HEALTH PROMOTION IN THE CONTROL OF FILARIASIS
7 EFFECT OF HEALTH EDUCATION FOR CONTROLING LEPTOSPIROSIS
untuk memotivasi, mendorong dan membangkitkan
berperan dalam penularan di setiap daerah.
OUTBREAKS IN BANTUL DISTRICT, 2011
kesadaran akan potensi yang dimiliki masyarakat
Alternatif lain pengendalian vektor filariasis yang
agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan
dapat dilaksanakan adalah melalui penyuluhan
Aryani Pujiyanti*, Wiwik Trapsilowati
kesehatannya. Pada tahun 2004, filariasis telah 2
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit menginfeksi 120 juta penduduk di 83 negara di
kesehatan masyarakat agar masyarakat di daerah
endemik filariasis dapat mengurangi kontak dengan
Jl. Hasanudin No.123 Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia
seluruh dunia. Di Indonesia dilaporkan 22 provinsi
n y a m u k v e k t o r, s e h i n g g a m e m p e r k e c i l
*E_mail: yanie.litbang@gmail.com
diperkirakan telah terinfeksi filariasis sebanyak 150
Received date: 26/8/2014, Revised date: 30/10/2014, Accepted date: 04/11/2014 juta manusia dan tertinggi di Irian Jaya. Di daerah
kemungkinan terjadinya penularan. Peran lintas
sektor dan lintas program dalam pengendalian
endemik, risiko terinfeksi filariasis sebesar 10-50%
vektor sangat diperlukan, terutama dalam
dan 10% diantaranya adalah wanita yang memberi 8 mengurangi tempat perkembangbiakannya. dampak sosial dan psikologis. 4
Di Indonesia jumlah kabupaten/kota endemis
Filariasis mempunyai ciri dan kekhasan
filariasis sebanyak 335 kabupaten/kota (67%), 3
tersendiri, penyakit ini sifatnya menahun (kronis)
kabupaten/kota tidak endemis (0,6%), dan 176
ABSTRAK
Salah satu strategi untuk penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) leptospirosis di Kabupaten Bantul tahun 2011 adalah dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat
dengan pendidikan masyarakat. Tujuan penelitian adalah untuk mengukur efektifitas pendidikan kesehatan dengan ceramah menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran
kabupaten/kota belum dilakukan survei endemisitas
terhadap tingkat pengetahuan dan sikap responden dalam pencegahan leptospirosis. Penelitian ini merupakan penelitian kaki. Gejala klinis akut berupa limfadenistis, 5
filariasis. Pada tahun 2009 telah dilakukan survei
pada kabupaten/kota yang belum melakukan survei
intervensi dengan rancangan one group pre-post design. Lokasi penelitian di Desa Sedayu dan Desa Wukirsari, Kabupaten
limfangitis, adenolimfangitis yang disertai demam, Bantul. Pengumpulan data dilakukan dengan instrumen angket pada Bulan Maret 2011. Angket diisi oleh responden tahun 2008. Jumlah kabupaten/kota yang endemis
sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan sesudah penyuluhan. Sampel diambil secara purposif yaitu penduduk tinggal di wilayah sakit kepala, rasa lemah dan timbulnya abses. Abses
Rukun Warga yang terdapat kasus leptospirosis pada tahun 2011, usia minimal 18 tahun dan bersedia mengikuti kegiatan dapat pecah dan kemudian mengalami
filariasis meningkat menjadi 356 kabupaten/kota
penyuluhan. Jumlah responden sebanyak 61 orang. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan penyembuhan dengan meninggalkan parut, terutama
dari 495 kabupaten/kota di Indonesia atau sebesar
71,9%, sedangkan 139 kabupaten/kota (28,1%)
ada perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada rerata pengetahuan responden sebelum dan sesudah intervensi, berarti ada
peningkatan pengetahuan sesudah diberikan penyuluhan. Penerapan penyuluhan kesehatan efektif meningkatkan didaerah lipatan paha dan ketiak. Penyakit ini
tidak endemis filariasis. Bila dilihat per-kabupaten
pengetahuan responden untuk pencegahan leptospirosis.
memberikan dampak sosial budaya yang cukup
dari laporan tahun 2009, tiga kabupaten dengan Mf
besar, dampak ekonomi serta mental secara
rate tertinggi adalah Bonebolango dengan Mf rate
Kata kunci : leptospirosis, pendidikan kesehatan, kejadian luar biasa
psikhologis, sehingga tidak dapat bekerja secara
40%, diikuti oleh Manokwari (Mf rate 38,57%) dan
optimal dan hidupnya selalu tergantung pada orang 9 Kota Cilegon (Mf rate 37,50 %).
ABSTRACT
lain.
One of strategy for controlling leptospirosis outbreaks in Bantul District in 2011 was using public education. The purpose of Penularan filariasis terjadi apabila ada lima
Penelitian tentang upaya promosi kesehatan
untuk mencegah penularan filariasis belum banyak
the study was to measure effectiveness of health education with a combination of lectures for respondent knowledge and
unsur utama yaitu sumber penular (manusia dan attitudes in leptospirosis prevention. This study was an intervention with one group pre-post design. The research location dilakukan di Indonesia, selama ini yang sudah
was Sedayu and Wukirsari Village, Bantul. Data was collected through questionnaire in March 2011. Questionnaire was hewan sebagai reservoir), parasit (mikrofilaria),
filled in by respondents before and after participated in health education. Respondent were taken purposively which was vektor (nyamuk), manusia yang rentan (host),
dilakukan pemerintah adalah pengobatan massal
residents living in the area with leptospirosis cases in 2011, at least 18 years old and willing to participate in research lingkungan (fisik, biologik, ekonomi dan sosial
(MDA) pada populasi yang berisiko dengan obat
DEC, albendazole dan paracetamol, setahun sekali
activities. Data were analyzed using Wilcoxon test. The respondents was 61 people. The results showed significant difference (p<0.05) in the average of knowledge before and after the intervention, there was an increase in knowledge after counseling.
The implementation of effective health education increase knowledge of the respondent for the prevention of leptospirosis. dalam tubuh sampai menimbulkan penyakit adalah
budaya). Cara infeksi atau siklus dari mikrofilaria
selama minimal 5 tahun berturut-turut. Upaya
lainnya yang sudah dilakukan adalah dengan
dalam tubuh nyamuk betina, mikrofilaria masuk ke
penyuluhan tetapi hasilnya belum efektif dalam
Keywords: leptospirosis, health education, outbreak
dinding lambung dan berkembang dalam thorax
menurunkan kasus filariasis.
hingga menjadi larva infektif (L3) yang kemudian
Penularan leptospirosis pada manusia terjadi melalui berpindah ke proboscis. Ketika nyamuk menghisap
PENDAHULUAN
kontak langsung ataupun tak langsung dengan urin, darah host, larva infektif (L3) akan ikut terbawa dan
METODE
Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang
darah atau jaringan hewan yang terinfeksi bakteri masuk melalui lubang bekas tusukan nyamuk di 2 promosi kesehatan dalam penanggulangan filariasis, dapat menimbulkan gejala (symptomatic) atau tidak Leptospira patogen.
Kajian dilakukan dengan studi literatur aspek
disebabkan oleh bakteri Leptospira sp. Penyakit ini
Kasus leptospirosis di Kabupaten Bantul, mengikuti saluran limfa kemudian akan mengalami
kulit. Larva infektif tersebut akan bergerak
faktor lingkungan, faktor perilaku dan faktor sosial
menunjukan gejala sama sekali (asymptomatic).
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mulai perubahan bentuk sebanyak dua kali sebelum
budaya yang mempengaruhi kejadian filarisis di
Leptospirosis memiliki gejala awal mirip dengan
terlaporkan pada tahun 2009 dengan jumlah kasus 10 menjadi cacing dewasa. Masa inkubasi ekstrinsik
beberapa daerah endemis di Indonesia.
penyakit infeksi pada umumnya seperti demam
orang dan 1 penderita meninggal dunia (Case pada parasit mikrofilaria sampai menjadi cacing 1 penelusuran data sekunder dari jurnal dan laporan munculnya tanda-tanda ikterus. Leptospirosis yang Fatality Rate/CFR 10%). Kasus leptospirosis
Pengumpulan data dilakukan dengan cara
tinggi, sakit kepala, menggigil, nyeri otot hingga
meningkat menjadi 116 kasus dengan 19 kasus dalam tubuh hospes 5-10 tahun. 6
dewasa adalah 3,5 bulan, cacing dewasa ini hidup
hasil penelitian serta penelusuran internet melalui
tidak tertangani atau terlambat diobati dapat
meninggal dunia (CFR 16,37%) pada tahun 2010. Pengendalian vektor adalah upaya yang
google search. Data yang ditampilkan adalah hasil
berkembang menjadi komplikasi organ-organ dalam
Hingga Bulan Januari 2011 ditemukan tambahan paling utama, di daerah dengan tingkat endemisitas
penelitian dari beberapa sumber dan dikaji aspek
tubuh seperti kerusakan ginjal, kerusakan hati,
promosi kesehatan dalam penanggulangan filariasis
gangguan pernafasan hingga kematian penderita.
kasus leptospirosis sejumlah 14 orang. Berdasarkan
Seropositif Toksoplasmosis..........(Tri Wijayanti, dkk.)
BALABA Vol. 10 No. 02, Desember 2014: 89-96
infection in stray and household cats and its
Lingkungan sekitar yang buruk dalam hal ini adanya hematogic evaluation. Scientia Medica (Porto
25. Dubey JP. Strategies to reduce transmission of
dilihat dari faktor lingkungan, perilaku dan sosial
rawa-rawa yang merupakan tempat Alegre). 2010; 20 (1): 76-82.
Toxoplasma gondii to animals and humans. Vet
budaya dari masyarakat.
perkembangbiakan nyamuk penular dekat 20. Fernandez F, Ouvina G, Clot E, Frenandez GR,
Parasitol. 1996; 64 (1-2): 65-70.
pemukiman penduduk dengan jarak kurang lebih Codoni C. Prevalence of Toxoplasma gondii
26. Svobodova V, Knotek Z, Svobodova M. Prevalence
PEMBAHASAN
100 meter. Jarak terbang nyamuk yang kurang dari antibodies in cats in the western part of Great Buenos
Pada tahun 2012 jumlah Kabupaten/Kota
of IgG and IgM antibodies specific to Toxoplasma
200 meter akan sangat memberikan peluang Aires, Argentina. Vet Parasitol. 1995; 59 (1): 75-9.
endemis filariasis sebanyak 300 kabupaten/kota,
gondii in cats. Vet Parasitol. 1998; 80 (2): 173-6.
hanya 87 kabupaten/kota yang melaksanakan
terjadinya penularan filariasis di daerah tersebut. Hal
ini sesuai dengan teori bahwa nyamuk pada 21. Dubey JP, Darrington C, Tiao N, Ferreira LR,
27. Michalski MM, Platt-Samoraj A, Mikulska-Skupien
Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP)
umumnya mempunyai daya terbang sejauh 50-100 Choudhary S, Molla B, et al. Isolation of viable
E. Toxoplasma gondii antibodies in domestic cats in
filariasis dan 32 kabupaten/kota yang telah selesai
meter. Dilaporkan pula beberapa jenis nyamuk Toxoplasma gondii from tissues and feces of cats from
Olsztyn urban area, Poland. Wiadomosci Parazytol.
POMP filariasis selama 5 tahun berturut-turut.
antara lain nyamuk Aedes mampu terbang sejauh 320 Addis Ababa, Ethiopia. J Parasitol. 2013; 99 (1): 56-8.
2010; 56 (3): 277-9.
Kondisi tersebut disebabkan kurangnya komitmen
meter. Keadaan lingkungan seperti daerah hutan, 22. Jakob-Hoff MR, Dunsmore DJ. Epidemiological
28. Millan J, Cabezon O, Pabon M, Dubey JP, Almeria S.
pemerintah daerah dalam menyediakan biaya
persawahan, rawa-rawa yang sering ditumbuhi aspects of toxoplasmosis in Southern Western
Seroprevalence of Toxoplasma gondii and Neospora
operasional POMP selama minimal 5 tahun berturut-
tumbuhan air dan saluran air limbah dan parit adalah Australia. Aust Vet J. 1983; 60 (7): 217-8.
caninum in feral cats (Felis silvestris catus) in
turut yang menjadi tanggung jawab Pemda,
Majorca, Balearic Island, Spain. Vet Parasitol. 2009;
sedangkan tanggung jawab pemerintah pusat adalah
salah satu habitat yang baik untuk pertumbuhan
23. De Craeye S, Francart A, Chabauty J, De Vriendt V, 14 menyediakan obat. nyamuk spesies tertentu. Perbedaan lokasi tempat Van Gucht S, Leroux I, et al. Prevalence of
165 (3-4): 323-6.
tinggal responden (di perdesaan dengan perkotaan) Toxoplasma gondii infection in Belgian house cats.
29. Astutik PS. Identifikasi protozoa saluran pencernaan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
dan saluran pembuangan air limbah rumah tangga Vet Parasitol. 2008; 157 (1-2): 128-32.
kucing di beberapa lokasi di Bali. Skripsi. Denpasar:
wilayah Kabupaten Pekalongan pada tahun 2010
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana;
terhadap 68 responden. Ditemukan hubungan yang
yang terbuka, mempunyai hubungan dan pengaruh
signifikan terhadap kejadian filariasis dalam 12 24. Gyorke A, Opsteegh M, Mircean V. Iovu A, Cozma V.
bermakna secara biologis pada semua variabel yang
diteliti, sedangkan secara statistik tidak ada 15 bulan terakhir.
Toxoplasma gondii in Romanian household cats:
hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamin
evaluation of serological test, epidemiology and risk
dan perilaku terhadap filariasis, dan terdapat
factors. Prev Vet Med. 2011; 102 (4): 321-8.
Faktor Perilaku
hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan
11 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
kejadian filariasis. Survei mikrofilaria pada
faktor perilaku antara lain kebiasaan menggunakan
penderita kronis dengan elefantiasis dari tiga
kelambu, kebiasaan memakai lengan panjang dan
kabupaten yaitu Cilacap, Banyumas, dan
pemakaian kasa pada ventilasi mempunyai
Pekalongan ternyata sudah tidak ditemukan
hubungan yang signifikan terhadap kejadian
mikrofilaria dalam darah tepi. Keadaan ini dapat
filariasis dengan p<0,05. Hasil uji statistik
disebabkan penderita telah lama (lebih dari lima
multivariat kebiasaan menggunakan kelambu
tahun bahkan ada yang lebih dari 10 tahun)
p=0,049 dengan Exp.B=9,568, kebiasaan
menderita elefantiasis sehingga cacing dewasanya
12 menggunakan pakaian lengan panjang p=0,014
sudah mati dan tidak memproduksi mikrofilaria.
dengan Exp.B=2,870, pemakaian kasa pada ventilasi
Pada beberapa penelitian yang pernah dilakukan ada
p=0,151 Exp.B=1,945 sehingga pemakaian kasa
tiga faktor yang berperan dalam penularan filariasis
tidak lagi berhubungan dengan kejadian filariasis.
yaitu faktor lingkungan, perilaku dan sosial budaya.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian filariasis di
Oleh karena itu, perlu dilakukan pencegahan dan
Kecamatan Cempaka Mulia yang menunjukkan
penanggulangan filariasis dengan memperhatikan
bahwa pemakaian kelambu tidak mempunyai
faktor risiko yang dominan mempengaruhi kejadian
hubungan dengan kejadian filariasis dengan p=1,00,
filariasis. Kebijakan kementerian kesehatan dalam
sedangkan hubungan kebiasaan penduduk
pengendalian filariasis adalah pengobatan massal
berpakaian lengkap saat bekerja di hutan mempunyai
bagi daerah endemis dan menghindari kontak gigitan
hubungan yang bermakna p=0,00 dengan nilai
nyamuk.
OR=0,27. 16
Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa
Faktor Lingkungan
perilaku yang berhubungan dengan pencarian
Penelitian yang dilakukan oleh
pengobatan didapatkan yang ke puskesmas 102
Mahdiniansyah menunjukkan bahwa faktor
orang (72,9%), praktik dokter 15 orang (10,7%),
lingkungan mempunyai pengaruh terhadap
obat sendiri 49 orang (35%), dan dukun 32 orang penularan filariasis. Keadaan lingkungan yang buruk 3 (22,9%). Hal ini menunjukkan bahwa walaupun
mempunyai resiko 2 sampai 3 kali lebih besar
akses ke tempat pelayanan kesehatan sudah cukup
tehadap penularan filariasis dengan OR=2,433. 13
tinggi namun usaha dalam mengobati sendiri dan
Promosi kesehatan....................(Ahmad Erlan)
BALABA Vol. 10 No. 02, Desember 2014: 59-64
minta pertolongan dukun masih dilakukan, sehingga
menunjukkan hubungan yang bermakna. Orang
ookista ke lingkungan yang dapat menjadi sumber
30 (12-13): 1217-58.
penularan filariasis tetap berlangsung.
yang terinfeksi filarisis tidak seluruhnya
infeksi bagi hewan lainnya dan berisiko menular ke
9. Iskandar T. Pencegahan toksoplasmosis melalui pola
memperlihatkan gejala dan tidak selamanya
manusia melalui makanan.
makan dan cara hidup sehat. [Diakses 5 Maret 2013].
Faktor Sosial Budaya
Diunduh dari: http://peternakan.litbang.deptan.go.id. Upaya pengendalian vektor agar tidak kontak
menunjukkan gejala seperti pembengkakan, gejala-
gejala klinis yang muncul sangat bervariasi
SARAN
2012:235-41.
dengan nyamuk vektor, dapat dilakukan dengan
tergantung respon imun masing-masing penderita.
17 Perlu dikaji infeksi T. gondii pada manusia
10. Subekti DT, Kusumaningtyas E. Perbandingan uji penggunaan kelambu tanpa atau dengan insecticide
Berdasarkan manifestasi klinis filariasis dibedakan
(terutama wanita dan ibu hamil), sosialisasi dan
penyuluhan tentang toksoplasmosis dan faktor risiko
serologi toksoplasmosis dengan uji cepat imunostik,
impregnation seperti misalnya permethrin atau ELISA dan aglutinasi lateks. J Ilmu Ternak dan Vet.
menjadi empat tingkatan yaitu asymtomatic
penularan toksoplasmosis pada masyarakat
deltamethrin. Kelambu sebaiknya direndam larutan
microfilaraemia, acute manifestations, chronic
2011; 1692: 224-33.
manifestations dan tropical pulmonary eosinophilia
Kabupaten Banjarnegara.
insektisida dosis 0,5 g/m2 kemudian dikeringkan, daya insektisida tersebut dapat bertahan sampai 6 18 (occult filarisis). Penelitian terhadap illnes history
11. Hanafiah M, Kamaruddin M, Nurcahyo W,
UCAPAN TERIMA KASIH
bulan. Nyamuk yang hinggap pada kelambu
variables, penyakit filariasis menjadi masalah dalam
Winaruddin. Studi infeksi toksoplasmosis pada
kehidupan sehari-hari p<0,01 terutama responden
Penulis mengucapkan terimakasih kepada
manusia dan hubungannya dengan hewan di Banda
mengandung insektisida lethal dose seperti tersebut
Aceh. Jurnal Kedokteran Hewan. 2010; 4 (2): 87-92. diatas akan segera mati. Cara ini memang praktis
merasa malu dan tidak merasa nyaman jika kaki menjadi besar yang ditunjukkan dengan nilai
Kepala Balai Litbang P2B2 Banjarnegara, DR. drh.
namun tidak mudah diterima masyarakat dengan 12. Hartati S, Artama WT, Sumartono, Indarjulianto S.
R. Wisnu Nurcahyo dan Dr. drh. Widagdo Sri
tingkat pendidikan masih rendah. Program ini Identifikasi molekuler Toxoplasma gondii. Laporan
p<0,05. Pengetahuan responden mengenai gejala 6
Nugroho, M.P., selaku pembimbing, drh Didik Tulus
pernah dilaksanakan di Flores dan tidak banyak Penelitian. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Hewan
filariasis sudah cukup baik yaitu diatas 90% yang
Subekti, M.Sc, serta seluruh pihak yang telah
memberikan dukungan dalam pelaksanaan
bermanfaat, karena penduduk enggan tidur di dalam
menjawab benar terhadap tanda-tanda filariasis.
UGM; 1994.
13. Kamani J, Mani AU, Kumshe HA, Yidawi JP, Egwu dilipat, dan diletakkan di sudut ruangan dan ada yang
kelambu pada suhu terlalu panas. Kelambu dilepas,
Adanya pemahaman yang menunjukkan filariasis
penelitian ini.
merupakan penyakit keturunan (44,3%), akibat
GO. Prevalence of Toxoplasma gondii antibodies in
DAFTAR PUSTAKA
disimpan di dalam almari, atau kelambu tetap
cats in Maiduguri, Northestern Nigeria. Acta dipasang namun tidurnya di luar kelambu karena
menginjak daerah terlarang (25,7%), dan
dukun/guna-guna (17,1%) membuktikan
1. Cahaya I. Epidemiologi Toxoplasma gondii. [Diakses
Parasitol. 2010; 55 (1): 94-95.
merasa lebih nyaman walaupun tetap digigit
pengetahuan masyarakat masih dipengaruhi hal-hal
22 Oktober 2014]. Diunduh dari:
14. Miro G, Montoya A, Jime'nez S, Frisuelos C, Mateo nyamuk. Penyuluhan terhadap masyarakat tentang
yang membudaya yaitu yang berkaitan dengan
h t t p : / / l i b r a r y. u s u . a c . i d / d o w n l o a d / f k m / f k m -
M. Fuentes I. Prevalence of antibodies to Toxoplasma masalah filariasis dan dampaknya perlu ditingkatkan
kepercayaan yang sudah turun-temurun, sehingga
indra%20c4.pdf.
gondii and intestinal parasites in stray, farm and demi keberhasilan program eliminasi filariasis.
akan berpengaruh pada perubahan
household cats in Spain. Vet Parasitol. 2004;126: Pengalaman tersebut merupakan pengalaman
2. Levine ND. Protozoologi kedokteran. Cetakan
perilaku/kebiasaan dalam pencegahan filariasis.
Pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press;
249-255.
berharga bagi penentu kebijakan (stakeholder)
Pengetahuan tentang pencegahan filariasis
1995: 354-63.
bahwa mengubah sosial budaya penduduk tidaklah
menunjukkan hubungan tidak bermakna, tetapi
15. Dubey JP, Velmurugan GV, Alvarado-Esquivel C,
semudah membalik telapak tangan dan perlu Alvarado-Esquivel D, Rodriguez-Pena S, Martinez-
nampak jelas bahwa dari pendapat responden
3. Subekti DT, Arrasyid NK. Imunopatogenesis
mendapatkan perhatian sungguh-sungguh jika Garcia S, et al. Isolation of Toxoplasma gondii from diinginkan penanggulangan filariasis dapat berhasil
menyatakan bahwa pencegahan yang paling tinggi
Toxoplasma gondii berdasarkan perbedaan galur.
animals in Durango, Mexico. J. Parasitol. 2009; 95 dengan baik. 8
adalah dengan cara penyemprotan. Untuk
Wartazoa. 2006; 6 (3): 128-45.
menghindari kontak gigitan dengan nyamuk pilihan
4. Hartati S. Toksoplasmosis pada kucing dan
(2): 319-22.
16. D e k s n e G , P e t r u s e v i c a A , K i r j u s i n a M . pengetahuan mempunyai hubungan yang signifikan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kedua. Ini menandakan bahwa peluang terjadinya
implikasinya terhadap kesehatan masyarakat.
Seroprevalenve and factors associated with terhadap kejadian filariasis. Pengetahuan rendah
penularan filarisis masih cukup tinggi. Beberapa
[Diakses 3 Maret 2013]. Diunduh dari:
Toxoplasma gondii infection in domestic cats from akan memberi peluang dua kali lebih besar terjadi
perilaku/kebiasaan didapatkan proporsi kasus
http://ugm.ac.id.
urban areas in Latvia. J. Parasitol. 2013; 99 (1): 48-50. filariasis dibandingkan dengan yang mempunyai
mempunyai kegiatan di luar rumah pada malam hari
5. Soedjono R. Zoonosis. Bogor: Fakultas Kedokteran
antara lain kegiatan ronda keamanan lingkungan,
17. Dubey JP, Navarro IT, Sreekumar C, Dahl E, Freire pengetahuan tinggi. Penelitian filariasis di
Hewan IPB, 2004: 44-5.
berbincang-bincang di luar rumah, menonton di luar
RL, Kawabata HH, Vianna MCB, et al. Toxoplasma Kecamatan Cempaka Mulia Kabupaten
rumah, penjaja keliling/berjualan, berada di tempat
6. Sasmita R, Ernawati R, Samsudidin M. Insiden
gondii infections in cats from Parana, Brazil: Kotawaringin didapatkan pengetahuan mempunyai
terbuka, buang air besar di luar rumah, berkumpul di
toksoplasmosis pada babi dan kambing di rumah
seroprevalence, tissue distribution and biologic and hubungan yang signifikan dengan kejadian filariasis
luar rumah malam hari, dan memasang obat nyamuk
potong hewan Surabaya. Seminar Parasitologi
genetic characterization of isolates. Journal of p=0,07 dan OR=0,49.
Nasional V dan Kongres Perkumpulan
di luar rumah. Kondisi ini menggambarkan peluang
Parasitology. 2004; 90 (4): 721-6. Pengetahuan tentang penyebab filariasis yang
kontak dengan nyamuk lebih besar. Hasil ini
Pemberantasan Penyakit Parasit Indonesia (P41) IV.
18. Dubey JP, Su C, Cortes JA, Sundar N, Gomez-Marin menunjukkan hubungan yang signifikan adalah
didukung oleh teori Greene bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku yaitu salah
Bogor; 1988.
JE, Polo LJ, et al. Prevalence of Toxoplasma gondii in pendapat yang menyatakan bahwa filariasis
7. Sasmita R. Toksoplasmosis penyebab keguguran dan
cats from Colombia, South America and genetic disebabkan karena selalu kontak dengan dengan air
satunya adalah faktor-faktor penguat (reinforcing factors) yaitu faktor-faktor yang mendorong atau
kelainan bayi: pengenalan, pemahaman, pencegahan
characterization of T. gondii isolates. Vet Parasitol. dan kelebihan bekerja. Pengetahuan responden yang
dan pengobatan. Surabaya: Airlangga University
Press; 2006.
2006; 141 (1-2): 42-7.
menimbulkan stigma bahwa filarisis adalah penyakit
memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang,
yang disebabkan oleh guna-guna, tidak
meskipun seseorang tahu dan mampu untuk
8. Tenter AM, Heckeroth AR, Weiss LM. Toxoplasma
19. Advincula JK dela C, Iewida SYP, Cabanacan-
berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Hal 20
gondii: from animals to humans. Int J Parasitol. 2000;
Salibay C. Serologic detection of Toxoplasma gondii
Seropositif Toksoplasmosis..........(Tri Wijayanti, dkk.)
BALABA Vol. 10 No. 02, Desember 2014: 89-96
lokasi ini mempunyai peluang terinfeksi
Namun demikian karena keterbatasan sumber daya, toksoplasmosis yang lebih besar, tidak hanya dari
daging yang tercemar kista.
yang sama didapatkan pada penelitian penduduk di
akan tidak efektif apabila upaya atau kegiatan tikus liar tapi juga dari hewan lainnya. Karnivorisme
Persentase seropositif T. gondii yang tinggi
wilayah puskesmas Cempaka Mulia Sampit,
promosi kesehatan langsung kepada masyarakat. pada kucing dianggap menjadi cara infeksi yang
diantara kucing domestik membuktikan adanya
Kalimantan Tengah menunjukkan tidak ada
Oleh sebab itu, perlu dilakukan pentahapan sasaran paling utama. 22
sumber permanen atau keberadaan sirkulasi parasit
perbedaan yang bermakna antara tingkat pendidikan
promosi kesehatan. Berdasarkan pentahapan upaya Infeksi T. gondii pada kucing di sekitar rumah 16 perkotaan di Olsztyn, Polandia. Serum kucing p>0,05). Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh promosi kesehatan ini, maka sasaran dibagi dalam merupakan hal bersifat umum dan ada kemungkinan 2 sejumlah 135 yang diperiksa menggunakan direct data bahwa frekuensi penderita berdasarkan tiga kelompok sasaran.
tersebut di lingkungan, seperti terjadi di daerah
dalam hal pengetahuan tentang filariasis (X2=6,72,
yang tinggi terjadi serokonversi pada tahun
agglutination assay (The Toxo-Screen DA
kepatuhan minum obat pada penderita didapatkan
1. Sasaran Primer
berikutnya. Seropositif pada kucing merupakan 23
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran indikasi pencemaran lingkungan yang dapat
BioMerieux) menunjukkan 65,9% seropositif pada
frekuensi tertinggi pada penderita yang tidak patuh
langsung segala upaya pendidikan atau promosi membahayakan kesehatan masyarakat. Kucing 24
pengenceran 1:40 berarti infeksi lampau, dan 68,1%
meminum obat, yaitu sebanyak 57,5% (23 orang
kesehatan. Sesuai dengan permasalahan dapat mengeluarkan ookista 1-2 minggu setelah
seropositif pada pengenceran 1:4000
dari 40 responden) dan frekuensi terendah adalah
mengindikasikan infeksi baru atau sedang
penderita patuh meminum obat, yaitu sebanyak
kesehatan, sasaran ini terdiri dari keluarga yaitu
infeksi primer dan biasanya menjadi kebal. 21 berlangsung. 42.5% (17 orang dari 40 responden). Pengobatan ayah, ibu dan anak-anaknya. Upaya promosi Penelitian di Brno, Republik Czech
kesehatan yang dilakukan terhadap sasaran menunjukkan 357 ekor kucing usia 3 bulan hingga
Seroprevalensi T. gondii yang tinggi pada
massal filaria yang dilakukan di Kelurahan Simbang
kucing liar membawa dampak terhadap kesehatan
Kulon, Kecamatan Buaran, Kabupaten Pekalongan
primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan
16 tahun negatif feline immunodeficiency virus (FIV) 22 masyarakat karena kucing yang seropositif hanya 23,4% responden yang minum obat filaria.
masyarakat.
dan feline leukemia virus (FeLV), tetapi
sepertinya telah mengeluarkan ookista di lingkungan
Hal ini menyebabkan penularan filaria masih akan
2. Sasaran Sekunder
menunjukkan gejala seperti anoreksia, anemia,
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh enteritis, stomatitis dan gingivitis. Prevalensi S pa ny o l ya ng menunjukkan seropositif sebesar
seperti terjadi di Majorca, Kepulauan Balearic,
terus berlangsung karena banyak warga yang
adat, dan sebagainya. Disebut sasaran sekunder, T. gondii sebesar 61,3% positif antibodi IgG berkisar
menolak minum obat. Dalam pengobatan filariasis
karena dengan memberikan pendidikan antara 10-2560 (rata-rata 247), sedangkan positif 28 1:2000. Kucing merupakan hospes definitif
84,7% dengan metode MAT, dengan kisaran 1:25 –
perlu penjelasan dan pemahaman mengenai adanya
kesehatan kepada kelompok ini diharapkan IgM dengan titer 1:40 hanya ditemukan pada seekor 29 T. gondii yang dapat mengeluarkan ookista. Kucing
kejadian ikutan pasca pengobatan filariasis kepada
untuk selanjutnya kelompok ini akan (0,28%) kucing yang mempunyai titer IgG 160.
masyarakat sebelum pelaksanaan pengobatan.
memberikan pendidikan kesehatan kepada Kucing yang mengeluarkan ookista terjadi pada
dapat terinfeksi toksoplasmosis melalui makan
Bahwa dengan adanya kejadian ikutan sejalan
masyarakat di sekitarnya. Disamping itu, seekor kucing yang menunjukkan IgG dengan titer
ookista dari lingkungan. Dalam penelitian ini hampir
dengan suksesnya pengobatan agar mereka tidak
dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat 1:40. Seroprevalensi ini tidak berbeda pada 33
semua lokasi survei ditemukan kucing dengan
merasa takut. Kejadian ikutan tersebut akan
sebagin hasil pendidikan kesehatan yang kucing yang positif FIV dan FeLV tetapi mayoritas
seropositif T. gondii. Toxoplasma dalam tubuh
berkurang pada pengobatan tahun berikutnya,
diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan menunjukkan gejala anoreksia, anemia, ginjal, 23 dan aseksual. Seekor kucing dapat mengeluarkan tahun selanjutnya. menjadi teladan bagi masyarakat sekitarnya.
kucing dapat berkembangbiak dengan cara seksual
sehingga mereka tidak menolak untuk diobati pada
gangguan hati atau pernafasan, diare dan
Upaya promosi kesehatan yang ditujukan konjungtivitis, sebesar 63,6% mempunyai antibodi
sampai 10 juta ookista sehari selama 2 minggu.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
kepada sasaran sekunder ini adalah sejalan IgG berkisar antara 10–640 (rata-rata 101), namun
Ookista di dalam tanah yang lembab dan teduh dapat
Pardede mengenai evaluasi promosi kesehatan
dengan strategi dukungan sosial. tidak ada yang positif IgM dan mengeluarkan
hidup lama sampai lebih dari 1 tahun. Infeksi pada
dalam program eliminasi filariasis di Kabupaten
kucing dapat dihindari dengan memberikan
Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan menyatakan
3. Sasaran Tersier
ookista. Gejala klinis toksoplasmosis yang tidak
Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan jelas, positif antibodi IgG merupakan hal yang sering
makanan yang matang sehingga kucing tidak
bahwa pengetahuan masyarakat tentang filariasis
baik ditingkat pusat, maupun daerah adalah terjadi pada kucing, tetapi hal itu menjadi karakter
berburu tikus atau burung, sedangkan apabila kucing
masih belum mencukupi terutama pada aspek
sasaran tersier promosi kesehatan. Dengan penting dari sebuah infeksi oportunistik. 26
diberikan monensin 200 mg/kg melalui
gejala, cara penularan dan cara pencegahannya.
kebijakan-kebijakan atau keputusan yang Kucing biasanya menderita toksoplasmosis,
makanannya, maka kucing tersebut tidak akan
Kurangnya promosi kesehatan dan media
dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai tetapi tidak menunjukkan gejala atau asimptomatik.
mengeluarkan ookista dalam fesesnya, tetapi ini
penyuluhan yang digunakan kurang memadai
dampak terhadap perilaku para tokoh Kejadian tersebut berlangsung subklinik, akan tetapi
hanya dapat digunakan untuk kucing peliharaan.
sehingga perilaku masyarakat kurang mendukung
masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada pada keturunannya manifestasi tersebut dapat
Pencegahan terjadinya infeksi dengan ookista yang
dalam eliminasi filariasis juga masyarakat tidak
masyarakat umum (sasaran primer). Upaya menjadi infeksi klinik. Penularan dengan cara
berada di dalam tanah, dapat dilakukan dengan
minum obat sesuai aturan karena ketakutan efek
promosi kesehatan yang ditujukan kepada perolehan tersebut dapat terjadi selama periode
mematikan ookista menggunakan bahan kimia
samping obat filariasis. Lingkungan tempat tinggal
sasaran tersier ini sejalan dengan strategi embrionik melalui berbagai cara, misalnya per oral, 0 larutan serta air panas 70 C yang disiramkan pada
seperti formalin, amoniak dan iodin dalam bentuk
masyarakat memungkinkan tempat berkembang
biaknya nyamuk terutama nyamuk yang
advokasi.
melalui luka, telur cacing dan sebagainya. Penularan
Promosi kesehatan dalam program yang paling sering terjadi pada manusia dan hewan
feses kucing.
menularkan filariasis. Partisipasi masyarakat dalam
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis termasuk unggas adalah melalui makanan yang 24 KESIMPULAN aspek pemberdayaan masyarakat. Masyarakat (PAMSIMAS), menyatakan bahwa
eliminasi filariasis belum optimal, terutama pada
promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran sejenisnya. Pada kenyataannya, infeksi pada
terkontaminasi oleh ookista dari feses kucing atau
Prevalensi kucing liar positif IgG T. gondii
Visi promosi kesehatan adalah kemampuan
masyarakat atau pemberian dan peningkatan manusia yang terjadi melalui ookista kucing kurang
sebanyak 40,9% (9 dari 22 ekor). Peluang terbesar
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, berperan menimbulkan toksoplasmosis jika
toksoplasmosis pada kucing liar yang berasal dari
kesehatan mereka sendiri. Hal tersebut
tetapi juga disertai upaya-upaya memfasilitasi dibanding dengan infeksi yang diperoleh melalui
kompleks pertokoan Kelurahan Semampir. Hal ini
menunjukkan bahwa yang menjadi sasaran utama
mengindikasikan kucing liar telah mengeluarkan
adalah masyarakat, khususnya perubahan perilaku.
perubahan perilaku. Dengan demikian promosi
Promosi kesehatan....................(Ahmad Erlan)
BALABA Vol. 10 No. 02, Desember 2014: 59-64
kesehatan adalah program-program kesehatan yang
Tabel 1. Hasil Analisa Bivariat Seropositif T. gondii dan Peluang Kucing Liar Terinfeksi dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan)
6. Departemen Kesehatan RI. Pedoman pengendalian
filariasis. Jakarta: Direktorat Jenderal PP&&PL;
Toksoplasmosis di Tempat Umum
baik dalam masyarakat sendiri maupun dalam
p value
OR
organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, Upper
Lower
7. Adrial. Pengendalian vektor filariasis.[Diakses 26
Pasar induk
sosial budaya, politik dan sebagainya). Atau dengan
Februari 2014].Diunduh dari:https
Rumah sakit
kata lain promosi kesehatan tidak hanya mengaitkan
://4cardio.files.wordpress.com/2013/09/pengendalia
Kompleks pertokoan
diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan
n-vektor-filariasis.pdf
perilaku kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (fisik dan non-fisik) 8. Soeyoko. Penyakit kaki gajah (filariasis limfatik)
menunjukkan prevalensi sebesar 45,2%, meskipun dalam rangka memelihara dan meningkatkan permasalahan dan alternatif penanggulangannya.
Seropositif T. gondii kucing liar pada tempat
umum tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang
tidak ditemukan ookista di feses maupun bioassay
25 kesehatan masyarakat. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada; 2002.
bermakna secara statistik (p>0,05). Meskipun
pada mencit, namun T. gondii dapat diisolasi dari
9. Endemisitas Filariasis. Bull Jendela Epidemiol.
demikian, peluang kucing liar terinfeksi
jaringan pada 15 dari 42 ekor kucing yang
KESIMPULAN
menunjukkan titer 1:40 atau lebih. Toxoplasma Faktor perilaku/kebiasaan tidak memakai
toksoplasmosis paling besar terjadi di kompleks
gondii dapat diisolasi dari lidah (9 ekor), hati (8 ekor) kelambu, tidak memakai pakaian lengan panjang dan 18
pertokoan Kelurahan Semampir dengan nilai Odds
10. Kementerian Kesehatan RI. Profil Pengendalian
dan otak (5 ekor). Pemeriksaan serologis antibodi faktor lingkungan (rawa-rawa), serta faktor sosial
Ratio (OR) sebesar 2,67.
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2012.
IgG T. gondii menggunakan LAT pada kucing di
11. Riftiana N, Soeyoko. Hubungan Sosiodemografi
budaya (pengetahuan rendah) merupakan faktor
PEMBAHASAN
masyarakat perkotaan Laguna, Filipina secara
Dengan Kejadian Filariasis di Kabupaten
risiko terhadap kejadian filariasis. Hasil penelitian
Hasil pemeriksaan seropositif antibodi IgG
umum adalah 46,67% yang berbeda antara
kelompok kucing liar (18,33%) dan sekitar rumah tidak mengetahui cara-cara penularan filariasis, dan
Pekalongan. J Kesehat Masy. 2010; 4 (1): 59-65.
menunjukkan masih banyaknya masyarakat yang
T. gondii kucing liar di Kabupaten Banjarnegara
12. Endang Srimurni K, Soeyoko SS. Pengobatan
menggunakan FELISA imunostik sebesar 40,9 %. 19 (28,33%) meskipun tidak signifikan.
masih adanya kepercayaan bahwa filariasis adalah 20 Filariasis dengan Target Utama Endosymbiont Nilai ini lebih besar dari hasil seropositif kucing di Fernandez, et al. menyebutkan seropositif penyakit keturunan, penyakit kutukan dan penyakit
pada kucing di bagian barat Great Buenos Aires, karena guna-guna. Hal tersebut perlu diluruskan 11 (10): 377-82. Agglutination Test (CATT) yaitu sebesar 16%,
Bakteri Wolbachia sp. Maj Kedokt Indon. 2008; 58
Banda Aceh yang diperiksa menggunakan Card
Argentina sebesar 19,5% dan seropositif yang dengan promosi kesehatan melalui penyuluhan yang
berbeda pada kucing yang berburu tikus dan burung intensif dan tepat sasaran. Promosi kesehatan 12 dengan kejadian filariasis malayi di Kecamatan prevalensi seropositif kucing di Jakarta (72,7%).
13. Mahdiniansyah. Faktor-faktor yang berhubungan
namun lebih kecil jika dibandingkan dengan
atau tinggal bersama kucing lainnya. Seropositif melalui penyuluhan kepada masyarakat dapat 13 Cempaka Mulia Kabupaten Kotawaringin Timur Penelitian Kamani, et al di Maiduguri, Nigeria
toksoplasmosis pada kucing yang berburu tikus dan memberikan pengetahuan tentang cara penularan,
burung sebesar 48%, tidak berburu tikus dan burung tanda-tanda, dan gejala klinis filariasis, cara
Kalimantan Tengah. Tesis. Yogyakarta: Universitas
menggunakan Latex Aglutination Test (LAT)
14%, sedangkan kucing yang tinggal dengan kucing pencegahan dan kepatuhan minum obat bagi 14 42,4% dan Miro, et al di Spanyol sebesar 36,4%.
Gadjah Mada; 2002.
menunjukkan seropositif kucing liar mencapai
lain 32% dibandingkan kucing yang tinggal sendiri
14. Sigit H. Hama pemukiman Indonesia: pengenalan,
penderita. Metode penyuluhan yang tepat dapat
Pemeriksaan Microscopic Aglutination Test (MAT)
13,8%. Jenis kelamin, ada atau tidaknya tempat
biologi dan pengendalian. Fakultas Kedokteran
sampah dan ada tidaknya daging mentah dan produk
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
(1:25) di Durango, daerah pedesaan Meksiko
Hewan Institut Pertanian Bogor; 2006.
komersial dalam makanan kucing tidak mereka sadar dan mandiri untuk memelihara, 15. Mardiana, Lestari EW, Perwitasari D. Faktor-faktor
perubahan perilaku kepada masyarakat sehingga
diperoleh informasi bahwa 9,3% kucing positif
antibodi T. gondii dan berhasil diisolasi pada 5 dari 8
membedakan seropositif tersebut.
meningkatkan dan melindungi kesehatannya. 15 kucing seropositif. Pemeriksaan serologis kucing liar di Addis
yang mempengaruhi kejadian filariasis di Indonesia
(Data Riskesdas 2007). J Ekol Kesehat. 2011;10 (2):
Sedikit berbeda jenis hospesnya, kucing
Ababa, Ethiopia menggunakan teknik modified
83-92.
DAFTAR PUSTAKA
domestik di Kota Meksiko menunjukkan seropositif
agglutination test (cut off 1:25) menunjukkan 91,7%
kucing positif T. gondii. Toxoplasma gondii dapat 1. Maulana HD. Promosi kesehatan. Jakarta: EGC;
16. Sumarni S, Soeyoko. Filariasis malayi di wilayah
tertinggi sebesar 39,1% pada kelompok yang diberi
diisolasi dari hati 26 ekor (25 ekor positif) kemudian 2009.
Puskesmas Cempaka Mulia, Sampit, Kalimantan
pelet dan daging mentah. Kucing domestik di daerah
dibioassay pada mencit, dan sebesar 19,4% positif 2. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan teori & aplikasi.
Tengah. Ber Kedokt Masy. 1998; XIV (3): 143-8.
perkotaan Latvia menunjukkan serologis antibodi
ookista pada fesesnya yang menunjukkan Revisi. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
T. gondii sebesar 51,6%. Umur dan akses keluar
17. Soeyoko. Pengembangan antibodi monoklonal
pentingnya peranan kucing liar dalam epidemiologi
rumah merupakan faktor yang berhubungan dengan
spesifik terhadap antigen beredar Brugia malayi
3. Uloli R, Soeyoko, Sumarni. Analisis faktor–faktor 21
seroprevalensi sehingga mengindikasikan infeksi
T. gondii.
untuk diagnosis filariasis malayi. Disertasi.
risiko kejadian filariasis. Ber Kedokt Masy. 2008; 24
Kompleks pertokoan Kelurahan Semampir, (1): 44-50. 16 mengandung ookista dari pemeriksaan fesesnya.
perolehan, meskipun hanya 2 dari 80 ekor yang
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2002.
lokasi dengan peluang kucing terinfeksi T. gondii
18. Atmadja A. Management of lymphatic filariasis. Maj
Penelitian di Santa Isabel Brazil menunjukkan
paling besar, merupakan daerah pertokoan yang
4. WHO. Regional strategic plan for elimination of
Kedokt Indones. 1999; 49 (4): 144-6.
seroprevalensi toksoplasmosis akut pada manusia
menyatu dengan permukiman warga, sangat dekat
lymphatic filariasis 2010-2015. New Delhi.
dengan lingkungan persawahan dan kebun serta 5. WHO. Lymphatic filariasis. [Diakses 30 April 2014].
19. Haryuningtyas D, Subekti DT. Dinamika filariasis di
sebesar 84,4% menggunakan teknik modified
terdapat tempat pembuangan sampah sementara Diunduhdari:http.who.int/media_centre/fasctsheeets
Indonesia. Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis.
agglutination test (1:20). Penelitian ini berhasil
milik warga di belakang pertokoan. Warga di sekitar /fs_102/en.
mengisolasi T. gondii dari otak (7 ekor), otot skeletal
(9 ekor) dan hati (13 ekor). 17
kompleks pertokoan ada yang memelihara kelinci,
Kucing di Kolombia, Amerika Selatan
burung dan ayam, sehingga kucing liar yang ada di
Seropositif Toksoplasmosis.......(Tri Wijayanti, dkk)
BALABA Vol. 10 No. 02, Desember 2014: 89-96
23. K e m e n t e r i a n K e s e h a t a n R I . P e d o m a n penularan pada manusia antara lain kebiasaan
Faktor yang dapat meningkatkan terjadinya
exact test menggunakan derajat kepercayaan 95%
20. Greene W. Introduction health education. University
penanggulangan kejadian ikutan pasca pengobatan makan sayuran mentah dan buah-buahan segar
untuk mengetahui adanya asosiasi. Kekuatan
of Texas Medical Branch; 1991.
asosiasi diukur menggunakan Odds Ratio (OR)
21. Kumboyono, Setyorini I, Fransisca D. Hubungan
filariasis; 2007.
yang dicuci kurang bersih, kebiasaan makan tanpa
24. Hodmar PP. Evaluasi promosi kesehatan dalam mencuci tangan terlebih dahulu, mengonsumsi
untuk menggambarkan peluang kucing dalam
tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum obat
program eliminasi filariasis di Kabupaten Banyuasin makanan dan minuman yang disajikan tanpa
memaparkan T. gondii.
pada penderita filariasis di Kelurahan Batu Gajah
Propinsi Sumatera Selatan; 2010. ditutup sehingga kemungkinan besar
Kecamatan Sirimau Kota Ambon. [Diakses 30 April
2 0 1 4 ] . D i u n d u h 25. Anonim. Promosi kesehatan masyarakat dalam terkontaminasi ookista, atau makan jaringan
HASIL
Jumlah kucing liar yang tertangkap di
hewan (otak, hati, jantung, daging dan lain-lain) program pamsimas. [Diakses 20 April 2014]. tempat-tempat umum di Kabupaten Banjarnegara
dari:http://id.scribd.com/doc/219623692/Dorsina-
yang mengandung kista tanpa dimasak dengan Diunduh dari: new.pamsimas.org/index. berjumlah 22 ekor. Proporsi kucing liar pada
Fransisca-Dahoklory.
9 sempurna. Cara penularan dan sumber infeksi 22. Septriani O. Studi prevalensi dan gambaran perilaku masing-masing tempat umum disajikan pada beragam antara kelompok etnik dan letak minum obat filariasis pada pengobatan massal Gambar 1. geografis yang berbeda. Umumnya penularan filariasis tahun kedua (Studi di Kelurahan Simbang horisontal pada manusia disebabkan karena Kulon Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan). mengonsumsi salah satu bentuk T. gondii, yaitu Skripsi. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat
kista jaringan pada daging hewan atau ternak yang UNDIP; 2010. terinfeksi atau ookista pada makanan atau
minuman yang terkontaminasi feses kucing. 8 Pasar merupakan tempat potensial
penularan toksoplasmosis. Hal ini disebabkan oleh sanitasi yang kotor oleh sisa makanan dan sampah
Gambar 1. Proporsi Kucing Liar yang Tertangkap pada
sehingga menarik keberadaan kucing. Penelitian
Tempat-Tempat Umum di Kabupaten
tentang toksoplasmosis pada kucing liar di
Banjarnegara
Kabupaten Banjarnegara belum pernah dilakukan.
Gambar 1 menunjukkan kucing liar lebih
Deteksi toksoplasmosis pada kucing liar
banyak tertangkap dari rumah sakit sebanyak 9
menambah informasi dalam upaya pengendalian
ekor (41%) daripada di pasar induk dan kompleks
penularan toksoplasmosis ke manusia. Oleh sebab
pertokoan. Hasil pemeriksaan serologis FELISA
itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk
imunostik terhadap kucing liar pada beberapa
mendeteksi seropositif IgG T. gondii pada kucing
tempat umum di Kabupaten Banjarnegara dapat
liar di tempat-tempat umum di Kabupaten
dilihat pada Gambar 2.
Banjarnegara.
METODE
Jenis penelitian ini adalah studi potong lintang dan laboratorik serologi. Populasi adalah seluruh kucing liar di tempat-tempat umum di Kabupaten Banjarnegara. Sampel adalah kucing liar yang tertangkap pada saat survei secara purposive sampling. Tempat umum dalam penelitian ini adalah pasar induk, rumah sakit dan
Gambar 2. Hasil Pemeriksaan Serologis T. gondii
kompleks pertokoan Kelurahan Semampir.
Kucing Liar Berdasarkan Lokasi Survei di
Pengambilan darah kucing dilakukan pada vena
Kabupaten Banjarnegara
femoralis. Pemeriksaan serologis menggunakan
Hasil pemeriksaan FELISA imunostik
uji cepat Field ELISA (FELISA) imunostik 10
(Gambar 2) menunjukkan 9 dari 22 ekor (40,9%)
menggunakan ikatan kompleks streptavidin-biotin
positif antibodi anti T. gondii. Kucing liar positif
HRP. Hasil positif jika FELISA imunostik
serologi antibodi anti T. gondii paling banyak
menunjukkan minimal satu lingkaran berwarna
berasal dari kompleks pertokoan Kelurahan
oranye dan negatif jika FELISA imunostik tidak
Semampir yaitu 4 dari 7 ekor (57,1%). Hasil
menunjukkan satu pun lingkaran berwarna oranye.
analisis bivariat seropositif T. gondii dan peluang
Data dianalisis secara univariat dan bivariat.
kucing liar terinfeksi toksoplasmosis dari masing-
Analisis bivariat dengan chi square (÷2) atau fisher
masing tempat umum disajikan pada Tabel 1.
Promosi kesehatan....................(Ahmad Erlan)
BALABA Vol. 10 No. 02, Desember 2014: 59-64
SEROPOSITIF TOKSOPLASMOSIS KUCING LIAR PADA TEMPAT-TEMPAT UMUM DI KABUPATEN BANJARNEGARA SEROPOSITIVE OF TOXOPLASMOSIS ON STRAY CATS IN BANJARNEGARA DISTRICT PUBLIC PLACES
Tri Wijayanti*, Dewi Marbawati Balai Litbang P2B2 Banjarnegara Jl. Selamanik No. 16A Banjarnegara, Jawa Tengah, Indonesia *E_mail: tri.wijayanti.76@gmail.com
Received date: 3/9/2014, Revised date: 27/10/2014, Accepted date: 29/10/2014
ABSTRAK
Toksoplasmosis merupakan zoonosis yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, mempunyai penyebaran yang luas pada manusia dan hewan piaraan maupun satwa liar. Penularan secara horisontal pada manusia terutama disebabkan karena daging hewan/ternak yang terinfeksi T. gondii atau ookista pada makanan atau minuman yang terkontaminasi feses kucing. Oleh karena itu, perlu diketahui kucing liar dengan seropositif T. gondii. Jenis penelitian ini adalah potong lintang dan laboratorik serologi pada bulan Mei–Oktober 2013. Sampel sebanyak 22 ekor kucing liar yang berasal dari pasar induk, rumah sakit dan kompleks pertokoan kelurahan Semampir, Banjarnegara. Pemeriksaan serologis menggunakan FELISA imunostik. Hasil penelitian menunjukkan kucing liar dengan seropositif IgG T. gondii sebanyak 40,9% (9 dari 22 ekor). Kucing liar di kompleks pertokoan Kelurahan Semampir berpeluang lebih besar memaparkan T. gondii.
Kata kunci: toksoplasmosis, kucing liar, tempat umum, seropositif
ABSTRACT