Revolusi Industri dan lahirnya kapitalis
Nama
: Monika Dwiparaswani
NPM
: 1206339084
Mata kuliah : Diplomasi Eropa
Program Pasca Sarjana Kajian Wilayah Eropa Universitas Indonesia
CHAPTER III “ The Industrial Revolution and the Birth of Capitalism “
REVOLUSI INDUSTRI DAN LAHIRNYA SISTEM KAPITALISME
Industrialisasi di mulai di Inggris dengan dihentikannya import kapas yang
sebelumnya berasal dari India. Pemberhentiaan impor yang diberlakukan pada tahun
1967, ini dimaksudkan untuk melindungi produksi dalam negeri dan meningkatkan
kompetisi dalam negeri. Tentu saja hal ini mendorong pertumbuhan industri kapas dalam
negeri terutama ditemukannya mesin – mesin industri yang dapat menghasilkan kapas
dengan efisien. Keadaan pasar kapas pada saat itu juga sangatlah baik, adanya peningkatan
permintaan akan bahan kapas dikarenakan permintaan baju berbahan dasar kapas yang
tinggi. Baju berbahan kapas saat itu diminati segala kalangan karena mudah dibersihkan.
Melihat pesatnya pertumbuhan industry kapas tersebut membuat pemerintah
Inggris untuk mengekspansi bisnisnya ke beberapa negara lain seperti Amerika Serikat
yang baru saja merdeka saat itu. Amerika Serikat kaya akan bahan baku kapas dan
permintaan bahu berrbahan dasar kapas tinggi akan tetapi mereka tidak memiliki industry
yang tepat untuk mengolah bahan baku kapas tersebut. Maka diadakanlah kerja sama
antara Inggris dan Amerika Serikat mengenai kapas ini. Amerika Serikat akan mengirimkan
bahan metah kapas dari negaranya ke Inggris yang kemudian nanti akan diiolah di Inggris
menjadi pakaian siap jadi yang kemudian dikirimkan kembali ke Amerika Serikat untuk
dijual. Hal ini mendorong pertumbuhan perekonomian kedua negara.
Diantara semua penemuan pada revolusi industry, mesin upa adalah penemuan
terpenting. Pada 1711, Thomas Newcomen memiliki rancangan awal mesin uap akan tetapi
rancangan tersebut gagal. Lalu, rancangan tersebut di sempurnakan oleh James Watt pada
tahun 1763 sehingga mesi uap dapat digunakan untuk mengolah batu bara. Batu bara
kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan output dalam jumlah yang besar dengan
waktu yang efisien. Melihat dampak positif yang dimiliki mesin uap ini, maka timbullah
inovasi – inovasi lain pada berbagai alat berat industri contohnya adalah mesin tenaga air
dan mesin penggiling. Hal ini membuat kota Machester menjadi pusat perkembangan
industry di Inggris pada masa itu.
Pesatnya perkembangan industri diikuti pula dengan tingginya distribusi barang
dari suatu daerah ke daerah lain. Pendistribusian pada saat itu masih mengandalkan rel
kereta api. Dikarenakan permintaan jasa rel kereta api sangat besar maka dimulailah
pembangunan dan ekspansi rel kereta secara besar-besaran di tahun 1850. Pembangunan
dan ekspansi rel kereta ini tidak hanya berguna untuk transportasi tetapi juga sarana
penunjang perkembangan insdustri selanjutnya. Contohnya adalah pembangunan rel
kereta api ini membutuhkan material dan bahan baku seperti baja, besi dan batu bara yang
berarti meningkatnya industry baja dan besi.
Penemuan dan inovasi pada awalnya bertujuan untuk meningkatkan profit dan
efisiensi akan tetapi penemuan dan inovasi tersebut tidak pernah terpikirkan oleh para
ilmuwan. Menurut Adam Smith berdasarkan bukunya yang berjudul Wealth of Nation pada
tahun 1776 memaparkan bahwa terdapat sebuah hukum dimana jika produksi, pertukaran,
permintaan dan penawaran ditentukan oleh tiap individual maka keadaan ekonomi akan
terjamin dan maju.
Hal tersebut mendorong terciptanya pengusaha – pengusaha baru yang memiliki
modal dan percaya bahwa dapat membantu mereka untuk keluar dari system
merkantilisme. Pengusaha memiliki hak legal untuk pabrik mereka dimana saat itu
pemerintah hanya bertugas untuk menjaga stabilitas politik, melindungi hak – hak legal
pengusaha pabrik, penegakan hukum dan kepemilikan tanpa turut campur secara langsung
dalam regulasi perekeonomian (capitalism)
Revolusi industri tidak hanya berpengaruh pada bidang ekonomi saja tetapi juga
pada beberapa bidang antara lain lingkungan kerja, keluarga dan gaya hidup. Sebelum
adanya revolusi industri, masyarakat banyak yang tinggal di daerah pedesaan dan bekerja
di lading / sawah. Melihat daya tarik perkotaan yang maju pesat pada saat itu membuat
mereka berbondong – bondong untuk pindah ke kota untuk mendapatkan kehidupan yang
lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya 32 kota di Inggris dan Skotlandia yang
memiliki penduduk lebih dari 50 ribu jiwa. Urbanisasi ini tentu saja membuat kota tujuan
tidak siap dalam menyiapkan tempat tinggal yang layak karena pada awalnya kota – kota
tersebut dikembangkan hanya untuk kepentingan industri bukan pemukiman. Kota – kota
tersebut hanya memiliki sedikit perwakilan di parlemen yang menyebabkan kota- kota
tersebut memiliki kekurangan sarana dan prasarana perkotaan antara lain air, pengobatan,
keamanan, dan pengolahan sampah. Hal ini membuat mayarakat terutama kaum buruh /
pekerja hidup dalam garis bawah kesejahteraan.
Kesejahteraan buruh / pekerja pada saat itu sangatlah buruk. Param pengusaha
berlomba – lomba mengejar keuntungan dengan menenekan upah buruh, menambah julah
jam kerja hingga 14 jam sehari dengan waktu istirahat yang singkat. Pekerja diharuskan
bekerja dengan cepat dan upah yang minim. Minimnya upah yang diperoleh membuat
keluarga tidak terpenuhi kebutuhannya sehingga anak – anak dalam keluarga tersebut juga
harus ikut bekerja. Keadaan mereka yang memprihatinkan membuat beberapa pekerja
merasa senasib sepenanggungan dan sepakat untuk membentuk perserikatan buruh yang
pada saat itu masih illegal (baru dilegalkan thn 1838).
Frederich Engels, seorang pengusaha kapas di kota Manchester melihat kesenjangan
antara kaum pengusaha dengan kehidupan sosial kaum pekerja . buruh sangatlah besar.
Kaum buruh tinggal di tempat yang kumuh sedangkan pengusaha tinggal dalam
kemewahan. Lalu ia bersama dengan Karl Marx bertemu dengan para pemimpin Chartist
(pekerja) yang akhirnya menciptakan ‘The Communist Manifesto’ dengan slogan ‘Seluruh
Pekerja Bersatu’. Hal ini merupakan tonggak awal lahirnya komunis.
Bibliography
Mason, D. (2011). A Concise History of Modern Europe second edition Liberty, Equality,
Solidarity. New York : Rowman & Littlefield Publishers Inc.
: Monika Dwiparaswani
NPM
: 1206339084
Mata kuliah : Diplomasi Eropa
Program Pasca Sarjana Kajian Wilayah Eropa Universitas Indonesia
CHAPTER III “ The Industrial Revolution and the Birth of Capitalism “
REVOLUSI INDUSTRI DAN LAHIRNYA SISTEM KAPITALISME
Industrialisasi di mulai di Inggris dengan dihentikannya import kapas yang
sebelumnya berasal dari India. Pemberhentiaan impor yang diberlakukan pada tahun
1967, ini dimaksudkan untuk melindungi produksi dalam negeri dan meningkatkan
kompetisi dalam negeri. Tentu saja hal ini mendorong pertumbuhan industri kapas dalam
negeri terutama ditemukannya mesin – mesin industri yang dapat menghasilkan kapas
dengan efisien. Keadaan pasar kapas pada saat itu juga sangatlah baik, adanya peningkatan
permintaan akan bahan kapas dikarenakan permintaan baju berbahan dasar kapas yang
tinggi. Baju berbahan kapas saat itu diminati segala kalangan karena mudah dibersihkan.
Melihat pesatnya pertumbuhan industry kapas tersebut membuat pemerintah
Inggris untuk mengekspansi bisnisnya ke beberapa negara lain seperti Amerika Serikat
yang baru saja merdeka saat itu. Amerika Serikat kaya akan bahan baku kapas dan
permintaan bahu berrbahan dasar kapas tinggi akan tetapi mereka tidak memiliki industry
yang tepat untuk mengolah bahan baku kapas tersebut. Maka diadakanlah kerja sama
antara Inggris dan Amerika Serikat mengenai kapas ini. Amerika Serikat akan mengirimkan
bahan metah kapas dari negaranya ke Inggris yang kemudian nanti akan diiolah di Inggris
menjadi pakaian siap jadi yang kemudian dikirimkan kembali ke Amerika Serikat untuk
dijual. Hal ini mendorong pertumbuhan perekonomian kedua negara.
Diantara semua penemuan pada revolusi industry, mesin upa adalah penemuan
terpenting. Pada 1711, Thomas Newcomen memiliki rancangan awal mesin uap akan tetapi
rancangan tersebut gagal. Lalu, rancangan tersebut di sempurnakan oleh James Watt pada
tahun 1763 sehingga mesi uap dapat digunakan untuk mengolah batu bara. Batu bara
kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan output dalam jumlah yang besar dengan
waktu yang efisien. Melihat dampak positif yang dimiliki mesin uap ini, maka timbullah
inovasi – inovasi lain pada berbagai alat berat industri contohnya adalah mesin tenaga air
dan mesin penggiling. Hal ini membuat kota Machester menjadi pusat perkembangan
industry di Inggris pada masa itu.
Pesatnya perkembangan industri diikuti pula dengan tingginya distribusi barang
dari suatu daerah ke daerah lain. Pendistribusian pada saat itu masih mengandalkan rel
kereta api. Dikarenakan permintaan jasa rel kereta api sangat besar maka dimulailah
pembangunan dan ekspansi rel kereta secara besar-besaran di tahun 1850. Pembangunan
dan ekspansi rel kereta ini tidak hanya berguna untuk transportasi tetapi juga sarana
penunjang perkembangan insdustri selanjutnya. Contohnya adalah pembangunan rel
kereta api ini membutuhkan material dan bahan baku seperti baja, besi dan batu bara yang
berarti meningkatnya industry baja dan besi.
Penemuan dan inovasi pada awalnya bertujuan untuk meningkatkan profit dan
efisiensi akan tetapi penemuan dan inovasi tersebut tidak pernah terpikirkan oleh para
ilmuwan. Menurut Adam Smith berdasarkan bukunya yang berjudul Wealth of Nation pada
tahun 1776 memaparkan bahwa terdapat sebuah hukum dimana jika produksi, pertukaran,
permintaan dan penawaran ditentukan oleh tiap individual maka keadaan ekonomi akan
terjamin dan maju.
Hal tersebut mendorong terciptanya pengusaha – pengusaha baru yang memiliki
modal dan percaya bahwa dapat membantu mereka untuk keluar dari system
merkantilisme. Pengusaha memiliki hak legal untuk pabrik mereka dimana saat itu
pemerintah hanya bertugas untuk menjaga stabilitas politik, melindungi hak – hak legal
pengusaha pabrik, penegakan hukum dan kepemilikan tanpa turut campur secara langsung
dalam regulasi perekeonomian (capitalism)
Revolusi industri tidak hanya berpengaruh pada bidang ekonomi saja tetapi juga
pada beberapa bidang antara lain lingkungan kerja, keluarga dan gaya hidup. Sebelum
adanya revolusi industri, masyarakat banyak yang tinggal di daerah pedesaan dan bekerja
di lading / sawah. Melihat daya tarik perkotaan yang maju pesat pada saat itu membuat
mereka berbondong – bondong untuk pindah ke kota untuk mendapatkan kehidupan yang
lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya 32 kota di Inggris dan Skotlandia yang
memiliki penduduk lebih dari 50 ribu jiwa. Urbanisasi ini tentu saja membuat kota tujuan
tidak siap dalam menyiapkan tempat tinggal yang layak karena pada awalnya kota – kota
tersebut dikembangkan hanya untuk kepentingan industri bukan pemukiman. Kota – kota
tersebut hanya memiliki sedikit perwakilan di parlemen yang menyebabkan kota- kota
tersebut memiliki kekurangan sarana dan prasarana perkotaan antara lain air, pengobatan,
keamanan, dan pengolahan sampah. Hal ini membuat mayarakat terutama kaum buruh /
pekerja hidup dalam garis bawah kesejahteraan.
Kesejahteraan buruh / pekerja pada saat itu sangatlah buruk. Param pengusaha
berlomba – lomba mengejar keuntungan dengan menenekan upah buruh, menambah julah
jam kerja hingga 14 jam sehari dengan waktu istirahat yang singkat. Pekerja diharuskan
bekerja dengan cepat dan upah yang minim. Minimnya upah yang diperoleh membuat
keluarga tidak terpenuhi kebutuhannya sehingga anak – anak dalam keluarga tersebut juga
harus ikut bekerja. Keadaan mereka yang memprihatinkan membuat beberapa pekerja
merasa senasib sepenanggungan dan sepakat untuk membentuk perserikatan buruh yang
pada saat itu masih illegal (baru dilegalkan thn 1838).
Frederich Engels, seorang pengusaha kapas di kota Manchester melihat kesenjangan
antara kaum pengusaha dengan kehidupan sosial kaum pekerja . buruh sangatlah besar.
Kaum buruh tinggal di tempat yang kumuh sedangkan pengusaha tinggal dalam
kemewahan. Lalu ia bersama dengan Karl Marx bertemu dengan para pemimpin Chartist
(pekerja) yang akhirnya menciptakan ‘The Communist Manifesto’ dengan slogan ‘Seluruh
Pekerja Bersatu’. Hal ini merupakan tonggak awal lahirnya komunis.
Bibliography
Mason, D. (2011). A Concise History of Modern Europe second edition Liberty, Equality,
Solidarity. New York : Rowman & Littlefield Publishers Inc.