Pemetaan Kemampuan Lahan dan Indeks Pote

Pemetaan Kemampuan Lahan dan Indeks Potensi Lahan untuk Arahan
Penggunaan Lahan Pertanian dengan Menggunakan Penginderaan Jauh
dan Sistem Informasi Geografis
Trihatmaja Adi Nugrahaa, Rukiyya Sri Rayati Harahapa, Ainil Mardhiaha, M. Randy
Aswina, ,Anugerah Ramadhian A.P.a, Prayoga Try Sagitaa, Azzadiva Ravi Sawungranaa,
Wirastuti Widyatmantib
a

Program Studi Kartografi dan Penginderaan Jauh, Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur Yogyakarta
b
Staf Pengajar Program Studi Kartografi dan Penginderaan Jauh Universitas Gadjah Mada,
Bulaksumur Yogyakarta
Corresponding author: trihatmaja.adi.n@mail.ugm.ac.id

ABSTRAK
Kajian kemampuan lahan berlokasi di sebagian Kabupaten Lombok yang terdiri dari
Kecamatan Labupi, Kecamatan Kediri, Kecamatan Gerung, dan Kecamatan Lembar. Penelitian ini
bertujuan untuk (1) memetakan kemampuan lahan dengan menggunakan metode Indeks Potensi
Lahan (IPL) dan metode penilaian kualitatif, (2) memberikan arahan penggunaan lahan yang sesuai di
derah kajian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penilaian kualitatif kemampuan
lahan dan Indeks Potensi Lahan (IPL). Satuan pemetaan dalam pemetaan kemampuan lahan ini

menggunakan satuan medan. Peran Penginderaan Jauh (PJ) dan Sistem Informasi Geografis (SIG)
dalam penelitian ini yaitu interpretasi visual dalam mengidentifikasi dan menganalisis bentuklahan di
area kajian. Interpretasi visual ini dibantu dengan teknik fusi untuk mempermudah dalam interpretasi
visual dengan menggunakan citra SPOT 4 dan data DEM. Metode penilaian kualitatif mengacu pada
parameter menurut Arsyad (2012) dengan modifikasi pada fktor pembatas. Metode Indeks Potensi
Lahan (IPL) mengacu pada Suharsono (1998) dengan modifikasi faktor pembatas bencana.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan lahan kemampuan lahan sebagian
Lombok Barat berkisar pada kelas II sampai dengan VIII. Lahan yang disarankan untuk penggunaan
lahan pemukiman dengan kelas kemampuan lahan II sampai IV sebagian besar terletak pada bagian
utara wilayah kajian yang memiliki bentuklahan dataran alluvial, lereng kaki gunung api, bukit
gunung api terdenudasi lemah, oxbow lake dan laguna. Lahan dengan kelas kemampuan lahan di atas
kelas V tidak disarankan untuk pertanian, sebagian besar terletak pada bagian selatan wilayah kajian.
Indeks Potensi Lahan sebagian Lombok Barat berkisar dari rendah sampai tinggi. Kelas tinggi dan
Agak tinggi sebagian besar ada di daerah utara penelitian. Indeks potensi lahan dan penilaian kualiatif
memiliki hubungan lurus dimana kelas kemaampuan lahan metode kualitatif hampir sama dengan
indeks potensi lahan yang ada di sebagian Kabupaten Lombok Barat.

Kata kunci : penginderan jauh, kemampuan lahan, indeks potensi lahan, pertanian,

I.


PENDAHULUAN

Kabupaten Lombok Barat memiliki tingkat produktivitas hasil pertanian yang tinggi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Kabupaten Lombok Barat tahun 2014 memiliki tingkat
produktivitas pertanian yang tinggi dengan luas lahan 5,23% dari luas Kabupaten Lombok Barat.
Meskipun memiliki tingkat produktivitas yang tinggi, namun penempatan area pertanian belum sesuai
dengan kondisi fisik atau karakteristik lahan yang menunjang pertanian. Karakteristik fisik lahan
seperti relief, jenis tanah, batuan permukaan dan kondisi hidrologi merupakan parameter yang perlu
diperhatikan dalam pemanfaatan lahan untuk pertanian. Perbedaan karakteristik fisik lahan tersebut
menyebabkan perbedaan pula pemanfaatan lahan pertanian yang ada.
Penginderaan jauh (PJ) dan sistem informasi geografis (SIG) merupakan suatu integrasi dari
kemampuan perangkat lunak, software, dan kemampuan user yang digunakan untuk melakukan
pengolahan data secara digital mapun manual untuk memberikan hasil terhadap suatu permasalahan
yang ada. Pengolahan data tersebut menggunakan pendekatan secara spasial dengan menggunakan
parameter pendukung untuk melakukan pemetaan dan rekomendasi arahan yang baik untuk
pemecahan suatu masalah. PJ dan SIG dapat digunakan untuk memetakan kemampuan lahan dan
indeks potensi lahan. Kemampuan lahan dan indeks potensi lahan dapat digunakan sebagai
pertimbangan pemanfaatan lahan berdasarkan karakteristik fisik lahan tersebut. Oleh karena itu,
pemetaan kemampuan lahan dan indeks potensi lahan berbasis PJ dan SIG untuk menghasilkan

informasi tentang kemampuan lahan sebagai arahan fungsi pemanfaatan lahan dan tataguna lahan
Sebagian Kabupaten Lombok Barat diperlukan.
Pemetaan kemampuan lahan secara penilaian kualitatif dan indeks potensi lahan menggunakan sistem
informasi geografis dan penginderaan jauh dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan metode mana
yang paling sesuai dalam menyajikan kemampuan lahan sebagai penggunaan lahan pertanian di
sebagian Lombok Barat. Setiap metode yang berbeda memiliki variabel yang berbeda sehingga
kemampuan dalam menghasilkan analisis kemampuan lahan berbeda pula. Kemampuan lahan
menggunakan variabel kemiringan lereng, tekstur tanah, salinitas tanah, ketebalan efektif tanah,
drainase, batuan permukaan, permeabilitas dan kerawanan bencana. Indeks potensi lahan
menggunakan variabel kemiringan leren, jenis batuan, potensi air, dan kerawanan bencana. Masingmasing metode menggunakan variabel yang berbeda, sehingga hasil dari kedua metode tersebut perlu
dianalisis dan dievaluasi.

II.

STUDI AREA
Wilayah yang menjadi kajian pada penelitian ini adalah sebagian kabupaten Lombok Barat

yang terrdiri dari beberapa kecamatan yaitu kecamatan Gerung, Kecamatan Kediri dan Kecamatan
Lembar. Karakteristik fisik dari wilayah ini disusun oleh beberapa bentuklahan diantaranya adalah
bukit gunungapi terdenudasi, bukit intrusi, bukit sisa, cuesta, dataran aluvial, dataran kaki vulkan,

rataan pasang surut, gosong sungai, laguna, oxbow lake, perbukitan karst struktural, perisai dan
akumulasi pasir. Bentuklahan ini secara spasial seperti peta bentuklahan berikut.

Gambar 1. Peta Bentuklahan Sebagaian Kabupaten Lombok Barat.

III.

DATA DAN METODE

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta RBI Skala 1 : 25.000,
citra Landsat 8, Peta Geologi skala 1:100.000 daerah penelitian, ArcGIS 10.1, ENVI 5.1, bor tanah,
sekop, plastik transparan, pita ukur, dan Soil Test Kit.
Penelitian ini menggunakan teknik penginderaan jauh dengan dipadukan dengan sistem
informasi geografis. Data diperoleh dari proses interpretasi citra Landsat 8 secara visual dan analisis
Peta Geologi. Citra Landsat 8 digunakan sebagai sumber data utama untuk interpretasi bentuk lahan
dibantu dengan data pendukung seperti Peta RBI dan peta geologi. Penelitian ini digambarkan dalam
diagram alir penelitian yang disajikan pada Gambar 2.
Penilaian tingkat kemampuan lahan dilakukan dengan menggunakan dua metode, yakni
metode penilaian kualitatif dan indeks potensi lahan. Metode penilaian kualitatif dilakukan dengan
cara mencocokkan tiap parameter pembentuk kemampuan lahan dengan kelas kemampuan lahan.

Pencocokkan tiap parameter dilakukan berdasarkan Arsyad (2012). Metode indeks potensi lahan
dilakukan dengan cara pengharkatan, yakni menjumlahkan harkat masing-masing parameter pada
setiap satuan lahan. Kelas pengharkatan dilakukan dengan menggunakan metode pengharkatan yang
dikemukakan oleh Suharsono (1988).

Gambar 2. Diagram Alir

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kemampuan lahan dalam bidang pertanian di area kajian sebagian Kabupaten Lombok Barat
yang dikenali dengan menggunakan parameter-parameter yang ditetapkan oleh Arsyad (2013) dapat
dibandingkan dengan menggunakan metode indeks potensi lahan. Parameter yang digunakan dalam
metode penilaian kualitatif yaitu kemiringan lereng, kepekaan erosi, kenampakan erosi, kedalaman
tanah, tekstur tanah, permeabilitas, drainase, ancama banjir. Sementara dengan menggunakan
parameter indeks potensi lahan yaitu menggunakan parameter relief, litologi, tanah, hidrologi, dan
kerawanan bencana.
Gambar 3. Peta Kemampuan Lahan Sebagian Kabupaten Lombok Barat


Lahan yang dapat diarahkan untuk pemanfaatan pertanian dibatasi dari kelas kemampuan
lahan I sampai dengan IV dengan pertimbangan memungkinkan untuk ditanami tanaman semusim
dengan hambatan yang masih mungkin diatasi. Kelas kemampuan lahan V dan seterusnya tidak
disarankan untuk pemanfaatan pertanian karena hambatan yang besar. Berdasarkan peta x.x. kelas
kemampuan lahan pada wilayah kajian berkisar dari kelas II sampai dengan kelas VIII, tidak didapati
kelas kemampuan lahan I di wilayah kajian. Tidak adanya kelas kemampuan lahan I paling
dipengaruhi oleh faktor pembatas bencana berupa banjir dan atau longsor yang didapati pada seluruh
wilayah kajian.
Lahan yang dikategorikan dapat dimanfaatkan untuk pertanian secara spasial terletak pada
bagian utara wilayah kajian. Kelas kemampuan lahan II diisi oleh bentuklahan dataran aluvial yang
berada pada sebagian besar Kecamatan Labuapi, Kecamatan Labuapi bagian barat, Kecamatan
Gerung Bagian utara, serta sebagian kecil wilayah di bagian barat Kecamatan Lembar yang

merupakan dataran aluvial diantara perbukitan gunungapi terdenudasi. Dataran aluvial pada seluruh
wilayah kajian karakteristik yang sama. Kemiringan lerengnya adalah 1-5%. Tanah pada bentuklahan
ini bertekstur halus (t1) hingga sedang (t3), permeabilitas lambat hingga sedang, serta dengan drainase
yang agak baik. Faktor pembatas salinitas tidak berpengaruh karena nilainya sangat kecil (g0),
sementara faktor pembatas bencana yang teridentifikasi adalah banjir. Lahan ini dapat dimanfaatkan
untuk pertanian namun ada penghambar berupa banjir yang seringkali terjadi.
Kelas kemampuan lahan III ada pada dua bentuklahan yaitu dataran kaki Gunungapi Rinjani

pada bagian timur Kecamatan Kediri serta berupa perbukitan gunungapi terdenudasi lemah pada
bagian selatan Kecamatan Lembar. Karakteristik dataran kaki rinjani pada bagian timur Kecamatan
Kediri hampir sama dengan dataran aluvial yang berbatasan dengannya, namun ada beberapa varibel
yang berbeda. Tekstur tanah dalam masuk dalam kelas agak kasar (t4), namun drainase pada tanah
permukaannya buruk. Tekstur tanah bawah yang kasar ini kemungkinan karena materialnya berasal
dari Gunungapi Rinjani yang masih relatif muda. Faktor pembatas berupa bencana banjir juga ditemui
pada wilayah ini. Dibandingkan dengan dataran kaki Gunungapi Rinjani, bentuklahan bukit
gunungapi terdenudasi lemah pada bagian selatan Kecamatan Lembar memiliki beberapa karakteristik
yang berbeda walaupun dalam klasifikasi kemampuan lahan dalam kelas yang sama. Perbedaannya
antara lain adalah kemiringan lerengnya yang lebih terjal yaitu mencapai 15% serta ancaman
bencananya yang berupa longsor ringan. Adanya hambatan untuk pengolahan pertanian yang agak
berat ini membuat pengolahan lahan untuk pertanian pada lahan ini butuh tindakan yang lebih
intensif.
Kelas kemampuan lahan IV ditemukan pada wilayah pesisir berupa laguna dan oxbow lake di
bagian barat Kecamatan Gerung serta rataan pasang-surut pada bagain barat Kecamatan Lembar.
Hambatan dalam pemanfaatan untuk pertanian pada lahan ini tergolong berat serta pilihan jenis
tanaman yang dapat diusahakan pada wilayah ini sangat terbatas. Letaknya yang sangat dekat dengan
laut membuat tingkat salinitas tanah pada lahan-lahan ini jauh lebih tinggi dibanding satuan lahan
lainnya dan masuk dalam kelas terpengaruh rendah (g1) hingga sedang (g2). Permeabilitas serta
kondisi drainasenya buruk. Tanah pada lahan ini sangat sering tergenang oleh air. Hambatan besar

yang mengancam pertanian pada wilayah ini adalah adanya bahaya banjir rob.
Lahan dengan kelas kemampuan lahan V hingga VIII tidak disarankan untuk pemanfaatan
berupa pertanian. Ditinjau dari bentuklahannya, kelas kemampuan lahan ini diisi oleh bukit gunungapi
terdenudasi lemah hingga kuat, bukit gunungapi hasil intrusi magma, horst, bikit sisa, cuesta, dataran
alluvial pantai, dan perisai dan akumulasi pasir. Pada wilayah perbukitan hambatan utamanya adalah
kemiringan lereng yang curam, kedalaman efektif tanah yang dangkal, serta faktor pembatas berupa
bahaya longsor. Hambatan pertanian pada bentuklahan dataran alluvial pantai serta perisai dan
akumulasi pasir adalah tekstur tanahnya yang kasar berupa pasir sehingga tidak mampu menahan air,
salinitas tanahnya pun tergolong tinggi, serta ancaman bahaya banjir rob.

Gambar 4. Peta Indeks Kemampuan Lahan Sebagian Kabupaten Lombok Barat
Peta diatas adalah hasil pemetaan dengan menggunakan indeks potensi lahan. Indeks potensi
lahan merupakan salah satu metode untuk mengetahui kemampuan lahan dengan pendekatan
perngharkatan variabel yaitu variabel relief, litologi, tanah, hidrologi, dan kerawanan bencana. Secara
spasial persebaran indeks potensi lahan tinggi dan agak tinggi terletak dominan di sebelah utara
daerah kajian sampai tengah daerah kajian. Secara fisik daerah yang memilki indeks potensi lahan
tinggi adalah daerah yang memiliki relief datar seperti dataran aluvial dan dataran kaki vulkan dengan
pengaruh fluvial yang dominan. Pengaruh DAS Dodokan yang berada di daerah kajian yang
merupakan DAS terbesar di pulau Lombok menambah tinggi nilai untuk harkat hidrologi karena
berpengaruh terhadap potensi air tanah yang implikasinya pada nilai indeks potensi lahan akan

semakin baik. Terdapatnya relief yang datar dan pengaruh DAS Dodokan inilah yang menyebakan
daerah bagian utara kajian menjadi nilai indeks potensi lahan tinggi.
Persebaran secara administrasi Indek potensi lahan yang termasuk dalam klasifikasi tinggi ada
di Kecamatan Labuapi, Kecamatan Kediri, dan
sebagian
Kecamatan Gerung. Hal ini
mengindikasikan bahwa daerah tersebut termasuk dalam kategori kemampuan lahan yang cocok
untuk lahan pertanian. Kecamatan Kediri dan Kecamatan Labuapi menjadi daerah yang memiliki
persentase wilayahnya mendekati 100% memiliki indeks potensi lahan tinggi. Dengan hampir seluruh
wilayahnya termasuk kelas tinggi, dua kecamatan ini dapat dijadikan sentra lahan pertanian dan
lumbung pertanian untuk Kabupaten Lombok Barat lebih umum lagi untuk Provinsi Nusa Tenggara
Barat.
Indeks potensi lahan rendah persebarannya terletak di bagian selatan area kajian. Indeks
potensi lahan rendah disebabkan oleh relief yang ada didominasi berbukit dengan faktor hidrologi
yaitu potensi air tanah yang kurang. Kedalaman tanah yang kurang dari 30 cm ini juga mempengaruhi
terhadap faktor hidrologi dan juga jenis tanah. Seperti diketahui jenis tanah yang kurang dari 30 cm
menandakan jenis tanah adalah litosol. Dengan kedalaman tanah seperti itu, dilapangan ditemukan
banyak terjadi longsor berupa rockfall. Dengan gabungan relief yang berbukit, potensi air tanah yang

agak rendah dan bencana rockfall yang sering terjadi menyebabkan indeks potensi lahan daerah

Kecamatan Lembar agak rendah.
Perbedaan kedua metode ini untuk mengkaji kemampuan lahan yang cocok untuk lahan
pertanian ada didaerah Kecamatan Kediri. Pada metode penilaian kualitatif termasuk dalam
kemampuan lahan kelas III, akan tetapi pada metode Indeks Potensi Lahan termasuk dalam klasifikasi
tinggi. Hal ini dapat diidentifikasikan bahwa kelas tinggi termasuk dalam kelas kemampuan I. Hal ini
terdapat perbedaan pada parameter yang dimanakan, dimana metode indeks potensi lahan
memperhatikan
hidrologi dan litologi sementara pada metode penilaian kualitatif tidak
memperhatikan parameter tersebut. Hal ini disebabkan bahwa metode penilaian kualitatif yang
mengacu pada Arsyad hanya untuk identifikasi dari aspek tanah.
Berdasarkan dua peta yang dihasilkan dari metode indeks potensi lahan dan penilaian
kualitatif kemampuan lahan, terdapat beberapa perbedaan arahan penggunaan lahan untuk pertanian.
Metode penilaian kualitatif menunjukkan bahwa sebagian Kecamatan Kediri adalah daerah dengan
kemampuan lahan yang dapat dipergunakan bagi tanaman yang memerlukan pengelolaan tanah dan
tindakan konservasi tanah yang biasanya lebih sulit diterapkan dan dipelihara. Lahan di Kecamatan
Kediri ini termasuk dalam kelas tiga yang dapat dipergunakan untuk tanaman semusim da tanaman
yang memerulkan pengolahan tanah, tanaman rumput, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung,
dan suaka margasatwa.
Perbedaan dari metode penilaian kualitatif dan indeks potensi lahan secara spasial
persebarannya ada di Kecamatan Kediri, Kecamatan Lembar dan Keamatan Gerung. Perbedaan

kemampuan lahan di Kecamatan Kediri terdapat pada kecamatan bagian timur, metode penilaian
kualitatif menunjukkan pada daerah timur merupakan daerah yang kelas kemampuan III yang artinya
jika dipergunakan untuk pertanian membutuhkan pengolahan tanah yang intensif sedangkan pada
metode indeks potensi kahan pada bagian timur Kecamatan Kediri dikategorikan kepada kelas yang
tinggi, artinya mampu dijadikan sebagai lahan pertanian secara baik tanpa pengolahan tanah secara
intensif. Bentuklahan yang terdapat pada kecamatan ini adalah dataran kaki vulkan dimana
penggunaan yang sering digunakan adalah untuk pertanian. Kecamatan lainnya yang mengalami
perbedaan yang sangat signifikan adalah Kecamatan Lembar dibagian utara.Bagian utara pada metode
penilaian kualitatif adalah cukup beragam mulai dari kelas VI dan VII yang artinya tidak dapat
digunakan sama sekali untuk pertanian, sedangkan pada metode indeks penilaian kualitatif adalah
kelas sedang dan masih dapat digunakan sebagai lahan pertanian meskipun dengan pengolahan
khusus. Secara bentuklahan pada Kecamatan Lembar bagian utara adalah perbukitan gunung api
terkikis kuat dan perbukitan gunung api terkiikis lemah. Sehingga jika digunakan peruntukan untuk
pertanian tidak cukup bagus. Area kajian ini termasuk pada bentuklahan perbukitan gunungapi
terdenudasi sedang. Perbedaan ini tidak serta- merta menjadi acuan bahwa metode tersebut yang
paling bagus dan paling cocok digunakan.

V.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)

Peta kemampuan lahan dengan metode penilaian kualitatif dan metode indeks potensi lahan di
sebagian Kabupaten Lombok Barat secara spasial memiliki persebaran kelas kemampuan lahan
yang berbeda-beda. Ada beberapa daerah yang memiliki lokasi yang sama akan tetapi kelas
kemampuan lahannya berbeda. Daerah tersebut adalah daerah Kecamatan Kediri, Kecamatan
Gerung, dan Kecamatan Lembar.

2)

Arahan fungsi pemanfaatan lahan dan tataguna lahan di area kajian berdasarkan peta kemampuan
lahan dengan menggunakan metode penilaian kualitatif dan indeks potensi lahan secara umum
dapat dijadikan sebagai dasar untuk pembagian kawasan, baik kawasan lindung, kawasan
konservasi dan kawasan budidaya.

VI.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S.1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Intitut Pertanian Bogor.
Arsyad, S. 2012. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press. Edisi Kedua.
Brinkman, R. And A. J. Smyth. 1973. Land Evaluation for Rural Purposes. International Institute for
Land Reclamation and Improvement. (ILRI) Publ. Wageningen, The Netherlands.
FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation FAO Soils Bulletin No.32. Rome : Food and
Agriculture Organization of The United Nations.
J. Star and J. Estes. 1990. in Geographic Information Sistems: An Introduction. Englewood Cliffs, NJ:
Prentice-Hall.
Klibengiel, A.A. and Montgomery, P.H. 1961. Land Capability Classification Agricultural.
Handbook No.210 US Dept. Agric Soil Serv Washington DC
Lillesand T.M. & Kiefer R.W. 1979. Remote Sensing & Image interpretation (terjemahan), Third
Edition, John Wiley & Sons
Suharsono, Prapto. 1998. Identifikasi Bentuklahan dan Interpretasi Citra untuk Geomorfologi
.Bakosurtanal. Yogyakarta.

VII.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih kami tujukan kepada instansi LAPAN yang telah menyediakan data untuk
penelitian ini. Selanjutnya kepada Ibu Wirastuti Widyatmanti dan Bapak Projo Danoedoro selaku
dosen pembimbing KKL III kelompok Penginderaan Jauh untuk Geologi, Geomorfologi dan Tanah
serta bapak/ibu dosen pembimbing KKL III.