Pengaruh pengawasan dan disiplin terhada
PENGARUH PENGAWASAN DAN KEDISIPLINAN TERHADAP
PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN
Natalia
145213019
D3 administrasi bisnis
Politeknik Negeri Bandung
Abstract
Every company basically has the
expectation that the kedepanya
experience rapid growth in its
business scope. Each company is
hankering to achieve good labor
productivity in the field that they do, to
have a clear and ongoing activities
that benefit. The company will do
anything, so that the company is
increasingly developed without any
problem and minimize any mistakes.
Company as an organization, which
coordinates the resource-resources to
produce goods or services to increase
the productivity of business sectors so
as to maximize the benefits that can
survive in the long term. The
productivity of labor is the economic
picture in obtaining optimal results
with a pre-determined fee, which in its
implementation will depend on the
productivity of factors of people who
organize the activities of the company,
namely the staffs of the organization,
employees or employees. Labor
productivity
substantially
covers
tidnakan-action always have the view
that the manner or method of work on
this day to be better than the way or
method of the day yesterday, and the
gains or profits made tomorrow should
be more or better quality than the
results
achieved
today,
Labor
productivity is also often referred to as
the ability of groups or people within
the organization to produce goods or
services. Thus, the human factor
played a vital role in achieving the
results or earnings established by the
company, because of the quality or the
quality of the people that are in the
organization that will affect the
outcome. In an effort to achieve
company goals, then the need to
increase employee productivity. A
productive employee is an employee
who works in a fast and able to
produce goods and services in
accordance with a predetermined
quality and with efficient time high.
Therefore, it is important for a leader
trying to increase work productivity of
employees, so the company can grow
and be able to maintain its business in
the long term. To get a good work we
need good supervision and discipline.
Therefore this monitoring shall be
done by a leader of the company in an
effort to compare what is done
according to the plan that is planned.
It is also meaningful oversight is the
act of a leader in getting that job was
held as planned or desired work.
While discipline is an orderly state of
a person or group of people that exist
in the company comply with and apply
the rules of the company, both written
and unwritten seen in the behavior
and actions of each individual
organization. Therefore, it is necessary
to carry out their own awareness of
the rules that have been made by the
company to create high discipline,
then a predetermined time to produce
goods and services with optimal
quality.
Keywords: Oversight Work, Discipline
Work and Work Productivity
Pengertian Manajemen
Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia,
Manajemen adalah orang atau
organisasi yang mengatur sebuah
tindakan yang berbentuk pekerjaan
atau kerjasama untuk mencapai tujuan
dan orang atau organisasi yang
bertanggung jawab dan berwenang
untuk
menciptakan
rencana,
memimpin, mengatur, dan melakukan
pengawasan dalam pelaksanaannya
untuk mencapai tujuan tersebut.
Haiman menyatakan, manajemen
adalah suatu fungsi untuk mencapai
sesuatu melalui sebuah tindakan atau
kegiatan orang lain dan mengendalikan
usaha-usaha individu tersebut untuk
mencapai tujuan bersama.
Menurut Harold Koontz
(Dalam
bukunya
yang
berjudul
“The
Management Theory Jungle”, yaitu
mengatakan
bahwa
manejemen
merupakan sebuah seni dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan atau
tugas dan dengan beberapa orang
tergabung dalam sebuah kelompok
yang telah disusun.
Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen adalah sebuah
proses dari langkah-langkah mulai dari
perencanaan,
pengorganisasian,
memimpin, staffing, dan pengawasan
untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan organisasi.
James Staner, fungsi manajemen yaitu
1. Planning,
2. Organizing
3. Leading dan controlling.
Perencanaan (Planning) adalah sesuatu
yang direncanakan tentang tujuan yang
akan
dicapai,
dan
kemudian
memberikan pedoman, garis-garis
besar tentang apa yang akan dituju.
Perencanaan merupakan persiapanpersiapan untuk pelaksanaan suatu
tujuan,
berupa rumusan-rumusan
tentang “apa” dan “bagaimana“ suatu
pekerjaan
dapat
dilaksanakan.
Persiapan-persiapan tesebut dapat
berupa tindakan-tindakan administrasi
atas tindakan-tindakan selanjutnya
Pengorganisasian (Organizing) adalah
penetapan
struktur
peran- peran
melalui penentuan aktivitas-aktivitas,
pegelompokan aktivitas, penugasan
kelompok aktivitas, pendelegasian
wewenang,
pengkoordinasian
hubungan antar wewenang serta
informasi yang bersifat vertikal dan
horizontal, untuk mencapai tujuantujuan organisasi.
Penentuan kegiatan dan sumber daya
sangat diperlukan dalam menyusun
organisasi atau kelompok krja dan
pemberian tugas dan wewengang serta
tanggung jawab.
Fungsi dari
Pengorganisasian sangat
penting
dalam manajemen karena membuat
posisi orang jelas dalam struktur dan
pekerjaannya dan melalui pemilihan,
pengalokasian dan pendistribusian
kerja yang profesional dan organisasi
dapat mencapai tujuan secara efektif
dan efisien.
Pengarahan (Actuating) adalah suatu
fungsi pembimbingan dan pemberian
pimpinan serta penggerakan orangorang agar orang-orang tersebut mau
dan suka bekerja. Berdasarkan
pengertian tersebut jelaslah bahwa
peranan penggerakan (actuating)
sangat penting, karena penggerakan
berfungsi untuk menggerakan fungsifungsi manajemen yang lain, seperti
perencanaan,
pengorganisasian,
pengawasan.
Fungsi dari Pengarahan yaitu
Pemimpin lebih menekankan pada
upaya mengarahkan dan memotivasi
para personil agar dapat
melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya dengan baik. Pengawasan
(Controlling), Penetapan standar,
pengukuran pelaksanaan, dan
pengambilan tindakan korektif .
Fungsi dari Pengawasan adalah supaya
tenaga kerja atau karyawan pada
lembaga mampu menyelesaikan tugas
sesuai dengan fungsinya. Maka dari
itu diperlukan adanya pengawasan
agar seluruh tujuan dapat di capai.
Pengertian Pengawasan
Pengawasan adalah suatu kegaitan
seorang pimpinan perusahaan agar
kegiatan-kegiatan terlaksana sesuai
dengan rencana yang telah ditentukan
dan sesuai dengan yang dikehendaki
(Lubis, 1985:154). Agar pengawasan
dapat berjalan seefektif dan seefisien
mungkin, maka diperlukan adanya
beberapa prinsip pengawasan yaitu :
1. Pengawasan harus mempunyai
sifat fact finding, yang
bermakna pengawasan harus
berupa fakta-fakta tentang
2.
3.
4.
5.
6.
7.
bagaimana tugas-tugas
dijalankan dalam organisasi.
pengawasan harus bersifat
preventif, artinya harus dapat
mencegah timbulnya
penyimpangan-penyimpangan
dan penyelewenganpenyelewengan dari rencana
semula.
Pengawasan ditujukan pada
waktu sekarang.
Pengawasan hanyalah sebagai
alat untuk meningkatkan
efisiensi kerja dan jangan
dilihat sebagai tujuan.
Pengawasan hanyalah sebagai
alat, maka dari itu
penyelenggaraan pengawasan
haruslah untuk mempermudah
tercapainya tujuan.
Pengawasan bukanlah untuk
mencari siapa yang salah dan
siapa yang benar, tetapi
pengawasan dimaksudkan
untuk mencari apa yang belum
baik dan benar, maka dengan
adanya pengawasan hal itu
diperbaiki.
Pengawasan harus memiliki
sifat membimbing, menjadi
pedoman dan motivasi agar
para pekerja dan karyawan
akan selalu berusaha untuk
meningkatkan kemampuan
untuk tugas yang dipercayakan
kepadanya.
Pengertian ini menunjukan adanya
hubungan yang sangat erat antara
perencanaan dan pengawasan. Maka
dari itu langkah awal dalam proses
pengawasan adalah
perencanaan,
penetapan tujuan, standar atau sasaran
pelaksanaan suatu kegiatan. Fungsi
pengawasan
manajemen
juga
berhubungan erat dengan
fungsi manajerial lainnya.
fungsi-
Disiplin Kerja
Disiplin kerja sering diartikan oleh
para pekerja sebagai suatu hal yang
negatif. Contohnya : bagi karyawan
Bank, keterlambatan masuk kerja
(bahkan dalam satu menit pun) berarti
pemotongan gaji yang disepadankan
dengan tidak masuk kerja. Sedang kan
bagi pengendara motor jika tidak
menggunakan helm atau surat-surat
kendaraan yang kurang lengkap berarti
akibatnya adalah akan ditilang oleh
polisi.
Disiplin kerja dalam artian positif
adalah seperti yang dikatakan oleh ahli
Hodges, yang mengatakan bahwa
disiplin keraj adalah sikap atau tingkah
laku dari seseorang atau sekelompok
orang yang mempunyai niat untuk
mematuhi aturan-aturan yang telah
dibuat.
Kenyataan yang tidak dapat dielakkan
adalah sebelum masuk dalam sebuah
organisasi atau perusahaan, sebuah
organisasi itu mempunyai aturanaturan bagi karyawan-karryawannya,
yang merupakan proses sosialisasi dari
keluarga
datau
masyarakatnya.
Seringkali terjadi aturan, nilai dan
norma diri tidak sesuai dengan aturanaturan organisasi yang ada. Hal ini
menimbulkan konflik sehingga orang
mudah
tegang,
marah,
atau
tersinggung apabila orang terlalu
menjunjung
tinggi
salah
satu
aturannya. Misalnya, Amir adalah
orang yang selalu tepat waktu
sementara itu iklim di organisasi
kurang menjunjung tinggi nilai-nilai
penghargaan terhadap waktu. Jika
Amir memegang teguh prinsipprinsipnya sendiri, ia akan tersisih dari
teman sekerjanya. Ia sebaliknya, jika
ikut arus maka ia akan mengalami
stres, oleh karenanya ia harus
menyesuaikan diri; tidak ikut arus,
tetapi juga tidak kaku. Ia jika perlu
mempelopori kepatuhan terhada waktu
kepada teman sejawatnya.
Faktor-faktor Disiplin Kerja
Disiplin kerja merupakan
suatu
sikap
dan
perilaku.
Pembentukan perilaku jika dilihat
dari formula Kurt Lewin adalah
interaksi antara faktor kepribadian
dan faktor lingkungan (situasional).
a. Faktor Kepribadian
Faktor yang penting dalam
kepribadian seseorang adalah sistem
nilai yang dianut. Sistem nilai dalam
hal ini yang berkaitan langsung
dengan disiplin. Nilai-nilai yang
menjunjung disiplin yang diajarkan
atau ditanamkan orang tua, guru,
dan masyarakat akan digunakan
sebagai kerangka acuan bagi
penerapan disiplin di tempat kerja.
Sistem nilai akan terlihat dari sikap
seseorang. Sikap diharapkan akan
tercermin dalam perilaku.
Perubahan sikap ke dalam
perilaku terdapat 3 tingkatan
menurut Kelman (Brigham, 1994).
a. Disiplin karena kepatuhan
Kepatuhan terhadap aturanaturan yang didasarkan atas
dasar perasaan takut. Disiplin
kerja dalam tingkat ini
dilakukan semata untuk
mendapatkan reaksi positif
dari pimpinan atau atasan
yang memiliki wewenang.
Sebaliknya, jika pengawas
tidak ada di tempat disiplin
kerja tidak tampak. Contoh:
penegndara sepeda motor
hanya memakai helm jika
ada polisi. Karyawan tidak
akan mengambil sisa bahan
produksi jika ada mandor.
Jika tidak ada mandor, sisa
bahan akan lenyap.
b. Disiplin karena identifikasi
Kepatuhan
aturan
yang
didasarkan pada identifikasi
adalah adanya perasaan
kekaguman
atau
penghargaan pada pimpinan.
Pemimpin yang kharismatik
adalah figur yang dihormati,
dihargai, dan seagai pusat
identifikasi. Karyawan yang
menunjukkan
disiplin
terhadap
aturan-aturan
organisasi bukan disebabkan
karena menghormati aturan
tersebut
tetapi
lebih
disebabkan keseganan pada
atasannya. Karyawan merasa
tidak enak jika tidak mentaati
peraturan. Penghormatan dan
penghargaan karyawan pada
pemimpin dapat disebabkan
karena kualitas kepribadian
yang baik atau mempunyai
kualitas profesional yang
tinggi di bidangnya. Jika
pusat identifikasi ini tidak
ada maka disiplin kerja akan
menurun,
pelanggaran
meningkat frekuensinya.
c. Disiplin karena internalisasi
Disiplin kerja dalam tingkat
ini terjadi karena karyawan
mempunyai sistem nilai
pribadi yang menjunjung
tinggi
nilai-nilai
kedisiplinan. Dalam taraf ini,
orang dikategorikan telah
mempunyai disiplin diri.
Misalnya: walaupun dalam
situasi yang sepi di tengah
malam hari ketika ada lampu
merah, si sopir tetap
berhenti.
Walaupun
tergeletak uang di atas meja
dan si majikan sedang pergi,
si
pembantu
tidak
mengambil uang.
b. Faktor Lingkungan
Disiplin kerja yang tinggi
tidak muncul begitu saja tetapi
merupakan suatu proses belajar yang
terus-menerus. Proses pembelajaran
agar dapat efektif maka pemimipin
yang merupakan agen pengubah
perlu memperhatikan prinsip-prinsip
konsisten, adil bersikap positif, dan
terbuka.
Konsisten
adalah
memperlakukan
aturan
secara
konsisten dari waktu ke waktu.
Sekali aturan yang telah disepakati
dilanggar, maka rusaklah sistem
aturan tersebut. Adil dalam hal ini
adalah memperlakukan seluruh
karyawan dengan tidak membedabedakan. Seringkali karena alasan
pribadi, pemimpin lebih senang
Amir
daripada
Adi.
Kemungkinannya,
jika
Adi
melanggar aturan akan ditetapkan
aturan yang berlaku tetapi tidak
untuk Amir. Bersikap positif dalam
hal ini adalah setiap pelanggaran
yang dibuat seharusnya dicari fakta
dan dibuktikan terlebih dulu. Selama
fakta dan bukti belum ditemukan,
tidak ada alasan bagi pemimpin
untuk menerapkan tindakan disiplin.
Dengan bersikap positif, diharapkan
pemimpin
dapat
mengambil
tindakan secara tenang, sadar, dan
tidak
emosional.
Upaya
menanamkan
disiplin
pada
dasarnyaadalah menanamkan nilainilai.
Oleh
karenanya,
komunikasi
terbuka
adalah
kuncinya.
Dalam
hal ini
transparansi mengenai apa yang
boleh dan tidak boleh dilakukan,
termasuk di dalamnya sangsi dan
hadiah
apabila
karyawan
memerlukan konsultasi terutama bila
aturan-aturan
dirasakan
tidakmemuaskan karyawan.
Tipe-Tipe Pengawasan
Ada tiga tipe pengawasan yaitu :
1. Pengawasan Pendahuluan.
Pengawasan Pendahuluan
(Feedforward Control).
Pengawasan pendahuluan atau
steering control, diciptakan
adalah utnuk mengatasi
masalah-masalah atau
peyimpangan dari standarstandar atau tujuan-tujuan.
Jadi, pendekatan pengawasan
ini lebih agresif dan aktif,
dengan mendeteksi
penyimpangan-penyimpangan
dan dapat mengambil tindakan
yang benar jika sesuatu
kesalahan terjadi. pengawasan
ini akan berguna hanya jika
pimpinan perusahaan mampu
untuk mendapatkan informasi
yang cepat, tepat dan akurat.
2. Pengawasan Concurrent.
Pengawasan yang dilakukan
bersama dengan pelaksanaan
kegiatan (concurrent control),
pengawasan ini sering disebut
dengan pengawasan “iyatidak”, screening control atau
“berhenti terus”, dilakukan
selama suatu kegiatan
berlangsung. Tipe pengawasan
yang satu ini mempunyai
syarat-syatat terlebih dahulu
sebelum kegiatan-kegiatan
dilaksanakan dan dilanjutkan.
Jadi pengawasan ini bisa
disebut sebagai penjamin
ketepatan dalam
penyelenggaraan suatu
pekerjaan.
3. Pengawasan Umpan Balik.
Pengawasan umapan balik
feedback control ” dikenal juga
past-action control, yaitu
dengan cara mengukur hasil
dari sebuah kegiatan yang
sudah diselesaikan.
Tahap-Tahap Dalam Proses
Pengawasan
Tahap Pertama : Penetapan Standar
Tahap pertama dalam pengawasan
adalah penetapan standar pelaksanaan.
Standarnya harus mengandung arti
pengukuran yang digunakan sebagai
sebagai pedoman dalam menilai hasilhasil. Tujuan, sasaran, kuota dan target
pelaksanaan dapat digunakan sebagai
standar. Bentuk standar yang lebih
khusus antara lain misalnya adalah
target penjualan, anggaran, bagian
pasar,
marjin
keselamatan kerja
produksi.
keuntungan,
dan sasaran
Tahap kedua : Penentuan Standar dari
Pelaksanaan kegiatan akan sia-sia
ketika
tidak
disertai
dengan
pengukuran dalam kegiatan yang
nyata. Oleh karena itu, tahap kedua
dalam
pengawasan
adalah
menentukan pengukuran pelaksanaan
kegiatan secara tepat.
Beberapa
pernyataan yang muncul adalah berapa
lama jangka waktu dalam mengukur
kegiatan?
Dalam bentuk apa
pengukuran akan dilakukan-laporan
tertulis, inspeksi visual, melalui
telepon? Siapa yang akan terlibatmanajer staf departemen? Pengukuran
ini sebaiknya dan seharusnya tidak
memakan biaya yang terlalu besar, dan
intinya adalah karyawan mengerti
dengan apa yang telah dijelaskan.
Tahap Ketiga : Pengukuran
Pelaksanaan Kegiatan Setelah
frekuensi pengukuran dan sistem
monitoring ditentukan, pengukuran
pelaksanaan dilakukan sebagai proses
yang berulang-ulang dan terusmenerus. Ada berbagai cara untuk
melakukan pengukuran pelaksanaan,
yaitu
1. Pengamatan (observasi),
2. laporan-laporan, baik lisan dan
tulisan,
3. Metoda-metoda otomatis dan
4. inspeksi, pengujian atau
dengan pengambilan sampel.
Tahap Keempat : Perbandingan
Pelasanaan dengan Standar dan
Analisa Penyimpangan.
Tahap kritis dari proses pengawasan
perbandingan
pelaksanaan nyata.
Dengan
pelaksanaan
yang
direncanakan atau standar yang telah
ditetapkan. Walaupun tahap yang ini
termasuk tahap yang paling mudah
dari tahap-tahap yang lain, namun
kesempurnaan akan terjadi pada saat
menginterprestasikan
adanya
penyimpangan
(deviasi).
Penyimpangan- penyimpangan harus
dianalisa untuk menentukan mengapa
standar tidak dapat dicapai.
Tahap Kelima : Pengambilan Tindakan
Koreksi Bila Diperlukan. Bila hasil
dari
menganalisa
memerlukan
tindakan koreksi, maka tindakan
tersebut harus dikerjakan. Tindakan
koreksi tersebut diambil dengan
berbagai dan bermacam bentuk.
Bentuk
Standarnya
mungkin
mengubah, pelaksanaan diperbaiki,
atau keduanya dilakukan bersamaan.
Jenis-Jenis Pengawasan
Ada empat macam dasar pengelolaan
jenis pengawasan, yaitu : Waktu
Pengawasan
Berdasarkan
bila
pengawasan dilakukan, maka macammacam pengawasan itu dibedakan atas
:
1. pengawasan dan preventif,
dengan pengawasan preventif
dimaksudkan
pengawasan
yang
dilakukan
sebelum
terjadinya
penyelewengan,
kesalahan atau deviation. Jadi,
diadakan tindakan pencegahan
agar jagan terjadi kesalahankesalahan dikemudian hari
2. pengawasan repressif. Dengan
menggunakan
pengawasan
represif, mempunyai
agar
pengawasan dijalankan setelah
rencana mulai dijalankan, atau
dengan bahasa lain bisa
dikatakan diukur dahulu hasilhasil yang dicapai dengan
pengukur yang standar yang
ditentukan sebelumnya.
Objek Pengawasan
Berdasarkan objek pengawasan,
pengawasan dapat dibedakan atas
pengawasan dalam bidang-bidang
sebagai berikut :
1. Produksi, dalam bidang
produksi, maka pengawasan
itu dapat ditunjukkan terhadap
kuantitas hasil produksi
ataupun terhadap kualitas
ataupun terhadap liquiditas
perusahaan.
2. Pengawasan di bidang waktu
yang dimaksudkan apakah
dalam menghasilkan suatu
barang atau jasa sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan
atau tidak ?
Menurut Beishline, pengawasan
berdasarkan objeknya dapat dibedakan
atas :
1. Kontrol administrative, kontrol
administratif berurusan dengan
tindakan dengan pikiran.
2. Kontrol operatif. Kontrol
operatif adalah dalam bagianbagian terbesar yang berurusan
dengan pengambilan tindakan
Subjek pengawasan
Subjek pengawasan dapat dibedakan
atas landasan penggolongan siapa yang
menciptakan pengawasan itu, maka
dapat dibedakan pengolongannya
menjadi :
1. pengawasan intern, Dengan
pengawasan intern dimaksud
pengawasan yang dilakukan
oleh atasan dari petugas
bersangkutan. Oleh karena itu,
pengawasan semacam ini
disebut juga pengawasan
vertikal atau formal. Disebutka
ia sebagai pengawasan formal
karena yang melakukan
pengawasan itu adalah orangorang berwenang.
2. Pengawasan ekstern.
Pengawasan ekstern terjadi
bilamana orang yang
melaksanakan pengawasan
tersebut adalah orang-orang
dari luar organisasi tertentu.
Selanjutnya ada juga pengawasan jenis
ini lazim yang sering disebut
pengawasan sosial ( sosial control)
atau pengawasan internal.
Pengawasan jenis ini adalah
pengawasan yang saling mengontrol
maksudnya adalah saling menilai
antara pekerja yang satu dengan yang
lain.
Cara Mengumpulkan Fakta-Fakta
yang digunakan sebagai
Pengawasan
Berdasarkan cara bagaimana
mendapatkan fakta-fakta guna sebagai
pengawasan. Maka dapat digolongkan
sebagai berikut :
1. Personal Observation
( Personal Inspection),
2. Oral Report (Laporan Lisan)
3. Written Report (laporan
Tertulis)
4. Control By Exception
Produktivitas Kerja
Menurut Payaman J Simanjutak
(1987:38), produktivitas mengandung
pengertian filosofis-kualitatif dan
kuantitatif-teknis operasional. Secara
filosofi, produktivitas mengandung
sebuah paradigma (pandangan hidup)
dan sikap mental yang selalu berusaha
untuk
menambah
kemampuan.
Maksudnya adalah keadaan hari ini
harus lebih baik dari hari sebelumnya,
dan kualitas kehidupan besok hari
harus lebih baik dari pada hari ini.
Tidak ada waktu untuk melakukan halhal yang tidak berguna jika ingin
meningkatkan produktivitas kerja.
Paradigma dan sikap mental tersebut
akan memberikan motivasi kepada
individu untuk tidak merasa puas
dengan apa yang telah didapat,
sehingga dapat terus mengembangkan
diri dan meningkatkan kemampuan
kerja sampai ketingkat yang optimal
dengan usaha yang semaksimal
mungkin.
Definisi kerja secara kuantitatif,
produktifitas adalah sebagai sebuah
perbandingan antara hasil yang dicapai
dengan semua sumber daya yang
dipergunakan dalam satu waktu.
Dalam
konsepnya,
peningkatan
produktivitas
merupakan
sumber
pertumbuhan
utama
untuk
mewujudkan
pembangunan
yang
berkelanjutan.
Pertumbuhan yang
tinggi dan continue merupakan sebuah
unsur
penting
dalam
menjaga
keseimbangan peningkatan mutu kerja
dalam produktivitas jangka panjang.
Sumber
produktivitas
dapat
dikelompokkan kedalam unsur-unsur
sebagai berikut :
1. Peningkatan
dan
Pengembangan stok modal
sebagai hasil akumulasi dari
proses pembangunan yang
terus
berlangsung.
Proses
akumulasi ini dapat dihasilkan
dari proses investasi.
2. Peningkatan
dan
Pengembangan tenaga kerja
juga mempunyai kontribusi
bagi pertumbuhan ekonomi
3. Peningkatan
dan
Pengembangan produktivitas
kerja
merupakan
sumber
pertumbuhan yang disebabkan
oleh peningkatan mutu dan
kualitas.
Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi,
dikondisikan dan ditentukan oleh
ketersediaan alat-alat produksi seperti
peralatan dan perlengkapan kerja.
Namun, konsep produktivitas mengacu
pada konsep produktivitas sumber
daya manusia. Secara umum dapat
dikatakan konsep produktivitas adalah
suatu perbandingan antara output dan
input dalam persatuan waktu.
Pengaruh Pengawasan Dan
Kedisiplinan Terhadap
Produktivitas Kerja
Perusahaan
dalam
menjalankan
aktivitasnya
perlu
didukung
manajemen yang baik. Dari berbagai
fungsi-fungsi manajemen yang baik
diantaranya
terdapat
fungsi
pengawasan.
pengawasan
pada
pokoknya
merupakan
kegiatan
membandingkan
atau
mengukur
pekerjaan yang sedang atau sudah
dilaksanakan dengan criteria, standar
dan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya. Sebagai contoh dengan
adanya inspeksi langsung oleh
pimpinan, maka karyawan tidak akan
bermalas-malasan atau memperlambat
kegiatan dalam bekerja.
Hasilnya dapat dipastikan tingkat
kesalahan dan pelanggaran yang
terjadi di dalam proses produksi akan
terminimalisir. Sedangkan kedisiplinan
yang sejati terdapat bila para karyawan
tersebut datang ke tempat kerja dengan
teratur dan tepat pada waktunya.
Apabila mereka berpakaian baik pada
tempat pekerjaannya, menggunakan
bahan-bahan dan alat-alat perusahaan
dengan hati-hati, menghasilkan jam
dan
kualitas
pekerjaan
yang
memuaskan dan mengikuti cara
bekerja
yang
ditentukan
oleh
perusahaan dengan semangat yang
baik, maka perusahaan tersebut akan
masuk pada masa kemajuannya dan
mungkin saja akan mencapai tingkat
kesuksesan yang luar biasa.
Dapat dicontohkan apabila karyawan
yang datang ke pabrik tepat pada
waktunya, maka dapat dipastikan
kuantitas yang dihasilkan lebih banyak
ketimbang karyawan yang datang ke
pabrik terlambat. Pengawasan dan
kedisiplinan sangat penting, karena
tanpa ada pengawasan dari atasan atau
manajer dan kedisiplinan yang timbul
dari dirinya karyawan sendiri maka
tingkat produktivitas kerjapun rendah.
Sebaliknya apabila pengawasan tinggi,
kedisiplinan karyawan tinggi maka
tinggi pula hasil yang akan
diperolehnya.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil
kesimpulan pengawasan kerja perlu
dilakukan agar suatu pekerjaan dalam
organisasi selalu berjalan dengan baik dan
tidak masalah sedikitpun. Pengawasan
dalam hal ini bukanlah sebagai suatu hal
perlu ditakuti namun sebagai suatu
cambuk agar membuat pekerjaan itu
menjadi
lebih
mudah
dengan
meningkatkan
kemampuan
diri.
Sedangkan disiplin kerja pegawai
diukur melalui beberapa cara yakni
diantaranya kehadiran, Ketaatan pada
peraturan kerja, Ketaatan pada standar
kerja dan tingkat tingkat kewaspadaan
tinggi. Dengan adanya pengawasan dan
kedisiplinan dalam kerja ini maka akan
menbuat karyawan untuk bekerja
dengan baik dan benar, sehingga
mendapatkan hasil yang lebih optimal.
Dengan kata lain pengawasan dan
kedisiplinan yang baik akan dapat
meningkatkan produktivitas kerja yang
bertambah baik dengan hasil yang
baik.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dan uraian
diatas
maka
penulis
dapat
menyarankan bahwa pengawasan dan
disiplin kerja bukanlah suatu hal yang
menakut-nakuti dengan sanksi atau
hukuman, tetapi pengawasan dan
disiplin kerja diharapkan mampu untuk
membuat pekerjaan menjadi lebih
ringan.
Maka dari itu dalam
penciptaan rencana pengawasan dan
disiplin kerja diharapkan semua
pekerja mampu untuk menanggapinya
dengan positif dan pembuatan
pengawasan dan disiplin kerja dibuat
semudah dan dengan satu tujuan untuk
DAFTAR PUSTAKA
Simamora, Henry. 2004. Manajeman
Sumber
Daya
Manusia
.Yogyakarta : Aditama Media.
Brigham, J.C. 1994. Social
Psychology. Edisi 2. New York :
Harper Collins Publishers.
Horol Kontz dan Cyril O’ Donnel,
1995. Pengantar Manajemen
Manajer Keanekaragaman, dan
Perubahan, Jakarta.
Simanjutak
J
Payaman.1987.
Pengukuran Produktivitas. Jakarta
: Ghalia Indonesia
http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/d
isiplinkerja_avin.pdf
Http://Www.Academia.Edu/10302445/
Skripsi_Pengaruh_Pengawasan_
Terhadap_Kinerja_Pegawai_Di_
Dinas_Pendapatan_Dan_Pengelo
laan_Keiangan_Daerah_Peovinsi
_Banten
Http://Www.Academia.Edu/10302445/
Skripsi_Pengaruh_Pengawasan_Terha
dap_Kinerja_Pegawai_Di_Dinas_Pend
apatan_Dan_Pengelolaan_Keiangan_D
aerah_Provinsi_Banten
Kurt
Lewin M. Keller, 1992,
Instructional Design Theory and
Models : An Overview of Their
Current Status, Charles M.
Regeluth (ed), Lawrence Erlbaum
Associates, London
Lubis Ibrahim.1985. Pengendalian
dan Pengawasan Proyek dalam
Manajemen. Jakarta : Ghalia
Indonesia
repository.usu.ac.id/bitstream/1234567
89/18095/4/Chapter I.pdf
Siagian P Sondang. 2002. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta :
Bumi Aksara
Sudjana. 1996. Teknik Analisis Regresi
dan Korelasi. Bandung : Tarsito
Sugiyono, 2001. Metode Penelitian
Administrasi. Bandung: Alfa Beta
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk
Penelitian. Bandung : Alfa Beta
T. Haiman. Public RelationsProfesi
dan Praktik. Jakarta: Salemba
Humanika
Tohardi, Ahmad. 2002. Pemahaman
Praktis Manajemen Sumber Daya
Manusia. Bandung: CV Mandar
Maju
Winardi.1993. Asas-asas Manajemen.
Bandung: Alumni
Wursanto.1990.
Kepegawaian.
Kanisius
Manajemen
Yogyakarta
:
Yuspratiwi, I. 1990. Hubungan antara
Locus of Control dengan Disiplin
Kerja Wiraniaga pada Wiraniaga
Obat-obatan di DIY. Skripsi.
(tidak diterbitkan). Yogyakarta:
Fakultas Psikologi UGM.
PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN
Natalia
145213019
D3 administrasi bisnis
Politeknik Negeri Bandung
Abstract
Every company basically has the
expectation that the kedepanya
experience rapid growth in its
business scope. Each company is
hankering to achieve good labor
productivity in the field that they do, to
have a clear and ongoing activities
that benefit. The company will do
anything, so that the company is
increasingly developed without any
problem and minimize any mistakes.
Company as an organization, which
coordinates the resource-resources to
produce goods or services to increase
the productivity of business sectors so
as to maximize the benefits that can
survive in the long term. The
productivity of labor is the economic
picture in obtaining optimal results
with a pre-determined fee, which in its
implementation will depend on the
productivity of factors of people who
organize the activities of the company,
namely the staffs of the organization,
employees or employees. Labor
productivity
substantially
covers
tidnakan-action always have the view
that the manner or method of work on
this day to be better than the way or
method of the day yesterday, and the
gains or profits made tomorrow should
be more or better quality than the
results
achieved
today,
Labor
productivity is also often referred to as
the ability of groups or people within
the organization to produce goods or
services. Thus, the human factor
played a vital role in achieving the
results or earnings established by the
company, because of the quality or the
quality of the people that are in the
organization that will affect the
outcome. In an effort to achieve
company goals, then the need to
increase employee productivity. A
productive employee is an employee
who works in a fast and able to
produce goods and services in
accordance with a predetermined
quality and with efficient time high.
Therefore, it is important for a leader
trying to increase work productivity of
employees, so the company can grow
and be able to maintain its business in
the long term. To get a good work we
need good supervision and discipline.
Therefore this monitoring shall be
done by a leader of the company in an
effort to compare what is done
according to the plan that is planned.
It is also meaningful oversight is the
act of a leader in getting that job was
held as planned or desired work.
While discipline is an orderly state of
a person or group of people that exist
in the company comply with and apply
the rules of the company, both written
and unwritten seen in the behavior
and actions of each individual
organization. Therefore, it is necessary
to carry out their own awareness of
the rules that have been made by the
company to create high discipline,
then a predetermined time to produce
goods and services with optimal
quality.
Keywords: Oversight Work, Discipline
Work and Work Productivity
Pengertian Manajemen
Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia,
Manajemen adalah orang atau
organisasi yang mengatur sebuah
tindakan yang berbentuk pekerjaan
atau kerjasama untuk mencapai tujuan
dan orang atau organisasi yang
bertanggung jawab dan berwenang
untuk
menciptakan
rencana,
memimpin, mengatur, dan melakukan
pengawasan dalam pelaksanaannya
untuk mencapai tujuan tersebut.
Haiman menyatakan, manajemen
adalah suatu fungsi untuk mencapai
sesuatu melalui sebuah tindakan atau
kegiatan orang lain dan mengendalikan
usaha-usaha individu tersebut untuk
mencapai tujuan bersama.
Menurut Harold Koontz
(Dalam
bukunya
yang
berjudul
“The
Management Theory Jungle”, yaitu
mengatakan
bahwa
manejemen
merupakan sebuah seni dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan atau
tugas dan dengan beberapa orang
tergabung dalam sebuah kelompok
yang telah disusun.
Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen adalah sebuah
proses dari langkah-langkah mulai dari
perencanaan,
pengorganisasian,
memimpin, staffing, dan pengawasan
untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan organisasi.
James Staner, fungsi manajemen yaitu
1. Planning,
2. Organizing
3. Leading dan controlling.
Perencanaan (Planning) adalah sesuatu
yang direncanakan tentang tujuan yang
akan
dicapai,
dan
kemudian
memberikan pedoman, garis-garis
besar tentang apa yang akan dituju.
Perencanaan merupakan persiapanpersiapan untuk pelaksanaan suatu
tujuan,
berupa rumusan-rumusan
tentang “apa” dan “bagaimana“ suatu
pekerjaan
dapat
dilaksanakan.
Persiapan-persiapan tesebut dapat
berupa tindakan-tindakan administrasi
atas tindakan-tindakan selanjutnya
Pengorganisasian (Organizing) adalah
penetapan
struktur
peran- peran
melalui penentuan aktivitas-aktivitas,
pegelompokan aktivitas, penugasan
kelompok aktivitas, pendelegasian
wewenang,
pengkoordinasian
hubungan antar wewenang serta
informasi yang bersifat vertikal dan
horizontal, untuk mencapai tujuantujuan organisasi.
Penentuan kegiatan dan sumber daya
sangat diperlukan dalam menyusun
organisasi atau kelompok krja dan
pemberian tugas dan wewengang serta
tanggung jawab.
Fungsi dari
Pengorganisasian sangat
penting
dalam manajemen karena membuat
posisi orang jelas dalam struktur dan
pekerjaannya dan melalui pemilihan,
pengalokasian dan pendistribusian
kerja yang profesional dan organisasi
dapat mencapai tujuan secara efektif
dan efisien.
Pengarahan (Actuating) adalah suatu
fungsi pembimbingan dan pemberian
pimpinan serta penggerakan orangorang agar orang-orang tersebut mau
dan suka bekerja. Berdasarkan
pengertian tersebut jelaslah bahwa
peranan penggerakan (actuating)
sangat penting, karena penggerakan
berfungsi untuk menggerakan fungsifungsi manajemen yang lain, seperti
perencanaan,
pengorganisasian,
pengawasan.
Fungsi dari Pengarahan yaitu
Pemimpin lebih menekankan pada
upaya mengarahkan dan memotivasi
para personil agar dapat
melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya dengan baik. Pengawasan
(Controlling), Penetapan standar,
pengukuran pelaksanaan, dan
pengambilan tindakan korektif .
Fungsi dari Pengawasan adalah supaya
tenaga kerja atau karyawan pada
lembaga mampu menyelesaikan tugas
sesuai dengan fungsinya. Maka dari
itu diperlukan adanya pengawasan
agar seluruh tujuan dapat di capai.
Pengertian Pengawasan
Pengawasan adalah suatu kegaitan
seorang pimpinan perusahaan agar
kegiatan-kegiatan terlaksana sesuai
dengan rencana yang telah ditentukan
dan sesuai dengan yang dikehendaki
(Lubis, 1985:154). Agar pengawasan
dapat berjalan seefektif dan seefisien
mungkin, maka diperlukan adanya
beberapa prinsip pengawasan yaitu :
1. Pengawasan harus mempunyai
sifat fact finding, yang
bermakna pengawasan harus
berupa fakta-fakta tentang
2.
3.
4.
5.
6.
7.
bagaimana tugas-tugas
dijalankan dalam organisasi.
pengawasan harus bersifat
preventif, artinya harus dapat
mencegah timbulnya
penyimpangan-penyimpangan
dan penyelewenganpenyelewengan dari rencana
semula.
Pengawasan ditujukan pada
waktu sekarang.
Pengawasan hanyalah sebagai
alat untuk meningkatkan
efisiensi kerja dan jangan
dilihat sebagai tujuan.
Pengawasan hanyalah sebagai
alat, maka dari itu
penyelenggaraan pengawasan
haruslah untuk mempermudah
tercapainya tujuan.
Pengawasan bukanlah untuk
mencari siapa yang salah dan
siapa yang benar, tetapi
pengawasan dimaksudkan
untuk mencari apa yang belum
baik dan benar, maka dengan
adanya pengawasan hal itu
diperbaiki.
Pengawasan harus memiliki
sifat membimbing, menjadi
pedoman dan motivasi agar
para pekerja dan karyawan
akan selalu berusaha untuk
meningkatkan kemampuan
untuk tugas yang dipercayakan
kepadanya.
Pengertian ini menunjukan adanya
hubungan yang sangat erat antara
perencanaan dan pengawasan. Maka
dari itu langkah awal dalam proses
pengawasan adalah
perencanaan,
penetapan tujuan, standar atau sasaran
pelaksanaan suatu kegiatan. Fungsi
pengawasan
manajemen
juga
berhubungan erat dengan
fungsi manajerial lainnya.
fungsi-
Disiplin Kerja
Disiplin kerja sering diartikan oleh
para pekerja sebagai suatu hal yang
negatif. Contohnya : bagi karyawan
Bank, keterlambatan masuk kerja
(bahkan dalam satu menit pun) berarti
pemotongan gaji yang disepadankan
dengan tidak masuk kerja. Sedang kan
bagi pengendara motor jika tidak
menggunakan helm atau surat-surat
kendaraan yang kurang lengkap berarti
akibatnya adalah akan ditilang oleh
polisi.
Disiplin kerja dalam artian positif
adalah seperti yang dikatakan oleh ahli
Hodges, yang mengatakan bahwa
disiplin keraj adalah sikap atau tingkah
laku dari seseorang atau sekelompok
orang yang mempunyai niat untuk
mematuhi aturan-aturan yang telah
dibuat.
Kenyataan yang tidak dapat dielakkan
adalah sebelum masuk dalam sebuah
organisasi atau perusahaan, sebuah
organisasi itu mempunyai aturanaturan bagi karyawan-karryawannya,
yang merupakan proses sosialisasi dari
keluarga
datau
masyarakatnya.
Seringkali terjadi aturan, nilai dan
norma diri tidak sesuai dengan aturanaturan organisasi yang ada. Hal ini
menimbulkan konflik sehingga orang
mudah
tegang,
marah,
atau
tersinggung apabila orang terlalu
menjunjung
tinggi
salah
satu
aturannya. Misalnya, Amir adalah
orang yang selalu tepat waktu
sementara itu iklim di organisasi
kurang menjunjung tinggi nilai-nilai
penghargaan terhadap waktu. Jika
Amir memegang teguh prinsipprinsipnya sendiri, ia akan tersisih dari
teman sekerjanya. Ia sebaliknya, jika
ikut arus maka ia akan mengalami
stres, oleh karenanya ia harus
menyesuaikan diri; tidak ikut arus,
tetapi juga tidak kaku. Ia jika perlu
mempelopori kepatuhan terhada waktu
kepada teman sejawatnya.
Faktor-faktor Disiplin Kerja
Disiplin kerja merupakan
suatu
sikap
dan
perilaku.
Pembentukan perilaku jika dilihat
dari formula Kurt Lewin adalah
interaksi antara faktor kepribadian
dan faktor lingkungan (situasional).
a. Faktor Kepribadian
Faktor yang penting dalam
kepribadian seseorang adalah sistem
nilai yang dianut. Sistem nilai dalam
hal ini yang berkaitan langsung
dengan disiplin. Nilai-nilai yang
menjunjung disiplin yang diajarkan
atau ditanamkan orang tua, guru,
dan masyarakat akan digunakan
sebagai kerangka acuan bagi
penerapan disiplin di tempat kerja.
Sistem nilai akan terlihat dari sikap
seseorang. Sikap diharapkan akan
tercermin dalam perilaku.
Perubahan sikap ke dalam
perilaku terdapat 3 tingkatan
menurut Kelman (Brigham, 1994).
a. Disiplin karena kepatuhan
Kepatuhan terhadap aturanaturan yang didasarkan atas
dasar perasaan takut. Disiplin
kerja dalam tingkat ini
dilakukan semata untuk
mendapatkan reaksi positif
dari pimpinan atau atasan
yang memiliki wewenang.
Sebaliknya, jika pengawas
tidak ada di tempat disiplin
kerja tidak tampak. Contoh:
penegndara sepeda motor
hanya memakai helm jika
ada polisi. Karyawan tidak
akan mengambil sisa bahan
produksi jika ada mandor.
Jika tidak ada mandor, sisa
bahan akan lenyap.
b. Disiplin karena identifikasi
Kepatuhan
aturan
yang
didasarkan pada identifikasi
adalah adanya perasaan
kekaguman
atau
penghargaan pada pimpinan.
Pemimpin yang kharismatik
adalah figur yang dihormati,
dihargai, dan seagai pusat
identifikasi. Karyawan yang
menunjukkan
disiplin
terhadap
aturan-aturan
organisasi bukan disebabkan
karena menghormati aturan
tersebut
tetapi
lebih
disebabkan keseganan pada
atasannya. Karyawan merasa
tidak enak jika tidak mentaati
peraturan. Penghormatan dan
penghargaan karyawan pada
pemimpin dapat disebabkan
karena kualitas kepribadian
yang baik atau mempunyai
kualitas profesional yang
tinggi di bidangnya. Jika
pusat identifikasi ini tidak
ada maka disiplin kerja akan
menurun,
pelanggaran
meningkat frekuensinya.
c. Disiplin karena internalisasi
Disiplin kerja dalam tingkat
ini terjadi karena karyawan
mempunyai sistem nilai
pribadi yang menjunjung
tinggi
nilai-nilai
kedisiplinan. Dalam taraf ini,
orang dikategorikan telah
mempunyai disiplin diri.
Misalnya: walaupun dalam
situasi yang sepi di tengah
malam hari ketika ada lampu
merah, si sopir tetap
berhenti.
Walaupun
tergeletak uang di atas meja
dan si majikan sedang pergi,
si
pembantu
tidak
mengambil uang.
b. Faktor Lingkungan
Disiplin kerja yang tinggi
tidak muncul begitu saja tetapi
merupakan suatu proses belajar yang
terus-menerus. Proses pembelajaran
agar dapat efektif maka pemimipin
yang merupakan agen pengubah
perlu memperhatikan prinsip-prinsip
konsisten, adil bersikap positif, dan
terbuka.
Konsisten
adalah
memperlakukan
aturan
secara
konsisten dari waktu ke waktu.
Sekali aturan yang telah disepakati
dilanggar, maka rusaklah sistem
aturan tersebut. Adil dalam hal ini
adalah memperlakukan seluruh
karyawan dengan tidak membedabedakan. Seringkali karena alasan
pribadi, pemimpin lebih senang
Amir
daripada
Adi.
Kemungkinannya,
jika
Adi
melanggar aturan akan ditetapkan
aturan yang berlaku tetapi tidak
untuk Amir. Bersikap positif dalam
hal ini adalah setiap pelanggaran
yang dibuat seharusnya dicari fakta
dan dibuktikan terlebih dulu. Selama
fakta dan bukti belum ditemukan,
tidak ada alasan bagi pemimpin
untuk menerapkan tindakan disiplin.
Dengan bersikap positif, diharapkan
pemimpin
dapat
mengambil
tindakan secara tenang, sadar, dan
tidak
emosional.
Upaya
menanamkan
disiplin
pada
dasarnyaadalah menanamkan nilainilai.
Oleh
karenanya,
komunikasi
terbuka
adalah
kuncinya.
Dalam
hal ini
transparansi mengenai apa yang
boleh dan tidak boleh dilakukan,
termasuk di dalamnya sangsi dan
hadiah
apabila
karyawan
memerlukan konsultasi terutama bila
aturan-aturan
dirasakan
tidakmemuaskan karyawan.
Tipe-Tipe Pengawasan
Ada tiga tipe pengawasan yaitu :
1. Pengawasan Pendahuluan.
Pengawasan Pendahuluan
(Feedforward Control).
Pengawasan pendahuluan atau
steering control, diciptakan
adalah utnuk mengatasi
masalah-masalah atau
peyimpangan dari standarstandar atau tujuan-tujuan.
Jadi, pendekatan pengawasan
ini lebih agresif dan aktif,
dengan mendeteksi
penyimpangan-penyimpangan
dan dapat mengambil tindakan
yang benar jika sesuatu
kesalahan terjadi. pengawasan
ini akan berguna hanya jika
pimpinan perusahaan mampu
untuk mendapatkan informasi
yang cepat, tepat dan akurat.
2. Pengawasan Concurrent.
Pengawasan yang dilakukan
bersama dengan pelaksanaan
kegiatan (concurrent control),
pengawasan ini sering disebut
dengan pengawasan “iyatidak”, screening control atau
“berhenti terus”, dilakukan
selama suatu kegiatan
berlangsung. Tipe pengawasan
yang satu ini mempunyai
syarat-syatat terlebih dahulu
sebelum kegiatan-kegiatan
dilaksanakan dan dilanjutkan.
Jadi pengawasan ini bisa
disebut sebagai penjamin
ketepatan dalam
penyelenggaraan suatu
pekerjaan.
3. Pengawasan Umpan Balik.
Pengawasan umapan balik
feedback control ” dikenal juga
past-action control, yaitu
dengan cara mengukur hasil
dari sebuah kegiatan yang
sudah diselesaikan.
Tahap-Tahap Dalam Proses
Pengawasan
Tahap Pertama : Penetapan Standar
Tahap pertama dalam pengawasan
adalah penetapan standar pelaksanaan.
Standarnya harus mengandung arti
pengukuran yang digunakan sebagai
sebagai pedoman dalam menilai hasilhasil. Tujuan, sasaran, kuota dan target
pelaksanaan dapat digunakan sebagai
standar. Bentuk standar yang lebih
khusus antara lain misalnya adalah
target penjualan, anggaran, bagian
pasar,
marjin
keselamatan kerja
produksi.
keuntungan,
dan sasaran
Tahap kedua : Penentuan Standar dari
Pelaksanaan kegiatan akan sia-sia
ketika
tidak
disertai
dengan
pengukuran dalam kegiatan yang
nyata. Oleh karena itu, tahap kedua
dalam
pengawasan
adalah
menentukan pengukuran pelaksanaan
kegiatan secara tepat.
Beberapa
pernyataan yang muncul adalah berapa
lama jangka waktu dalam mengukur
kegiatan?
Dalam bentuk apa
pengukuran akan dilakukan-laporan
tertulis, inspeksi visual, melalui
telepon? Siapa yang akan terlibatmanajer staf departemen? Pengukuran
ini sebaiknya dan seharusnya tidak
memakan biaya yang terlalu besar, dan
intinya adalah karyawan mengerti
dengan apa yang telah dijelaskan.
Tahap Ketiga : Pengukuran
Pelaksanaan Kegiatan Setelah
frekuensi pengukuran dan sistem
monitoring ditentukan, pengukuran
pelaksanaan dilakukan sebagai proses
yang berulang-ulang dan terusmenerus. Ada berbagai cara untuk
melakukan pengukuran pelaksanaan,
yaitu
1. Pengamatan (observasi),
2. laporan-laporan, baik lisan dan
tulisan,
3. Metoda-metoda otomatis dan
4. inspeksi, pengujian atau
dengan pengambilan sampel.
Tahap Keempat : Perbandingan
Pelasanaan dengan Standar dan
Analisa Penyimpangan.
Tahap kritis dari proses pengawasan
perbandingan
pelaksanaan nyata.
Dengan
pelaksanaan
yang
direncanakan atau standar yang telah
ditetapkan. Walaupun tahap yang ini
termasuk tahap yang paling mudah
dari tahap-tahap yang lain, namun
kesempurnaan akan terjadi pada saat
menginterprestasikan
adanya
penyimpangan
(deviasi).
Penyimpangan- penyimpangan harus
dianalisa untuk menentukan mengapa
standar tidak dapat dicapai.
Tahap Kelima : Pengambilan Tindakan
Koreksi Bila Diperlukan. Bila hasil
dari
menganalisa
memerlukan
tindakan koreksi, maka tindakan
tersebut harus dikerjakan. Tindakan
koreksi tersebut diambil dengan
berbagai dan bermacam bentuk.
Bentuk
Standarnya
mungkin
mengubah, pelaksanaan diperbaiki,
atau keduanya dilakukan bersamaan.
Jenis-Jenis Pengawasan
Ada empat macam dasar pengelolaan
jenis pengawasan, yaitu : Waktu
Pengawasan
Berdasarkan
bila
pengawasan dilakukan, maka macammacam pengawasan itu dibedakan atas
:
1. pengawasan dan preventif,
dengan pengawasan preventif
dimaksudkan
pengawasan
yang
dilakukan
sebelum
terjadinya
penyelewengan,
kesalahan atau deviation. Jadi,
diadakan tindakan pencegahan
agar jagan terjadi kesalahankesalahan dikemudian hari
2. pengawasan repressif. Dengan
menggunakan
pengawasan
represif, mempunyai
agar
pengawasan dijalankan setelah
rencana mulai dijalankan, atau
dengan bahasa lain bisa
dikatakan diukur dahulu hasilhasil yang dicapai dengan
pengukur yang standar yang
ditentukan sebelumnya.
Objek Pengawasan
Berdasarkan objek pengawasan,
pengawasan dapat dibedakan atas
pengawasan dalam bidang-bidang
sebagai berikut :
1. Produksi, dalam bidang
produksi, maka pengawasan
itu dapat ditunjukkan terhadap
kuantitas hasil produksi
ataupun terhadap kualitas
ataupun terhadap liquiditas
perusahaan.
2. Pengawasan di bidang waktu
yang dimaksudkan apakah
dalam menghasilkan suatu
barang atau jasa sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan
atau tidak ?
Menurut Beishline, pengawasan
berdasarkan objeknya dapat dibedakan
atas :
1. Kontrol administrative, kontrol
administratif berurusan dengan
tindakan dengan pikiran.
2. Kontrol operatif. Kontrol
operatif adalah dalam bagianbagian terbesar yang berurusan
dengan pengambilan tindakan
Subjek pengawasan
Subjek pengawasan dapat dibedakan
atas landasan penggolongan siapa yang
menciptakan pengawasan itu, maka
dapat dibedakan pengolongannya
menjadi :
1. pengawasan intern, Dengan
pengawasan intern dimaksud
pengawasan yang dilakukan
oleh atasan dari petugas
bersangkutan. Oleh karena itu,
pengawasan semacam ini
disebut juga pengawasan
vertikal atau formal. Disebutka
ia sebagai pengawasan formal
karena yang melakukan
pengawasan itu adalah orangorang berwenang.
2. Pengawasan ekstern.
Pengawasan ekstern terjadi
bilamana orang yang
melaksanakan pengawasan
tersebut adalah orang-orang
dari luar organisasi tertentu.
Selanjutnya ada juga pengawasan jenis
ini lazim yang sering disebut
pengawasan sosial ( sosial control)
atau pengawasan internal.
Pengawasan jenis ini adalah
pengawasan yang saling mengontrol
maksudnya adalah saling menilai
antara pekerja yang satu dengan yang
lain.
Cara Mengumpulkan Fakta-Fakta
yang digunakan sebagai
Pengawasan
Berdasarkan cara bagaimana
mendapatkan fakta-fakta guna sebagai
pengawasan. Maka dapat digolongkan
sebagai berikut :
1. Personal Observation
( Personal Inspection),
2. Oral Report (Laporan Lisan)
3. Written Report (laporan
Tertulis)
4. Control By Exception
Produktivitas Kerja
Menurut Payaman J Simanjutak
(1987:38), produktivitas mengandung
pengertian filosofis-kualitatif dan
kuantitatif-teknis operasional. Secara
filosofi, produktivitas mengandung
sebuah paradigma (pandangan hidup)
dan sikap mental yang selalu berusaha
untuk
menambah
kemampuan.
Maksudnya adalah keadaan hari ini
harus lebih baik dari hari sebelumnya,
dan kualitas kehidupan besok hari
harus lebih baik dari pada hari ini.
Tidak ada waktu untuk melakukan halhal yang tidak berguna jika ingin
meningkatkan produktivitas kerja.
Paradigma dan sikap mental tersebut
akan memberikan motivasi kepada
individu untuk tidak merasa puas
dengan apa yang telah didapat,
sehingga dapat terus mengembangkan
diri dan meningkatkan kemampuan
kerja sampai ketingkat yang optimal
dengan usaha yang semaksimal
mungkin.
Definisi kerja secara kuantitatif,
produktifitas adalah sebagai sebuah
perbandingan antara hasil yang dicapai
dengan semua sumber daya yang
dipergunakan dalam satu waktu.
Dalam
konsepnya,
peningkatan
produktivitas
merupakan
sumber
pertumbuhan
utama
untuk
mewujudkan
pembangunan
yang
berkelanjutan.
Pertumbuhan yang
tinggi dan continue merupakan sebuah
unsur
penting
dalam
menjaga
keseimbangan peningkatan mutu kerja
dalam produktivitas jangka panjang.
Sumber
produktivitas
dapat
dikelompokkan kedalam unsur-unsur
sebagai berikut :
1. Peningkatan
dan
Pengembangan stok modal
sebagai hasil akumulasi dari
proses pembangunan yang
terus
berlangsung.
Proses
akumulasi ini dapat dihasilkan
dari proses investasi.
2. Peningkatan
dan
Pengembangan tenaga kerja
juga mempunyai kontribusi
bagi pertumbuhan ekonomi
3. Peningkatan
dan
Pengembangan produktivitas
kerja
merupakan
sumber
pertumbuhan yang disebabkan
oleh peningkatan mutu dan
kualitas.
Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi,
dikondisikan dan ditentukan oleh
ketersediaan alat-alat produksi seperti
peralatan dan perlengkapan kerja.
Namun, konsep produktivitas mengacu
pada konsep produktivitas sumber
daya manusia. Secara umum dapat
dikatakan konsep produktivitas adalah
suatu perbandingan antara output dan
input dalam persatuan waktu.
Pengaruh Pengawasan Dan
Kedisiplinan Terhadap
Produktivitas Kerja
Perusahaan
dalam
menjalankan
aktivitasnya
perlu
didukung
manajemen yang baik. Dari berbagai
fungsi-fungsi manajemen yang baik
diantaranya
terdapat
fungsi
pengawasan.
pengawasan
pada
pokoknya
merupakan
kegiatan
membandingkan
atau
mengukur
pekerjaan yang sedang atau sudah
dilaksanakan dengan criteria, standar
dan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya. Sebagai contoh dengan
adanya inspeksi langsung oleh
pimpinan, maka karyawan tidak akan
bermalas-malasan atau memperlambat
kegiatan dalam bekerja.
Hasilnya dapat dipastikan tingkat
kesalahan dan pelanggaran yang
terjadi di dalam proses produksi akan
terminimalisir. Sedangkan kedisiplinan
yang sejati terdapat bila para karyawan
tersebut datang ke tempat kerja dengan
teratur dan tepat pada waktunya.
Apabila mereka berpakaian baik pada
tempat pekerjaannya, menggunakan
bahan-bahan dan alat-alat perusahaan
dengan hati-hati, menghasilkan jam
dan
kualitas
pekerjaan
yang
memuaskan dan mengikuti cara
bekerja
yang
ditentukan
oleh
perusahaan dengan semangat yang
baik, maka perusahaan tersebut akan
masuk pada masa kemajuannya dan
mungkin saja akan mencapai tingkat
kesuksesan yang luar biasa.
Dapat dicontohkan apabila karyawan
yang datang ke pabrik tepat pada
waktunya, maka dapat dipastikan
kuantitas yang dihasilkan lebih banyak
ketimbang karyawan yang datang ke
pabrik terlambat. Pengawasan dan
kedisiplinan sangat penting, karena
tanpa ada pengawasan dari atasan atau
manajer dan kedisiplinan yang timbul
dari dirinya karyawan sendiri maka
tingkat produktivitas kerjapun rendah.
Sebaliknya apabila pengawasan tinggi,
kedisiplinan karyawan tinggi maka
tinggi pula hasil yang akan
diperolehnya.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil
kesimpulan pengawasan kerja perlu
dilakukan agar suatu pekerjaan dalam
organisasi selalu berjalan dengan baik dan
tidak masalah sedikitpun. Pengawasan
dalam hal ini bukanlah sebagai suatu hal
perlu ditakuti namun sebagai suatu
cambuk agar membuat pekerjaan itu
menjadi
lebih
mudah
dengan
meningkatkan
kemampuan
diri.
Sedangkan disiplin kerja pegawai
diukur melalui beberapa cara yakni
diantaranya kehadiran, Ketaatan pada
peraturan kerja, Ketaatan pada standar
kerja dan tingkat tingkat kewaspadaan
tinggi. Dengan adanya pengawasan dan
kedisiplinan dalam kerja ini maka akan
menbuat karyawan untuk bekerja
dengan baik dan benar, sehingga
mendapatkan hasil yang lebih optimal.
Dengan kata lain pengawasan dan
kedisiplinan yang baik akan dapat
meningkatkan produktivitas kerja yang
bertambah baik dengan hasil yang
baik.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dan uraian
diatas
maka
penulis
dapat
menyarankan bahwa pengawasan dan
disiplin kerja bukanlah suatu hal yang
menakut-nakuti dengan sanksi atau
hukuman, tetapi pengawasan dan
disiplin kerja diharapkan mampu untuk
membuat pekerjaan menjadi lebih
ringan.
Maka dari itu dalam
penciptaan rencana pengawasan dan
disiplin kerja diharapkan semua
pekerja mampu untuk menanggapinya
dengan positif dan pembuatan
pengawasan dan disiplin kerja dibuat
semudah dan dengan satu tujuan untuk
DAFTAR PUSTAKA
Simamora, Henry. 2004. Manajeman
Sumber
Daya
Manusia
.Yogyakarta : Aditama Media.
Brigham, J.C. 1994. Social
Psychology. Edisi 2. New York :
Harper Collins Publishers.
Horol Kontz dan Cyril O’ Donnel,
1995. Pengantar Manajemen
Manajer Keanekaragaman, dan
Perubahan, Jakarta.
Simanjutak
J
Payaman.1987.
Pengukuran Produktivitas. Jakarta
: Ghalia Indonesia
http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/d
isiplinkerja_avin.pdf
Http://Www.Academia.Edu/10302445/
Skripsi_Pengaruh_Pengawasan_
Terhadap_Kinerja_Pegawai_Di_
Dinas_Pendapatan_Dan_Pengelo
laan_Keiangan_Daerah_Peovinsi
_Banten
Http://Www.Academia.Edu/10302445/
Skripsi_Pengaruh_Pengawasan_Terha
dap_Kinerja_Pegawai_Di_Dinas_Pend
apatan_Dan_Pengelolaan_Keiangan_D
aerah_Provinsi_Banten
Kurt
Lewin M. Keller, 1992,
Instructional Design Theory and
Models : An Overview of Their
Current Status, Charles M.
Regeluth (ed), Lawrence Erlbaum
Associates, London
Lubis Ibrahim.1985. Pengendalian
dan Pengawasan Proyek dalam
Manajemen. Jakarta : Ghalia
Indonesia
repository.usu.ac.id/bitstream/1234567
89/18095/4/Chapter I.pdf
Siagian P Sondang. 2002. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta :
Bumi Aksara
Sudjana. 1996. Teknik Analisis Regresi
dan Korelasi. Bandung : Tarsito
Sugiyono, 2001. Metode Penelitian
Administrasi. Bandung: Alfa Beta
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk
Penelitian. Bandung : Alfa Beta
T. Haiman. Public RelationsProfesi
dan Praktik. Jakarta: Salemba
Humanika
Tohardi, Ahmad. 2002. Pemahaman
Praktis Manajemen Sumber Daya
Manusia. Bandung: CV Mandar
Maju
Winardi.1993. Asas-asas Manajemen.
Bandung: Alumni
Wursanto.1990.
Kepegawaian.
Kanisius
Manajemen
Yogyakarta
:
Yuspratiwi, I. 1990. Hubungan antara
Locus of Control dengan Disiplin
Kerja Wiraniaga pada Wiraniaga
Obat-obatan di DIY. Skripsi.
(tidak diterbitkan). Yogyakarta:
Fakultas Psikologi UGM.