpa izin di Kabupaten Pesisir Barat berupa penutupan tempat kegiatan pertambagan seperti kegiatan pertambangan pasir dikecamata pesisir selatan dan pertambangan emas di kecamatan Ngambur. Untuk kegitan pertambangan yang sudah memiliki izin usaha tetapi menyalahi prosedur perizinan pemberian sanksi dapat berupa sanksi andimistratif yang terdiri dari: 1.

  Teguran Tertulis sebanyak tiga (3) kali.

  2. Paksaan Pemerintah. Hal ini dilakukann apabila ketika teguran-teguran tertulis yang diberikan kepada pengusaha tambang tidak dihiraukan maka akan dilakukan paksaan berupa pembekuan izin dan pencabutan izin.

  3. Faktor Penghambat Pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Barat dalam Menangani Kegiatan Pertambangan Tanpa Izin. a.

  Faktor Internal Berdasarkan hasil wawancara dengan Muhammad Zinnur selaku kepala bidang penanaman modal di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat, pemerintah daerah dalam pengawasan kegiatan pertambangan tanpa izin di Kabupaten Pessir Barat sudah melakan upaya-upaya mulai dari tahapan sosialisasi sampai dengan penertiban demi menekan setiap kegiatan kegiatan pertambangan ilegal yang dilakukan oleh masyarakat, namun dalam kenyataannya sampai saat ini masih banyak sekali hambatan-hambatan pemerintah daerah dalam mengawasi kegiatan pertambangan rakyat tanpa izin di Kabupaten Pesisir Barat. Beberapa faktor yang menjadi hambatannya adalah sebagi berikut:

  1. Kurangnya Sumber Daya

  Manusia dalam Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu dan Dinas Lingkungan Hidup, mengingat Kabupaten Pesisir Barat adalah Kabupaten termuda di Provinsi Lampung yang masih dalam tahap perkembangan.

  2. Kurangnya kendaraan operasional untuk menempuh ke lokasi yang sulit ditempuh dengan kendaraan biasa, sehingga sulit untuk menemukan Pengusaha tambang.

  3. Kurangnya Biaya perjalanan Dinas untuk melakukan pendataan perusahaan tambang yang terdapat di Kabupaten Pesisir Barat sehingga masih banyak Perusahaan Tambang

  Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat.

  b.

  Faktor Eksternal Faktor eksternal disini adalah faktor penghambat Pemerintah Daerah dalam melakukan pengawasan yang berasal dari luar. Faktor utama yang ikut menghambat dalam pengawasan adalah :

  1. kurangnya kesadaran masyarakat terhadap budaya taat peraturan atau hukum yang ditetapkan oleh pemerintah setempat.

  Masyarakat juga kurang memahami tentang dampak pelanggaran terhadap hukum dan peraturan yang telah ditetapkan, yang tanpa masyarakat sadari dampak tersebut juga akan merugikan masyarakat itu sendiri.

  2. Tidak Ada Laporan Dari Masyarakat Berdasarkan wawancara dengan Muhammad Zinnur selaku kepala bidang penanaman modal di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat, beliau mengatakan bahwa masyarakat merasa tidak terganggu dengan kegiatan penambangan sehingga masyarakat tidak melapor.

  3. Kegiatan pertambangan yang berskala kecil Kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh masyarakat umumnya di Kabupaten Pesisir Barat masih berskala kecil dan tidak rutin sehingga mereka enggan untuk mengurus izin pertambangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Miswar Efendi Selaku pengusaha tambang rakyat menerangkan bahwa yang jadi penghambat bagi masyarakat untuk melakukan proses perizinan adalah kurangnya informasi dan rumitnya proses perizinan sehingga sulit untuk mendapatkan izin serta biaya administrasinya yang mahal. Serta kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya memiliki izin usaha pertambangan. Untuk mengatasi berbagai factor penghambat ini diperlukan kerjasama Perintah Daerah dan Pengusaha Tambang untuk mengambil langkah- langkah positif agar apa yang diharapkan oleh kedua pihak tercapai sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing sehingga penegakan hukum dapat terlaksana.

  Mekanisme perizinan usaha pertambangan rakyat di kabupaten Pesisir Barat merupakan kewenangan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Dinas Lingkungan Hidup yang keduanya memiliki perannya masing-masing. Dalam pengajuan perizinan pertambangan rakyat ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi terlebih dahulu yaitu (1) Persyaratan Administrasi, (2)Persyaratan Teknis, (3)

  Persyaratan Lingkungan, dan (4) Persyaratan Finansial.

  2. Pengawasan pemerintah daerah dalam menangani Kegiatan Pertambangan Rakyat yakni dengan cara sebagai berikut: a.

  Pengawasan langsung, merupakan pengawasan yang yang dilakukan langsung ke objek yang diawasi atau tempat terjadinya kegiatan pertambangan pengawasan semua Perusahaan Pertambangan yang terdapat di Kabupaten Pesisir Barat.

  b.

  Pengawasan tidak langsung, yakni pengawasan yang dilakukan melalui laporan dokumen atau arsip izin pertambangan, Surat pengaduan dari masyarakat, atau berita/artikel dari media massa.

  c.

C. Penutup 1. Kesimpulan 1.

  Pasca pengawasan atau tahapan kolektif yakni, tindakan lebih lanjut dari pengawasan yang dilakukan pemerintah daerah atas kegiatan pengusaha tambang, baik penyalah gunaan Izin Usaha Penambangan ataupun aktivitas penambangan lainnya yang tergolong kedalam tindak pidana ataupun melanggar peraturan tentang pertambangan yang tercantum dalam UU No 4 Tahun 2009.

  3. Faktor Penghambat pemerintah daerah melakukan pengawasan : a.

  Faktor Internal : 1. Kurangnya Suber Daya Manusia dalam Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu dan Dinas Lingkungan Hidup.

  Diharapkan kepada Tim Dari Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat agar lebih bersikap Loyalitas kepada seluruh masyarakat agar pengusaha tambang tidak segan melakukan Perizinan Tambang.

  Mempermudah pengusaha tambang dalam melakukan izin usaha tambang milik nya.

  f.

  Perbesar biaya oprasional agar Tim Lebih bersemangat untuk melakukan pendataan seluruh perusahaan Pertambangan.

  e.

  Sosialisakan juga pentingnya keamanan kerja bila melakukan perizinan tambang yang menggunakan alat sederhana sehingga kecelakaan kerja tidak terjadi.

  d.

  Penambahan staf atau aparatur pemerintah karna mengingat masih terbatasnya jumlah staf pemerintaha terutama di Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Barat agar penyelenggaraan tugas lebih maksimal.

  c.

  b.

  2. Kurangnya kendaraan operasional untuk menempuh ke lokasi.

  Perlu adanya sosialisasi tentang manfaat dari perizinan Pertambangan agar Pengusaha Tambangan mengetahi fungsi dari izin Tambang.

  Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Pesisir Barat. Penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut: a.

  Berdasarkan uraian diatas bahwa masih ada hambatan-hambatan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Barat dalam Menangani Kegiatan Pertambangan Tanpa Izin di Kabupaten Pesisir Barat yakni kurangnya kesadaran pengusaha pertambangan yang tidak memiliki izin untuk melakukan perizinan kepada Dinas Penanaman Modal dan

  3. Kegiatan pertambangan yang berskala kecil Faktor penghambat masyarakat melakukan perizinan, berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Miswar Efendi Selaku pengusaha tambang rakyat menerangkan bahwa yang jadi penghambat masyarakat melakukan proses perizinan adalah kurangnya informasi dan rumitnya proses perizinan sehingga sulit untuk mendapatkan izin serta biaya administrasinya yang mahal. Serta kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya memiliki izin usaha pertambangan.

  2. Tidak ada laporan dari masyarakat.

  Faktor Eksternal : 1. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya izin

  b.

  3. Kurangnya Biaya perjalanan Dinas untuk melakukan pendataan perusahaan tambang.

5.2 Saran

  DAFTAR PUSTAKA 1. Buku.

  Sutedi Andrian. 2010.

  Kerinci asli. 2011. Penggolongan Bahan Galian Menurut UU No. Diakses Pada Tanggal 15 Oktober 2015. Pukul 15.20 WIB.

  7 November 2016 pukul 22.20 WIB

  Minority study club. 2013. Definisi dan Fungsi Pertambangan. Diakses

   Website:

  Peraturan Pemerintah No 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah Dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom 3.

  Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2014 Perubahan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara

  Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

  Daerah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

  Mineral dan Batu Bara Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan

  Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan

  Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik . Jakarta: Sinar Grafika.

  Metodelogi Penelitian Hukum, Jakarta: Persada

  Helmi. 2012. Hukum Perizinan

  Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sunggono Bambang. 2011.

  Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat.

  Bandung: Nuansa Soekanto,Sri Mamudji Sri. 1995.

  Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik .

  Grasindo Ridwan, Dkk. 2009. Hukum

  Problem dan upaya pembenahan . Jakarta:

  Liberty Putyatmoko,Y.Sri. 2009. Perizinan

  Administrosi Negara Indonesia. Yogyakarta:

  Grafika Muchsan.1982. Pengantar Hukum

  Pertambangan Mineral & Batubara . Jakarta: Sinar

  HS Salim. 2012. Hukum

  Lingkungan Hidup . Jakarta: Sinar Grafika.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KRIMINOLOGIS MODUS OPERANDI KEJAHATAN ANAK DI BANDAR LAMPUNG email: hadi_ryuyahoo.com

0 4 14

PELAKSANAAN BAGI HASIL DAN PENGGUNAAN PAJAK ROKOK DI PROVINSI LAMPUNG

0 1 16

PENERAPAN PEMBERIAN SANKSI TERHADAP MAHASISWA YANG MELAKUKAN PELANGGARAN DISIPLIN DI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

0 4 17

PENGAWASAN TERHADAP LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT (LSM) DIKABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

0 0 12

UPAYA PENANGGULANGAN OLEH SAT RESKRIM POLRES LAMPUNG TIMUR TERHADAP KEJAHATAN PEMERASAN YANG DILAKUKAN KELOMPOK PREMAN DI JALAN LINTAS TIMUR (Study Kasus Wilayah Hukum Polres Lampung Timur)

0 0 8

POLICE ROLE IN CRIMINAL LAW ENFORCEMENT MOTORCYCLE THEFT UNDERTAKEN BY THE SYNDICATE IN BANDAR LAMPUNG (Case Study Kepolisian Sektor Kedaton) by: Gagan Ghautama, Diah Gustiniati.SH.MH. and Dona Raisha.SH.MH email: ghautama_gaganyahoo.com. ABSTRACT - POLIC

0 0 10

KEWENANGAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI DALAM PEMILIHAN REKTOR DI UNIVERSITAS LAMPUNG

0 0 12

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENGULANGAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ANAK Oleh Hety Ratna Novitasari, Firganefi, Dona Raisa Monica (Email: hetyratnaymail.com) ABSTRAK - ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENGULANGAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUN

0 1 12

PELAKSANAAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PARIWISATA PROVINSI LAMPUNG DALAM MENINGKATKAN USAHA JASA KEPARIWISATAAN

0 2 15

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP ORANG YANG MENGGUNAKAN IDENTITAS PALSU SEBAGAI DOKTER Oleh: INDRA SUKMA Email : Indrasukma.1992gmail.com ABSTRAK - PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP ORANG YANG MENGGUNAKAN IDENTITAS PALSU SEBAGAI DOKTER

0 0 12