TM LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM N

LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI UMUM
NUTRISI DAN MEDIA

NAMA
NIM
KELOMPOK
KELAS
ASISTEN

ANNISA MEYLANA I
165100107111041
QE-6
D

`
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017


Tanggal Praktikum

Jum’at, 24 Maret 2017

Praktikum 2.1

Nama

Annisa Meylana I

NIM

165100107111041

Kelas

D

Kelompo

k

QE-6

NUTRISI DAN MEDIA

PRELAB

1.

Sebut dan jelaskan syarat-syarat media pertumbuhan bagi mikroorganisme!
Dalam membuat suatu media untuk mikroorganisme, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan seperti nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme yang akan kita
kulturkan. Media pertumbuhan sering disebut sebagai medium. Medium digunakan untuk
menumbuhkan mikroorganisme serta memperbanyak dan pengujian sifat fisiologi dari
mikroorganisme yang ada di medium. Dalam menumbuhkan mikroorganisme, harus
memperhatikan beberapa hal (Engelkrik, 2011) :
 Medium harus mengandung nutrisi tertentu sesuai kebutuhan mikroorganisme.
 Medium harus steril agar tidak ada kontaminan.
 Medium harus memiliki tekanan osmosi, tegangan permukaan, pH yang sesuai

dengan kebutuhan mikroorganisme.
 Medium tidak mengandung zat zat yang dapt menghambat pertumbuhan atau hidup
mikroorganisme.
Dalam membuat suatu medium juga harus memperhatikan komponen komponen tertentu
dalam mikroorganisme (Maier, 2009) :
 Suhu/Temperatur
Suhu memperngaruhi hidup mikroorganisme, bisa memperlambat atau
mempercepat pertumbuhan mikroorganisme. Suhu dibagi menjadi 3, yaitu suhu
minimum yang merupakan suhu yang akan menghentikan pertumbuhan
mikroorgagisme. Suhu optimum merupakan suhu yang sesuai untuk pertumbuhan
mikroorganisme di biakkan. Sedangkan suhu maksimum merupakan suhu untuk
menghancurkan mikroorganisme atau bakteri.
 Suplai energi
Suplai energi merupakan nutrisi yang dimasukkan kedalam media pertumbuhan
bakteri. Suplai energi sangat penting bagi mikroba karena nutrisi spesifik sangat
baik bagi jenis mikroba yang akan dikulturkan. Contoh nutrisi yang dibutuhkan
mikroba antara lain: karbon, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, dll.
 pH derajat keasaman atau kebasaan
Setiap mikroba memiliki pH tertentu, biasanya berkisar 7,0-8,0 untuk


Nama

Annisa Meylana I

NIM

165100107111041

Kelas

D

Kelompo
k

QE-6

mikroorganisme pada umumnya yang tidak memiliki sifat asidofilik atau alkaifik.
 Ketersediaan oksigen
Baerbagai macam jenis bakteri, ada yang aerob membutuhkan oksigen, anaerob

tidak membutuhkan oksigen, anaerob fakultatif dapat tumbuh baik pada kondisi
aerob maupun anaerob.
2.

Jelaskan perbedaan media berdasarkan konsistensinya!
Menurut konsistensinya, media pertumbuhan dibedakan menjadi tiga macam media
pertumbuham, antara lain :
a. Media cair (Liquid medium)
Suatu media pertumbuhan mikroorganisme yang berwujud cair.
b. Media padat (Solid medium)
Suatu media pertumbuhan yang berwujud padat karena mengandung bahan
pembentuk gel atau berbentuk agar – agar. Media padat ini umunya mengandung
1,5% - 1,8% agar – agar. Media ini dapat dibentuk sebagai media agar tegak atau
media agar miring sesuai dengan keperluan.
c. Media padat yang dapat dicairkan (Semi solid medium)
Suatu media pertumbuhan yang dalam dingin berbentuk padat, namun jika
dipanasi maka akan berubah bentuk menjadi cair. Media ini mengandung 1%
agar - agar.
(Waluyo, 2008).


3.

Apa yang dimaksud dengan media diferensial? Berikan pula contohnya!
Media diferensial merupakan suatu media pertumbuhan mikroorganisme yang
diberikan reagen atau zat kimia tertentu yang menyebabkan terbentuknya suatu
mikroorganisme atau terjadinya perubahan tertentu sehingga dapat digunakan untuk
membedakan bakteri himolitik dan bakteri non himolitik atau dapat membedakan bakteri
– bakteri yang memiliki hubungan keterkaitan yang erat. Adapaun contoh dari media
diferensial seperti, Eosin Methylene Blue Agar (EMBA), Mannitol Salt Agar, dan

Nama

Annisa Meylana I

NIM

165100107111041

Kelas


D

Kelompo
k

QE-6

MacConkey’s Agar (Johnson, 2007).
4.

Apa perbedaan antara media sintetik (chemically defined) dengan media non
sintetik (complex)?
Pada medium sintetik yang dapat disebut (chemically defined) merupakan medium
yang sudah diketahui secara pasti komponen kimia dalam medium tersebut sehingga
mengetahui apa yang terjadi pada mikroorganisme tertentu apabila dikulturkan dalam
media tersebut. Contoh glukos agar dan ManConkey. Isi dari media sintetik adalah garam
anorganik seperti asam lemak, asam amino, alkohol (Yuwono, 2007) .
Media non sintetik merupakan media yang belum diketahui komposisinya secara
pasti. Medium ini berasal dari bahan bahan alami seperti jus tomat, ekstak pankreas,
ataupun ekstrak organ. Maka dari itu medium non sintetik biasanya hanya digunakan

untuk membiakkan kultur dan digunakan untuk menentukan taksonomi dari mikroba
(Abdurahman, 2008) .

5.

Jelaskan tahapan pembuatan 250 ml media racik yang terdiri atas pepton 1% (b/v),
ekstrak
khamir 0,5% (b/v) dan NaCl 1%, agar 1,5% (b/v)?
Pertama tama dalam membuat suatu media berdasarkan komposisi yang sudah diketahui
adalah, menghitung jumlah massa yang dibutuhkan setiap komposisi dengan
memasukkan kedalam rumus %(b/v) (Ansel, 2006) :
Massa Khamir yang diperlukan:
Massa Pepton yang diperlukan:
b
b
%(b/v) =
x 100
%(b/v) =
x 100
v

v
b
b
0,0005 =
x 100
0,01 =
x 100
250
250
b
= 1,25 gram
b
= 2,5 gram
Massa NaCl yang diperlukan:

Massa Agar yang diperlukan:

b
x 100
v

b
=
x 100
250
= 2,5 gram

%(b/v) =
0,01
b

Nama

Annisa Meylana I

NIM

165100107111041

Kelas


D

Kelompo
k

QE-6

%(b/v) =

b
v

x 100

b
250
= 3,75 gram
0,015 =

b

x 100

Setelah diketahui berapa massa yang dibutuhkan tiap komponen, timbang keempat
komponen dengan massa yang sudah ditentukan berdasar rumus dan masukkan ke
erlenmeyer. Setelah itu cairkan di erlenmeyer hingga memiliki volume 250 ml.
Kemudian tutuplah erlenmeyer menggunakan kapas dan masukkan kedalam autoklaf
selama 15 menit dan suhu 121˚C , tujuan memasukkan kedalam autoklaf adalah untuk
mensterilkan kembali media yang akan digunakan (Vasanthakumari, 2009).

6.

Bagaimana cara membuat 150 ml media PCA? Jelaskan pula komposisi media
tersebut!
Pembuatannya adalah dengan menimbang PCA sebanyak 3,525 gram. Dicampur dengan
aquades dan di homogenkan. Lalu, dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan di tambah
aquades hingga volumenya 150 ml. Kemudian dipanaskan di atas hot plate. Selanjutnya,
menutup erlenmeyer menggunakan kapas dan kertas payung serta diikat dengan karet.
Terakhir, masukkan ke dalan autoklaf untuk di sterilisasi pada suhu 121˚C selama 15
menit. Komposisi PCA terdiri dari casein, yeast extract, dextrose, dan agar. Kasein yang
ada di dalam PCA adalah casein enzym ic hidrolisate yang berguna untuk menyediakan
asam amino dan nitrogen kompleks. Sedangkan ekstrak dari khamir berguna untuk
menyuplai vitamin B kompleks yang baik untuk pertumbuhan kultur pada media ini
(Silvia, 2012).
DIAGRAM ALIR

1. Pembuatan Media Agar
Bahan media

Nama

Annisa Meylana I

NIM

165100107111041

Kelas

D

Kelompo
k

QE-6

Dihitung berat sesuai kebutuhan
Dipotong Kertas aluminium foil dan diletakkan diatas timbangan
Dikalibrasi

Diambil media secukupnya
Diletakkan di atas aluminium foil
Ditimbang
Aquades
Dilarutkan dalam tabung erlenmeyer
Diukur pH media
Dipanaskan sampai mendidih
Disumbat dengan kapas
Disterilisasi pada suhu 121ºC
Dituang kedalam cawan petri steril
Diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam
Hasil

Nama

Annisa Meylana I

NIM

165100107111041

Kelas

D

Kelompo
k

QE-6

2. Pembuatan Media Broth
Bahan media

Dihitung berat sesuai kebutuhan
Dipotong Kertas aluminium foil dan diletakkan diatas timbangan
Dikalibrasi

Diambil media secukupnya
Diletakkan di atas aluminium foil
Ditimbang
Aquades
Dilarutkan dalam tabung erlenmeyer
Diukur pH media
Dipanaskan sampai mendidih

Diambil secukupnya ke tabung reaksi

Disumbat dengan kapas

Disterilisasi pada suhu 121ºC

Nama

Annisa Meylana I

NIM

165100107111041

Kelas

D

Kelompo
k

QE-6

Diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam

Hasil

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Noor. 2008. Identifikasi Morfologi Bakteri dan Jamur. Jakarta: Erlangga
Ansel, Balley. 2009. Diagnosal Microbiology. New York: Houston Elsiever
Engelkrik, Paul G. 2011. Burton’s Microbiology for The Heatlh Sciences. Philadelphia:
Lippincott Williams & Willkins
Johnson, Thomas. 2007. Microbiology: A Centenary Prespective. London: Elsiever
Maier, Debbie. 2009. Fundamental of Infection Prevention and Control. London: John Wiley
& Sons, Ltd
Silvia, Nuraini. 2012. Nutrisi Mikroorganisme Dalam Media. Jakarta: Pustaka Ajar
Vasanthakumari, Khopka. 2009. Basic Concepts of Analytical Chemistry. New Delhi: New
Age International
Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang
Yuwono, Zaraswadi. 2007. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga

DATA HASIL PENGAMATAN

1. Gambarkan hasil pengamatan anda !

Nama Media : EMBA

Nama Media : NA

Metode Pembuatan : Jadi

Metode Pembuatan : Racik

pH : 7,7

pH : 7,2

Perhitungan : Faktor konversi =

36 gram/L =

b
0,02 L

b
v



Perhitungan : NB

NB =


20 ml
1000 ml

x 8 gram= 0,16 gram

Agar

Agar =

10 ml
1000 ml

x 15 gram= 0,3 gram

Nama Media : Pepton
Metode Pembuatan : Jadi
pH : 8,8

ANALISA
Preparasi PROSEDUR

10 ml
×1 gram=0,01 gram
ml
a. Media1000
EMBA
Sebelum melangsungkan proses preparasi media EMBA, alat dan bahan harus
dipersiapkan terlebih dahulu. Alat yang digunakan pada tahap preparasi adalah
alumunium foil dan timbangan analitik. sementara, bahan yang digunakan adalah
EMBA(Eusin Methyl Blue Agar) yang merupakan media jadi. Setelah alat dan bahan

Perhitungan :

yang dibutuhkan telah siap, selanjutnya dihitung massa yang dibutuhkan dari bubuk
media dengan rumus sebagai berikut:
b=

20 ml x 36 = 0,72 gram
1000 ml

Sebelum menyiapkan media pada proses preparasi, glassware seperti cawan
petri yang akan digunakan pada pembuatan media harus disterilkan terlebih dahulu.
Setelah massa bubuk media yang akan digunakan diketahui, langkah selanjutnya
adalah memotong alumunium foil berbentuk persegi. Kemudian, bubuk media
ditimbang menggunakan timbangan analitik sesuai dengan perhitungan massa atau
berat yang telah dilakukan sebelumnya. Sebelum melakukan peenimbangan,
timbangan harus dibersihkan terlebih dahulu agar terbebas dari debu dan kotoran agar
proses penimbangan tidak terganggu sehingga penimbangan lebih akurat. Langkah
berikutnya adalah mengkalibrasi timbangan analitik yang akan digunakan. Kalibrasi
bertujuan untuk memastikan keakuratan timbangan. Langkah awal kalibrasi adalah
meletakkan alumunium foil di atas timbangan. Ditunggu beberapa saat hingga
penimbangan sudah berjalan stabil (yang ditandai dengan angka yang ditunjukkan
timbangan sudah tidak berubah-ubah). Kemudian tombol “Cal” (kalibrasi) ditekan.
Setelah timbangan analitik menunjukkan angka nol, bubuk media diletakkan sedikit
demi sedikit ke atas alumunium foil tersebut. Apabila massa yang dibutuhkan sudah
tercapai, bubuk media diambil dengan spatula dan dibungkus dengan melipat-lipat
alumunium foil dengan rapat. Kemudian, kertas alumunium diberi label sesuai nama
media yang terdapat di dalamnya.
b. Media NA (Nutrien Agar)
Pada preparasi media NA, langkah adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat
yang digunakan pada preparasi ini antara lain spatula, aluminium foil dan timbangan
analitik. Bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan media ini adalah NB dan agar.
Setelah alat dan bahan telah siap, kemudian dihitung massa yang dibutuhkan dari
masing-masing bubuk media dengan rumus sebagai berikut:

Volume media yang dibuat adalah 20 ml, sehingga perhitungannya adalah:


NB
NB =



20 ml
1000 ml

x 8 gram= 0,16 gram

Agar
Agar =

10 ml
1000 ml

x 15 gram= 0,3 gram

Setelah massa bubuk media yang akan digunakan diketahui, langkah
selanjutnya adalah memotong alumunium foil berbentuk persegi. Kemudian kedua
bahan tersebut ditimbang menggunakan timbangan analitik secara bergantian sesuai
dengan perhitungan massa atau berat yang telah dilakukan sebelumnya. Sebelum
melakukan penimbangan, timbangan harus dibersihkan terlebih dahulu agar terbebas
dari debu dan kotoran agar proses penimbangan tidak terganggu sehingga
penimbangan lebih akurat. Langkah berikutnya adalah mengkalibrasi timbangan
analitik yang akan digunakan. Kalibrasi bertujuan untuk memastikan keakuratan
timbangan. Langkah awal kalibrasi adalah meletakkan alumunium foil di atas
timbangan. Ditunggu beberapa saat hingga penimbangan sudah berjalan stabil (yang
ditandai dengan angka yang ditunjukkan timbangan sudah tidak berubah-ubah).
Kemudian tombol “Cal” (kalibrasi) ditekan. Setelah timbangan analitik menunjukkan
angka nol, bubuk media diletakkan sedikit demi sedikit ke atas alumunium foil
tersebut. Apabila massa yang dibutuhkan sudah tercapai, bubuk media diambil dengan
spatula dan dibungkus dengan melipat-lipat alumunium foil dengan rapat. Kemudian,
kertas alumunium diberi label sesuai nama media yang terdapat di dalamnya.
1. Kalibrasi pH meter
Untuk mengkalibrasi pH meter digital, siapkan pH meter dan larutan yang
digunakan untuk kalibrasi dengan pH buffer 7 dan 4. Pertama tama semprotksn
aquades ke pH meter, lalu lap dengan tisu satu arah. Pada bagian ujung atau probe
semprotkan aquades dan lap ujung dan dalam probe secara perlahan karena itu bagian
sensitif. Setelah dibersihkan masukkan pH meter ke dalam larutan dengan pH 7 atau
netral, setelah itu tekan CAL maka pH meter akan di kalibrasi dan apabila display
pada pH meter menunjukkan angka angka sedemikian rupa, ditunggu sampai stabil
dan berhenti hingga menunjukkan 7.
Sebelum dilakukan pengukuran pada larutan yang memiliki pH 4, bersihkan
dahulu pH meter tersebut dengan aquades. Setelah dibersihkan, masukkan pH meter
ke dalam larutan yang memiliki pH 4, apabila display pH meter menunjukkan angka 4
sesuai dengan larutan tersebut, maka kalibrasi pH sudah dilakukan.Setelah itu pH
meter dimasukan ke dalam larutan KCI. Larutan KCI berfungsi sebagai menstabilkan
ion-ion yang ada diujung pH meter
2. Proses Pembuatan Media EMBA
Sebelum melakukan proses pembuatan media, harus dilakukan aseptis diri dan
lingkungan terlebih dahulu menggunakan alkohol 70% untuk mencegah adanya
kontaminan.
Dalam proses pembuatan media EMBA, preparasi harus dilakukan terlebih
dahulu. Pada preparasi media EMBA, bahan yang diperlukan harus dihitung terlebih
dahulu kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik yang telah dikalibrasi
terlebih dahulu.
Tahap pertama dalam proses pembuatan media EMBA ialah mempersiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan. Bahan yang digunakan ialah bubuk media
EMBA (yang telah disiapkan dalam proses preparasi), akuades, dan alkohol 70%.
Sementara itu, alat yang digunakan ialah autoklaf, pH meter, kompor listrik, labu
Erlenmeyer, pengaduk kaca, cawan petri, kapas, kertas payung, dan karet. Media
EMBA digunakan sebagai bahan dasar pembuatan media EMBA. Akuades digunakan

untuk melarutkan bubuk media EMBA. Alkohol 70% digunakan dalam aseptis diri dan
lingkungan dengan menyemprotkannya terlebih dahulu pada meja kerja dan
mengelapnya dengan tisu secara searah serta digunakan untuk aseptis diri dengan cara
menyemprotkannya pada telapak tangan lalu mengusapkannya pada bagian
permuakaan tangan secara menyeluruh. Autoklaf digunakan dalam proses sterilisasi
cawan petri dan tabung Erlenmeyer. pH meter berfungsi sebagai pengukur pH media.
Kompor listrik dipakai dalam proses pemanasan. Tabung Erlenmeyer dan cawan petri
digunakan sebagai wadah media EMBA. Pengaduk kaca berfungsi untuk
menghomogenkan larutan. Kapas digunakan untuk menyumbat mulut tabung
Erlenmeyer. Sementara kertas payung dan karet digunakan untuk mengikat mulut
tabung Erlenmeyer dan cawan petri.
Tahap kedua ialah memasukkan bubuk media EMBA 0,72 gram ke dalam
tabung Erlenmeyer secara perlahan. Setelah itu, ditambahkan 20 ml akuades ke
dalamnya menggunakan pipet ukur dan bulb. Setelah itu, masukkan sampel di dalam
pipet ke dalam tabung reaksi berisi media EMBA. Lalu, dihomogenkan dengan
mengaduknya secara merata menggunakan pengaduk kaca. Tahap selanjutnya yaitu
memanaskan tabung erlnemeyer berisi cairan media EMBA di atas kompor listrik.
Saat dipanaskan, media sambil diaduk-aduk agar tidak terbentuk endapan. Jika telah
mendidih, tabung Erlenmeyer diangkat dan dimasukkan ke dalam baskom berisi air
dingin. Fungsi dari pendinginan ialah agar pada saat dilakukan pengukuran pH media
menggunakan pH meter, probe pada pH meter tidak mengalami kerusakan karena
panas. Selanjutnya, setelah media sudah tidak terlalu panas, pH media diukur
menggunakan pH meter. Catat pH yang tertera pada alat. Kemudian, mulut tabung
Erlenmeyer ditutup menggunakan sumbat kapas. Setelah disumbat dengan kapas,
mulut tabung erlenmeyer dibungkus dengan kertas payung dan diikat dengan karet
dimana bagian permukaan licin kertas payung berada di sisi luar, hal ini bertujuan agar
pada saat sterilisasi, air tidak terserap masuk. Tahap selanjutnya ialah mensterilisasi
tabung erlenmeyer yang telah berisi media EMBA dengan cara membungkusnya
menggunakan plastic PE, udara dalam plastic PE dkeluarkan terlebih dahulu lalu diikat
dengan. Kemudian tabung Erlenmeyer berisi media EMBA dimasukkan ke dalam
autoklaf. Sterilisasi dengan autoklaf dengan suhu 121 0C dan tekanan 1 atm selam 15
menit. Sterilisasi bertujuan untuk mematikan mikroba yang terdapat pada tabung
Erlenmeyer hingga media steril dari mikroba. Setelah melalui proses sterilisasi, media
EMBA dalam tabung Erlenmeyer kemudian dituangkan ke dalam cawan petri yang
sebelumnya juga telah disterilisasi menggunakan autoklaf pada proses/tahap preparasi.
Sebelum melakukan penuangan, praktikan harus melakukan aseptis diri dan
lingkungan dengan cara menyemprotkan alkohol ke pergelangan tangan dan
meratakannya sampai punggung tangan (seluruh permukaan tangan) serta dengan
menyemprotkan alkohol ke meja kerja dan dilap dengan tisu secara searah. Ketika
media EMBA akan dituangkan ke dalam cawan petri, satu tangan memegang tabung
erlenmeyer dan memanaskan mulut erlenmeyer di api bunsen, sementara satu tangan
yang lain memegang cawan petri sambil diputar-putar di dekat api bunsen. Pastikan
kapas tidak diletakkan di meja saat dilepas dari mulut erlenmeyer tetapi diselipkan di
antara jari-jari tangan agar tidak terkontaminasi. Setelah seluruh bagian mulut tabung
Erlenmeyer dan pinggir cawan petri terkena panas secara meneyeluruh, cawan petri
dibuka dengan jari dan larutan media EMBA dituangkan dari tabung erlenmeyer ke

cawan petri dengan cepat. Dalam melakukan penuangan tersebut, peralatan harus
dipastikan tetap berada di dekat api untuk mencegah terjadinya kontaminasi. Setelah
larutan tertuang ke dalam cawan petri, cawan petri ditutup, namun masih diberi sedikit
ruang terbuka hingga larutan di dalam cawan petri tersebut tidak panas (mendingin).
Setelah berubah menjadi gel, langkah selanjutnya ialah membungkus cawan petri
menggunakan kertas payung dan karet dengan cara dan metode yang sama ketika saat
cawan petri akan disterilisasi. Apabila cawan petri telah selesai dibungkus, cawan petri
diberi label berdasarkan nama kelompok praktikan. Tahap terakhir ialah memasukkan
cawan petri berisi larutan EMBA di dalam laf selama 24 jam. Kemudian diamati dan
dicatat perubahannya.
3. Proses Pembuatan Media NA (Nutrien Agar)
Dalam membuat media racik NA pertama tama siapkan alat bahan yang akan
digunakan. Bahan yang digunakan adalah NB dan Agar, serta aquades 20 ml.
Mengukur bahan yang sesuai keinginan kita dengan rumus (b/v) % caranya
20 ml
×8 gram=0,16 gram untuk NB.
1000 ml
20 ml
×15 gram=0,3 gram untuk agar , dan aquades
(b/v) % caranya
1000 ml
untuk pengenceran . Alat yang digunakan adalah kertas payung, kapas, karet,
erlenmeyer, pengaduk kaca, pipet ukur 10 ml, bulp, gelas beaker, pH meter dan
penanggas air, cawan petri. Pipet ukur 10 ml digunakan untuk memindahkan aquades
kedalam erlenmeyer. Erlenmeyer digunakan untuk melarutkan. Bulp untuk
memindahkan aquades. Penangas air digunakan untuk memanaskan larutan agar
homogem. Pengaduk kaca digunakan untuk mengaduk larutan agar homogen dan larut
dengan rata.
Setelah alat dan bahan disipakan perlakuan pertama dalam membuat media NA
adalah memasukkan bahan dengan aquades secara bersamaan kedalam labu
erlenmeyer, pemasukkan bahan NA dilakukan oleh 2 kelompok dimana akan ada
penambahan 20 ml jadi aquades yang dibutuhkan adalah 40 ml. Seluruh kelompok
sudah memasukkan media bersama aquades ke erlenmeyr. Cara memasukkan bahan
dengan menyiramkan bahan dengan aquades secara bertahap dan pelan pelan, hal ini
bertujuan agar tidak ada bahan media didalam alumunium foil yang tertinggal
sehingga perbandingan media yang akan dibuat sesuai dengan yang sudah
diperhitungkan.
Setelah itu, letakkan erlenmeyer di pemanas air dengan tujuan pemanasan
bahan serta pelarutan bahan. Selama dilarutkan dan dipanaskan, aduk media dengan
pengaduk kaca sehingga media bener benar terhomogenisasi dan tercampur dengan
sempurna. Pengadukan kira kira sampai mendidih, media yang aduk di atas penanggas
air berarti termasuk media yang tahan terhadap panas.
Setelah media NA dalam erlenmeyer mendidih, angkat media dan dinginkan
sejenak di waterbath, hal ini guna untuk mendingunkan erlenmeyer yang akan
diletakkan di pH meter dan dikalibrasi. Media NA dikalibrasi dan diukur pH . Setelah
itu media disumbat dengan kapas, sampai terdengar bulp menandakan penyumbatan
benar. Setelah itu bungkus dengan kertas payung agar media tidak terkontaminasi dan

dikaret. Cawan petri juga dibungkus dengan kertas payung dan diberi karet karena
media dan tempat media akan di sterilisasi. Setalh semua sudah dibungkus masukan ke
dalam plastik PE.
Setelah itu masukkan kedalam keranjang autoklaf dengan suhu 121º C selama
15 menit. Setelah dilakukan proses sterilisasi, akan dilakukan proses penuangan media
ke dalam cawan petri yang menggunkana bunsen sebagai seumber panas untuk
mencegah masuknya mikroorganisme diudara saat penuangan. Saat melakukan
penuangan harus aseptis diri terlebih dahulu, aseptis cawan petri dengan melakukan
pemanasan dengan memutar cawan petri dan mengenakan mulut cawan petri
kesumber panans dari bunsen. Setelah asptis dilakukan buka tutup cawan petri, dan
tuang media NA ke cawan petri dan aseptis cawan petri kembali. Setelah itu bungkus
media kembali menggunakan ketas payung dan karet. Setelah itu media siap disimpan
kedalam ruang laf, diamati 1x24 jam .
4. Proses Pembuatan Media Pepton (kelompok QE5)
Sebelum melakukan pembuatan larutan pengencer, persiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan. Langkah-langkah serta alat dan bahan pembuatan media jadi
hampir sama dengan pembuatan media racik, yang membedakan hanya pada wadah
yang digunakan untuk menaruh media. Alat-alat yang digunakan antara lain tabung
reaksi, erlenmeyer, pengaduk kaca, kompor listrik, pipet ukur, bulb, dan pH meter.
Tabung reaksi digunakan sebagai wadah pembuatan larutan. Erlenmeyer digunakan
sebagai wadah larutan saat dipanaskan. Pengaduk kaca digunakan untuk
menghomogenkan bubuk media dengan aquades. Kompor listrik digunakan sebagai
sumber panas. Pipet ukur dan bulb digunakan untuk mengambil aquades dengan
volume tertentu.
Bahan yang digunakan dalam percobaan antara lain bubuk media, kertas
payung dan karet. Bubuk media digunakan sebagai bahan utama larutan. Kertas
payung digunakan sebagai pembungkus tabung reaksi saat disterilkan. Karet
digunakan untuk mengikat tabung reaksi dengan kertas bungkus.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu mengambil bubuk media yang telah
disiapkan saat proses preparasi. Buka kertas alumunium yang di dalamnya berisi
bubuk media kemudian masukkan bubuk media ke dalam erlenmeyer. Selanjutnya,
larutkan bubuk media dengan menambahkan 10 ml aquades yang diambil
menggunakan pipet ukur dan bulb. Aduk menggunakan pengaduk kaca hingga
terbentuk larutan yang homogen.
Setelah tercapai homogen, ukur pH larutan menggunakan pH meter yang telah
dikalibrasi. Masukkan larutan ke tutup pH meter diikuti elektrode sebagai pengukur
pH. Tunggu hingga angka stabil kemudian catat hasil pengukuran pH. Selanjutnya,
panaskan larutan di atas kompor listrik hingga mendidih sambil diaduk menggunakan
pengaduk kaca. Larutan yang telah mendidih kemudian diangkat dan didiamkan
hingga tidak terlalu panas. Masukkan larutan ke dalam tabung reaksi menggunakan
pipet ukur dan bulb. Langkah berikutnya yaitu menyumbat mulut tabung dengan kapas
kemudian membungkusnya menggunakan kertas payung dan diikat menggunakan
karet. Sterilisasi tabung reaksi pada suhu 121°C selama 15 menit. Setelah proses
sterilisasi, beri nama kelompok dan nama media pada label yang ditempelkan pada

bungkus cawan petri tersebut kemudian simpan cawan petri tersebut di inkubator
selama 24 jam.

ANALISA HASIL

1. Media EMBA
Media EMBA (Eosin Methyl Blue Agar) merupakan media yang berfungsi untuk
memilah mikroba yang memfermentasikan laktosa. Adanya eosin dan methylene blue
membantu mempertajam perbedaan mikroba yang dapat memfermentasikan laktosa. Pada
umumnya, media EMBA memiliki kisaran pH 7,2 (Machmud, 2008).
Pada percobaan pembuatan media ini, media EMBA memiliki warna ungu. Ketika
diukur menggunakan pH meter, didapatkan hasil pengukuran pH media EMBA sebesar
7,7. Setelah media EMBA pada cawan petri dimasukkan ke dalam laf selama 24 jam,
media EMBA terkontaminasi. Hal ini ditandai dengan kondisi media EMBA yang
berwarna ungu dan terdapat satu bintik di dalam media.
2. Media NA
Media NA (Nutrient Agar) merupakan media yang digunakan dalam pertumbuhan
total bakteri, biasanya dipakai untuk pengmatan karena koloni yang tumbuh pada media
ini terlihat jelas. Pada umumnya, pH yang dimiliki oleh media NA berkisar 7,0 (James,
2007).
Pada percobaan pembuatan media ini didapatkan nilai pH 7, 2. Setelah media di
masukkan ke dalam laf selama 24 jam. Hasilnya adalah kontam. Terbukti adanya bintik
putih di dalam media. Ini dikarenakan kurang sterilnya saat memasukkan media cair ke
dalam cawan petri sebelum menjadi padatan dan di masukkan ke dalam laf.
3. Media Pepton

Pepton merupakan media murni yang terdiri dari pepton yang dilarutkan dengan
aquades. Media ini digunakan untuk kulturisasi dan pemeliharaan bakteri Escherichia coli
(Machmud, 2008).
Pada percobaan, dihasilkan pepton dengan pH sebesar 8,8 dan berwarna putih
bening. Terdapat kesalahan pada saat pelarutan media pada percobaan kali ini. Volume
aquades yang dimasukkan yaitu 20 ml yang mana seharusnya 10 ml. Hal tersebut
menyebabkan media pepton cenderung encer.

PEMBAHASAN

1. Mengapa media mikroorganisme harus steril? Apa yang terjadi bila media
mikroorganisme tidak disterilisasi?
Bila penanaman spesimen dalam media, petri, ose, maupun media digunakan tidak
steril, maka sangat tidak mungkin untuk membedakan apakah kuman yang berhasil
diisolasi tersebut berasal dari penderita atau merupakan hasil kontaminasi dari alat-alat
atau media yang digunakan (Putranto, 2014).
Kontaminan adalah bercampurnya mikroorganisme yang ingin kita biakkan dengan
mikroba yang lain yang tidak ingin dibiakkan, hal ini dapat terjadi karena udara luar
mengadung mikroba ataupun tangan dari praktikan. Media menjadi tempat yang baik
untuk mikroorganisme hidup karena memiliki nutisi dengan proporsi yang dapat
memancing pertumbuhan bakteri. Sterilisasi dilakukan sebgai pemusnahan
mikroorganisme yang sudah mengkontaminasi terlebih dahulu saat pembuatan media.
Untuk mendapat jenis mikroba yang kita inginkan sebagai hasil praktikum dan sesuai
keinginan maka harus aseptis diri dan lingkungan juga sterilisasi media adar mendapat
hasil yang akurat dan di inginkan. Karena jika media tidak steril maka akan terjadi
kontaminasi dan mengganggu pertumbuhan mikroorganisme didalamnya. Sehingga akan
menurunkan kualitas hasil dari percobaan tersebut (Brooks, 2007)

2. Apakah semua jenis media harus disterilisasi dengan autoklaf? Beri contoh media yang
tidak disterilisasi dengan autoklaf! Jelaskan alasan anda!
Tentu saja tidak. Media memiliki karakteristik dan sifat-sifat tertentu, makan dari itu
tidak semua disterilisasi dengn menggunakan autoklaf. Beberapa jenis media yang tidak
tahan panas yang dihasilkan autoklaf yaitu 121ºC karena itu dapat merusak komposisi
mutrisi dari media tersebut. Sterilisasi yang digunakan kepada media tersebut dapat
dilakukan sterilisasi dengan memanaskan akuades yang akan dicampurkan dengan media
tersebut . contoh media tidak tahan panas EMBA,SSA, VRBA. EMBA dapat di sterilisasi
dengan autoklaf namun hall tersebut dilakukan apabila EMBA akan disimpan dahulu tidak
langsung di inokulasi (Suwardi, 2008).

3. Bagaimana cara memastikan bahwa media hasil sterilisasi tidak terkontaminasi oleh
mikroorganisme?
Cara mensterilkan media hasil sterilisasi tidak terkontaminasi adalah dapat dilakukan
dengan cara menunggu media tersebut selama 2-3 hari di dalam inkubator. Setelah tiga
hari disimpan maka bisa dilihat, media yang steril tidak akan ditumbuhi mikroba atau
jamur, sedangkan media yang terkontaminasi pasti ada mikroba atau jamur yang tumbuh
pada media tersebut.Hal ini dapat diketahui apabila pertumbuhan mikroba maka media
yang belum diberikan mikroorganisme yang ingin dibiakkan, sudah terkontaminan
terlebih dahulu sebelum diberikan mikroorganisme, kita tidak bisa secara langsung
menentukan bahwa media yang dituang tidak terkontaminasi, karena kontaminasi
diperoleh dari adanya mikroorganisme lain dalam media yang akan dipakai sedangkan
mikroorganisme memiliki ukuran yang tidak dapat dilihat mata maka dari itu dengan
bantuan mikroskop (Patil, 2008).

4. Jelaskan perbedaan media diperkaya, media selektif dan media diferensial! Sebutkan pula
contoh dan kegunaannya!
Media diperkaya (enriched media) merupakan media kompleks atau nutrient
lengkap antara lain penambahan darah, fungsi untuk memperbanyak dan mempersubr
mikroorganisme. Contohnya media HBI (Harti, 2015).
Media selektif (selective media) adalah media yang digunakan untuk
mengkulturkan suatu mikroorganisme tertentu untuk menghambat pertumbuhan
mikroorganimse lain. Media ini pada umunya mengandung zat kimia yang akan
mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diinginkan dalan suatu jenis
mikroba yang akan dikulturkan. Contoh dari media selektif adalah VRBA (Violet Red
Bile Agar) yang mengandung kristal violet yang akan menghentikan atau menghambat
pertumbuhan bakteri gram positif sehingga gram negatif dapat dikulturkan (Yuwono,
2007)
Media diferensial (Differensial medium) adalah media yang ditambahkan zat
kimia tertentu agar terjadi perubahan atau pertumbuhan mikroba sesuai dengan
senyawa kimia yang terkandung di dalamnya. Contoh dari media diferensial adalah
EMBA (Eosine Methylene Blue Agar) yang digunakan sebagai media yang digunakan
sebagai media yang dapat menentukan pertumbuhan bakteri yang memfermantasikan
laktosa seperti E.Coli dan yan tidak memfermentasikan laktosa. Dapat dilihat dari
bakteri memfermentasikan laktosa akan mempunyai warna gelap ditengah
mikroorganisme tersebut (Prayitno, 2007).

5. Mengapa pada prosedur pour plate, suhu media agar yang akan digunakan tidak boleh
melebihi 50oC? Jelaskan!
Teknik pour plate adalah teknik penanaman mikroorganisme dengan mencampurkan
inokulum sampel dengan medium pada yang masih berbentuk cair sehingga sel
bercampur rata ke media. Teknik ini dilakukan padu suhu kurang dari 50ºC , umunya
suhu 45-47ºC . hal ini agar sel sel mikroorganisme yang akan dicampurkan kedalam
media tidak rusak atau tidak mati. Dan agar bahan yang dicampur aquades cepat padat.
Selain itu karena yang digunakan glasswere maka harus aseptis dulu agar menghindari
heat shock (Harti, 2015).

6. Mengapa pada media APDA ditambahkan larutan asam tartarat konsentrasi 10%? Jelaskan
hubungannya dengan pertumbuhan mikroorganisme!
Pada medium APDA ditambahkanasam tartarat 10% untuk menimbulkan suasana
asam dari PDA yang sudah dibuat. PDA yang diberikan asam tartarat dengan APDA
sesuai dengan istilah acidified yaitu diasamkan. Tujuan diberi asam tartarat tersebut
adalah untuk mengoptimalkan pertumbuhan yheast / kamir dan kapang yang tumbuh
optimum pada oH rendah atau asam sekita 3,5-4. Karena jika mikroorganisme tidak hidup
di lingkungannya akan sulit tumbuh dengan optimal. Selain itu, pemberian asam tartarat
juga berfungsi untuk menghambat pertumbuhan mikroba lain (Suwardi, 2008)

7. Sebutkan macam-macam dan konsentrasi larutan pengencer yang saudara ketahui!
Sebutkan pula fungsi larutan pengencer tersebut!
Larutan pengencer memiliki beberapa jenis (Prayitno, 2007) :
 Larutan garam fisiologi
Larutan garam fisiologi digunakan untuk mengencerkan media yang akan
digunakan. Namun, beberapa sumber mengatakan larutan garam juga untuk
membunuh jenis jenis strain tertentu pada mikroba
 Pepton water 0,1%
Pepton water digunakan sebagai pengenceran saat ingin membuat media. Pepton
water diyakini juga dapat digunakan untuk Escherichia coli atau Spathylcoccus
aureus
Fungsi dari larutan pengenceran sendiri adalah sebagai pengencer untuk media agar
nutrisi yang dikandungnya didalamnya tidak terlalu banyak kadar. Supaya tidak terjadi
blomming atau banyak mikroorganisme yang tumbuh dan tidak mengganggu saat
menghitung di colony counter. Larutan pengencer berfungsi agar pada saat penghitungnan
mikroba , mikroba masih dapat dihitung dengan colony counter (Machmud, 2008)

8. Bagaimana mekanisme kerja senyawa kimia penghambat pertumbuhan mikroorganisme
yang terdapat pada media selektif ?
Pada media selektif, ditempatkan senyawa atau zat kimia tertentu yang akan
menghanbat pertumbuhan dari bakteri tertentu. Misalnya untuk menghambat bakteri
gram gram positif pada media VRBA terdapat kristal violet yang menyebabkan
suasana basa, sehingga membran sel pada gram positif tidak dapat mempertahankan
kondisi pada suasana basa, jadi pertumbuhannya terganggu. Selain itu, medium yang
mengandung thaliun asetat ataupun senyawa sam dapat menghambat pertumbuhan dari
bakteri gram negatif karena bakteri gram negatif mayoritas tidak dapat tumbuh di
suasana asam (Maftuchah, 2014).

9. Menurut saudara, apa perbedaan makronutrien dan mikronutrien mikroorganisme?
Sebutkan pula contoh dan peranannya!
Makronutrien adalah nutrisi yang diperlukan organisme dalam jumlah besar untuk
pertumbuhannya.Contoh dan peranan makronutrient adalah sebagai berikut : Zat besi/Fe
merupakan komponen sitokrom pada sistem respirasi. Potasium diguakan dalam sintesis
protein semua organisme. C (karbon) berikatan dengan O (oksigen) dan hidrogen
membentuk karbohidrat sebagai sumber energi. Protein sebagai zat yang membantu
pertumbuhan sel. Sulfur (S), membantu sintesis asam amino dan merupakan unsur
penyusun vitamin. Phosphor (P) digunakan untuk sintesis pada asam nukleat
phospholipida. Sulfur(S ) digunakan untuk sintesis asam amino yaitu sistein, methionine.
Magnesium (Mg) digunakan untuk stabilisasi membran, ribosom. Kalsium(Ca) digunakan
untuk stabilitas dinding sel Endospora terhadap panas. Sodium/Na digunakan untuk
pertumbuhan bakteri halofilik (Michael, 2007).

Mikronutient nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit dan hanya untuk
pelengkap saja. Contoh dan peranan mikronutrient adalah sebagai berikut :
Boron (B) berfungsi sebagai antibiotik poliketid. Manganase (Mn) sebagai aktifator
kebanyakan enzim.Cobalt (co) membantu proses ttranskarboksilase dan merupakan
penyusun vitamin B12 (Michael, 2007).

10. Jelaskan peranan media selektif untuk pertumbuhan mikroorganisme! Apa saja aplikasi
dari media selektif pada bidang pangan?
Media selektif (selective media) adalah media yang digunakan untuk mengkulturkan
suatu mikroorganisme tertentu untuk menghambat pertumbuhan mikroorganimse lain.
Media ini pada umunya mengandung zat kimia yang akan mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme yang tidak diinginkan dalan suatu jenis mikroba yang akan dikulturkan.
Media selektif digunakan untuk membedakan spesies bakteri tertentu berdasarkan
karakteristik yang tampak pada media. Contohnya adalah MSA (Mannitol Salt Agar)
media ini digunakan untuk mengidentifikasi Staphylococcus aureus . media ini memiliki
komposisi monitol dan indikator fenol red yang menjadikan media ini sebagai media
diferensial karena digunakan untuk membedakan bakteri Staphyloccus aureus dengan
bakteri yang lain. Staphyloccus aureus saat dikulturkan dalam media ini akan terbentuk
koloni berwarna kuning dan zona kuning hal ini karena Staphyloccus aureus dapat
memfermentasikan manitol menjadi asam sehingga fenol red yang terkandung dalam
media menjadi kuning (Anastasia, 2011)
Aplikasi pada bidang pangan adalah pada pengujian sampel makanan untuk menguji
mikroba perusak bahan pangan, bisa juga untuk fermentasi, fermentasi terdeteksi oleh
perubahan warna dan pengendapan pH pewarna seperti tetes. Dan juga fungsi dari media
selektif lainnya didunia pangan digunakan untuk pengecekan kualitas suatu pangan
apakah layak konsumsi atau tidak berdasarkan mikroorganisme yang terkandung di
dalamnya (Anastasia, 2011).
11.

Bagaimana seorang analis mikrobiologi menentukan tingkat pengenceran atau dilusi
suatu sampel dan pengenceran mana yang akan ditanam ke dalam media pada cawan?
Jelaskan!
Menentukan tingkat pengenceran dapat dilakukan menggunkan metode teknik TPC
(Total Plate Count). Penentuan tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah
mikroba dalam sampel. Contoh dengan jumlah mikroba yang akan diamati adalah
sebanyak 30 sampai 300 sel mikroba tiap mililiter. Maka, pengenceran yang dilakukan
dengan metode TPC (Total Plate Count) menggunakan perbandingan 1:10 karena
banyaknya sampel yang digunakan hanya 0,1 (Prayitno, 2007).

12. Pengujian total mikroorganisme pada produk keju dilakukan pada suhu 30oC selama 3
hari. Apakah suhu inkubasi tersebut sudah tepat? Mikroba tipe apa yang tidak terdeteksi
pada suhu tersebut? Jelaskan alasan anda!
Pengujian bakteri terhadap suatu produk, sudah baik dilakukan pada suhu 30ºC
namun alangkah baiknya apabila diberikan jangkauan suhu pengecekan mikroorganisme
patogen. Walaupun rata rata bakteri patogen pada produk makanan tumbuh optimum pada

suhu 30-35ºC ada beberapa bakteri patogen seperti Salmonella sp tumbuh optimum pada
suhu 35-37ºC, sehingga pada pengujian dalam suhu tersebut, masih kurang efektif untuk
medeteksi segala bakteri patogen pada makanan seperti keju. Cawan seharusnya
diinkubasi pada suhu ruang (30ºC) selama 3-5 hari dan siap dilihat morfologinya di
mikroskop dengan perbesaran 200x atau 400x . Bakteri yang tidak terdeteksi pada suhu
30ºC adalah Moraxella catarrhalis. Karena bakteri ini akan terdeteksi mulai suhu 37ºC
selama 24 jam (Patil, 2008).

KESIMPULAN
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari beberapa nutrisi yang dibutuhkan untuk
pengembangbiakkan suatu mikroorganisme. Media memiliki jenis jenisnya sesuai fungsi
yang akan digunakan dalam menggembangbiakkan bakteri. Ada 2 jenis media
berdasarkan pembuatannya yaitu media racik dan media jadi
Prinsip dalam membuat medai racik adalah pembuatan media dengan mencampurkan
beberapa jenis bahan sesuai dengan komposisi yang ada pada suatu panduan resep. Prinsip
media jadi adalah membuat suatu media dengan menggunakan bahan yang komposisinya
sudah diatur oleh perusahaan kimia tertentu.
Pembuatan media racik NA menggunakan komposisi yang sudah ditentukan
beberapa massa yang butuhkan dari masing masing bahan. NA memiliki komposisi
nutrient broth 0,16 gram dan nutrient agar 0,3 gram. Media NA yang dibuat tiap kelompok
adalah 20 ml. Hasil yang didapat media NA adalah memiliki pH 7,2 dan media ini
kontaminan..
Pembuatan media jadi EMBA, media ini tidak perlu di racik lagi karena sudah
komposisi dari perusahaan kimianya. EMBA yang dibutuhkan melalui perhitungan adalah
0,72 gram. Hasil pH yang di dapat media EMBA memiliki pH 7,7 dan media ini juga
terdapat kontaminan

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Anastasia, Raina. 2011. Enviromentals Microbiology second edition. Burlington: Elsevier
Brooks, Paul. 2011. Buton’s Microbiology for thr Health Sciences. Baltimore: Lippincott
Williams & Wilkins
Harti, Agnes. 2015. Mikrobiologi Kesehatan: Peran Mikrobiologi dalam Bidang Kesehatan.
Yogyakarta: ANDI
James, Daniel E. 2007. Microbiology a Laboratory Manual. San Fransisco: Pearson Ltd
Machmud, M. 2008. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba. Bogor: Pustaka Ajar
Maftuchah, A. 2014. Teknik Dasar Analisis Biologi Molekular. Sleman: Deepublish
Michael, Howard. 2007. Kalkulasi Farmasetik. Jakarta: EGC
Patil, Ulhas. 2008. Fundation in Microbiology fifth edition. Bengaluru: Nirali
Prayitno, Tribowo. 2007. Biologi molekular. Jakarta: Erlangga
Putranto, Rudi Hendro. 2014. Corynebacterium diphtheriae: Diagnosis Laboratorium
Bakteriologi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Suwardi, Deden. 2008. Biologi Pertanian dan Kesehatan. Bandung: Grafindo

Komponen Penilaian LKP :
Jenis Penilaian

Nilai
Maksimal
10
10
70
10
100

Diagram Alir
Data Hasil Pengamatan
Pembahasan laporan
Kesimpulan
TOTAL

Nilai yang
diperoleh

Kompetensi Mahasiswa dan Nilai Maksimal Tiap Kompetensi
No
Kompetensi
1.
Mampu menyebutkan beberapa jenis media
pertumbuhan mikroorganisme
2.
Mampu membedakan media racik dengan media jadi
3.
Mampu mebuat media racik
4.
Mampu membuat media jadi
5.
Mengetahui faktor konversi masing-masing media yang
dibuat
6.
Mampu menghitung dan menimbang kebutuhan media
pertumbuhan mikroorganisme
7.
Mampu membuat berbagai media mikoorganisme
dengan benar
8.
Mampu menganalisis kesesuaian antara jenis mikroba
dan media pertumbuhannya
9.
Mengetahui cara sterilisasi berbagai jenis media
10.
Mampu membedakan anatar media selektif dengan
media diferensial
TOTAL

Bisa

Tidak

100