ANALISIS KRIMINOLOGIS MODUS OPERANDI KEJAHATAN ANAK DI BANDAR LAMPUNG email: hadi_ryuyahoo.com

ANALISIS KRIMINOLOGIS MODUS OPERANDI
KEJAHATAN ANAK DI BANDAR LAMPUNG
(Jurnal)

Oleh
SATRIO NUR HADI

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

ANALISIS KRIMINOLOGIS MODUS OPERANDI
KEJAHATAN ANAK DI BANDAR LAMPUNG
Satrio Nur Hadi, Sunarto, Firganefi
email: hadi_ryu@yahoo.com
Abstrak
Kejahatan yang dilakukan oleh anak di kota Bandar Lampung saat ini sudah
sangat beragam, dari lapisan sosial yang beragam pula, dengan rata-rata usia
sekolah yang terpengaruh dari beberapa faktor, dan dampaknya sangat
meresahkan masyarakat secara umum. Permasalahan dalam skripsi ini adalah

bagaimanakah modus operandi kejahatan anak di Bandar Lampung dan apakah
faktor penyebab kejahatan anak di Bandar Lampung. Pendekatan masalah yang
digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan yuridis normatif dan
Pendekatan yuridis empiris. Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan modus operandi kejahatan
yang dilakukan oleh anak di kota Bandar Lampung saat ini beragam dengan pola
kejahatan yang beragam pula, namun hal tersebut sangat ditentukan oleh beberapa
faktor baik internal (Mental Disorder) kepribadian maupun faktor eksternal.
Pembahasan dari faktor eksternal yang melibatkan Faktor Lingkungan Keluarga,
Faktor Lingkungan sekolah, Faktor lingkungan pergaulan, Faktor mass media atau
media massa. Penulis memandang perlu langkah-langkah penanganan tindakan
secara Preventif, Tidakan hukuman, Tindakan kuratif, danperlu adanya aspek
pendidikan, pendidikan agama yang berfondasi kepada nilai-nilai moral, dan pola
pendidikan yang menuntun anak kearah padat karya, jadi anak disini memiliki
kegiatan positif dapat menjadi solusi untuk melepaskan dari kondisi yang sulit
secara ekonomi.
Kata kunci : Analisis kriminologi, Modus operandi, Kejahatan anak.

ANALYSIS CRIMINOLOGICAL MODE CRIME OPERANDI
CHILDREN IN BANDAR LAMPUNG

Satrio Nur Hadi, Sunarto, Firganefi
email: hadi_ryu@yahoo.com
Abstract
Crimes committed by children in the city of Bandar Lampung is now very diverse,
from diverse social strata as well, with the average age of the affected schools of
several factors, and the impact is very disturbing the public in general. The
problem in this paper is how modus operandi in Bandar Lampung child crime and
crime child Is causative factor in Bandar Lampung. Approach to the problem
which is used in this paper is a normative juridical approach and empirical
juridical approach. Based on the results of research and discussion, it can be
concluded that the development of the modus operandi of crimes committed by
children in the city of Bandar Lampung currently vary with patterns for different
crimes, but it is so determined by several factors, both internal (Mental Disorder)
and personality external factors. Discussion of the external factors involving the
Family Environment Factors, Environmental Factors school, social environment
factors, factors mass media or mass media. The author considers it necessary
countermeasures Preventive action, act of punishment, curative action, and the
need for aspects of education, religious education berfondasi to moral values, and
patterns of education that lead children toward labor intensive, so the children
here have positive activities can be a solution for the release of the difficult

economic
conditions.

Keywords: Analysis of criminology, modus operandi, Crime child

I. PENDAHULUAN
Kejahatan anak merupakan salah satu
permasalahan yang sering terjadi saat
ini. Bentuk dan modusnya pun
semakin beragam, mulai dari tindak
kejahatan ringan, sampai ke tindak
kejahatan berat. Arus globalisasi dan
modernisasi dapat dikatakan sebagai
salah satu penyebab atau pendorong
banyak terjadinya kejahatan anak
saat ini, ataupun disintegrasi moral
dimana norma agama, kesusilaan,
adat istiadat, maupun norma lain
yang ada dan hidup dalam
masyarakat, tidak lagi diperhatikan

dan ditaati oleh para anak-anak
maupun remaja. 1
Peran
pemerintah,
masyarakat,
sampai ke peran keluarga, dan orang
tua
sangat
diperlukan dalam
menanggulangi dan menindaklanjuti
permasalahan kejahatan anak saat
ini. Dimana saat ini tindak kejahatan
yang seharusnya dilakukan oleh
orang dewasa seperti pencurian
dengan pemberatan (Pasal 363
KUHP), pencurian dengan Tindak
Kekerasan (Pasal 365 KUHP),
Pelecehan Seksual dan Pemerkosaan
(Pasal 285-293 KUHP), maupun
tindak Pembunuhan, dan

Pembunuhan Berencana (Pasal 338,
dan 340 KUHP), telah banyak
dilakukan oleh para anak-anak
maupun remaja saat ini. Hal ini
tentunya menandakan bahwa kondisi
anak maupun remaja saat ini, sedang
dalam kondisi kritis dan sangat
memprihatinkan.
Perlunya suatu pemecahan masalah
dalam menanggulangi
dan
menindaklanjuti hal ini sangatlah
1

Wikipedia,Globalisasi,http://id.wikipedia.or
g/wiki/Globalisasi diakses pada tanggal 8
Agustus 2014, pada pukul 9. 15 Wib.

diharapkan, dimana anak sebagai
generasi penerus ,dan merupakan

sumber daya manusia yang perlu
mendapatkan perhatian khusus, yang
menentukan
nasib
bangsa
kedepannya, dimana perkembangan
globalisasi ekonomi, teknologi, dan
modernisasipun semakin maju dan
meningkat2. Modus Operandi yang
semakin berkembang pada saat ini,
menjadikan anak sudah dapat
melakukan
pencurian
seperti
pencurian
kendaraan
bermotor
dengan cara yang berbeda-beda
mulai dari membuat kunci duplikat
palsu, melakukan pembegalan secara

berkelompok, merusak gembok atau
kunci pengaman dengan alat-alat
tertentu dan dengan tekhnik tertentu,
sampai membawa lari kendaraan
orang lain dengan modus meminjam
atau menyewa. Anak yang berkonflik
dengan
hukum
pada
kasus
penyalahgunaan narkoba sendiri,
terjadi dengan Modus Operandi
penjualan narkoba di kalangan
remaja secara bebas, bahkan anak
sudah menjadi pengedar atau
penjualan narkoba yang beroperasi di
kalangan teman-temannya, bahkan
sampai menembus jenjang instansi
pendidikan atau di lingkungan
sekolahannya. Untuk anak yang

berkonflik dengan hukum pada kasus
penganiayaan,
biasanya
terjadi
dengan modus operandi perkelahian
antar pelajar, pengroyokan, atau
tawuran yang sampai memakan
korban luka-luka, bahkan meninggal
dunia. Anak yang berkonflik dengan
hukum pada kasus pemerkosaan,
anak sudah dapat melakukan salah
2

Wulan Yulian, Dampak Globalisasi di
Beberapa
Aspek
Kehidupan,
http://www.slideshare.net/99yuda/makalahdampak-globalisasi-di-beberapaaspekkehidupan diakses pada tanggal 8
Agustus2014, pada pukul 9.15Wib


satu tindak pidana kesusilaan ini
terhadap teman-teman sebayanya,
baik di lingkungan sekolahan
maupun di lingkungan rumah atau
tetangganya, dengan modus operandi
yang semakin berbeda-beda pula,
mulai dari bujukan/rayuan, sampai
dengan modus pemberian hadiah
atau imbalan.
Berdasarkan keterangan di atas dapat
dibuktikan
bahwa
saat
ini
kebanyakan anak bukan lagi sebagai
korban tindak kejahatan, melainkan
pelaku dari tindak kejahatan itu
sendiri. Karena itu anak yang
melakukan tindak kejahatan tersebut
perlu mendapatkan perhatian khusus,

baik dari pemerintah, maupun
masyarakat mulai dari upaya
pencegahan,
sampai
upaya
penanggulangannya, yang dalam hal
ini
disebut
sebagai
politik
kriminal/criminal policy melalui
saran penal dan non penalnya.
Peradilan Pidana Anak merupakan
suatu peradilan yang khusus
menangani perkara anak. Penyidik
Anak, Penuntut Umum Anak, Hakim
Anak,
Petugas
Pemasyarakatan
Anak, merupakan satu kesatuan yang

termasuk dalam suatu sistem yang
disebut denagan Sistem Peradilan
Anak (Juvenille Justice System3),
bertujuan untuk menanggulangi
kejahatan anak, sekaligus juga
diharapkan
dapat
memberikan
perlindungan kepada anak yang
mengalami masalah dengan hukum.
Proses Peradilan Anak mulai dari
penyidikan, penuntutan, pengadilan,
dan dalam menjalankan putusan
pengadilan
di
Lembaga
Pemasyarakatan
Anak
wajib
3

Setya Wahyudi, Implementasi Ide Diversi
dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana
Anak di Indonesia. Yogyakarta: Genta
Publishing, 2011, hlm. 26.

dilakukan oleh pejabat-pejabat yang
terdidik khusus atau setidaknya
mengetahui tentang masalah Anak
yang
melakukan
kejahatan.
Perlakuan selama proses Peradilan
Pidana Anak harus memperhatikan
prinsip-prinsip perlindungan anak
dan tetap menjunjung tinggi harkat
dan
martabat
anak
tanpa
mengabaikan terlaksananya keadilan,
dan
bukan
membuat
nilai
kemanusiaan anak menjadi lebih
rendah.
Berdasarkan Latar Belakang Masalah
di atas, maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah :
(1) Bagaimanakah Modus Operandi
Kejahatan Anak di Bandar Lampung.
(2) Apakah Faktor penyebab
Kejahatan Anak di Bandar Lampung.
Pendekatan masalah yang digunakan
dalam
penulisan
ini
adalah
pendekatan yuridis normatif yaitu
adalah penelitian yang dilakukan
dengan cara melihat, menelaah,
mengenai beberapa hal yang bersifat
teoritis yang menyangkut asas-asas
hukum, pandangan dan doktrindoktrin hukum, konsep-konsep,
peraturan hukum dan sistem hukum
yang berkenaan dengan skripsi ini
atau sering disebut sebagai suatu
library research.
Pendekatan yuridis empiris adalah
pendekatan yang dilakukan dengan
menggali informasi dan melakukan
penelitian
di
lapangan
guna
mengetahui secara lebih jauh
mengenai
permasalahan
yang
dibahas. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan informasi lapangan
yang lebih akurat.

II. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A. Modus Operandi Kejahatan
Anak di Bandar Lampung.
Sebelum
penulis
melakukan
pembahasan
mengenai
Modus
Operandi Kejahatan Anak di Bandar
Lampung, penulis akan menyajikan
beberapa pendapat ahli mengenai
teori-toeri
kriminologi
yang
berhubungan dengan pembahasan
dalam skripsi ini. Pembahasan secara
teori kriminologi di atas, seperti yang
dikemukakan oleh Sutherland yang
membangun pemikirannnya secara
sistematis dalam mengamati nilainilai delinquent distrasmisi dari suatu
generasi ke generasi berikutnya, teori
ini juga dikenal dengan istilah
Diferential Association Theory.
Dengan di ajukannya teori ini,
Sutherland
ingin
menjadikan
pandangannnya sebagai teori yang
dapat
menjelaskan sebab-sebab
terjadinya kejahatan. Dalam rangka
tersebut,
Sutherland
kemudian
melakukan studi tentang kejahatan
White-Collar agar teorinya dapat
menjelaskan sebab-sebab kejahatan,
baik kejahatan konvensional maupun
kejahatan White Collar. Substansi
yang menjadi ruang lingkup teori ini
adalah : Teori ini relatif mampu
untuk menjelaskan sebab-sebab
timbulnya kejahatan akibat penyakit
sosial. Teori ini mampu menjelaskan
bagaimana seseorang karena adanya
atau melalui proses belajar menjadi
jahat. Teori ini berlandaskan kepada
fakta dan bersifat rasional. 4
Selanjutnya
Sutherland
juga
menjelaskan bahwa; ketika tingkah
laku kriminal dipelajari,
pembelajaran itu termasuk mengenai
4

Topo Santoso dan Eva Achajani Zulfa, Op
Cit hlm, 74

teknik-teknik melakukan kejahatan
yang kadang sangat sulit, kadang
sangat mudah dan arah khusus dari
motif-motif,
dorongan-dorongan,
rasionalisasi-rasionalisasi, dan sikapsikap. Deliquent muda bukan saja
belajar bagaimana mencuri di toko,
membuka kotak, membuka kunci,
dan sebagainya, tapi juga belajar
bagaimana
merasionalisasi
dan
membela tindakan-tindakan mereka.
Seorang pencuri akan ditemani
pencuri lain selama waktu tertentu
sebelum dia melakukan sendiri,
dengan kata lain para penjahat juga
belajar ketrampilan dan memperoleh
pengalaman. 5
Kejahatan yang dilakukan oleh anakanak juga dapat dipahami melalui
teori tentang Mental Disorder
(kekacauan mental), keadaan ini
digambarkan oleh seorang dokter
perancis bernama Philippe Pinel
sebagai manie sans delire (madness
without confusion), atau oleh dokter
Inggris bernama James C. Prichard
sebagai “moral insanity” dan oleh
Gina Lombroso-Ferrero sebagai
“irresistible atavistic impulses”.
Dewasa ini penyakit mental tadi
disebut sebagai psychopathy atau
antisocial personality, yang berarti
suatu kepribadian yang ditandai oleh
suatu ketidakmampuan belajar dari
pengalaman, kurang
kehangatan/keramahan, dan tidak
merasa berasalah.6
Penjelasan
mengenai
beberapa
pendapat atau teori dari para ahli
ilmu kriminologi di atas, menjadikan
dasar bagi penulis untuk menganalisa
ragam bentuk kejahatan tentang
bagaimana, cara para deliquent
melakukan kejahatannya, baik secara
internal atau kepribadian pelaku
5
6

Ibid, hlm 76.
Ibid, hlm 50.

kejahatan, maupun faktor ekternal
yang
menyebabkan
terjadinya
kejahatan.
Selanjutnya penulis mengungkap
fakta kejahatan yang terjadi di Kota
Bandar Lampung, bahwa kejahatan
yang dilakukan oleh anak-anak
(Juvenile Delinquency) kerap terjadi
disebabkan
oleh
faktor-faktor
ekternal, seperti kecendrungan anakanak untuk meniru-niru, seperti yang
mereka lihat baik di dalam
lingkungan keluarga, pendidikan,
maupun dari media massa. Lalu
anak-anak tersebut berkumpul dan
timbul hasrat untuk melakukan
kejahatan
baik
sendiri-sendiri
ataupun bersama, dengan memimjam
istilah dari Kartini Kartono sebagai
Geng Delinquent.
Selanjutnya penulis menjelaskan
pengertian istilah mengenai Modus
dalam arti Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), adalah cara,
sedangkan definisi dari modus adalah
bentuk verba yang mengungkapkan
suasana
kejiwaan
sehubungan
dengan perbuatan menurut tafsiran
pembicara
tentang
apa
yang
diucapkannya. Sedangkan operandi
adalah operasi atau cara atau tekhnik
yang berciri khusus dari seseorang
penjahat dalam melakukan perbuatan
jahatnya. 7
Kejahatan sendiri memiliki arti suatu
perbuatan yang melanggar norma
hukum (Hukum Pidana), perilaku
yang merugikan, perilaku yang
menjengkelkan, atau perilaku yang
imbasnya menimbulkan korban. Dan
menurut pandangan kriminologi di
indonesia, kejahatan dipandang
7

Mochamad, modus kejahatan, http/modus
kejahatan-blogspot.com diakses pada
tanggal 21 September 2014, pada pukul 8.30
Wib.

sebagai pelaku yang telah diputus
pengadilan
(Labeling
Theory),
perilaku yang perlu deskriminalisasi,
populasi pelaku yang ditahan,
perbuatan yang melanggar norma,
perbuatan yang mendapatkan reaksi
sosial.
Jadi dapat diketahui bahwa modus
operandi kejahatan adalah suatu cara
atau mode yang diterapkan melalui
suatu cara atau tekhnik yang
bercirikan dan bersifat khusus, untuk
melakukan suatu perbuatan yang
melanggar aturan norma hukum
pidana, dan menimbulkan kerugian
atau menimbulkan korban.
Pembahasan mengenai
Perkembangan Modus Operandi
Kejahatan Anak saat ini di Bandar
Lampung, pembahasan tersebut
dapat ditinjau dan dilihat gejalagejalanya secara umum tidak terlepas
baik secara ilmiah empirik maupun
normatif, yang artinya pembahasan
ini dianggap perlu untuk meninjau
baik
secara
kriminologi
dan
khususnya
aspek-aspek
hukum
pidana,
dengan tujuan untuk
membatasi apakah yang di maksud
dengan pelanggaran dan kejahatan,
yang
memiliki
batasan-batasan
definisi untuk dibahas, mengenai
modus operandi kejahatan yang di
lakukan
oleh
anak
tentunya
merupakan gejala yang dapat di lihat
secara umum dan tidak dapat di
batasi
oleh
hukum
pidana,
perkembangan tersebut dapat di
analisis
perkembangan
modus
operandinya dari aspek-aspek yang
mempengaruhi pelaku kejahatan.
Bagi kriminologi kritis, sebagaimana
dikemukakan Herman dan Julia
Schwendinger dalam Muhammad
Mustofa, bahwa objek penelitian
kriminologi tidak boleh dibatasi oleh
analisis
kejahatan
sebagaimana

dinyatakan oleh pranata peradilan
pidana. 8
B. Faktor Penyebab Kejahatan
Anak Di Bandar Lampung
Menurut Sri Indah Utari, ada tiga
pendekatan dalam kriminologi dalam
upaya mempelajari kejahatan, yaitu;
pertama, pendekatan deskriptif,
yakni pendekatan dengan cara
melakukan
observasi
dan
pengumpulan data yang berkaitan
dengan fakta-fakta tentang kejahatan
dan pelaku kejahatan seperti bentuk
tingkah laku kriminal, bagaimana
kejahatan
dilakukan,
frekuensi
kejahatan pada waktu dan tempat
yang berbeda, ciri-ciri khas pelaku
kejahatan, seperti usia, jenis kelamin,
dan sebagainya,serta perkembangan
karir seorang pelaku kejahatan.
9
Pemahaman kejahatan melalui
pendekatan deskriptif ini dikenal
sebagai
Fenomenologi
atau
simptomatologi. Atau dalam bahasa
Indonesia
adalah
Ilmu
yang
mempelajari tentang Fenomena, dan
gejala-gejala terjadinya suatu tindak
pidana. Kedua, pendekatan sebabakibat, fakta-fakta yang terdapat
dalam masyarakat dapat ditafsirkan
untuk mengetahui sebab-musabab
kejahatan, baik dalam kasus-kasus
yang bersifat individual maupun
yang bersifat umum. Ketiga,
pendekatan
secara
normatif.
Kriminologi
dikatakan
sebagai
idiographic-discipline dan
nomothetic-discippline. 10Dikatakan
sebagai idiographic-discipline, oleh
karena krimnologi mempelajari
tentang fakta-fakta,sebab-akibat, dan
kemungkinan- kemungkinan dalam

kasus yang bersifat individual.
Sedangkan yang di maksud dengan
nomothetic-discippline
adalah
bertujuan untuk menemukan dan
mengungkapkan hukum-hukum yang
bersifat
ilmiah,
yang
diakui
keseragaman dan kecendrungankecendrungannya. 11
Menurut Kartini Kartono, perbuatan
pidana yang dilakukan oleh anak
terjadi disebabkan oleh beberapa
faktor. Faktor tersebut dibedakan
dalam dua kelompok besar yaitu:
1. Faktor Intern.
Faktor intern adalah faktor yang
berasal dari dalam diri anak itu
sendiri, faktor yang mendorong
anak
melakukan
perbuatan
pidana yang berasal dari dirinya
sendiri yang meliputi beberapa
hal yaitu:
a. Untuk memuaskan
kecenderunagan keserakahan.
b. Meningkatkan agresifitas dan
dorongan seksual
c. Salah asuhan, salah didik dari
orang tua sehingga anak
menjadi manja dan lemah
mentalnya.
d. Hasrat untuk berkumpul
dengan teman-teman senasib
dan sebaya menjadi kesukaan
untuk meniru-niru.
e. Kecenderungan pembawaan
yang patologis.
f. Konflik bathin sendiri dan
kemudian mempergunakan
mekanisme pelarian diri yang
irasional. 12
Berdasarkan hasil wawancara
dengan salah satu anak didik
pemasyarakatan (ADIKMAS)
Lapas anak tingkat III Bandar

8

Muhammad Mustofa, Op Cit, hlm; 13
Sri Indah Utari, S.H, Op cit, 4
10
Ibid
9

11
12

Ibid, hlm. 6.
Kartini Kartono, Op cit, hlm, 17.

Lampung
yang
bernama
AHMAD AKTAHUL, salah satu
penyebab
anak
melakukan
kejahatan
adalah
kondisi
kejiwaan
yang
Labil,
Kecendrungan emosional yang
tidak terkendali dan atau
pubertas, rasa ingin tahu tanpa
dibatasi oleh norma atau nilainilai moral yang positif.

menentukan
perkembangan
modus operandi kejahatan anak
tersebut13.
Yang mempengaruhi anak untuk
melakukan kejahatan anatar lain
bisa dari faktor internal maupun
eksternal, antara lain :
a. Internal,
seperti,
perkembangan jiwa yang
tidak sehat, kepribadian yang
cendrung bersifat negatif,
pubertas atau masa pencarian
jati diri sehingga adanya
keinginan untuk mencoba
melakukan tantangan dengan
melakukan kejahatan, belum
sadar atau paham dengan
perbuatan yang dilakukan dan
sanksi
yang
akan
didapatkan/kurangnya
kesadaran hukum.
b. Eksternal, seperti, keadaan
ekonomi
yang
kurang,
kurangnya perhatian atau
didikan orang tua dan
keluarga, pergaulan yang
cendrung negatif, pengaruh
perkembangan
teknologi
informasi seperti internet
yang bisa dengan mudah
mengakses
hal-hal
yang
bersifat negatif, acara atau
tontonan di televisi yang
tidak mendidik, pergeseran
nilai dan norma yang ada di
masyarakat seperti hal yang
dulu tabu menjadi hal yang
biasa14.

2. Faktor ekstern.
Menurut Kartini Kartono Faktor
ekstern adalah faktor yang lahir dari
luar dari anak faktor ini terdiri dari
beberapa hal yaitu:
a. Faktor Lingkungan Keluarga.
Keluarga mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap
seorang
anak.
Keluarga
merupakan lingkungan pertama
dalam kehidupan seorang anak
dan dari keluarga pula untuk
pertama kalinya anak mendapat
pendidikan. Hal ini sesuai
dengan
penjelasan
Bimo
Walgito mengenai arti keluarga
bagi anak adalah merupakan
tumpuan
pendidikan
anak.
Keluarga pertama-tama bagi
anak, dan dari keluarga pulalah
anak
pertama-tama
akan
menerima pendidikan , karena
keluarga mempunyai perannan
penting dalam keluarga.
Berdasarkan hasil wawancara
dengan IPDA EVI TRIANTI,
bahwasannya
Perkembangan
modus operandi kejahatan anak
pada saat ini, dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor, khususnya
menyangkut modernisasi dan
globalisasi
yang
semakin
berkembang pesat, faktor apakah
menurut pendapat bapak/ibu
yang paling mempengaruhi atau

b. Faktor Lingkungan sekolah.
Bambang Muliyono menegaskan
bahwa” sekolah merupakan
tempat pendidikan formal yang
13

Wawancara terhadap Kanit PPA Sat
Reskrim Polresta Bandar Lampung.
14
Kartini Kartono, Op cit, hlm 19.

mempunyai
peranan
untuk
mengembangkan
anak-anak
sesuai dengan kemampuan dan
pengetahuanya yang bertujuan
agar
anak
belajar
mengembangkan
kreatifitas
pengetahuan
dan
15
keterampilan”.
Masalah pendidikan disekolah
bisa menjadi motifasi dariluar
yang bisa mendorong anak untuk
melakukan suatu perbuatan yang
menyimpang. Kondisi sekolah
yang
tidak
baik
dapat
menggaggu
proses
belajar
mengajar anak didik yang pada
giliranya dapat memberikan
peluang bagi anak didik untuk
berperilaku
menyimpang,
kondisi sekolah yang tidak sehat
bisa menyebabkan karena :
a. Sarana
dan
prasarana
sekolah yang tidak memadai
b. Kualitas
dan
kuantitas
tenagga guru yang tidak
memadai;
c. Kesejahteraan guru yang
tidak memadai;
d. Kurikulum sekolah yang
perlu ditinjau ulang;
e. Lokasi sekolah yang rawan
dengan kejahatan.

merokok dan mengkonsumsi
obat-obat terlarang. Sikap-sikap
tidak disiplin seperti inilah yang
dapat berpengaruh besar kepada
anak
yang
pada
awlnya
bermental baik.
Berdasarkan hasil wawancara
dengan LEOABRAHAMSYAH,
bahwa
faktor
penyebabnya
melakukan kejahatan, salah
satunya ; Kurangnya perhatian
dan
pengawasan
orangtua
terhadap anaknya, Terbawa
pergaulan tidak baik pada
awalnya, sekedar coba-coba lalu
ketagihan, dan menjadi kurir dan
pengedar
karena
tergiur
keuntungan yang cukup besar,
Mudah diaksesnya barang haram
tersebut, sehingga anak di bawah
umur
pun/pelajar
dapat
mendapatkan barang haram
tersebut dengan mudah.16
b. Faktor lingkungan pergaulan.
Masyarakat merupakan tempat
pendidikan
ketiga
setelah
lingkungan
keluarga
dan
sekolah, karena anak disamping
berinteraksi dengan anggota
keluarganya
juga
akan
memasuki pergaulan yang labih
besar lagi yaitu lingkungan
masyarakat disekitarnya.
Pengaruh
yang
diberikan
lingkungan pergaulan besar
sekali dan bahkan terkadang
dapat membawa perubahan
besar dalam kehidupan keluarga.
Dari lingkungan keluarga ini
seorang anak akan banyak
menyerap ahal-hal baru yang
dapat mempengaruhinya, untuk

Hal yang perlu diperhatikan
yaitu
sesuai
dengan
perkembangan keadaan pada
waktu sekarang ini
adalah
diantara
anak-anak
yang
memasuki
sekolah
tidak
semuanya
berwatak
baik
(misalnya ada yang penakut, ada
yang patuh dan adapula anak
yang keras kepala dan tidak
dapat diatur. Bahkan tidak
jarang dijumpai dalam suatu
sekolah yang anak didiknya suka
16
15

Bambang Muliyono dalam Sri Indah
Utari, S.H, Op cit, hlm. 21.

Wawancara terhadap 4 (empat) orang
ADIKMAS Lapas Anak tingkat III Bandar
Lampung.

bertingkah laku lebih baik atau
sebaliknya menjadi buruk.
Pengaruh pergaulan dengan
lingkunagan tempat tinggal
seperti yang dikemukakan oleh
A. Qirom Syamsudin Meliala,
bahwa sudah merupakan naluri
manusia
untuk
berkumpul
dengan teman-teman bergaul.
Tapi pergaulan
itu
akan
menimbulkan efek yang baik
dan yang tidak baik pula. Efek
yang tidak baik akan mendorong
anak yang tidak mendapat
bimbingan yang baik dari orang
tuanya menjadi terperosok pada
hal-hal yang negatif. 17

yang tidak baik seperti mabukmabukan, dan memakai narkoba,
lalu mencuri dan merampok
untuk membeli barang haram
tersebut.18
c. Faktor mass media atau media
massa.
Mass media atau yang sering
dikenal dengan media massa,
seperti majalah, surat kabar,
radio, tape, televise, VCD, dan
lain-lain, memberikan pengaruh
yang
sangat
besar
bagi
kehidupan manusia. Tidak dapat
disangkal bahwa media massa
memegang peranan yang positif
dalam
meningkatkan
ilmu
pengetahuan
masyarakat.
Kebaradaan sarana dan pra
sarana dan alat-alat tersebut
mempermudah masyarakat dapat
mengetahui peristiwa
yang
terjadi baik diluar maupun dalam
negri dengan cepat.
Namun demikian kita juga harus
mengigat tentang satu hal yakni
yang tidak dapat disamakan
dengan orang dewasa . apalgi
jika dikaitkan dengan sifat anakanak yang suka meniru, ingin
tahu dan mencoba-coba hal-hal
yang
dianggap
oleh
merekamerupakan hal yang
baru.19

Proses
pembentukan
keperibadian anak biasanya
mulai dan berkembang pada saat
anak tersebut menghabiskan
sebagian besar waktunya untuk
berkumpul
dengan
temantemanya. Dengan demikian
pengaruh lingkungan pergaulan
terutama pengaruh dari temanteman mainya sangat besar bagi
anak dapat melakukan apa yang
dianggap baik menurutnya dan
apa yang menjadi sumber bagi
anak untuk melakukan perbuatan
menyimpang.
Berdasarkan hasil wawancara
dengan RIKO PURNOMO dapat
ditarik kesimpulan bahwasannya
anak
melakukan
kejahatan
disebabkan oleh beberapa faktor,
antara
lain;
Kurangnya
pengawasan orang tua terhadap
pergaulan
anaknya,
Faktor
ekonomi
yang
kurang
mencukupi, Terbawa pergaulan

Saat ini banyak sekali kita
jumpai Mass Media yang tidak
mendidik . contoh umum seperti
buku
dan
majalah
yang
menyajikan gambar dan ceritacerita
yang
dikatagorikan
sebagai
pornografi
dan
18

17

A. Qirom Syamsudin Meliala, Op Ci, hlm,
21.

Wawancara terhadap 4 (empat) orang
ADIKMAS Lapas Anak tingkat III Bandar
Lampung
19
Kartini katono, Op cit, hlm. 21.

tayangan-tayangan baik film
maupun acara televisi yang
mengetengahkan adegan porno
dan kekerasan.

Banyak beredarnya film atau
video porno, yang mudah
diakses melalui internet atau
mass media20.

Hal ini bisa memberikan
pengaruh yang buruk terhadap
anak, dengan mengigat kondisi
control diri anak yang masi
belum secara penuh dan juga
mudahnya
anak
untuk
melakukan hal-hal yang bagi
mereka
suatu
hal
yang
menantang. Kita sering melihat
kasus perkosaan oleh anak
dibawah umur atau tindak
pidana lainya dengan pelaku
dibawah umur yang seringkali
kita ketahui alasan dari anak
melakukan tindakan tersebut
akibat tontonan dan bacaan
tentang kekerasan.

Dapat disimpulkan bahwa faktor
penyebab terjadinya kejahatan yang
di lakukan anak tersebut di sebabkan
oleh berbagai macam penyebab
seperti :

Semakin canggih dan banyaknya
alat untuk mengakses ilmu
pengetahuan semakin banyak
pula hal negatif yang harus
diwaspadai, karena dampak dari
kecanggihan teknologi tidak
selalu bersifat positif tetapi juga
negatif. Disinilah peran orang
tua dan masyarakat untuk bisa
memberikan pengertian lebih
baik bagi anak terhadap acaraacara televisi, film-film yang
ditonton, buku-buku bacaan dan
hal-hal lain untuk menyikapi
pengaruh negatif dari media
massa.
Berdasarkan hasil wawancara
dengan salah satu anak didik
pemasyarakatan (ADIKMAS)
Lapas anak tingkat III Bandar
Lampung yang bernama RIO
RIZKI, yang dikutip oleh
penulis, responden menerangkan
faktor penyebabnya adalah ;

1.

2.

3.
4.
5.
6.

7.

8.

9.

20

Kurangnya
perhatian
dan
pengawasan orang tua terhadap
pergaulan
anaknya
serta
kurangnya perhatian dan didikan
orang tua
tentang larangan
menggunakan kekerasan.
Pergaulan yang terlalu bebas
atau pacaran yang sudah
cenderung ke arah yang negatif.
Pergeseran nilai moral, agama,
dan kesusilaan dalam pergaulan.
Banyak beredarnya film atau
video porno.
Faktor ekonomi yang kurang
mencukupi.
Terbawa pergaulan yang tidak
baik seperti mabuk-mabukan,
dan memakai narkoba, lalu
mencuri dan merampok untuk
membeli barang haram tersebut.
Terbawa pergaulan tidak baik
pada awalnya, sekedar cobacoba lalu ketagihan, dan menjadi
kurir dan pengedar karena
tergiur keuntungan yang cukup
besar.
Mudah diaksesnya barang haram
tersebut, sehingga anak di bawah
umur
pun/pelajar
dapat
mendapatkan barang haram
tersebut dengan mudah.
Labil/ Kecendrungan emosional
yang tidak terkendali.

Wawancara terhadap 4 (empat) orang
ADIKMAS Lapas Anak tingkat III Bandar
Lampung.

III. SIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Dari beberapa penelitian mengenai
modus operandi kejahatan yang
dilakukan oleh anak di kota Bandar
Lampung,
dapat
disimpulkan
beberapa hal oleh penulis, bahwa
modus operandi kejahatan anak saat
ini telah mengalami perubahan yang
signifikan
dari
bentuk
dan
pelaksanaannya, dimana anak saat ini
telah dapat melakukan kejahatan
dengan modus operandi yang
dulunya hanya dilakukan oleh orang
dewasa, mulai dari kejahatan
pencurian,
pembunuhan,
pemerkosaan, dan penyalahgunaan
narkoba. Kejahatan anak dapat
terjadi karena faktor internal dan
eksternal, dimana anak melakukan
kejahatan selain dorongan dalam diri
sendiri seperti untuk memuaskan
kecenderungan
keserakahan,
meningkatkan
agresifitas
dan
dorongan seksual, salah didik dari
orang tua sehingga anak menjadi
manja dan lemah mentalnya, juga
adanya faktor eksternal seperti faktor
lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan pergaulan, dan
mass media.

Abdulsyani,
1987,
Sosiologi
Kriminal, Remadya Karya,
Bandung.
Adang

Anwar Yesmil,
Kriminologi, PT
Aditama, Bandung.

2013,
Refika

Djamil M Nasir, 2013, Anak Bukan
Untuk
Dihukum,
Sinar
Grafika, Jakarta.
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan, Kamus Besar
Bahasa Indpnesia, Balai
Pustaka, Jakarta, 1991.
Kartono Kartini, 1992, Pathologi
Sosial
(2),
Kenakalan
Remaja, Rajawali Pers,
Jakarta.
Mustofa

Muhamad,
2013,
Metodelogi
Penelitian
Kriminologi, Jakarta: PT
Fajar
interpratama
Mandiri.

Santoso Topo, dan Zulfa Acjhani
Eva, 2003, Kriminologi, PT
Raja Drafindo
Persada,
Jakarta.
Sri Utami Indah, 2012, Aliran Dan
Teori Kriminologi, Thafa
Media, Semarang.
http://ditjenpas.go.id
Wikipedia,Globalisasi,http://id.wikip
edia.org

Dokumen yang terkait

KEWENANGAN KEPOLISIAN SEKTOR DALAM PEMBERIAN IZIN KERAMAIAN SEBAGAI BENTUK PENGENDALIAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN DI KECAMATAN NEGERIKATON KABUPATEN PESAWARAN

1 1 15

ANALISIS DEKRIMINALISASI ABORSI DALAM PERATURAN PEMERINTAH NO. 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI MutiaraPuspa Rani, Firganefi, EkoRaharjo email: pr_mutiarayahoo.com

0 0 7

KEBIJAKAN DINAS KOPERASI DAN UMKM DALAM MENYALURKAN KREDIT USAHA RAKYAT OLEH PIHAK KETIGA UNTUK MODAL USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI PROVINSI LAMPUNG

1 0 16

KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PELESTARIAN KEBUDAYAAN MELALUI PEMBUATAN MOTIF TAPIS

0 0 16

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ATASAN MILITER TERHADAP TINDAK PIDANA PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA BERAT (Studi Kasus Talang Sari) Muhammad Rizky Widhiarto, Eddy Riffa’i, Tri Andrisman. Email: rizkywidhiartogmail.com. ABSTRAK - ANALISIS PERTANGGUNGJAW

0 4 16

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERJADINYA BENTROK ANTAR KAMPUNG BUYUT DENGAN KAMPUNG KESUMADADI (Studi Kasus Pada Wilayah Hukum Lampung Tengah)

0 0 15

PENGAWASAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN (BILING) DALAM MENJAGA KUALITAS PENDIDIKAN KOTA BANDAR LAMPUNG

0 2 14

PERAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI TINGGINYA TINGKAT KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN RAYA TERHADAP PENGENDARA YANG TIDAK MEMILIKI SURAT IZIN MENGEMUDI (SIM) (Studi Di Polresta Bandar Lampung)

0 1 12

ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAMMENJATUHKAN PIDANA TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA (Studi Putusan Nomor 1303K/PID.SUS/2011)

0 0 15

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI DESA ADI JAYA KECAMATAN TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

0 0 16