Hubungan Manusia dan Agama docx

MAKALAH
Hubungan Manusia Dan Agama
“Ditujukan untuk memenuhi tugas”
Mata Kuliah

: Psikologi Agama

Dosen

: Dra. Diah Nurita

Jurusan

: Tarbiyah - PAI (IV-B)

Di susun Oleh
Kelompok 11 (Sebelas )
- Hemalia
- M. Rian Pratama
- Sri Wahyuni
- Siti Sahara


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH
MAHMUDIYAH TANJUNG PURA - LANGKAT
TAHUN PERIODE : 2016- 2017

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkat atas kehadirat Allah yang maha
Esa atas ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
Makalah ini dengan penuh keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan
terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi kita semua.

Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada Ibu Diah Nurita
mata kuliah Psikologi Agama yang telah memberikan tugas Makalah ini kepada
kami sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan
menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai “Hubungan Manusia dan
Agama” sehingga dengan kami dapat menemukan hal-hal baru yang belum kami
ketahui.

Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga
kami dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin.

Terima kasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu
terselesaikannya laporan ini, ayah bunda, teman-teman serta semua pihak yang
penuh kebaikan dan telah membantu penulis.

Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha
sekuat tenaga dalam penyelesaian Makalah ini, tetapi tetap saja tak luput dari
sifat manusiawi yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran
penulis harapkan dari semua pihak guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa
datang.

1

Tanjung Pura, Juli,2017

Tim Penyusun

DAFATAR IS

2


KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFATAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A.

Latar Belakang.......................................................................................................1

B.

Rumusan Masalah..................................................................................................1

BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
A.

Konsep dan Pengertian Manusia............................................................................2

B.


Tujuan Penciptaan Manusia....................................................................................4

C.

Kebutuhan Manusia Terhadap Agama....................................................................5

D.

Hubungan Manusia dengan Agama........................................................................6

E.

Fungsi Agama Dalam Kehidupan Manusia..........................................................11

BAB III............................................................................................................................13
PENUTUP.......................................................................................................................13
A.

Kesimpulan..........................................................................................................13


B.

Saran....................................................................................................................13

DAFTAR FUSTAKA.......................................................................................................14

3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia, Agama dan Islam merupakan masalah yang sangat penting,
karena ketiganya mempunyai pengaruh besar dalam pembinaan generasi yang
akan datang, yang tetap beriman kepada Allah dan tetap berpegang pada nila-nilai
spiritual yang sesuai dengan agama- agama samawi (agama yang datang dari
langit atau agama wahyu). Agama merupakan sarana yang menjamin kelapangan
dada dalam individu dan menumbuhkan ketenangan hati pemeluknya.

Agama akan memelihara manusia dari penyimpangan, kesalahan dan
menjauhkannya dari tingkah laku yang negatif. Bahkan agama akan membuat hati

manusia menjadi jernih, halus dan suci. Disamping itu, agama juga merupakan
benteng pertahanan bagi generasi muda muslim dalam menghadapi berbagai
aliran sesat. Agama juga mempunyai peranan penting dalam pembinaan akidah
dan akhlak dan juga merupakan jalan untuk membina pribadi dan masyarakat
yang individu-individunya terikat oleh rasa persaudaraan, cinta kasih dan tolong
menolong.

Islam dengan berbagai ketentuannya dapat menjamin bagi orang yang
melaksanakan hukum-hukumnya akan mencapai tujuan yang tinggi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep manusia?
2. Mengapa manusia perlu beragama?
3. Apakah tujuan dari penciptaan manusia?
4. Apa hubungan manusia dengan agama?

1

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dan Pengertian Manusia
Manusia merupakan mahluk hidup yang paling sulit dimengerti meskipun
oleh dirinya sendiri. Manusia adalah mahluk yang tidak bisa ditebak, namun
rasional. Manusia juga memiliki fisik yang baik seperti halnya mahluk hidup
lainnya. Manusia juga memiliki akal sehingga dia dapat menciptakan hal-hal yang
luar biasa meskipun secara fisik dia tidak mampu melakukannya. Manusia
melakukan hal-hal hebat dengan bantuan mesin-mesin yang dibuatnya. Dengan
begitu, manusia bukanlah hewan, tapi mirip dengan hewan karena punya akal dan
perasaan. Sehingga manusia tidak memiliki konsep definisi yang jelas akan
dirinya.
Dalam Al Qur’an, ada beberapa konsep berkenaan dengan manusia. Dari
ayat-ayat yang berkenaan dengan manusia, Al-Qur’an menyebut manusia dalam
beberapa nama, berikut adalah penjelasannya :1
a. Konsep al-Basyr

Berdasarkan konsep basyr, manusia tidak jauh berbeda dengan makhluk
biologis lainnya. Dengan demikian kehidupan manusia terikat kepada kaidah
prinsip kehidupan biologis seperti berkembang biak. Sebagaimana halnya
dengan makhluk biologis lain, seperti binatang. Mengenai proses dan fase
perkembangan manusia sebagai makhluk biologis.


b.

Konsep Al-Insan

Kata insan bila dilihat asal kata al-nas, berarti melihat, mengetahui, dan
minta izin.Atas dasar ini, kata tersebut mengandung petunjuk adanya kaitan
substansial antara manusia dengan kemampuan penalarannya. Manusia dapat
mengambil pelajaran dari hal-hal yang dilihatnya, dapat mengetahui apa yang
benar dan apa yang salah, serta dapat meminta izin ketika akan menggunakan
1 M. Hafi Anshari, Dasar-Dasar Ilmu Jiwa Agama, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1991), hlm. 69-70.

2

sesuatu yang bukan miliknya. Berdasarkan pengertian ini, tampak bahwa
manusia mampunyai potensi untuk dididik.

c.


Konsep Al-Nas
Dalam konsep an-naas pada umumnya dihubungkan dengan fungsi
manusia sebagai makhluk sosial.Tentunya sebagai makhluk sosial manusia
harus mengutamakan keharmonisan bermasyarakat. Manusia harus hidup
sosial artinya tidak boleh sendiri-sendiri.Karena manusia tidak bisa hidup

d.

sendiri.
Konsep Bani Adam

Adapun kata bani adam dan zurriyat Adam, yang berarti anak Adam atau
keturunan Adam, digunakan untuk menyatakan manusia bila dilihat dari asal
keturunannya. 2

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia dalam konsep Bani
Adam, adalah sebuah usaha pemersatu (persatuan dan kesatuan) tidak ada
perbedaan sesamanya, yang juga mengacu pada nilai penghormatan
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian serta mengedepankan HAM.
e.


Karena yang membedakan hanyalah ketaqwaannya kepada Pencipta.
Konsep Al-Ins
Dapat dikatakan bahwa dalam konsep al-ins manusia selalu di posisikan
sebagai lawan dari kata jin yang bebas. bersifat halus dan tidak biadab. Jin
adalah makhluk bukan manusia yang hidup di alam “antah berantah” dan
alam yang tak terinderakan.Sedangkan manusia jelas dan dapat menyesuaikan

f.

diri dengan realitas hidup dan lingkungan yang ada.
Konsep Abdu Allah (Hamba Allah)

M. Quraish Shihab dalam Jalaluddin, seluruh makhluk yang memiliki
potensi berperasaan dan berkehendak adalah Abd Allah dalam arti dimiliki
Allah.Selain itu kata Abd juga bermakna ibadah, sebagai pernyataan
kerendahan diri.
2 Raharjo, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002),
hlm. 28-29.


3

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam konsep Abd Allah,
manusia merupakan hamba yang seyogyanya merendahkan diri kepada
Allah.Yaitu dengan menta’ati segala aturan-aturan Allah.
Sehingga dalam berbagai konsep tersebut manusia merupakan mahluk hidup
yang perlu diberikan suatu tempat sendiri karena dia merupakan mahluk hidup
yang istimewa karena selain memiliki fisik, manusia memiliki akal, bersosialisasi,
dan teratur. Manusia merupakan mahluk ciptaan Allah yang paling sempurna
karena selain memiliki unsur fisik manusia memiliki akal yang membedakan
dengan mahluk hidup lain.

B. Tujuan Penciptaan Manusia
Ajaran Islam memperkenalkan manusia dengan menjelaskan fungsinya di
dunia ini. Manusia diciptakan di dunia ini adalah:3

1. Untuk menyembah kepada-Nya berdasarkan Firman Allah Q.S. Adz
Dzaariyaat: 56:

‫خل ي ع‬
‫ن‬
‫ماَ ا ي‬
‫عب د د‬
‫س انإلِ ال ني ي ع‬
‫ق د‬
‫ج ن‬
‫وُ ي‬
‫وُاَلن ع ي‬
‫ت ااَل ع ن‬
‫دوُ ن‬
‫ن ا ي‬
‫ي‬

“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

mengabdi kepada-Ku.”
Menyembah Allah SWT. Berarti memusatkan penyembahan kepada
semata-mata, tidak ada yang disembah dan mengabdikan diri kecuali kepadaNya saja.

2.

Khalifah Allah di bumi. Manusia adalah makhluk yang bertugas mengurus
bumi dengan seluruh isinya dan berkewajiban memakmurkannya sebagai
amanah dari Allah SWT. Berdasarkan firman Allah SWT pada Q.S. Al an’am
165:
3. Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 63-

66
4

‫خيلئ ن ي ع ي‬
‫وُير ي‬
‫ع‬
‫م ا ي‬
‫وُ د‬
‫و ااَل ن ن‬
‫ف ي‬
‫ج ي‬
‫ذيِ ا ي‬
‫عل يك د ع‬
‫ض ا ي‬
‫ه ي‬
‫ي‬
‫ف ااَلعر ن‬
‫م ا ي‬
َ‫ما‬
‫م ا ن‬
‫و ي‬
‫ع ي‬
‫جاَ ت‬
‫ض اديير ي‬
‫ق اب ي ع‬
‫بي ع‬
‫فيِ ا ي‬
‫وك د ع‬
‫ضك د ع‬
‫ت ال ني يب عل د ي‬
‫ف ع‬
‫ع ت‬
‫ن ايرب ن ي‬
‫غ د‬
‫ع ي‬
‫فورر‬
‫ه ال ي ي‬
‫ع ااَل ع ن‬
‫م اإ ن ن‬
‫ريِ د‬
‫ك ا ي‬
‫وُإ نن ن د‬
‫آيتاَك د ع‬
‫قاَ ن‬
‫ب ا ي‬
‫س ن‬
‫م‬
‫ير ن‬
‫حي ر‬
“dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia
meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa
derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.
Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

C. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama
Manusia memiliki bermacam ragam kebutuhan batin maupun lahir akan
tetapi, kebutuhan manusia terbatas karena kebutuhan tersebut juga dibutuhkan
oleh manusia lainnya. Karena manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yang
disebut agama karena manusia merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan
yang mengakui adanya yang maha kuasa tempat mereka berlindung dan memohon
pertolongan. Sehingga keseimbangan manusia dilandasi kepercayaan beragama.
Sikap orang dewasa dalam beragama sangat menonjol jika, kebutuhan akan
beragama tertanam dalam dirinya. Kestabilan hidup seseorang dalam beragama
dan tingkah laku keagamaan seseorang, bukanlah kestabilan yang statis. Adanya
perubahan itu terjadi karena proses pertimbangan pikiran, pengetahuan yang
dimiliki dan mungkin karena kondisi yang ada. Tingkah laku keagamaan orang
dewasa memiliki perspektif yang luas didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya.

Kita mungkin telah dapat merasakan bagaimana pentingnya peranan yang
telah dimainkan oleh agama dalam kehidupan manusia. Hal itu malah mungkin
menimbulkan kekecewaan pada manusia, karena betapa sering perwujudan agama

5

gagal. Begitu juga kita telah merasakan betapa pentingnya mutu kehidupan
beragama itu bagi seluruh tradisi manusia.4

Barangkali kita juga telah mengambil sikap baru terhadap agama lain yang
bukan agama kita peluk sendiri. Bukan dalam arti bahwa kita menyetujui semua
agama tersebut. Dalam menelaah kehidupan semua agama manusia tersebut, tidak
ada hal yang mengharuskan garis batas keyakinan agama lain terlewati. Namun
barangkali kita telah dapat memandang agama-agama tersebut sebagai keyakinan
yang dianut oleh manusia yang hidup, yaitu orang-orang yang juga
mempertanyakan berbagai masalah dasar yang juga kita pertanyakan, mereka juga
mencari hidup yang lebih luhur terhadap agamanya.

Agama mengambil bagian pada saat-saat yang paling penting dan pada
pengalaman hidup. Agama merayakan kelahiran, menandai pergantian jenjang
masa dewasa, mengesahkan perkawinan, serta kehidupan keluarga, dan
melapangkan jalan dari kehidupan kini menuju kehidupan yang akan datang. Bagi
juataan manusia, agama berada dalam kehidupan mereka pada saat-saat yang
paling khusus maupun pada saat-saat yang paling mengerikan. agama juga
memberikan

jawaban-jawaban

terhadap

pertanyaan-pertanyaan

yang

membingungkan kita. Adakah kekuatan tertinggi lain yang mampu memberikan
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan kita? Bagaimanakah kehidupan dimulai?
Apa arti semuanya ini? Mengapa orang menderita? Apa yang terjadi terhadap diri
kita apabila kita telah mati?

Mengingat hal demikian wajarlah jika agama menjadi sangat dibutuhkan
oleh manusia, karenanya ia mampu memberikan jawaban sekaligus inspirasi bagi
terwujudnya kehidupan yang diinginkan manusia.

4 Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 67

6

D. Hubungan Manusia dengan Agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya.

Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi".
Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari
bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat
kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada
Tuhan.5

Menurut agama Islam, manusia diciptakan di bumi untuk beribadah
kepada Allah. Selain itu, manusia diciptakan di bumi sebagai khalifah atau
pemimpin di bumi. Dengan perannya tersebut, manusia diharapkan untuk:

1.

Sadar sebagai mahluk individu yaitu mahluk hidup yang berfungsi sebagai
mahluk yang paling utama di antara mahluk-mahluk lain. Sebagai mahluk
utama di muka bumi, manusia diingatkan perannya sebagai khaifah dibumi
dan mahluk yang diberi derajat lebih daripada mahluk lain yang ada di bumi.
Sesuai dengan firman Allah:
“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam dan Kami angkat
mereka itu melalui daratan dan lautan serta Kami beri mereka rezeki dari
yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka atas kebanyakan mahluk yang

2.

kami ciptakan (Q.S. Al-Isra: 70)
Sadar bahwa manusia adalah mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia
harus mengadakan interelasi dan interaksi dengan sesamanya. Itulah sebabnya
Islam mengajarkan perasamaan
“Berpeganglah kamu semuanya dalam tali Allah dan janganlah kamu
berpecah belah…” (Q.S. Ali Imran: 103)

5 Jalaludin Dan Ramayulis,Pengantar Ilmu Jiwa Agama,(Jakarta: Kalam
Mulia,1993 )hlm.151
7

“Sesungguhnya semua orang mukmin adalah bersaudara.”(Q.S. Al Hujarat:
3.

10)
Sadar manusia adalah hamba Allah SWT. Manusia sebagai mahluk yang
berketuhanan, memiliki sikap dan watak religius yang perlu dikembangkan.
Manusia harus selalu beribadah keapada Allah karena merupakan tugasnya
untuk beribadah kepada Allah sesauai dengan firman Allah:
“(Yang memiliki sifat-sifat) demikian itu adalah Tuhanmu, tidak ada Tuhan
selain Dia, pencipta segala sesuatu maka sembahlah Dia, dan Dia adalah
pemelihara segala sesuatu, Dia tidak dapat dijangkau oleh daya penglihatan
mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan, dan Dialah Yang
Maha Mengetahui.”(Q.S. Al An’aam: 102

Untuk menjalankan tujuan-tujuan tersebut, dalam hal ini Agama Islam,
mengajarkan 3 hal yang merupakan dasar dari agama yaitu:6

1.

Aqidah

Beberapa ulama Islam juga menafsirkan tentang aqidah. Hasan al-Banna
dalam Majmu’ ar-Rasaail menafsirkan bahwa:

“Aqaid (bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib
diyakini dalam hati, mendatangkan ketentraman jiwa dan tidak tercampur
sedikitpun dengan keragu-raguan.”

Abu Bakar Al-jazairi dalam kitab Aqidah Al-Mukmin menafsirkan
bahwa:

“Aqidah merupakan sejumlah kebenarannya yang dapat diterima secara
mudah oleh manusia berdasarkan akal, wahyu (yang didengar) dan fitrah.
Kebenaran itu dipatrikan dalam hati dan ditolak segala yang bertentangan
dengan kebenaran itu.”
6 . Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), hlm 59.

8

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut maka aqiadah merupakan
keyakinan dalam hati yang benar-benar mantab dan tidak akan goyah walaupun
banyak hal yang berusaha menentang hal tersebut. Aqidah atau sistem aqidah
merupakan sistem keyakinan yang sering disebut rukun iman yaitu:








Iman kepada Allah
Iman kepada malaikat dan mahluk gaib lainnya
Iman kepada kitab-kitab Allah
Iman kepada Nabi dan Rasul Allah
Iman kepada Hari Kiamat
Iman kepada Qada dan Qadar

Aqidah merupakan suatu keyakinan yang harus dimiliki setiap mukmin dalam
menjalankan kehidupannya sehari-hari. Keyakinan tersebut membuat mukmin
makin mudah menjalankan ibadah dalam kehidupan sehari-harinya

2.

Syariat

Syari’at bisa disebut syir’ah. Artinya secara bahasa adalah sumber air
mengalir yang didatangi manusia atau binatang untuk minum. Perkataan
“syara’a fiil maa’i” artinya datang ke sumber air mengalir atau datang pada
syari’ah.7

Kemudian kata tersebut digunakan untuk pengertian hukum-hukum Allah
yang diturunkan untuk manusia.

Kata “syara’a” berarti memakai syari’at. Juga kata “syara’a” atau
“istara’a” berarti membentuk syari’at atau hukum. Dalam hal ini Allah
berfirman,

7 Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 89
9

“Untuk setiap umat di antara kamu (umat Nabi Muhammad dan umatumat sebelumnya) Kami jadikan peraturan (syari’at) dan jalan yang terang.”
[QS. Al-Maidah (5): 48]

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari’at
(peraturan) tentang urusan itu (agama), maka ikutilah syari’at itu dan
janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang yang tidak mengetahui.” [QS. AlMaidah (5): 18].

Sedangkan arti syari’at menurut istilah adalah “maa anzalahullahu li ‘ibaadihi
minal ahkaami ‘alaa lisaani rusulihil kiraami liyukhrijan naasa min dayaajiirizh
zhalaami ilan nuril bi idznihi wa yahdiyahum ilash shiraathil mustaqiimi.”
Artinya, hukum-hukum (peraturan) yang diturunkan Allah swt. melalui rasulrasulNya yang mulia, untuk manusia, agar mereka keluar dari kegelapan ke dalam
terang, dan mendapatkan petunjuk ke jalan yang lurus.8

Jika ditambah kata “Islam” di belakangnya, sehingga menjadi frase Syari’at
Islam (asy-syari’atul islaamiyatu), istilah bentukan ini berarti, ” maa
anzalahullahu li ‘ibaadihi minal ahkaami ‘alaa lisaani sayyidinaa muhammadin
‘alaihi afdhalush shalaati was salaami sawaa-un akaana bil qur-ani am bisunnati
rasuulillahi min qaulin au fi’lin au taqriirin.” Maksudnya, syari’at Islam adalah
hukum-hukum peraturan-peraturan) yang diturunkan Allah swt. untuk umat
manusia melalui Nabi Muhammad saw. baik berupa Al-Qur’an maupun Sunnah
Nabi yang berwujud perkataan, perbuatan, dan ketetapan, atau pengesahan.

Pembagian Syari’at Islam

Hukum yang diturunkan melalui Nabi Muhammad saw. untuk segenap
manusia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
8 Hafi Anshari, Dasar-Dasar Ilmu Jiwa Agama, (Surabaya: Usaha Nasional,
1991), hlm. 75.

10

Ilmu Tauhid, yaitu hukum atau peraturan-peraturan yang berhubungan dengan
dasar-dasar keyakinan agama Islam, yang tidak boleh diragukan dan harus benarbenar menjadi keimanan kita. Misalnya, peraturan yang berhubungan dengan Dzat
dan Sifat Allah swt. yang harus iman kepada-Nya, iman kepada rasul-rasul-Nya,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan iman kepada hari akhir termasuk di
dalamnya kenikmatan dan siksa, serta iman kepada qadar baik dan buruk. Ilmu
tauhid ini dinamakan juga Ilmi Aqidah atau Ilmu Kalam.
Ilmu Akhlak, yaitu peraturan-peraturan yang berhubungan dengan pendidikan
dan penyempurnaan jiwa. Misalnya, segala peraturan yang mengarah pada
perlindungan keutamaan dan mencegah kejelekan-kejelekan, seperti kita harus
berbuat benar, harus memenuhi janji, harus amanah, dan dilarang berdusta dan
berkhianat.
Ilmu Fiqh, yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan manusia
dengan Tuhannya dan hubungan manusia dengan sesamanya. Ilmu Fiqh
mengandung dua bagian: pertama, ibadah, yaitu yang menjelaskan tentang
hukum-hukum hubungan manusia dengan Tuhannya. Dan ibadah tidak sah (tidak
diterima) kecuali disertai dengan niat. Contoh ibadah misalnya shalat, zakat,
puasa, dan haji. Kedua, muamalat, yaitu bagian yang menjelaskan tentang hukumhukum hubungan antara manusia dengan sesamanya. Ilmu Fiqh dapat juga disebut
Qanun (undang-undang).

3.

Ahlak
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh

suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.
Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab
yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad
Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri
seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan
pikiran terlebih dahulu.

11

Ahlak-ahlak yang baik adalah:9







Jujur (Ash-Shidqu)
Berprilaku baik (Husnul Khuluqi)
Malu (Al-Haya')
Rendah hati (At-Tawadlu')
Murah hati (Al-Hilmu)
Sabar (Ash-Shobr)
Sedangkan ahlak-ahlak yang buruk adalah:

1. Mencuri/mengambil bukan haknya
2. Iri hati
3. Membicarakan kejelekan orang lain (bergosip)
4. Membunuh
5. Segala bentuk tindakan yang tercela dan merugikan orang lain (mahluk lain)
Dasar-dasar Islam diatas telah menerangkan dan mengatur tentang bagaimana
manusia melaksanakan kewajibannya di muka bumi. Agama dalam hal ini agama
Islam, merupakan suatu pengatur kehidupan yang harus dijalankan setiap
pemeluknya agar dapat melaksanakan tugas-tugasnya di muka bumi ini dengan
baik. Sehingga, hubungan antara manusia dan agama sebagai pengatur
kehidupannya diharapakan menjadikan manusia menjadi manusia yang lebih baik
bagi sesamanya, bagi alam sekitarnya dan bagi dirinya sendiri.

E. Fungsi Agama Dalam Kehidupan Manusia
Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah
disebabkan oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk
menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama
mempunyai dimensi yang lain seperti yang akan diuraikan di bawah ini :10

1. Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia

9 Hafi Anshari, Dasar-Dasar Ilmu Jiwa Agama, (Surabaya: Usaha Nasional,
1991), hlm. 99.
10 Hafi Anshari, Dasar-Dasar Ilmu Jiwa Agama, (Surabaya: Usaha Nasional,
1991), hlm. 100.

12

Agama dikatakan memberi pandangan dunia kepada manusia karena
ia sentiasanya memberipenerangan kepada dunia (secara keseluruhan), dan
juga kedudukan manusia di dalam dunia.Penerangan dalam masalah ini
sebenarnya sulit dicapai melalui indra manusia, melainkan sedikitpenerangan
daripada falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya
bahwadunia adalah ciptaan Allah SWT dan setiap manusia harus menaati
Allah(s.w.t). begitu jugauntuk yang beragama lain dengan kepercayaan
kepada Tuhan yg di miliki.

2. Menjawab pelbagai pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh manusia

Sebagian pertanyaan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan
pertanyaan yang tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya
pertanyaan kehidupan setelah mati, tujuan hidup,soal nasib dan sebagainya.
Bagi kebanyakan manusia, pertanyaan-pertanyaan ini sangat menarik dan
perlu untuk menjawabnya. Maka, agama itulah fungsinya untuk menjawab
persoalan-persoalan ini.

3. Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia

Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok
manusia. Ini adalah karena sistemagama menimbulkan keseragaman bukan
saja kepercayaan yang sama, melainkan tingkah laku,pandangan dunia dan
nilai yang sama.

4. Memainkan fungsi peranan sosial

Kebanyakan agama di dunia ini menyarankan kepada kebaikan.
Dalam ajaran agama sendirisebenarnya telah menggariskan kode etika yang
wajib dilakukan oleh penganutnya. Maka inidikatakan agama memainkan
fungsi peranan sosial.

13

14

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam Al-Qur’an, ada beberapa konsep berkenaan dengan manusia. Yaitu
Konsep Al-Basyr, Konsep Al-Insan, Konsep Al-Nas, Konsep Bani Adam, Konsep
Al-Ins, Konsep Abdu Allah (Hamba Allah). Manusia merupakan mahluk Tuhan
yang paling sempurna karena manusia memiliki segala unsur dari mahluk hidup
lainnya ditambah dengan akal pikiran.

Manusia membutuhkan agama karena hal tersebut merupakan fitrah
manusia. Fitrah tersebutlah yang menyebabkan manusia berhubungan dengan
agama untuk mencari jati dirinya.

Tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada Allah dan
menjadi khalifah fil ardi.

Agama memiliki tujuan untuk menjadikan manusia melakasankan segala
peran yang diperintahkan Allah. Sehingga agama mengatur segala sendi
kehidupan manusia dan dapat dikatakan agama merupakan pengatur manusia
untuk menjalankan perannya di muka bumi.

B. Saran
Perlu dilakukan telaah lebih lanjut mengenai hubungan manusia dengan
agama baik secara aqli maupun naqli.

15

DAFTAR FUSTAKA
Jalaludin. 2003.Psikologi Agama,Jakarta : Pt. Raja Grafindo Persada
Anshari, M. Hafi. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Jiwa Agama. Surabaya: Usaha
Nasional.
Darajat, Zakiah. 1996. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Raharjo. 2002. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Jalaludin Dan Ramayulis,Pengantar Ilmu Jiwa Agama,Jakarta: Kalam Mulia,1993

16