Sumber: Khutbah Idul Fitri 1433 H Kanwil Kemenag Riau (riau.kemenag.go.id)

Sumber: Khutbah Idul Fitri 1433 H Kanwil Kemenag Riau
(riau.kemenag.go.id)
AKTUALISASI NILAI-NILAI RAMADHAN DALAM
MENGHADAPI PROBLEMATIKA UMAT
Oleh: Drs. H. Tarmizi Tohor, MA
‫السلما عليكم ورحمة الله وبركاته‬
) x 3 ( ‫الله أكبر الله أكبر الله أكبر‬
‫ا‬.‫الله أكبر كبيرا والحمدلله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيل‬
َ
‫ب‬
‫حاازا َ َا‬
‫ز‬
‫ا‬
‫ح‬
‫و‬
ْ َ ‫م اْل‬
َ
َ
ُ ‫ص ا َر عَب ْ ادَة وَأع َ ا ّز‬
ْ َ‫مد ُ لِلّهِ و‬
َ ْ ‫اَل‬

َ
ْ ‫ح‬
َ َ ‫صدَقَ وَع ْ ادَة وَن‬
َ ‫حدَة‬
َ ُ ‫جن ْ ادَه‬
َ
َ
َ
َ
َ ْ ‫حدَه ُ ل َ شَ رِي‬
ْ ‫ه وَأ‬
َ ‫م‬
ّ ‫ش اهَد ُ أ‬
ْ َ‫ه اِل ّ الله و‬
ْ ‫حدَة أشْ هَد ُ أ‬
ْ َ‫و‬
ُ ‫مد ًا عَب ْ ادُه‬
ّ ‫ح‬
ُ ‫ن‬
ُ َ‫ك ل‬

َ ‫ن ل ّ اِل‬
ّ
ّ
َ
ُ
ْ
َ
ّ
‫ع‬
‫و‬
‫د‬
‫م‬
‫ح‬
‫م‬
‫َلى‬
‫ع‬
‫ك‬
‫ااار‬
‫ب‬
‫و‬

‫م‬
‫ل‬
‫ساا‬
‫و‬
‫ل‬
‫صاا‬
‫م‬
‫ه‬
‫لل‬
‫ا‬
‫ا‬.‫ه‬
‫د‬
‫اا‬
‫ع‬
‫ب‬
‫ي‬
‫ب‬
‫ن‬
‫ل‬
‫ه‬

‫ل‬
‫و‬
‫ساا‬
ِ‫َلى آل ِااه‬
ٍ
َ
َ
َ
َ
ْ
َ
ُ ْ ُ ‫وَ َر‬
َ ّ ُ
َ ّ ُ َ
َ ْ َ َ
ّ ِ
ِ
َ
َ
َ

َ
َ
َ
ْ
َ
َ
ْ
َ
َ
‫ما بَعْاد ُ فيَا‬
ْ ِ ‫ه بِإ‬
ّ ‫ا أ‬.ِ‫ماة‬
َ ‫لى يَوْم ِ القِيا‬
ُ َ‫ن تَبِع‬
َ َ‫صحابِهِ الخْيارِ و‬
ْ ‫اْلطْهاَرِ وَأ‬
ِ ‫حسا‬
ْ ‫م‬
ََ ِ ‫ن إ‬
َ َ ‫ا فَقااا‬.‫ن‬

‫ل الله‬
ِ
َ ‫مو‬
َ ‫ه‬
ْ ‫م‬
ُ ِ ‫س ال‬
ُ ‫م‬
ْ ُ ‫ن إِل ّ وَأنْت‬
ُ َ ‫حقّ تُقَات ِ اهِ وَل َ ت‬
َ ّ ‫عباَد َ الله اتّقُوا الل‬
ّ ُ ‫مااوت‬
َ
َ
َ
ْ
ْ
َ
َ
َ‫جهَاك‬
َ

ِ ‫ أع ُوْذ ُ باِلله‬:‫آن الكرِيْم‬
ْ َ‫م و‬
ْ ِ‫ فااأق‬:ِ‫جيْم‬
ِ ‫الر‬
ّ ‫ن‬
ِ ‫ن الشّ يْطا‬
َ ‫م‬
ِ ‫لى فِى الق ُْر‬
َ ‫تَعا‬
ْ ‫ل لِخَل‬
َ
َ
ّ
ّ
ْ
َ ‫اق اللّهِ ذَل ِا‬
َ
َ
َ
‫ك‬

‫ا‬
‫ي‬
‫د‬
‫ا‬
‫ب‬
‫ت‬
‫ل‬
‫ا‬
‫ه‬
‫ي‬
‫َل‬
‫ع‬
‫س‬
‫ا‬
‫ن‬
‫ال‬
‫ار‬
‫ا‬
‫ط‬
‫ف‬

‫ي‬
‫ت‬
‫ال‬
‫ه‬
‫الل‬
‫ة‬
‫ر‬
‫ط‬
‫ف‬
‫ًا‬
‫ف‬
‫ي‬
‫ن‬
‫ح‬
‫ين‬
ِ
َ
ِ
ِ
َ

ّ
ِ
ِ
ْ
ْ
َ
َ
َ
َ
َ
ِ
ِ ّ ‫لِلد‬
َ
َ
َ
ْ
ْ
َ
َ
‫ن‬

َ ‫مو‬
ُ ‫اس ل يَعْل‬
ُ ّ ‫ين القَي‬
ّ ِ ‫م وَلك‬
ُ ّ ‫الد‬
ِ ّ ‫ن أكث َر الن‬
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama
yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Q.S. arRum (30): 30)
Allahu Akbar 3 x walillaahilhamd
Hadirin siding Idul Fitri yang dirahmati Allah.
Judul Khutbah Idul Fitri kita hari ini adalah: AKTUALISASI NILAINILAI RAMADHAN DALAM MENGHADAPI PROBLEMATIKA
UMAT
Sidang Jama’ah Idul Fitri yang berbahagia
Hari ini kalimat takbir dari mulut umat Islam bergema di
mana-mana. Hal ini dilakukan sebagai ungkapan syukur yang
bercampur gembira, lantaran mereka telah ber-idul fitri (kembali
kepada kesucian (fitrah)).
Ungkapan Idul Fitri terdiri dari dua kata, yaitu kata id yang
berarti kembali atau hari raya, dan kata fitr yang berarti kesucian.
Dengan demikian, Idul Fitri dapat diartikan dengan hari perayaan
umat Islam atas keberhasilannya kembali pada kesucian diri layaknya
seperti bayi yang baru dilahirkan.
Orang yang berhasil melaksanakan puasa sebulan penuh
dengan penuh keimanan dan keikhlasan pada Allah Swt. dianggap
sebagai orang yang kembali suci. Untuk menunjukkan rasa syukur
kepada Allah Swt., umat Islam dianjurkan untuk merayakan
kegembiraan tersebut dengan melaksanakan shalat sunat dua rakaat
yang disebut dengan shalat hari raya Idul Fitri.
Adapun landasan hukum pelaksanaan shalat Idul Fitri tersebut
adalah sebuah riwayat dari Anas ibn Malik yang mengatakan bahwa
ketika Rasulullah Saw. pertama kali sampai di Madinah dari
perjalanan hijrahnya, penduduk Madinah memiliki dua hari khusus
yang merupakan hari raya bagi mereka. Lalu Rasulullah Saw.
bertanya: “Kedua hari ini hari apa?” Penduduk Madinah menjawab:
“Pada dua hari ini kami mengadakan perayaan, bergembira dan
bermain-main sejak zaman Jahiliyah”. Kemudian Rasulullah Saw.
1

Sumber: Khutbah Idul Fitri 1433 H Kanwil Kemenag Riau
(riau.kemenag.go.id)
bersabda: “Sesungguhnya Allah Swt. telah mengganti kedua harimu
ini dengan dua hari yang lebih baik, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri”
(H.R. Bukhari, Muslim dan Ahmad ibn Hanbal).
Allahu Akbar 3 x walillaahilhamd
Sidang Idul Fitri yang dirahmati Allah. Sebagai upaya menjaga
kesucian diri yang telah dicapai, dapat kita lakukan dengan
mempertahankan dan mengaktualisasikan nilai-nilai ibadah Ramadhan
dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun nilai-nilai ibadah yang harus kita pertahankan dan
aktualisasikan tersebut adalah: Pertama, nilai yang dikandung oleh
ibadah puasa. Bila pada bulan Ramadhan, puasa adalah suatu
kewajiban yang harus dilakukan selama satu bulan penuh, maka di
luar Ramadhan disunatkan kepada kita melakukan puasa pada harihari tertentu, seperti puasa enam hari di bulan syawal, puasa senin dan
kamis, puasa pertengahan bulan (puasa hari ke-13, 14, dan 15 tiap-tiap
bulan, mulai dari muharram sampai zulhijjah, kecuali tanggal 13
zulhijjah, karena hari tersebut adalah hari tasyriq), dll.
Puasa merupakan ibadah yang memiliki banyak manfaat.
Selain untuk kesehatan, dia juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk
mengendalikan nafsu. Manfaat besar dari puasa, juga akan dapat
dilihat dari dialog yang terjadi antara Abu Umamah dengan Nabi
SAW. Abu Umamah bertanya kepada Nabi SAW.: “Wahai
Rasulullah, tunjukkan kepadaku amal apa yang dapat menjamin diriku
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat dan masuk surga kelak?
Rasul menjawab: Puasa! Abu Umamah bertanya dengan pertanyaan
yang serupa, tetapi tetap saja jawaban Rasul sama, yaitu puasa.
Puasa yang dimaksud oleh Nabi SAW tersebut tentunya bukan
sekedar menahan lapar dan dahaga, tetapi lebih dari itu, puasa yang
dilakukan dengan keimanan dan penuh perhitungan.
Mereka yang benar-benar puasa akan senantiasa mempuasakan
totalitas dirinya, tidak saja dari makan, minum dan syahwat; tetapi
juga mempuasakannya dari segala yang membatalkan pahala puasa.
Adapun yang membatalkan pahala tersebut –sebagaimana yang
disebutkan Nabi SAW- adalah berdusta atau berkata bohong,
memfitnah, bersumpah palsu, membicarakan orang lain, dan
melepaskan pandangan kepada sesuatu yang diharamkan Allah. Nilainilai inilah yang harus diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari
sebagai pertanda berhasilnya ibadah puasa Ramadhan kita.
Nilai Kedua yang patut diaktualisasikan dari ibadah di bulan
Ramadhan adalah Shalat berjamaah. Pada bulan Ramadhan, semua
umat Islam berupaya melakukan shalat secara berjamaah, terlebih lagi
terhadap shalat sunat tarawih dan witir. Sehingga seluruh masjid dan
mushalla penuh sesak dengan jamaah. Dengan berakhirnya bulan
Ramadhan, hendaknya jangan sampai masjid dan mushalalla menjadi
sunyi dari shalat berjamaah.
Bila kita lakukan analisa, banyaknya orang tidak mau shalat
berjamaah ke masjid, lantaran menganggap sepele shalat berjamaah
yang hukumnya sunat tersebut. Padahal bila kita rujuk kehidupan Nabi
dan para sahabat dahulu, mereka tidak pernah sengaja meninggalkan
2

Sumber: Khutbah Idul Fitri 1433 H Kanwil Kemenag Riau
(riau.kemenag.go.id)
shalat berjamaah. Kalaupun shalat berjamaah tinggal, itu lantaran
ketidak sengajaan. Meskipun tidak sengaja meninggalkannya, tetapi
banyak para sahabat justru memberikan sanksi pada dirinya atas
kelalaian yang mengakibatkan tertinggalnya shalat berjamaah. Umar
bin Khattab, misalnya, memberikan sanksi atas tertinggalnya shalat
Ashar berjamaah karena tertidur di kebunnya di kota Madinah berupa
mendermakan kebunnya itu kepada Rasul SAW.
Melalui ibadah shalat berjamaah, terjalinlah silaturrahim dan
persaudaraan yang baik di antara sesama jamaah.
Nilai Ketiga dari ibadah Ramadhan yang patut
diaktualisasikan adalah nilai dari ibadah Zakat dan shadaqah. Ibadah
sosial ini banyak dilakukan oleh umat Islam di bulan Ramadhan.
Ibadah ini dapat menjadikan manusia memiliki sifat kepedulian sosial
(dermawan). Meskipun harta diperoleh melalui jerih payah kita, tetapi
di dalam harta tersebut terdapat hak orang lain, seperti hak fakirmiskin, hak masjid, hak anak yatim, dan lain-lain. Ini sejalan dengan
firman Allah SWT.:
َ
ْ ‫م‬
َ ‫م‬
ّ ‫حقّ لِل‬
َ ْ ‫ل وَال‬
ْ ِ‫موَالِه‬
ْ ‫وَفِي أ‬
ِ ِ ‫سائ‬
ِ ‫ح ُروم‬
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian” (Q.S.
adz-Dzariyat (51): 19)
Allahu Akbar 3 x walillaahilhamd
Ma’asyiral Muslimiin wal muslimaat Rahimakumullah.
Tahun 2012 ini, tepatnya tanggal 9 Agustus 2012, usia provinsi
Riau telah berumur 55 tahun. Sedangkan tanggal 17 Agustus 2012,
usia kemerdekaan Negara Republik Indonesia telah berumur 67 tahun.
Banyak perkembangan telah terjadi pada bangsa kita, khususnya di
provinsi Riau.
Menurut publikasi BPS pada bulan Agustus 2010, jumlah
penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus adalah sebanyak
237.556.363 orang. Pada tahun 2011 menurut prediksi Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), negara
Indonesia akan dihuni 241 juta orang.
Adapun Angka pertumbuhan penduduk di Riau mencapai
angka 4,46 persen dengan jumlah penduduk 5.543.031 jiwa.
Pertumbuhan penduduk ini tergolong tinggi dan di atas standar
nasional diangka 1,3 persen.
Seiring dengan pertumbuhan penduduk tersebut, maka muncul
pula problematika umat yang harus dihadapi. Adapun problematika
umat yang harus kita hadapi saat ini adalah: Kemiskinan, egoisme
kelompok, dekadensi moral, dan kebodohan serta ketertinggalan sains
teknologi.
1. Kemiskinan
Jumlah penduduk Indonesia yang miskin pada tahun 2010
adalah 31,02 juta jiwa, sekitar 13,33 persen . Pada tahun 2011
menurun menjadi 30,018 juta jiwa, sekitar 12,49 persen.

3

Sumber: Khutbah Idul Fitri 1433 H Kanwil Kemenag Riau
(riau.kemenag.go.id)
Dari angka tersebut, pada tahun 2010, angka kemiskinan di
provinsi Riau berjumlah 500,30 ribu jiwa, sekitar 8,65 %. Pada tahun
2011 menurun menjadi 482.05 ribu jiwa, sekitar 8,47 %.
Untuk mengatasi kemiskinan tersebut, Islam memberikan tiga
jalan yang harus bersinergi dijalankan oleh umat Islam, yaitu:
a. Menjalankan kewajiban Individu, yaitu berupa meningkatkan etos
kerja. Agar setiap umat Islam memiliki etos kerja yang baik,
maka Islam mengajarkan prinsip-prinsip kerja yang mesti dianut
oleh setiap umat Islam, yaitu: Kerja adalah suatu keniscayaan,
kerja adalah ibadah, tiada waktu tanpa bekerja, bekerja harus
menghargai waktu, bekerja harus bersungguh-sungguh, bekerja
haruslah kerjasama, dan bekerja harus optimis.
b. Kewajiban pemerintah untuk membuat kebijakan yang akan
membangkitkan ekonomi kaum dhu’afa sekaligus meringankan
ekonomi mereka.
c. Kewajiban sosial, yaitu setiap muslim yang kaya harus
berkontribusi untuk membantu orang miskin melalui kawajiban
zakat.
Bila setiap umat Islam memiliki etos kerja yang baik,
pemerintah senantiasa membuat kebijakan yang berpihak kepada
rakyat kecil, dan ibadah zakat berjalan pula dengan baik, maka tidak
akan ada umat Islam yang miskin.
2.
Problematika Umat yang kita harus hadapi saat ini
adalah egoisme kelompok, yaitu: sikap superioritas yang dimiliki
oleh kelompok-kelompok umat Islam, yang disebabkan oleh:
Pertama, Sukuisme, yaitu fanatisme suku yang berlebihan dan
memandang enteng suku lain. Kedua, Egoisme kelompok, yang
dapat muncul berupa egoisme Organisasi agama, seperti Tarbiyah
atau NU merasa lebih super dibandingkan dengan lainnya, atau
Muhammadiyah merasa lebih super daripada yang lainnya
Ketiga, egoisme kelompok dapat pula berupa egoisme
organisasi politik, yaitu: fanatisme dengan kelompok/aliran/faham
politik. Keempat, egoisme kelompok dapat pula berupa fanatisme
Mazhab
Untuk menghadapi egoisme kelompok tersebut, maka Islam
mengajarkan ajaran Ukhwah Islamiyah. Mereka yang
menjalankan ukhwah Islamiyah seharusnya tidak lagi
membedakan suku, ras, organisasi keagamaan, organisasi politik
maupun mazhab. Sebab, yang dinamakan dengan orang yang
menjalankan ajaran persaudaraan, mereka akan senantiasa
menonjolkan sisi kesamaan dan keserasian di antara mereka dan
dalam prakteknya mereka akan saling memperhatikan antara satu
dengan yang lainnya.
3. Problematika yang ketiga yang harus dihadapi oleh umat adalah
dekadensi moral atau akhlak. Kebobrokan akhlak ini dapat
terlihat melalui penyakit masyarakat yang masih kita temukan di
mana-mana. Di antara penyakit masyarakat tersebut adalah: Miras
dan Narkoba semakin merajalela dan sulit diatasi; Perjudian
masih saja ada di berbagai pelosok tanah air; Perzinahan berupa
Premarital (pergaulan bebas di kalangan generasi muda yang
4

Sumber: Khutbah Idul Fitri 1433 H Kanwil Kemenag Riau
(riau.kemenag.go.id)
tidak diikat oleh pernikahan), ekstramarital (perselingkuhan atau
perzinahan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan yang telah
menikah) dan prostitusi (pelacuran); Anarkisme yang kadangkala
memakai simbol agama.
Untuk mengatasi dekadensi akhlak tersebut, pendidikan
keluarga harus dijalankan. Suasa kehidupan yang agamis di setiap
rumah umat Islam harus diwujudkan. Misalnya, dengan
menghidupkan maghrib mengaji yang dipimpin langsung oleh orang
tua.
Suasana agamis di setiap rumah umat Islam tersebut harus
didukung pula dengan menjalankan dakwah di tengah masyarakat.
Jika di rumah telah tercipta kondisi keluarga yang agamis dan
berakhlak mulia, lalu di tengah masyarakat berjalan dakwah untuk
menggiring masyarakat kepada akhlak terpuji, maka akan terhindarlah
masyarakat dari problem dekadensi akhlak. Masyarakat inilah yang
disebut sebagai masyarakat bertakwa, di mana dengan ketakwaan
itulah umat akan memperoleh kemenangan dan kejayaan. Berkaitan
dengan ini, Umar bin Khattab ra berkata dalam suratnya kepada Amr
bin al-Ash, “Wahai Amr, sesungguhnya kita hanya dapat
mengalahkan orang-orang kafir itu karena ketakwaan kita dan
kekafiran mereka. Maka ketika kita berdosa kepada Allah, tiada lagi
sumber kemenangan yang kita miliki, sebab-sebab orang-orang kafir
selalu melebihi kita dalam sarana perang dan jumlah pasukan. Maka,
bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa.”
4. Problematika umat yang keempat yang harus dihadapi adalah
Kebodohan dan ketertinggalan Sainsteknologi.
Berdasarkan hasil dari satu survey, kualitas penduduk
Indonesia sangatlah rendah. Saat ini Indonesia berada di urutan 108
dari 180 negara untuk ukuran kualitas penduduk.
Untuk mengatasi problem kebodohan dan ketertinggalan sains
teknologi tersebut, setiap umat Islam harus giat belajar dan banyak
berbuat. Berkaitan dengan hal ini, Ali bin Abi Thalib berkata: Seluruh
manusia celaka, kecuali orang yang berilmu. Seluruh orang yang
berilmu celaka, kecuali orang yang mengamalkan ilmunya. Seluruh
orang yang beramal celaka, kecuali orang yang ikhlas dalam
beramal.
Allahu Akbar 3 x walillaahilhamd
Sidang Idul Fitri Rahimakumullah.
Berdasarkan uraian di atas ternyata solusi dalam menghadapi
problematika umat, semuanya telah kita latih di bulan ramadhan.
Karena di bulan ramadhan, kedermawanan kita senantiasa termotivasi,
dan ini merupakan salah satu solusi bagi pemberantasan kemiskinan.
Adanya shalat berjamaah yang kita hidupkan di bulan
ramadhan, diharapkan menjadi salah satu pemupuk persaudaraan, dan
ini merupakan salah satu cara menghilangkan egoisme kelompok.
Kehati-hatian kita dalam bertingkah laku manakala kita sedang
menjalankan ibadah puasa merupakan salah satu cara untuk
menghadapi dekadensi moral.
5

‫‪Sumber: Khutbah Idul Fitri 1433 H Kanwil Kemenag Riau‬‬
‫)‪(riau.kemenag.go.id‬‬
‫‪Sedangkan kesibukan kita dalam menghadiri majelis ilmu di‬‬
‫‪bulan ramadhan merupakan salah satu solusi dalam menghadapi‬‬
‫‪kebodohan dan ketertinggalan sains teknologi.‬‬
‫‪Akhirnya dapatlah kita simpulkan bahwa aktualisasi nilai-nilai‬‬
‫‪ramadhan merupakan berkal besar bagi kita dalam menghadapi‬‬
‫‪problematika umat.‬‬
‫‪Fa’tabiru Ya Ulil Abshar‬‬

‫‪Khutbah Kedua‬‬
‫الله أكبر الله أكبر الله أكبر ( ‪) x 3‬‬
‫َ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫حد‪.‬ا أ ْ‬
‫ه‬
‫ش اهَد ُ أ ْ‬
‫ه كُفُوًا أ َ‬
‫اَل ْ َ‬
‫ن ل ّ اِل ا َ‬
‫ن لَ ُ‬
‫م يُوْلَد وَل َ ْ‬
‫م ْيَلِد ْ وَل َ ْ‬
‫مد ل َ‬
‫ص َ‬
‫ح ْ‬
‫مد ُ لِلّهِ ال ّ‬
‫م يَك ُ ْ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫حدَه ُ ل َ شَ رِي ْ َ‬
‫ي بَعْ ادَه‪.‬ا‬
‫م َ‬
‫ه وَأشْ هَد ُ أ ّ‬
‫اِل ّ الله وَ ْ‬
‫مد ًا عَبْدُه ُ وَ َر ُ‬
‫س اوْل ُ ُ‬
‫ح ّ‬
‫ن ُ‬
‫ك لَ ُ‬
‫ه ل َ نَب ِ ّ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫ّ‬
‫ْ‬
‫ص ّ‬
‫ما بَعْااد ُ‬
‫حابِهِ أ ْ‬
‫ص َ‬
‫م َ‬
‫ل وَ َ‬
‫معِيْن‪.‬ا أ ّ‬
‫ج َ‬
‫ح ّ‬
‫َلى ُ‬
‫سل ْ‬
‫اَللّهُ ّ‬
‫َلى آلِهِ وَأ ْ‬
‫م َ‬
‫مد ٍ وَع َ‬
‫م وَبَارِك ع َ‬
‫ُ‬
‫ال‬
‫فَيَا ِ‬
‫م وَنَف ِ‬
‫عباااَد َ الله أوْ ِ‬
‫ن وَن َ ْ‬
‫متّقُااوْ َ‬
‫ي بِتَقْااوَى الله فَقَ اد ْ فااا َ َز ال ْ ُ‬
‫ص ايْك ُ ْ‬
‫جعَا ِ‬
‫ْس ا ْ‬
‫َ‬
‫ّ‬
‫ْ‬
‫ْ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫ْ‬
‫ُ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫ن‪.‬ا فقااا َ‬
‫ين‬
‫م ْ‬
‫الْعا َ ِ‬
‫صو ْ َ‬
‫م لو ْ َ‬
‫ن ال ُ‬
‫خل ِ ُ‬
‫آن الك اارِيْم‪ :‬يَاأيّهَا الذ ِ َ‬
‫ار ِ‬
‫لى فِى القُا ْ‬
‫ل الله تَعااا َ‬
‫ما‬
‫ه َ‬
‫ه إِ ّ‬
‫اير ب ِ َ‬
‫ن الل ّ َ‬
‫ت لِغَد ٍ وَاتّقُااوا الل ّ َ‬
‫م ْ‬
‫ما قَد ّ َ‬
‫س َ‬
‫منُوا اتّقُوا الل ّ َ‬
‫ءَا َ‬
‫ه وَلْتَنْظ ُ ْر نَفْ ٌ‬
‫خب ِا ٌ‬
‫ُ‬
‫ن‪.‬ا‬
‫م لو َ‬
‫تَعْ َ‬
‫‪Di akhir khutbah ini, marilah kita berdoa kepada Allah SWT:‬‬
‫صاا ّ‬
‫حابِهِ‬
‫ب الْعَااال َ ِ‬
‫صاا َ‬
‫م َ‬
‫مااد ُ لِل ّااهِ َر ّ‬
‫اَل ْ َ‬
‫ح ّ‬
‫َلى ُ‬
‫ن‪.‬ا اَللّهُ ّ‬
‫ح ْ‬
‫َلى آل ِااهِ وَا َ ْ‬
‫م َ‬
‫مي ْ َ‬
‫مد ٍ وَع َ‬
‫لع َ‬
‫َ‬
‫ْ‬
‫ْ‬
‫ْ‬
‫ْ‬
‫ّ‬
‫َ‬
‫ت‬
‫منااا ِ‬
‫مؤ ْ ِ‬
‫م اؤ ْ ِ‬
‫س ال ِ ِ‬
‫اَ ْ‬
‫م ْ‬
‫م ْ‬
‫ن وَال ُ‬
‫مات وَال ُ‬
‫س ال ِ َ‬
‫ن وَال ُ‬
‫ل ال ُ‬
‫ن‪.‬اا اللهُ ّ‬
‫ج َ‬
‫منِي ْ َ‬
‫مي ْ َ‬
‫ار ِ‬
‫م اغْفِا ْ‬
‫معِي ْ َ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫حقااا ّ‬
‫مت ِ َا‬
‫الرا ِ‬
‫ح ِ‬
‫موا َ ِ‬
‫حياَءِ ِ‬
‫حا ق ّ َ‬
‫م آرِنا َ ال ْ َ‬
‫ك يا َ أ ْر َ‬
‫ت ب ِ َر ْ‬
‫اْل ْ‬
‫ن‪.‬اا اَللّهُ ّ‬
‫ح َ‬
‫ح َ‬
‫م وَاْل ْ‬
‫منْهُ ْ‬
‫مي ْ َ‬
‫م ّ‬
‫َ‬
‫ْ‬
‫ّ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫ْ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫ار ُزقْنااا اتّباعااا وَآرِنااا الباط ِ ا َ‬
‫ن‬
‫جعَلنااا ِ‬
‫ما ْ‬
‫ار ُزقْنااا ا ْ‬
‫جتِنابااا‪.‬ا اللهُ ّ‬
‫م َ‬
‫ل باااطِل ً وَ ْ‬
‫وَ ْ‬
‫ّ‬
‫ّ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫ْ‬
‫َ‬
‫ْ‬
‫َ‬
‫ْ‬
‫َ‬
‫ن‬
‫ن وَالصابِرِي ْ َا‬
‫حي ْ َا‬
‫التّوّابِي ْ َا‬
‫عبادِك الصال ِ ِ‬
‫ن ِ‬
‫جعَلنا ِ‬
‫جعَلنا ِ‬
‫ن وَا ْ‬
‫ن وَا ْ‬
‫ن ال ُ‬
‫م ْ‬
‫متَطهّرِي ْ َ‬
‫م َ‬
‫اسااعا ً‬
‫ّ‬
‫َ‬
‫ً‬
‫َ‬
‫َ‬
‫ْ‬
‫َ‬
‫ْ‬
‫َ‬
‫ْ‬
‫م‬
‫ه‬
‫لل‬
‫ا‬
‫‪.‬ا‬
‫ما‬
‫ما‬
‫ا‬
‫ن‬
‫ي‬
‫ق‬
‫ت‬
‫م‬
‫ل‬
‫ل‬
‫نا‬
‫ل‬
‫ع‬
‫ج‬
‫ا‬
‫و‬
‫ن‬
‫ي‬
‫ع‬
‫ش‬
‫خا‬
‫ال‬
‫و‬
‫ن‬
‫ي‬
‫د‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫ار ُزقْنا َ رِ ْزقا ً وَ ِ‬
‫ِ‬
‫ّ‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫الرا ِ‬
‫ْ‬
‫َ‬
‫ْ‬
‫ْ‬
‫ْ‬
‫ُ‬
‫ُ ّ ْ‬
‫َ‬
‫َ َ‬
‫ش َ َ‬
‫وَ ّ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫ُ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫ّ‬
‫س انَةِ‬
‫يءٍ ق ادِيْر‪.‬ا َربّنااا آتِنااا فِى ال ادّنْيا َ‬
‫ح َ‬
‫ب وَل ن َ َ‬
‫س ٍ‬
‫بِل َ تَعْ ٍ‬
‫َلى كل شَ ْ‬
‫ب اِنّك ع َ‬
‫َ‬
‫ْ‬
‫ّ‬
‫ْ‬
‫ّ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫ميْن‬
‫وَفِى اْخ ِ‬
‫ب العَال ِ‬
‫مد ُ لِلهِ َر ّ‬
‫ب النار‪.‬ا وَ ال َ‬
‫سنَةِ وَقِنا ع َذا َ‬
‫خ َرةِ َ‬
‫ح َ‬
‫ح ْ‬
‫السلم عليكم ورحمة الله وبركاته‬

‫‪6‬‬