SOCIAL-CULTURAL HISTORY OF KUNINGAN REGENCY

SOCIAL- CULTURAL HISTORY OF KUNINGAN REGENCY

Euis Thresnawaty S.

Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat Jl. Cinambo 136 Ujungberung Bandung.

email: [email protected]

Naskah Diterima: 11 Januari 2016

Naskah Direvisi:16 Februari 2016

Naskah Disetujui:23 Februari 2016

Abstrak

Kuningan adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang terletak di ujung Timur. Dari sisi sejarah sosial budayanya Kabupaten Kuningan menarik untuk dikaji, karena sejak beberapa abad yang lalu daerah Kuningan telah menjadi daerah pemukiman manusia. Dari penemuan-penemuan benda seperti menhir, dolmen, dan lain-lain dapat disimpulkan bahwa daerah Kuningan telah didiami oleh manusia sejak masa neolitik. Namun demikian, mengingat panjangnya sejarah yang dilalui Kabupaten Kuningan dengan melalui beberapa masa maka penelitian ini difokuskan pada masa kolonial hingga kemerdekaan untuk mengetahui bagaimana kondisi sosial budaya di Kabupaten Kuningan pada masa tersebut. Metode yang digunakan adalah metode sejarah yang meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejak dahulu posisi Kabupaten Kuningan yang strategis membuat wilayah dan masyarakatnya senantiasa mampu mengikuti dinamika kehidupan, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi dengan kelompok masyarakat lainnya baik secara teritorial maupun kultural.

Kata kunci: Sejarah sosial, Kabupaten Kuningan.

Abstract

Kuningan District is one area in West Java province located at the end of Northeast. In terms of social and cultural history of Kuningan regency, it is interesting to be investigated since from several centuries ago Kuningan has become the area of human settlements. From the discoveries of objects such as menhirs, dolmen, etc , it can be concluded that the Kuningan has been inhabited by humans since the Neolithic era. Nevertheless, due to the long history of Kuningan, this study only focused on the colonial to independence period to determine how the social and cultural conditions in the district of Kuningan in that era. The method used is the historical method which includes heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The results showed that from long ago, the strategic position of Kuningan District makes this area and the community is able to follow the dynamics of life, thus it enables the interaction with other community, both territorially and culturally.

Keywords: social history, Kuningan regency.

Selain itu juga untuk mengetahui Penulisan sejarah suatu daerah asal usul budaya, dan untuk mengerti serta sangat diperlukan karena dapat memenuhi

A. PENDAHULUAN

pengetahuan tentang keinginan atau hasrat untuk mengetahui

memahami

perkembangan suatu daerah. Pengetahuan dan memahami masa lampau atau sejarah

ini tentu sangat diperlukan agar tidak daerah tempat tinggal dan daerah asal kita.

terjebak dalam pengulangan kesalahan

86 Pat anj al a Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 85 - 100 yang telah dilakukan pada masa lampau

wilayah yang berada di bagian Timur serta dapat menumbuhkan kesadaran akan

Provinsi Jawa Barat. Kabupaten ini identitas kita. Sejarah juga dapat berfungsi

memiliki rentang sejarah yang cukup sebagai media untuk menumbuhkan rasa

panjang dan erat kaitannya dengan proses cinta terhadap tanah tumpah darah dan rasa

penyebaran agama Islam yang dilakukan solidaritas sosial (Thresnawaty, 1995:1).

dari Cirebon. Oleh karena itu, perjalanan Sementara

terjadinya sejarah Kuningan dan bahkan awal mula perubahan sosial budaya adalah sebuah

itu

munculnya nama “Kuningan” sangat erat gejala berubahnya struktur sosial dan pola

kaitannya dengan Cirebon. Meskipun budaya

sebelum masuknya Perubahan dalam sosial dan budaya

dalam suatu

masyarakat. demikian,

jauh

pengaruh Islam di daerah ini telah terdapat merupakan gejala umum yang terjadi

komunitas masyarakat dalam bentuk sepanjang masa dalam setiap masyarakat.

pemerintahan. Setelah masuknya Islam Perubahan ini terjadi sesuai dengan hakikat

daerah ini kemudian menggunakan nama dan sifat dasar manusia yang selalu ingin

Kuningan sebagai identitas daerah. melakukan perubahan. Tiga faktor yang

Selain itu ada hal menarik lainnya, dapat memengaruhi perubahan sosial

yaitu dari posisi lokasi geografis adalah tekanan kerja dalam masyarakat,

Kabupaten Kuningan. Wilayah ini berada keefektifan komunikasi, dan perubahan

pada lintasan transportasi multiarah. lingkungan (Sulistiyani, 2011: 124). Wilayah-wilayah yang berada di sekitar Perubahan budaya juga dapat timbul akibat

wilayah Kabupaten Kuningan adalah: perubahan lingkungan masyarakat dan

1. Wilayah Kabupaten Ciamis di sebelah kontak dengan kebudayaan lain.

Selatan

Sementara itu dari sisi sejarah, 2. Wilayah Kabupaten Cirebon di sebelah sejarah sosial mempunyai garapan yang

Utara

sangat luas dan beragam. Banyak sejarah

3. Wilayah Kabupaten Majalengka di sosial yang berhubungan dengan sejarah

sebelah Barat

ekonomi sehingga menjadi sejarah sosial- 4. Wilayah Kabupaten Brebes di sebelah ekonomi atau yang berhubungan dengan

Timur

budaya, maka menjadi sejarah sosial- Lintasan multiarah seperti itu budaya. Di negara-negara yang sedang

selain terjadinya mobilitas manusia dan berkembang seperti Indonesia, kegiatan

barang tentu tidak bisa dihindari adanya penelitian dan penulisan sejarah sosial

pengaruh nilai-nilai kehidupan sosial- masih sedikit terutama yang bercorak

budaya memasuki wilayah dan masyarakat sejarah sosial daerah.

Kuningan, antara lain: Sekalipun sejarah sosial sudah 1. Nilai kehidupan sosial-budaya dari arah merupakan gejala baru dalam penulisan

Timur, yaitu wilayah Jawa Tengah. sejarah sejak sebelum Perang Dunia II,

2. Nilai kehidupan sosial-budaya dari arah tetapi sebagai sebuah gerakan yang penting

Utara, yaitu Cirebon atau lebih luas lagi baru mendapat tempat sekitar tahun 1950-

nilai budaya Jalur Pantura (pantai an. Di Perancis aliran penulisan Annales

utara).

yang dipelopori oleh Lucien Febvre dan

3. Nilai kehidupan sosial-budaya Bumi Marc Bloch menjadi modal bagi generasi

Parahyangan dari arah Selatan. Dari baru penulis sejarah sosial yang semakin

arah Priangan Barat (Bogor, Sukabumi, kuat kedudukannya dalam dunia penulisan

Cianjur), Priangan Tengah (Bandung sejarah (Kuntowidjojo, 1999: 39).

Raya dan Sumedang), Priangan Timur Kajian Sejarah sosial-budaya di

(Garut, Tasikmalaya, Ciamis). Kabupaten Kuningan menarik untuk dikaji

Namun dari ketiga wilayah karena beberapa faktor, di antaranya

tersebut yang paling dominan adalah adalah Kabupaten Kuningan adalah sebuah

pengaruh dari wilayah Bumi Parahyangan,

Sejarah Sosial-Budaya Kabupaten Kuningan... (Euis Thresnawaty S) 87 budaya khas etnis Sunda (Mutakin,

B. METODE PENELITIAN

ini menggunakan Dampak positif dari keberadaan metode sejarah yang meliputi empat wilayah yang strategis seperti ini adalah

Penelitian

tahap: heuristik, kritik, interpretasi, dan keterjangkauan

dari daerah-daerah historiografi. Heuristik yaitu tahap sekitarnya menjadi relatif sangat mudah.

mencari dan menemukan sumber, baik Kondisi

dapat sumber primer maupun sekunder. Untuk menghindarkan wilayah dan masyarakat

daerah seperti

itu

mendapatkan sumber tersebut peneliti Kabupaten Kuningan dari kondisi yang

langsung ke lapangan mendatangi instansi terisolasi baik secara teritorial maupun

terkait yaitu Dinas Pendidikan dan kultural, sehingga wilayah dan masyarakat

Kabupaten Kuningan, Kuningan mampu mengikuti dinamika

Kebudayaan

Daerah Kabupaten kehidupan.

Perpustakaan

Kuningan, Badan Pusat Statistik dan lain- Dalam mengkaji permasalahan lain. Selain itu dilakukan wawancara yang akan dibahas digunakan literatur

beberapa tokoh. Langkah terdahulu sebagai sumber rujukan dalam

dengan

berikutnya adalah melakukan kritik penelitian ini. Dari sejumlah sumber

sumber untuk mengetahui apakah sumber- tertulis mengenai Kabupaten Kuningan

sumber tersebut valid dan dapat dipercaya. terdapat beberapa buku yang dapat

Sumber-sumber dikritik baik ekstern djadikan sumber acuan yang saling

maupun intern. Langkah berikutnya adalah melengkapi.

adalah interpretasi, merupakan tahap menafsirkan “Sejarah Kabupaten Kuningan ” karya Tim fakta-fakta yang telah terkumpul dengan Pusat Studi Sunda dengan ketua Edi S

Buku

pertama

mengolah fakta yang telah dikritisi dengan Ekadjati yang terbit taun 2003. Buku ini

merujuk beberapa referensi. Terakhir membahas sejarah Kabupaten Kuningan

adalah historiografi yang bertujuan untuk dari masa prasejarah hingga reformasi.

merangkaikan fakta-fakta tersebut menjadi Sumber tertulis kedua adalah buku tulisan sejarah. yang berjudul “Kuningan Menembus Waktu” yang dikeluarkan oleh Pemda

C. HASIL BAHASAN

Kuningan tahun 2000. Buku ini membahas

1 . Gambaran

Umum Kabupaten

mengenai sejarah, kesenian, dan kuliner.

Kuningan

Sumber ketiga adalah hasil penelitian dari

a. Geografi

Ani Rostiyati dkk. tahun 2008 berjudul Kabupaten Kuningan adalah salah “Peta Kebudayaan Indonesia, Kabupaten

satu daerah di Provinsi Jawa Barat yang Kuningan, Provinsi Jawa Barat” yang terletak di ujung timur laut. Kabupaten membahas tentang profil dan budaya

Kuningan memiliki luas wilayah 1.195,71 Kabupaten Kuningan.

km² atau 119.571,12 hektar yang terdiri Permasalahan yang muncul dalam atas pegunungan dan dataran rendah. penelitian ini adalah bagaimana kondisi

Daerah pegunungan terhampar di kaki sosial-budaya di Kabupaten Kuningan

Gunung Ciremai, gunung tertinggi di Jawa pada

masa kolonial sampai masa Barat, dan daerah dataran rendah kemerdekaan,

dari tersambung dengan wilayah Kabupaten penelitian ini adalah mendeskripsikan

Adapun

tujuan

Cirebon dan Brebes. Secara administratif secara singkat mengenai keadaan sosial- sebelah

berbatasan dengan budaya di Kabupaten Kuningan dengan

barat

Kabupaten Majalengka, sebelah utara harapan dapat memperoleh gambaran

dengan Kabupaten Cirebon, sebelah tentang kehidupan mereka saat ini dengan

selatan dengan Kabupaten Ciamis dan latar belakang masa lalu.

Cilacap,

sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Brebes, Provinsi Jawa Tengah.

88 Pat anj al a Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 85 - 100 Letak

berkisar 700 meter di atas permukaan laut. Kuningan berada pada lintasan jalan

geografis

Kabupaten

Bagian timur dan utara memiliki tanah regional yang menghubungkan Kota yang semakin rata dengan ketinggian Cirebon dengan Wilayah Priangan Timur,

antara 120 meter sampai 222 meter di atas dan sebagai jalan alternatif jalur tengah

permukaan laut. Pada umumnya daerah ini yang

menghubungkan Bandung- beriklim tropi s dengan temperatur bulanan Majalengka

berkisar antara 18°-32° serta curah hujan Sedangkan batas alamnya berupa Gunung

menunjukkan angka rata-rata 2000 mm Ciremai di sebelah barat, Sungai Cijolang

sampai 4000 mm per tahun. Antara bulan di sebelah selatan, Situ Marahayu di

September-April terjadi musim hujan, sebelah timur, serta Sungai Cisanggarung

sedangkan pada bulan Mei-Agustus terjadi dan sebagian jalan Caracas-Sindanglaut di

musim kemarau. Ibukota kabupaten adalah sebelah utara (Kuningan dalam Angka,

Kota Kuningan.

2012:5). Daerah Kuningan memiliki banyak Secara administratif pemerintahan sumber air, tetapi kekayaan alam itu lebih Kabupaten Kuningan terbagi menjadi 32

banyak dinikmati oleh penduduk luar kecamatan, 15 kelurahan, dan 361 desa.

Kuningan, khususnya penduduk kota dan Untuk Satuan Lingkungan Setempat Kabupaten Cirebon. Empat sumber air di (SLS), terdiri dari 33 lingkungan, 1.187

Kabupaten Kuningan yang dimanfaatkan dusun, 1.745 Rukun Warga (RW), dan

secara komersial oleh berbagai perusahaan 5.675 Rukun Tetangga (RT). Ke-32

di kota dan Kabupaten Cirebon, antara kecamatan tersebut adalah Kuningan,

lain:

Darma, Kadu Gede, Nusaherang, 1. Sumber air tanah di Desa Cipaniis, Salajambe, Subang, Ciniru, Hantara,

Kecamatan Mandirancan, yang berdebit Cilebak,

860 liter/detik digunakan Perusahaan Jalaksana,

Ciwaru,

Karangkancana,

Air Minum Kota Cirebon Luragung, Cimahi, Cidahu, Kalimanggis,

Cibingbin,

Cibeureum,

2. Waduk Darma di Kecamatan Darma Ciawigebang, Sindang Agung, Cipicung,

berdebit 100 liter/detik, dimanfaatkan Lebakwangi,

Pabrik Gula Tersana di Kecamatan Cigugur, Kramatmulya, Japara, Cilimus,

Maleber,

Garawangi,

Babakan Kabupaten Cirebon. Cigandamekar, Mandirancan, Pancalang,

3. Untuk memenuhi air kolam renang dan Pasawahan.

Ciperna milik pertamina, diambil air Kecamatan berpenduduk terpadat

dari sumber air tanah Cibulan, adalah Kecamatan Kuningan dengan

Kecamatan Jalaksana. kepadatan 3.741 jiwa per km². Hal ini

4. Sumber mata air dari Talaga Remis, dapat

Mandirancan, khusus Kuningan merupakan pusat pemerintahan

dipahami karena

Kecamatan

Kecamatan

digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan kegiatan ekonomi di Kabupaten

pabrik semen Palimanan, Kabupaten Kuningan. Sedangkan kecamatan dengan

Cirebon, debit airnya 30 liter/detik. kepadatan terendah adalah Kecamatan

Aliran air tanah di Kabupaten Cilebak dengan kepadatan per km² hanya

Kuningan pada umumnya mengalir dari 329 jiwa. Kecamatan Cilebak merupakan

barat ke timur. Semakin ke timur dan kecamatan pemekaran dari Kecamatan

selatan, air tanah semakin berkurang. Di Subang.

musim kemarau, kebutuhan air untuk Kabupaten Kuningan yang terletak minum dan pertanian di bagian tengah dan di antara 108°23¹-108° Bujur Timur dan

timur kabupaten ini dapat diatasi dengan 6°47¹-7° 12¹ Lintang Selatan terdiri atas

membuat sumur galian, tetapi tidak permukaan tanah yang relatif datar dengan

demikian untuk daerah bagian selatan. variasi berbukit-bukit terutama Kuningan

Sementara itu jumlah sungai besar bagian barat dan selatan dengan ketinggian

dan kecil termasuk anak sungainya di

Sejarah Sosial-Budaya Kabupaten Kuningan... (Euis Thresnawaty S) 89 Kabupaten Kuningan ada 43 buah yang

Berdasarkan data hasil registrasi telah dimanfaatkan untuk kepentingan

penduduk tahun 2000 dapat diketahui perikanan, irigasi dan pengairan sawah,

bahwa jumlah penduduk Kabupaten walaupun belum seluruhnya optimal Kuningan adalah 958.753 terdiri dari karena masih diperlukan peningkatan

437.350 orang laki-laki dan 446.976 orang teknik pengairannya.

perempuan. Delapan tahun berikutnya Adapun status jalan raya di jumlah tersebut telah berubah menjadi Kabupaten Kuningan menurut kondisinya

949.452 orang, terdiri dari 470.690 orang yaitu jalan propinsi sepanjang 102,14 km

478.762 perempuan. dalam kondisi baik, jalan kabupaten

laki-laki

dan

Pertumbuhan penduduk rata-rata 1,13% sepanjang 416,10 km kondisinya baik,

per tahun (Badan Pusat Statistik Kuningan, jalan desa sepanjang 733 km kondisinya

baik, dan sepanjang 1,951 km dalam Distribusi dan kepadatan penduduk keadaan rusak (Kuningan dalam Angka,

masing-masing kecamatan dapat kita 2012:37).

perhatikan terdapat ketidakseimbangan Berdasarkan penelitian, sumber antara distribusi penduduk dengan luas alam yang tersedia cukup potensial ialah

yang ditempatinya. Hal ini tercermin dari jenis bahan galian seperti pasir, dan batu

penduduknya. Dengan kapur di Kecamatan Luragung, pasir dan

kepadatan

sendirinya kepadatan penduduk yang batu di Kecamatan Jalaksana, Cidahu, dan

semakin tinggi akan menyebabkan luas Cilimus.

tanah garapan menjadi sempit atau habis Perjalanan

sama sekali. Menumpuknya sebagian besar Kuningan dapat ditempuh melalui dua

ke

Kabupaten

penduduk di beberapa kecamatan tertentu jalur, yaitu dari Bandung melalui apabila tidak dilakukan pengaturan yang Kabupaten Majalengka dengan jarak 130

baik, cepat atau lambat akan menimbulkan km, sedangkan dari Kota Bandung melalui

masalah kependudukan dan masalah sosial Kabupaten Cirebon menempuh jarak 170

penduduk Kabupaten

Kuningan

berdasarkan hasil sosial

Ekonomi Daerah (Suseda) tahun 2010 dan Penduduk merupakan modal dasar menurut catatan Dinas Kependudukan dan pembangunan yang harus dibina dan

b. Kependudukan

Pencatatan Sipil Kabupaten Kuningan didayagunakan dengan baik, supaya efektif

tahun 2011 mencapai 1.280.158 orang, untuk mencapai tujuan pembangunan.

terdiri dari 651.937 laki-laki dan 628.221 Namun bagi negara berkembang, seperti

perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia, jumlah penduduk yang besar

(LPP) sebesar 0,87 % per tahun, dengan pada umumnya dapat menjadi masalah,

sex ratio sebesar 103,8. Maksudnya, antara lain karena daya dukung ekonomi

penduduk laki-laki jumlahnya lebih banyak yang terbatas, tingkat pendidikan dan

penduduk perempuan produktivitas

dibanding

serta (Kuningan dalam Angka, 2012:35). penyebaran penduduk dan angkatan kerja

yang

rendah,

Peran serta masyarakat dalam yang tidak merata baik secara regional

agama di Kabupaten maupun sektoral. Penduduk Kabupaten

pembangunan

semakin meningkat. Kuningan bertambah cukup padat dengan

Kuningan

Berdasarkan data kependudukan pada laju pertumbuhan sebesar 1,97% setahun

tahun 2010 penduduk Kuningan beragama dalam periode 10 tahun (1971-1980) dan

Islam yaitu 939.123 orang, Katolik 7.069 menurun menjadi sebesar 1,27% pada

orang, Protestan 1.793 orang, Hindu 28 periode 1980-1990 dan periode 1990-2000

orang, Budha 375 orang, dan lainnya 3 diperkirakan menjadi 0,50% setahun.

orang. Adapun jumlah sarana peribadatan adalah: masjid 813 buah, langgar 3.599

90 Pat anj al a Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 85 - 100 buah, mushola 1.060 buah, gereja 10 buah,

90 buah, SLTA 27 buah, dan Perguruan vihara 1 buah, dan kuil 1 buah (Kuningan

Tinggi 6 buah (Kuningan dalam Angka, dalam Angka, 2012:51).

2012:45). Sedangkan sarana pendidikan Di wilayah Kuningan sampai tahun agama Islam yaitu Madrasah Ibtidaiyah 82 1900-an, abad ke-20 belum terdapat

buah, Madrasah Tsanawiyah 50 buah, sekolah untuk pribumi. Keberadaan Madrasah Aliyah 19 buah, Perguruan pesantren mempunyai peranan penting

Tinggi Islam 2 buah, Pondok Pesantren dalam pendidikan untuk rakyat. Sekolah

379 buah, dan Madrasah Diniyah sebanyak yang pertama didirikan oleh Pemerintah

116 buah. Bagaimanapun sederhananya, Hindia Belanda untuk bangsa Indonesia di

pendidikan sangat penting untuk anak Kuningan adalah Sekolah Kelas Satu

Indonesia.

(Eerste Klasse Inlandsche School) pada Pembangunan kesehatan pun terus akhir abad ke-19. Sebagai cikal bakalnya

diupayakan mengingat jumlah penduduk adalah sebuah kursus di Kota Kuningan

terus bertambah dari tahun ke tahun. yang diperuntukkan bagi anak bupati dan

kesehatan mempunyai para menak. Sebagai persiapan bagi anak

Pembangunan

tujuan agar semua lapisan masyarakat bupati untuk menjadi bupati, dan bagi para

dapat memperoleh pelayanan kesehatan ningrat untuk menjadi calon pegawai

secara mudah, murah, dan merata. Jumlah pemerintahan. Pada tahun 1914 Sekolah

Rumah Sakit di Kabupaten Kuningan ada 6 Kelas Satu diubah menjadi HIS (Hollands

buah, Rumah Sakit Bersalin 1 buah, Inlandsche School) dengan bahasa Belanda puskesmas 327 buah, dan posyandu 1.392 sebagai bahasa pengantar dari kelas satu

buah (Kuningan dalam Angka 2012:42). sampai kelas tujuh

Sebagian

besar penduduk

petani, menak dan terletak di kota-kota distrik atau

Untuk anak-anak dari kalangan Kuningan bermatapencaharian

lainnya bekerja sebagai pedagang, buruh kawedanaan disediakan Sekolah Kelas Dua

dan pegawai negeri. Bahasa yang (Tweede Klasse Inlandsche School) . digunakan pada umumnya memakai Sekolah Kelas Dua ini sering disebut

bahasa Sunda dengan dialek khas Sekolah

Distrik, sedangkan murid- Kuningan, tetapi ada sebagian kecil yang muridnya masih dari kalangan terbatas,

menggunakan bahasa Jawa, mungkin ini yaitu anak-anak dari kalangan terpandang

pengaruh dari Cirebon, Indramayu, dan di kawedanaan dan kecamatan, orang- Brebes (Jawa Tengah). orang desa yang dianggap berhasil, dan para pamong desa. Sekolah Kelas Dua di

c. Asal-Usul Nama Kuningan

Kuningan yang pertama berdiri ialah di Terdapat beberapa versi mengenai Kota Kuningan sekitar tahun 1905.

asal-usul nama Kuningan berdasarkan Setahun kemudian di Kadugede, Cilimus,

tradisi lisan dan legenda. Beberapa di Ciawigebang, Luragung, dan Mandirancan.

antaranya adalah:

Pemerintah Hindia Belanda 1. Di daerah Ciamis dan Kuningan kemudian mendirikan Volk Scholen, terdapat cerita legenda yang bertalian sekolah yang didirikan untuk anak-anak

dengan bokor, yaitu tempat menyimpan desa yang bertujuan membuat anak-anak

sesuatu di dalam rumah dan sekaligus desa bisa menulis, membaca, dan

sebagai barang perhiasan yang terbuat berhitung. Di Kuningan Sekolah Desa baru

dari logam kuningan. Kedua cerita dimulai pada tahun 1912.

legenda tersebut menuturkan tentang Saat

sebuah bokor kuningan yang dijadikan masyarakat menunjukkan keadaan yang

ini sarana

pendidikan

alat untuk menguji tingkat keilmuan makin membaik, yaitu Taman Kanak-

seorang tokoh agama. Di Ciamis, dalam kanak-kanak (TK) 228 buah, PAUD 450

cerita Ciung Wanara, bokor itu buah, Sekolah Dasar (SD) 671 buah, SLTP

digunakan untuk menguji seorang

Sejarah Sosial-Budaya Kabupaten Kuningan... (Euis Thresnawaty S) 91 pendeta Galuh bernama Ajar Sukaresmi

Untuk mengobati luka hatinya Sunan yang bertapa di Gunung Padang.

Gunung Jati mengangkat putra Ki Pendeta ini diminta oleh Raja Galuh

Gendeng Luragung yang masih bayi, yang berkedudukan di Bojong Galuh,

seorang bayi laki-laki yang diberi nama Desa Karangkamulyan sekarang yang

yang selanjutnya terletak sekitar 12 km sebelah timur

Suranggajaya

dititipkan, dipelihara dan dibesarkan Kota Ciamis, untuk menaksir perut

oleh Ki Gedeng Luragung penguasa istrinya yang buncit, apakah sedang

daerah Luragung. Setelah dewasa bayi hamil atau tidak. Kesalahan menaksir

itu diangkat oleh Sunan Gunung Jati akan berakibat pendeta itu kehilangan

menjadi kepala daerah Kuningan nyawanya.

dengan nama Sang Adipati Kuningan. buncitnya karena dipasangi bokor 2. Bahwa nama Kuningan merupakan kuningan yang ditutupi kain sehingga

Sesungguhnya

perut

nama wuku. Dalam tampak seperti sedang hamil. Perbuatan

salah satu

kebudayaan Hindu dikenal 30 wuku. tersebut sebenarnya bertujuan untuk

Kuningan adalah nama wuku ke-12. mencelakakan pendeta Ajar Sukaresmi.

Wuku tersebut bersama-sama dengan Dalam menaksir perut istri raja sang

wuku Galungan sampai sekarang selalu pendeta menebak bahwa istri raja itu

dirayakan sebagai hari raya oleh para sedang hamil. Raja gembira mendengar

pemeluk agama Hindu. Menurut berita taksiran yang salah tersebut, maka

dari naskah “Carita Parahiyangan”, segera saja ia memerintahkan agar

sejak abad ke-8 Masehi ada satu pusat pendeta

kekuatan politik di Kuningan. Pada saat tebakannya yang salah. Tapi ternyata

itu agama Hindu sudah berpengaruh di istri Raja Galuh benar-benar hamil.

daerah Kuningan. Hal ini dibuktikan Raja

ditemukannya beberapa menendang bokor kuningan, kuali, dan

pun marah

peninggalan Hindu berupa pecahan penjara besi yang berada di sekitar

batu-batu bekas lingga dan nandi yang istananya. Bokor kuningan jatuh di

terdapat di beberapa wilayah di sebelah utara, kemudian diberi nama

Kuningan. Penguasa yang memeluk Kuningan, kuali (bahasa Sunda kawali)

agama Hindu, dan masyarakat pemeluk jatuh di Kawali, sekarang kota

Hindu dapat dipastikan kecamatan di Ciamis, dan penjara besi

agama

merayakan hari-hari penting seperti jatuh di Kandangwesi nama tempat di

“Hari Kuningan” itu. Garut Selatan. Sementara itu dalam

tradisi lisan lainnya Babad Cirebon dan tradisi lisan

3. Menurut

disebutkan bahwa sebelum bernama Legenda Kuningan , bokor kuningan

Kuningan, nama daerah ini adalah digunakan untuk menguji tokoh ulama

Kajene. Kajene mengandung arti warna Islam Sunan Gunung Jati. Dikisahkan

kuning. Secara umum warna kuning di daerah Luragung, sekarang kota

keagungan dalam kecamatan sekitar 19 km sebelah timur

melambangkan

masyarakat Nusantara. Berdasarkan Kota Kuningan, Sunan Gunung Jati

bahan bokor Kuningan dan warna dipersilahkan

kuning itulah kemudian daerah ini kehamilan istrinya Ong Tien Nio

untuk

menaksir

dinamai Kuningan. Namun keotentikan dengan

Kajene sebagai nama pertama daerah keluhuran ilmunya dan berdampak

maksud untuk

menguji

ini patut diragukan karena menurut mempertinggi

Naskah Carita Parahiyangan, sumber keulamaannya. Menurut salah satu versi

kedudukan

tertulis yang disusun di daerah Ciamis cerita masyarakat,

ternyata yang pada akhir abad ke-16 Masehi, dikandung Ong Tien Nio (Rara

sebagai nama daerah Sumanding) adalah sebuah bokor.

Kuningan

(kerajaan) telah dikenal sejak zaman

92 Pat anj al a Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 85 - 100 awal Kerajaan Galuh, yaitu sejak akhir diganti menjadi Kajene di bawah

abad ke-7 atau awal abad ke-8 Masehi. kekuasaan Aria Kamuning. Kajene artinya Sementara itu, wilayah Kerajaan kuning atau emas. Oleh karena itu, daerah Kuningan terletak di daerah Kabupaten ini dikenal dengan nama Kuningan.

Kuningan sekarang 1 . Pemakaian nama Kuningan ini secara Menurut cerita mitologi setempat, resmi sejak tanggal 11 April 732 Masehi nama daerah Kuningan itu diambil dari

pada masa pemerintahan Aria Kamuning ungkapan Dangiang Kuning, yaitu nama

dan terus digunakan hingga sekarang ilmu atau ajian yang bertalian dengan

(Emran, 1978: 29).

kebenaran hakiki. Ilmu ini dimiliki oleh Sang Adipati Kuningan yang Demunawan, salah seorang yang pernah

merupakan putra Sunan Gunung Jati menjadi penguasa di daerah ini pada masa

adalah kepala daerah pertama yang awal Kerajaan Galuh. pengangkatan

dan pengesahannya dilakukan oleh Sunan Gunung Jati, sebagai

Sultan Cirebon periode 1479-1568. Seperti telah diuraikan di atas Pelantikan Suranggajaya menjadi Adipati bahwa Kabupaten Kuningan memiliki

d. Pemerintahan

Kuningan diselenggarakan pada tanggal 4 rentang sejarah yang panjang jika melihat

Syura (Muharam). Penanggalan tersebut jejak peradaban yang ada. Sejak beberapa

bertepatan dengan tanggal 1 September abad yang lalu daerah Kuningan telah

1498 Masehi. Selanjutnya tanggal 1 menjadi daerah pemukiman manusia. Hal

September ditetapkan sebagai hari jadi ini telah terbukti dengan ditemukannya

Kabupaten Kuningan. peninggalan benda-benda arkeologis yang

Dengan diangkatnya Sang Adipati tersebar di seluruh wilayah Kabupaten

Kuningan oleh Sultan Cirebon berarti Kuningan. Peninggalan arkeologi itu

Kuningan telah memindahkan pengakuan terdiri dari alat-alat dan benda-benda yang

atasannya dari Galuh ke Cirebon. Berarti dibuat dari batu seperti kapak persegi,

wilayah kekuasaan Kerajaan Sunda belincong, menhir, lumpang, dan lain-lain.

semakin mengecil, sedangkan wilayah Berdasarkan penemuan-penemuan tersebut

kekuasaan Cirebon semakin luas. dapat disimpulkan bahwa daerah Kuningan

tata kota pusat telah didiami oleh manusia sejak masa

Konsep

pemerintahan di Kuningan pun mengikuti neolitik. Pada masa itu berkembang suatu

semua kegiatan kebudayaan

tradisi

Cirebon,

dengan dipusatkan di sekitar alun-alun. Semua kebudayaan megalitik (batu besar) yang

yang

dikenal

diatur sedemikian rupa sehingga bangunan merupakan akar kebudayaan Indonesia

tempat kegiatan pemerintah (keraton, pada jaman berikutnya (Emran, 1978:13).

pendopo, kabupaten) terletak di sebelah Kabupaten

Kuningan telah selatan alun-alun, pasar sebagai tempat mengalami beberapa masa pemerintahan

kegiatan perdagangan berada di sebelah sejak masa pemerintahan Seuweukarma

utara, penjara sebagai tempat tahanan atau Raja Sangkuku sebagai Raja penjahat letaknya di sebelah timur. Tata Kuningan yang pertama. Bahkan pernah

pemerintahan demikian dijadikan pusat pemerintahan Kerajaan

kota

pusat

dijadikan pedoman oleh daerah-daerah di Sunda di bawah kekuasaan Rakean Darma

tingkat lebih bawah di lingkungan Siksa, putra Rahiang Banga sebelum

Kesultanan Cirebon, bahkan sampai dipindahkan ke Pakuan Pajajaran. Pada

tingkat desa. Kecuali ibu kota kabupaten masa selanjutnya Kuningan menjadi di Kuningan mengalami perubahan pada bagian Kerajaan Pajajaran dan namanya

Belanda. Pendopo kabupaten dipindahkan ke bekas kantor 1 https://aditya69.wordpress.com/2007/10/27/sa

masa

kolonial

dan rumah dinas Asisten Residen ng-adipati-kuningan-adalah-putra-luragung /,

Kuningan yang terletak di bagian utara diunduh 16 Desember 2015

Sejarah Sosial-Budaya Kabupaten Kuningan... (Euis Thresnawaty S) 93 Kota Kuningan. Asisten Residen adalah

1705, dibagi menjadi dua prefektur pejabat kolonial di tingkat kabupaten

administratif setingkat dalam struktur pemerintahan Kolonial

(wilayah

keresidenan), yaitu Prefektur Cirebon, dan Hinda Belanda. Pada saat ini bekas

Prefektur Priangan-Cirebon. Bagian utara pendopo kabupaten lama telah dijadikan

disebut wilayah Prefektur Cirebon meliputi pusat pertokoan dan perkantoran yang

Cirebon, Kuningan, sebelumnya berfungsi sebagai terminal bus

daerah-daerah

Indramayu dan Gebang. Bagian sebelah dan lapangan sepak bola. Sampai sekarang

selatan yang disebut Prefektur Priangan- Pendopo Kabupaten Kuningan tetap Cirebon (Cheribonsche Preanger Landen) menempati bekas bangunan kantor dan

kabupaten-kabupaten: rumah dinas Asisten Residen.

meliputi

Limbangan, Sukapura, dan Galuh. Selanjutnya status administrasi

Pemerintahan dibedakan atas pemerintahan

Pemerintah Kolonial dan Pemerintahan perubahan ketika Dalem Mangkubumi

keadipatian

mengalami

Pribumi. Dalam lingkup pemerintahan meninggal. Hal ini terjadi karena daerah

pribumi di Cirebon dibentuk tiga ini menjadi rebutan tiga pusat kekuasaan

kabupaten yang dipimpin oleh tiga orang besar,

yaitu Kesultanan Cirebon, sultan di Cirebon dengan jabatan bupati Kesultanan Mataram,

dan Kompeni dan sebagai Bupati-Wedana (bupati Belanda VOC yang berkedudukan di

kepala) adalah Sultan Kasepuhan. Setiap Batavia (Jakarta).

kabupaten terdiri atas 4 distrik dan tiap

kepalai oleh seorang pecah menjadi Kasepuhan dan Kanoman.

Tahun 1678 Kesultanan Cirebon distrik di

tumenggung. Tumenggung berkedudukan Hal ini tentu menimbulkan dampak pada

di sebuah desa yang lokasinya terletak di pembagian wilayah kekuasaan. Tahun

tengah-tengah daerah distrik. Tempat 1681 Cirebon menyatakan terbuka bagi

kedudukan tumenggung menjadi ibukota kedatangan dan kedudukan kompeni (dayeuh) distrik tersebut. melalui perjanjian yang ditandatangani

setiap distrik bersama. Secara garis besar daerah

Kepada

diperbantukan 1 orang bupati luar (wakil Kabupaten Kuningan terbagi menjadi dua

bupati), 1 orang bupati dalam, 2 orang wilayah administrasi pemerintahan. Bagian

demang, 6 orang mantri, 10 orang jaksa, 10 Barat daerah Kuningan masuk ke dalam

orang penghulu kepala, dan 1 orang khatib. wilayah Kesultanan Cirebon (Kasepuhan)

Jaksa dibantu oleh 8 orang jagabela, 1 dan bagian timurnya masuk ke dalam

orang sipir kepala, 1 orang wakil sipir, dan wilayah Gebang yang sudah berdiri

4 orang upas. Khatib dibantu oleh 2 orang sendiri, lepas dari Cirebon. Kedua wilayah

pembantu (Ekadjati, 2003:73) administrasi pemerintahan tersebut dibatasi

Wilayah Prefektur Kesultanan oleh Sungai Japura dan Sungai Cisadane

Cirebon dibagi ke dalam 12 distrik, yaitu (Ekadjati, 2003:72).

Panjalu, Talaga, Pada awal abad ke-19 Cirebon Kuningan, Cikaso, Matang Aji, Rajagaluh, telah sepenuhnya berada di bawah Sindangkasih,

Losari,

Gebang,

Bengawan Wetan, Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda.

Bengawan Kulon dan Paparean. Sistem pemerintahan di wilayah Cirebon

Dari 12 distrik di Prefektur tampak jelas setelah keluarnya peraturan

Cirebon ada 2 distrik yang masuk ke dalam pemerintahan yang terbit tanggal 2

wilayah kabupaten Kuningan sekarang, Februari 1809, Reeglement op het beheer

yaitu Distrik Cikaso dan Distrik Kuningan. van Cheribonsche Landen (peraturan

Kedua distrik tersebut berada di bawah tentang pemerintahan di wilayah Cirebon)

pemerintahan Sultan Sepuh (Kasepuhan). atas prakarsa Gubernur Jenderal Herman

Distrik Cikaso memiliki 547 jung sawah Daendels

dan 9.488 cacah penduduk. Sesungguhnya Keresidenan Cirebon yang dibentuk tahun

(1808-1811).

Bahwa

300 jung sawah di dalam Distrik Gebang

94 Pat anj al a Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 85 - 100 bagian

Selatan (tanah pegunungan) 3. Wilayah pembangunan Cilimus, yang termasuk daerah Kuningan sekarang

terdiri dari Kecamatan Cilimus, dan (Emran, 1978:53).

Mandirancan. Dengan demikian telah ditetapkan 4. Wilayah pembangunan Luragung, bahwa secara politik para sultan di Cirebon

terdiri dari Kecamatan (Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan)

yang

Lebakwangi, dan tidak memiliki kekuasaan lagi, karena

Luragung,

Ciawigebang.

kedudukan mereka diubah menjadi 5. Wilayah pembangunan Cibingbin pegawai Pemerintah Kolonial Hindia

terdiri dari Kecamatan Belanda. Sultan-sultan di Cirebon hanya

yang

Cibingbin, dan Ciwaru (Sekwilda II berstatus simbol terhadap rakyatnya dan

Kuningan, 1989: 138). dapat dikatakan pegawai atau alat pemerintah kolonial. Situasi seperti itu

Sejak tahun 1978 tanggal 1 membuat

pemerintahan di Cirebon September ditetapkan sebagai hari jadi termasuk Kuningan menjadi terbengkalai.

Kuningan, dengan Pada tanggal 5 Januari 1819, pertimbangan: dikeluarkan keputusan Komisaris Jenderal

Kabupaten

1. Peristiwa itu merupakan satu titik yang No. 23 untuk membentuk Kabupaten

sampai sekarang masih dirasakan Kuningan, tetapi wilayah administrasinya

kelanjutan dan pengaruhnya oleh baru meliputi bagian selatan wewengkon

masyarakat Kuningan yang memberi Kabupaten Kuningan yang sekarang.

dukungan aspirasi bagi kemajuan Selanjutnya pada tanggal 13 Maret

daerah ini.

1909, ditetapkanlah wilayah Prefek 2. Menggambarkan terbentuknya satuan Kesultanan Cirebon yang terbagi atas tiga

masyarakat yang teratur yang telah daerah yang masing-masing dikepalai oleh

memiliki pemerintahan sendiri. salah seorang sultan sepuh, ketiga daerah

3. Peristiwa itu mengandung nilai edukatif tersebut adalah:

tinggi yang dapat mendorong semangat

1. Daerah Cirebon dan Kuningan yang generasi berikutnya untuk membangun dikepalai oleh Sultan Sepuh ke-7,

daerah Kuningan dalam lingkup Pangeran Tajal Arifin Jihanuddin yang

pembangunan bangsa Indonesia secara memerintah selama 25 tahun.

keseluruhan sehingga hari jadi tersebut

2. Daerah Majalengka, yang dikepalai senantiasa menjadi semangat untuk oleh Sultan Anom ke-6, Pangeran Raja

kemajuan daerahnya. Mohammad

Komarudin

I yang

memerintah selama 27 tahun.

Adapun

nama-nama Kepala

3. Daerah Indramayu yang dikepalai oleh Pemerintahan Kuningan sesuai masanya Sultan Kacirebonan yang memerintah adalah: selama 6 tahun

A. Zaman Hindu

Daerah Kabupaten Kuningan yang 1. Seuweukarmn

sekarang sudah mengalami pengembangan,

2. Sanjaya

meliputi 5 wilayah pembangunan, yaitu:

3. Rahiyang Tamperan

1. Wilayah pembangunan Kuningan 4. Rahiyang Banga yang

terdiri dari Kecamatan 5. Rakean Darmasiksa Kuningan,

6. Arya Kamuning Jalaksana, dan Kramatmulya.

Garawangi,

Ciniru,

2. Wilayah pembangunan Kadugede, B. Zaman Islam

yang terdiri dari Kecamatan 1. Adipati Kuningan Kadugede, Darma, Selajambe, dan

2. Geusan Ulun

Subang.

3. Dalem Mangkubumi

Sejarah Sosial-Budaya Kabupaten Kuningan... (Euis Thresnawaty S) 95

C. Zaman Penjajahan Belanda dan Dalam hal ini hanya sebagian kecil warisan

Jepang

budaya leluhur yang masih dipertahankan

1. R. Brata Adiningrat dan dilaksanakan oleh mereka. Oleh

2. Doejeh Bratamidjaja karena itu, kehidupan mereka sehari-hari

3. R. Dali Soerjanataatmadja

cenderung

sama

dengan kelompok

4. R. Moch. Achmad masyarakat lain pada umumnya (Adeng,

5. R. Umar Said

Di wilayah Kuningan proses

akulturasi budaya telah lama terjadi R. Asyikin Nataatmadja

D. Zaman Kemerdekaan RI 1945

sehingga memengaruhi juga nilai-nilai sosial, misalnya dari sisi bahasa. Orang

E. Zaman Kedudukan NICA (Recomba) Kuningan dapat dikenali dari logat dan

1. R. Asyikin Joedadibrata nada yang digunakan, jelas sekali adanya

2. R. Hollan Soemadiningrat pengaruh dari Cirebon, Indramayu, dan

3. R. Abdul Rivai

Brebes

Tengah) meskipun masyarakat Kuningan pada umumnya

(Jawa

F. Zaman RI 1950 – sekarang

memakai bahasa Sunda.

1. R. Noer Atmadibrata (1945-19510)

2. R. Moch Hafil

a. Kesenian dan Upacara Tradisi di

3. R. Tikok M. Ichlas (1951-1952)

Kuningan

4. R. Soemitra (1952-1954) Di era globalisasi saat ini ketika

5. TB. Amin Abdullah (1954-1957) pertukaran informasi dengan kebudayaan

6. Yusuf (pejabat 1957-1958) lain semakin gencar, beberapa upaya untuk

7. Saleh Alibasah

(1958-1961)

menyaring pengaruh buruk dari budaya

8. Usman Djatikusunah (1961-1966) luar terus diupayakan meskipun terasa

9. Rd. Komar Surjanataatmadja

sangat sulit.

10. R. Soemintaatmadja (1966-1967) Salah satu upaya agar generasi

11. R. Aruman W. (1967-1973) sekarang dan mendatang tidak kehilangan

12. Karli Akbar (1973-1978) jatidiri sebagai bangsa besar yang beradab

13. R.H Unang S, S.H (1978-1983) adalah dengan membangun budaya kita

14. Drs. H. M. Jufri P (1983-1988) dengan sungguh-sungguh agar bisa sejajar

15. Drs. H. Subandi

(1988-1993)

sekaligus pembendung bagi pengaruh

16. H. Yeng D.S.P

(1993-1998)

buruk budaya luar.

17. Drs. H. Arifin S, M.M (1998-2003) Dalam hal adat istiadat Kabupaten

18. H. Aang H. Suganda (2003-2008) Kuningan kaya dengan peristiwa budaya.

19. H. Aang H. Suganda (2008-2013) Beberapa seni budaya yang masih

20. Hj. Utje C. Suganda, S.Sos, M. AP terpelihara, yaitu: saptonan, drama wek- (2013-sekarang)

wek, goong rendong, kuda lumping, tari (Bappeda Kab. Kuningan, 2013:2)

buyung, kemprongan, dan cingcowong. Seni budaya tradisional ini tetap terbina

2 . Kehidupan Sosial-Budaya

dan dikembangkan melalui kegiatan Manusia

sepanjang hidupnya pembinaan dan pergelaran-pergelaran. menerima waisan budaya yang diturunkan

Tari Buyung adalah salah satu dari leluhurnya, juga menikmati hasil

tarian khas Kabupaten Kuningan yang budaya yang tercipta selama dia hidup.

selalu dipentaskan pada upacara Seren Komposisi mengenai hal itu tentu saja

Cigugur. Tarian yang berbeda antara kelompok masyarakat yang

Taun di

menggambarkan para gadis gunung yang satu dengan yang lainnya. Ada kelompok

sedang mengambil air merupakan kesenian masyarakat

banyak turun temurun dengan latar belakang dari melaksanakan aktivitas budaya kekinian.

mengambil air dengan

96 Pat anj al a Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 85 - 100 menggunakan buyung. Buyung adalah

Saptonan pernah sejenis alat yang terbuat dari logam

Tradisi

mengalami masa keemasan pada zaman maupun tanah liat untuk mengambil air di

kolonial. Namun, tradisi ini nyaris punah sungai.

seandainya pihak Pemerintah Daerah Setiap gerakan dalam Tari Buyung dalam hal ini pihak Dinas Pariwisata dan memiliki makna yang tersirat. Misalnya,

Kebudayaan tidak melestarikannya. Untuk menginjak kendi sambil membawa buyung

mengikuti tradisi ini banyak hal yang harus di kepala (nyuhun) erat katannya dengan

diperhatikan oleh peserta, di samping ungkapan “di mana bumi dipijak, di situ

ketangkasan berkuda, kudanya pun harus langit dijungjung”. Membawa buyung di

pilihan yang mengerti terhadap bunyi atas

kepala sangat memerlukan gamelan. Pakaian yang dikenakan peserta keseimbangan. Hal ini berarti bahwa dalam

saptonan beraneka ragam dan corak ada kehidupan ini perlu adanya keseimbangan

yang memakai pakaian raja, ponggawa, antara perasaan dan pikiran.

prajurit keraton yang memperlihatkan kesatriaan. Persyaratan pakaian ini setelah zaman kemerdekaan makin tidak mengikat, para peserta bebas mengenakan pakaian kampret, begitu juga dengan kudanya sudah tidak memakai atribut lagi, berbeda dengan dulu bagian kepala dan bagian belakang kudanya dihiasi oleh bulu-bulu merak.

patih

atau

Untuk tradisi Saptonan ini tidak sembarang orang bisa jadi peserta karena

Tari Buyung tradisi ini sengaja diciptakan untuk para Sumber: Pemda Kab. Kuningan. lurah. Tetapi setelah penguasa Belanda meninggalkan Indonesia tradisi Saptonan

Tradisi Saptonan dan panahan di bisa diikuti siapa saja yang berminat dan Kabupaten Kuningan memiliki daya tarik

memiliki kuda.

tersendiri dibandingkan tradisi lainnya. Cingcowong merupakan tradisi Biasanya dilaksanakan secara rutin setiap

warisan nenek moyang yang sejak sekitar hari Sabtu setelah kegiatan serba raga yang

200 tahun silam sudah dilakukan secara dilaksanakan sekitar istana Kerajaan turun-temurun. Tradisi Cingcowong adalah

Kajene (Kuningan) dan mempunyai makna tradisi masyarakat Luragung Landeuh yang dalam seperti heroism, ketangkasan

untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha berkuda dan panahan dalam bela negara

Esa, agar menurunkan hujan ketika musim serta kebersamaan antara pemerintah

kemarau panjang. Kesenian tradisional dengan rakyatnya.

tersebut diwariskan secara turun menurun kepada keturunan asli Eyang Nata dan

sekarang

keturunan yang mewarisi kesenian tradisional tersebut keturunan yang ke-4 yaitu ibu Nawita (Adeng dkk, 2012:86).

Tradisi ini dalam visualisasinya berbau magis. Cingcowong terbuat dari bubu, sejenis alat untuk menangkap ikan dari anyaman bambu yang dibentuk seolah-olah mirip tubuh manusia, dan

Tradisi Saptonan gayung dijadikan kepala atau mukanya. Sumber: Pemda Kab. Kuningan.

Sejarah Sosial-Budaya Kabupaten Kuningan... (Euis Thresnawaty S) 97 Peralatan yang dipergunakan untuk 5. Ibu Nawita sebagai pemeran utama,

kesenian Cingcowong tersebut adalah

memegang penting dalam sebagai berikut:

yang

pagelaran Cingcowong.

1. Bubu (dalam bahasa Sunda disebut 6. Seorang kakek-kakek sebagai ketua buwu ) yaitu alat untuk menangkap ikan

adat atau dukun yang membawa atau perangkap ikan yang terbuat dari

kemenyan.

anyaman bambu yang digunakan Biasanya pagelaran Cingcowong sebagai badan Cingcowong.

dilaksanakan pada malam Jumat sekitar

2. Gayung (dalam bahasa Sunda di sebut pukul 17.00. Cingcowong disimpan di parit siwur ) sebagai kepalanya dan didandani kecil atau comberan dengan mantra-mantra sehingga menyerupai wajah wanita kemudian diisi dengan arwah penasaran cantik, dalam ungkapan lain sebagai yaitu arwah wanita yang tidak sempurna jelmaan wajah bidadari dan pakaian meninggalnya. Biasanya wanita yang yang digunakan yaitu pakaian kebaya meninggal karena bunuh diri atau panjang sebagai sabuknya yaitu kain meninggal yang tidak sempurna lainnya. putih dan sebagai hiasan di leher atau Istilah untuk memanggil arwah ini disebut kalung memakai bunga kamboja yang nyambat arwah bidadari. dirangkai. Khusus bunga kamboja harus

Boneka Cingcowong dibawa oleh diambil dari kuburan.

ibu Nawita sambil membacakan mantra- Alat-alat

pengiring yang mantra. Tidak lama kemudian Cincowong digunakan pada pagelaran Cingcowong di

secara gaib bergerak-gerak ke sana ke mari antaranya:

mengajak ke mana dia mau. Saat itulah

1. Jambangan yang terbuat dari kuningan Cingcowon g harus disembur dengan air. (disebut dengan bokor), kuningan yang Masyarakat yang menyaksikan di seputar dipukul sebagai ketukan (disebut arena

spontan berteriak dengan cneng)

harus

“hujan..hujan..hujan…”. Tidak lama

2. Tempayan (buyung) untuk pengatur kemudian biasanya terdengar suara irama yang dipukul dengan kipas yang gemuruh dan hujan pun akhirnya turun. terbuat dari anyaman bambu.

Saat ini tradisi Cingcowong mulai

3. Tangga yang terbuat dari bambu yang jarang digelar apalagi bila intensitas hujan berfungsi untuk

atau sedang tinggi. Kalaupun digelar tidak lagi menyambut turunnya arwah lelembut sesakral dahulu, artinya bisa kapan saja atau

membawa

dalam peribahasa untuk digelar sesuai permintaan. menyambut turunnya bidadari.

Upacara tradisi lainnya adalah

4. Tikar pandan atau tikar yang terbuat Seren Taun di Cigugur yang dilaksanakan dari anyaman pandan yang biasa

antara tanggal 18-22 Rayagung bulan digunakan untuk alas orang yang Jawa, dipusatkan di Gedung Paseban Tri meninggal dunia atau mayat, yang Panca Tunggal, yang kini menjadi Cagar berfungsi sebagai alas tempat duduk Budaya Nasional sejak diresmikan pada 10 pagelaran tersebut.

Oktober 1981.

5. Ruas bambu yang dipukul-pukul untuk Pembukaan diawali dengan acara mengiringi irama.

“ngajayak” yang berarti “menyambut dan Personil dalam acara tradisi menerima” pada tanggal 18 Rayagung. tersebut berjumlah 10 orang, terdiri dari:

Aneka ragam umbul-umbul, hiasan janur

1. Satu orang pemukul jambangan atau dan kelapa muda menambah semarak bokor.

suasana. Padi yang sudah dikumpul

2. Satu orang penabuh tempayan. sebanyak 2.200 kg setara 22 kwintal

3. Dua orang pembawa tangga. disimpan di tempat-tempat yang sudah

4. Empat orang pembawa kain panjang. ditentukan, yaitu di empat penjuru (Barat, Utara, Selatan, dan Timur). Pada tanggal

98 Pat anj al a Vol. 8 No. 1 Maret 2016: 85 - 100

18 Rayagung padi dari empat penjuru itu sebagai tanda penghormatan. Bunyi diangkat ke Gedung Paseban Tri Panca

ledakan petasan adalah sebagai pertanda Tunggal.

bahwa di rumahnya ada tunangan yang Iringan pembawa padi pada saat mengirim hidangan. Sementara itu suara ngajayak antara lain: rombongan pertama

bedug di masjid sejak menjelang sore terdiri dari 11 pasang jejaka dan gadis,

sudah bertalu-talu, si pemuda sudah rombongan kedua adalah ibu-ibu yang

bersiap-siap dengan pakaian baru dan uang membawa padi di atas kepala. Di belakang

untuk diberikan kepada tunangannya ibu-ibu adalah barisan kakek-kakek yang

sebagai tanda “mitrahan”. membawa padi dipikul pada pundaknya

ngaraya ini masih sambil berjalan. Para peserta upacara

Tradisi

berkembang dan hidup di daerah pedesaan tradisi ini berangkat dari keempat jurusan

Kuningan. Namun ada menuju tempat upacara diiringi gamelan

Kabupaten

penduduk desa yang menyederhanakan gong renteng, angklung buncis dan bunyi- tradisi ini, misalnya menyalakan petasan bunyian dog-dog.

ditiadakan karena dilarang oleh pihak Penumbukan padi secara simbolis berwajib, sedangkan tradisi lainnya dilaksanakan oleh pejabat dan rohaniawan

disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat yang diiringi oleh gondang ibu-ibu. Selesai

ini.

melakukan simbolis penumbukan para undangan kembali ke dalam ruangan

D. PENUTUP

upacara dan penumbukan dilanjutkan oleh Seperti telah dipaparkan di atas peserta upacara sampai menjadi beras.

bahwa Kabupaten Kuningan memiliki Hasil

langsung rentang sejarah yang panjang jika melihat dibagikan, 50% untuk para peserta, 50%

penumbukan

padi

jejak peradaban yang ada. Dimulai dari untuk badan-badan sosial dan fakir miskin

masa pra sejarah, masa Hindu, masa Islam, yang ada di Desa Cigugur.

masa Kolonial, hingga masa kemerdekaan. Tradisi Ngaraya adalah suatu

Masa prasejarah di wilayah tradisi yang sampai saat ini masih

berkembang suatu dilakukan di pedesaan, khususnya di

Kuningan

telah

yang dikenal dengan lingkungan Kabupaten Kuningan, yaitu

kebudayaan

kebudayaan megalitik (batu besar) yang tradisi nganjang atau bertamu menjelang

merupakan akar kebudayaan Indonesia lebaran. Saat ini tradisi ngaraya sudah

pada zaman berikutnya. Peninggalan- mengalami perubahan dalam hal mengirim

peninggalannya ditemukan di kaki dan hidangan berupa makanan dan lauk pauk.