Manajemen dan Tata Kelola Resiko (1)

Kelompok 3
1.

Lia andriana melia

2.

Nur Widiyati Lukmana

3.

Faizatur rosikhoh

4.

Fandi Ahmad

Manajemen dan Tata Kelola Resiko
A. Pengertian Resiko
Secara awam, Resiko di pandang sebagai kemungkinan yang di hadapi yang dapat menyebabkan
terjadinnya kerugian yang tidak di perhitungkan. Selain itu juga resiko juga di pandang sebagai keberanian

untuk mengambil tindakan, yang dapat berakibat pada hasil yang tidak pasti, bisa lebih tinggi atau lebih
rendah dari yang di rencanakan.
Beberapa pandangan tersebut pada prinsipnya sudah sejalan dengan pengertian resiko. Namun supaya
tidak memusingkan. Kita tetapkan dulu definisi dari resiko, pertama, secara matematis. Risiko diartikan
sebagai perkalian antara probabilitas dan dampak. Pengertian resiko seperti itu sejalan dengan definisi yang
dibuat oleh ISO/IEC Guide 73, sebagai “kombinasi antara probabilitas sebuah peristiwa dengan
konsekuensinya”.
Risiko ditinjau dari mekanisme kejadiaanya mengandung empat komponen :
a. Adanya rencana
b. Adanya tujuan dan sasaran
c. Adanya potensi hasil yang menyimpang dari tujuan atau sasaran
d. Adanya kejadian yang tidak di rencanakan yang menjadi penyebab penyimpangan tersebut.
Dari berbagai penjelasan diatas maka dapat disimpulakan secara sederhana bahwa risiko adalah “potensi
penyimpangan dari sasaran sebagai akibat dari kejadian yang tidak direncanakan”
B. Tata Kelola Resiko
Tata kelola resiko adalah turunan darai tata kelola korporasi yng secara langsung memberi arah dan
pedoman penerapan manajemen risiko korporasi. Tujuan dari tata kelola resiko adalah untuk memastikan
bahwa manajemen risiko korporat berjalan dengan baik, praktik-praktiknya berkembang sesuai dengan
keadaan dan tuntunan.
a. Faktor faktor tata kelola resiko

Faktor-faktor ini dijadikan sebagai acuan, sekaligus indikator kualitas penerapan tata kelola resiko
korporat. Berikut ini 4 faktor utama dalam tata kelola resiko, yaitu :
1. Keterbukaan
Mengacu pada tuntutan agar setiap orang maupun unit terbuka kepada unit lainnya. Dengan adanya
keterbukaan ini diharapkan risiko-risiko yang dihadapi oleh korporasi akan teridentifikasi dengan
tuntas, bahkan dapat di evaluasi dengan baik.
2. Keterlibatan

Dalam faktor ini diharapkan pihak-pihak yang terekspos pada resiko untuk ambil bagian dalam
memberi informasi, merumuskan, dan persetujuan dalam pengambilan keputusan.
3. Independensi
Independensi berarti tindakan-tindakan dan pemikiran dalam rangka pengelolaan risiko harus netral,
bebas dari kepentingan diri sendiri, dan terhindar dari unsur subyektivitas.
4. Integrasi.
Berarti pengelolaan resiko harus dilakukan lintas kelompok risiko, lintas unit atau direktorat, dan
sekaligus mempertimbangkan fungsi manajemen lain.
b. Pilar-pilar tata kelola resiko
Ada lima pilar-pilar tata kelola resiko yang berhasil teridentifikasi, diantaranya adalah :
1.


Budaya resiko
Adalah kombinasi dari berbagai kecendrungan terkait dengan pola pikir, sistem nilai, kepercayaan,
yang dipegang dan dijalanakan bersama-sama dan menjadi keseharian dalam menghadapi dan
bertindak atau berperilaku terkait dengan risiko.

2.

Organisasi risiko.
Organisasi risiko yang baik mengandung ciri-ciri sebagai berikut:
a. Meningkatkan keyakinan bahwa prosedur manajemen risiko dapat berjalan dengan baik.
b. Mampu mendorong organisasi untuk mengambil risiko pada tingkat yang dapat ditoleransi oleh
korporat.
c. Adanya kejelasan pembagian peran yang mencakup pengawasan dan review, inisiatf kebijakn
dan strategi, pengambil keputusan, koordinasi, pengambilan risiko, dan pengawasan dn
pengendalian.

3.

Sistem informasi
Sistem informasi menjadi sangat penting untuk mendorong dan menopang penerapan manajemen

risiko yang baik .

4.

Sistem kinerja
Budaya resiko dapat berjalan dengan berkembang dengan baik bila, salah satunya, korporat
menerapakan sistem manajemen SDM yang baik dan mendukung. Sistem kinerja bisa efektif karena
pengukuran tersebut mampu mengarahkan setiap karyawan berperilaku untuk mencapai yang
terbaik.

5.

Perkembangan berkelanjutan.
Korporat

perlu mengembangkan manajemen resiko terintegrasi secara berkelanjutan karena

beberapa hal :
a. Situasi yang terus berkembang
b. Metode pengukuran yang berkembang.

c. Manajemen risiko yang berkembang.
d. Risiko dan pengelolaan risiko kejar-mengejar.
c. Prinsip-prinsip tata kelola resiko

1.

Keterkaitan tujuan dan strategi korporasi dengan preferensi risiko

2.

Bagian dalam proses pengambilan keputusan

3.

Risiko berbasis informasi

4.

Keterlibatan pimpinan puncak


5.

Keterlibatan semua pihak

6.

Siklus manajemen risiko komprehensif

7.

Komunikasi aktif

8.

Penguatan TI

9.

Kinerja berbasis risiko


10. Acuan kelanggengan