Administrasi bisnis lingkungan dan perka (2)

Data 1
KONSEP DASAR MANAJEMEN
KONSEP DASAR MANAJEMEN
A. Pengertian :
Dilihat dari asal katanya, kata manajemen atau management dalam Bahasa Inggris berasal dari
kata Italia, maneggiare yang kurang lebih berarti menangani atau to handle. Dalam bahasa latin
ada kata yang punya pengertian hampir sama yakni manus yang artinya tangan atau menangani.
Sementara berbicara tentang definisi, layaknya istilah-istilah lain dalam kajian Ilmu Sosial,
Manajemen juga memiliki sejumlah definisi yang diberikan para ahli. Disini hanya akan
dikemukakan satu definisi yang diungkapkan oleh GR Terry sebagai berikut:
Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan:
Perencanaan, Pengorganisasian, Penggiatan dan Pengawasan yang dilakukan untuk menentukan
serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia
dan sumber-sumber lainnya.
Pengertian lain manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan
organisasi melalui serangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian orang-orang serta sumber daya organisasi lainnya.
3 faktor yang terlibat dalam proses penyelesaian:
1.Adanya penggunaan sumber daya organisasi (SDM, SDA, SDD, SDI)
2.Adanya proses yang bertahap (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian)
3.Adanya seni dalam menyelesaikan pekerjaan

Peran Manajer Dalam Organisasi: Efektif dan Efisien
Manajemen diperlukan agar tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif dan efisien. Efektif
menurut Peter F. Drucker adalah “mengerjakan pekerjaan yang benar”. Sedangkan Efisien adalah
“mengerjakan pekerjaan dengan benar”.
Agar manajemen yang dilakukan mengarah kepada kegiatan bisnis secara efektif dan efisien,
maka manajemen perlu dijelaskan berdasarkan fungsi fungsinya/dikenal sebagai fungsi-fungsi
manajemen (fungsi perencanaan, pengorganisasian pengimplementasian, serta pengendalian dan
pengawasan).
Disamping pengertian dan definisi manajemen yang sudah diuraikan tadi, McFarland, 1979 juga
mengemukakan empat pengertian manajemen yang biasa digunakan dalam kehidupan seharihari:
1.proses-proses pengorganisasian; yakni perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, penggiatan
dan pengevaluasian.
2.Kata manajemen juga berarti karir atau jabatan
3.Kata manajemen juga dapat berarti kelompok orang yang bertanggungjawab dalam
menjalankan sebuah organisasi.
4.Kata manajemen juga dapat merupakan sebuah ilmu atau seni untuk mengatur orang lain

Selanjutnya Harbison dan Myers menggolongkan manajemen itu menjadi tiga tipe, yaitu:
1.Patrimonial Management
Terdapat apabila suatu perusahaan dimiliki oleh sebuah keluarga dan kedudukan-kedudukan

yang penting dalam hirarki perusahaan dikuasai oleh anggota-anggota keluarga tersebut.
2.Political Management
Suatu bentuk manajemen dimana kedudukan-kedudukan penting dan pokok dalam organisasi
dipegang oleh mereka yang mempunyai hubungan-hubungan politik berdasarkan atas loyalitas
pada suatu partai politik tertentu.
3.Profesional Management
Kedudukan yang strategis dan penting diserahkan kepada mereka yang telah memberikan bukti
akan kecakapannya, kapasitas, kesanggupan, keahlian atau dengan perkataan lain atas dasar jasa
dan hasil yang mereka berikan kepada perusahaan.
B. Fungsi-fungsi Dasar Manajemen
Pada intinya fungsi-fungsi manajemen meliputi fungsi Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.
Namun dalam pelaksanaannya fungsi-fungsi dasar tersebut bisa dikembangkan secara fleksibel
sesuai kebutuhan organisasi.
Berikut adalah fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan oleh Dessler, 1996:
1.Planning. Meliputi penentuan tujuan, tindakan, pengembangan aturan dan prosedur-prosedur,
pengembangan rencana dan melakukan prediksi.
2.Organizing. Meliputi pemberian tugas, bagian-bagian, pendelegasian wewenang,
mengkoordinir pekerjaan
3.Staffing, meliputi rekruitmen karyawan, pelatihan dan pengembangan
4.Leading, mencakup pemberian perintah, menjaga motivasi dan semangat kerja karyawan

5.Controlling, menentukan standar, melakukan perbaikan bila diperlukan.
Fungsi-fungsi manajemen diperlukan agar keseluruhan sumber daya organisasi dapat dikelola
dan dipergunakan secara efektif dan efisien sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.
Kegiatan-kegiatan dalam fungsi Manajemen
1. Fungsi Perencanaan (Planning)
1.Menetapkan tujuan dan target bisnis
2.Merumusakan strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut
3.Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan
4.Menetapkan standar atau indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis.
2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)
1.Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas dan menetapkan prosedur
yang diperlukan
2.Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan dan tanggung
jawab
3. Kegiatan penempatan SDM pada posisi yang tepat.
3. Fungsi Pengimplementasian (Directing)
1.Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan dan pemberian motivasi kepada

tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
2.Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan

3. Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan.
4. Fungsi Pengawasan (Controlling)
Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai dengan indikator
yang telah ditetapkan
Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan
Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian
tujuan dan target bisnis.
Fungsi Operasional dari Manajemen
Pada pelaksanaannya, fungsi-fungsi manajemen yang dijalankan menurut tahapan tertentu akan
sangat berbeda-beda jika didasarkan pada fungsi operasionalnya, belum lagi dilihat dari jenis
organisasinya.
Berdasarkan operasionalnya, manajemen organisasi bisnis dapat dibedakan secara garis besar
menjadi fungsi-fungsi:
Manajemen SDM
Manajemen Produksi
Manajemen Pemasaran
Manajemen Keuangan
1. Manajemen Sumber Daya Manusia
Adalah penerapan manajemen berdasarkan fungsinya untuk memperoleh SDM yang kita
jalankan & bagaimana SDM yang terbaik tersebut dapat terpelihara & tetap bekerja bersama kita

dengan baik.
2.Manajemen produksi
Adalah penerapan manajemen berdasarkan fungsinya untuk menghasilkan produk yang sesuai
dengan standar yang ditetapkan berdasarkan keinginan konsumen, dengan teknik produksi yang
se-efesien mungkin.
3. Manajemen pemasaran
Adalah kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang pada intinya berusaha untuk
mengidentifikasi apa yang sesungguhnya dibutuhkan oleh konsumen, & bagaimana cara
pemenuhannya dapat diwujudkan.
4. Mnajemen keuangan
Adalah kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang pada intinya memastikan bahwa
kegiatan bisnis yang dilakukan mampu mencapai tujuannya secara ekonomis, yaitu diukur
secarra profit.
5. Manajemen informasi
Adalah kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang pada intinya berusaha memastikan
bahwa bisnis yang berjalan tetap mampu untuk terus bertahan dalam jangka panjang.
KEAHLIAN MANAJEMEN UNTUK ABAD KE DUA PULUH SATU
Pada abad 21 manajer dituntut untuk memiliki wawasan terhadap pasar asing dan kemampuan
memahami dan memanfaatkan teknologi informasi sehingga mampu bersaing dalam lingkungan
global.


Data 2
Berdasarkan tanggapan dari para peneliti fakultas terkenal, kita melihat pada lima bidang atau
tren yang muncul sebagai pengaruh utama bisnis dan manajemen di abad ke-21 dan juga
cenderung untuk menelurkan bagian yang baik dari penelitian di domain.
Globalisasi
Mencairnya hambatan antara bangsa-bangsa dan keterkaitan mereka meningkat, dipercepat oleh
teknologi, telah menyebabkan perubahan dalam tatanan dunia yang telah memiliki dampak yang
mendalam pada bisnis global. Munculnya negara-negara seperti India dan China telah
menggantikan era dominasi diragukan lagi dari negara-negara Barat atau salah satu daerah
tertentu, membuka jalan bagi sebuah arena bisnis diratakan mana perkembangan di salah satu
bagian dari yang lain pasti akan memiliki dampak spiral. Mungkin bukti terbaik dari ini adalah
krisis keuangan baru-baru ini.
Sebuah studi 335-halaman terbaru oleh AACSB, lembaga akreditasi terkemuka untuk sekolah
bisnis di seluruh dunia, menyoroti implikasi dari ini dan menegaskan bahwa meningkatnya
ekspektasi dari bisnis dan masyarakat untuk lulusan dengan kompetensi global, ditambah dengan
meningkatnya kompleksitas dan keterhubungan global pendidikan tinggi, perintah perhatian dari
sekolah bisnis di seluruh dunia.
Teknologi
Jika gelombang arus globalisasi telah menjadi kekuatan pendorong di belakang perubahan yang

paling jauh jangkauannya dan kuat dalam bisnis, maka teknologi informasi telah disangkal
menjadi fasilitator. Menarik perhatian pada fakta bahwa empat dari lima perusahaan teratas
dalam daftar tahunan Businessweek 's perusahaan inovatif kebanyakan bisnis berbasis teknologi,
Profesor Teresa Amabile menulis dalam Pengetahuan Kerja, Pelanggan dirayu dan rantai
pasokan dikelola melalui website, media sosial , dan email, pemasaran, manufaktur, dan
distribusi proses yang dikelola oleh sistem informasi real-time yang canggih, rekan kerja 12 zona
waktu terpisah dapat melihat dan mendengar satu sama lain karena mereka bekerja di meja-atau
dalam lounge bandara di sisi berlawanan dari planet .
Keberlanjutan dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Untuk bisnis dapat berkelanjutan, dan bahkan menguntungkan, planet kita harus berkelanjutan realisasi ini telah memukul bisnis mungkin yang paling sulit dalam beberapa kali. HBS Dean
Nitin Nohria merasa bahwa dalam dekade mendatang, kita cenderung melihat banyak fokus
diarahkan menerapkan prinsip-prinsip manajemen untuk solusi dari masalah sosial yang
kompleks seperti kelestarian lingkungan, keamanan energi, akses ke pelayanan kesehatan dll Hal
ini juga akan menggarisbawahi kebutuhan untuk meningkatkan interaksi interdisipliner dan
pengaruh pada manajemen bisnis.

Salah satu bukti keterlibatan ini tumbuh dengan isu-isu masyarakat dan keberlanjutan adalah
peningkatan jumlah perusahaan yang telah diintensifkan mereka fokus CSR dan cara-cara
inovatif di mana mereka telah terlibat sendiri, menunjukkan profesor pemasaran, Michael
Norton. Pergeseran terus dari filantropi perusahaan dengan keterlibatan lebih langsung dan

efektif, perusahaan telah merancang model-model baru memperluas jejak sosial. Menarik
perhatian Refresh proyek Pepsi, Norton telah menyoroti bagaimana perusahaan mendorong
pengguna untuk mengirimkan proyek dengan dampak sosial-dari membersihkan sungai untuk
menyelamatkan hewan-dan memungkinkan pengguna lain untuk memilih di mana proyek Pepsi
harus mendanai.
Studi Psikologi
Berbicara tentang pengaruh interdisipliner untuk bisnis, studi psikologi manusia - menyelidik ke
kognisi, motivasi, perilaku dan kinerja - telah menjadi pilar utama dari manajemen organisasi.
Dari manajemen karyawan untuk kepuasan pelanggan dan keterlibatan sosial, kepuasan tujuan
bisnis memerlukan analisis yang efektif psikologi individu maupun institusional. Sejumlah
penelitian yang baik karena itu mungkin berfokus pada bagaimana psikologis teori dan penelitian
dapat diintegrasikan ke dalam akademisi dan praktek bisnis manajemen, Profesor Amabile
merasa bahwa dengan alat yang lebih berkembang dan akses ke database informasi yang terus
berkembang, manajer akan memiliki kekuatan untuk substansial meningkatkan baik praktek
bisnis dan kesejahteraan masyarakat.
Ekosistem Bisnis
Profesor Carlyss Y. Baldwin merasa bahwa salah satu tren yang paling penting dalam manajemen
telah munculnya ekosistem bisnis - didefinisikan sebagai kelompok perusahaan yang bersamasama menyediakan produk yang kompleks dan jasa terkait untuk memenuhi kebutuhan end-toend dari pengguna di seluruh rantai nilai . Integrasi antara media, teknologi dan telekomunikasi
perusahaan akan menjadi contoh kontemporer apt.
Hal ini memiliki implikasi penting bagi manajemen karena inovasi dalam ekosistem bisnis

memiliki karakter yang berbeda dari tradisional, perusahaan yang terintegrasi secara vertikal.
Setiap organisasi dalam ekosistem harus menyadari gambaran yang lebih besar. Sebagai Profesor
Baldwin mengatakan Pengetahuan Kerja, Inovasi dalam ekosistem memerlukan tindakan kolektif
untuk keduanya menciptakan dan menilai, efisien, arus lintas-organisasi pengetahuan, arsitektur
modular, dan pelayanan yang baik dari sistem warisan. Ini bersandar pada beberapa, platform
melengkapi.

English :
Based on responses from the reputed faculty researchers, we take a look at five areas or trends
which are emerging as the key influencers of business and management in the 21st century and
are also likely to spawn a good share of research in the domain.
Globalization

The melting of barriers among nations and their increasing interconnectedness, accelerated by
technology, has led to a change in the world order that has had a profound impact on global
business. The emergence of nations such as India and China has replaced the era of unquestioned
dominance of the Western countries or any one particular region, paving the way for a flattened
business arena where developments in one part of the other are certain to have a spiraling impact.
Perhaps the best evidence of this is the recent financial crisis.
A recent 335-page study by the AACSB, the leading accreditation agency for business schools

around the world, highlights the implications of this and asserts that rising expectations from
business and society for graduates with global competencies, coupled with the increasing
complexity and global connectedness of higher education, command the attention of business
schools around the world.
Technology
If the current wave of globalization has been the driving force behind the most far-reaching and
powerful changes in business, then information technology has indisputably been the facilitator.
Drawing attention to the fact that four out of the top five companies in Businessweek's annual list
of most innovative companies are technology-driven businesses, Professor Teresa Amabile writes
in Working Knowledge, Customers are courted and supply chains are managed via websites,
social media, and email; marketing, manufacturing, and distribution processes are managed by
sophisticated real-time information systems; colleagues working 12 time zones apart can see and
hear each other as they work at their desks-or in airport lounges on opposite sides of the planet.
Sustainability and Corporate Social Responsibility
For business to be sustainable, and even profitable, our planet has to be sustainable - this
realization has hit businesses perhaps the hardest in recent times. HBS Dean Nitin Nohria feels
that in the coming decade, we are likely to see a lot of focus directed towards applying
management principles to solutions of complex social issues such as environmental
sustainability, energy security, access to healthcare etc. This will also underline the need for
increased interdisciplinary interaction and influence on business management.

One evidence of this growing engagement with issues of society and sustainability is the increase
in number of companies who have intensified their CSR focus and the innovative ways in which
they have engaged themselves, points out professor of marketing, Michael Norton. Shifting
steadily from corporate philanthropy to more direct and effective engagement, companies have
devised new models of extending a social footprint. Drawing attention to the Pepsi Refresh
project, Norton has highlighted how the company encouraged users to submit projects with
social impact-from cleaning up a river to saving animals-and allowed other users to vote on
which projects Pepsi should fund.
The Study of Psychology
Speaking of interdisciplinary influences on business, the study of human psychology - probing
into cognition, motivation, behavior and performance - has become a key pillar of organizational

management. From employee management to customer satisfaction and social engagement,
satisfaction of business objectives requires effective analysis of both individual and institutional
psychology. A good amount of research is therefore likely to be focused on how psychological
theory and research can be integrated into business academics and management practice;
Professor Amabile feels that with more evolved tools and access to ever-growing information
databases, managers will have the power to substantially improve both the practice of business
and the welfare of society.
Business Ecosystems
Professor Carlyss Y. Baldwin feels that one of the most notable trends in management has been
the rise of business ecosystems - defined as groups of firms which together provide complex
products and related services to meet end-to- end requirements of users across the value chain.
The integration between media, technology and telecommunication firms would be an apt
contemporary example.
This has important implications for management because innovation in business ecosystems has
a character distinct from traditional, vertically integrated firms. Every organization in the
ecosystem has to be aware of the bigger picture. As Professor Baldwin tells Working Knowledge,
Innovation in ecosystems requires collective action to both invent and appraise, efficient, crossorganization knowledge flows, modular architectures, and good stewardship of legacy systems. It
rests on multiple, complementary platforms.

Data 3
21st Century Manajemen
Manajemen telah ada sejak awal peradaban. Dalam masyarakat primitif hampir
semua orang harus melakukan kerja fisik. Untuk menghindari beban ini, tentang satusatunya pilihan yang akan ke politik (raja) atau agama (imam).
Masyarakat perkotaan beradab menyebabkan lebih spesialisasi, menciptakan alternatif
kejuruan baru untuk tenaga kerja manual, dan melihat kecenderungan mereka yang tidak
bekerja dengan tangan mereka untuk memandang rendah mereka yang melakukan. Sikap
tertentu itu dipupuk oleh para juru tulis, yang menggunakan pengetahuan mereka tentang
menulis untuk menghasilkan literatur yang mengejek kelas pekerja buta huruf.
Ketika kita membaca bahwa Firaun membangun Piramida , kita tahu bahwa dalam
kenyataan bahwa pekerjaan yang sebenarnya dilakukan oleh orang lain. Sebagai buruh ini
dipotong, dipindahkan, dan diletakkan batu, manajer pertama berada di sana untuk
memberitahu mereka apa yang harus dilakukan, untuk melihat bahwa mereka
melakukannya, dan untuk menghukum mereka yang kinerjanya tidak memuaskan.
Pada dasarnya, ini adalah fungsi manajer sampai abad kedua puluh. Satu puncak bentuk
pengelolaan yang mungkin dicapai pada akhir kesembilan belas dalam sistem pabrik. Satu
masih dapat mengunjungi Boott Cotton Mills Museum of di Lowell, Massachusetts untuk
melihat bagaimana pekerjaan dan manajemen diselenggarakan kemudian.
The Lowell pabrik yang terkenal karena bukan mengandalkan imigran, mereka juga
merekrut, mempekerjakan, dan memberikan asrama untuk kelas wanita muda menengah,
menjual gagasan bahwa pekerjaan dan uang yang dibawa yang dapat diterima secara sosial
dan meningkatkan prospek perkawinan mereka. Hari ini kita masih dapat membaca aturan
kerja bahwa perempuan harus mengikuti. Satu menyatakan bahwa gaun lengan pendek
hanya diizinkan. Ini karena ketika manajer pabrik melihat karyawan berbicara daripada
bekerja, mereka akan menyerang mereka di lengan dengan rotan. Gaun lengan panjang
menghambat efektivitas bentuk tindakan disiplin.
The "memukul mereka dengan cambuk" sekolah manajemen mengalami penurunan dan
jatuh di abad ke-20, meskipun masih ada sisa-sisa di berbagai tempat di dunia dan
keinginan untuk metode tersebut masih dinyatakan sekarang dan kemudian bahkan oleh
manajer kontemporer. Metode lain untuk mengelola pekerja menerima ekspresi klasik di
Frederick Taylor Manajemen Ilmiah pada tahun 1911. Taylorisme menyebabkan alat
manajemen baru yang melibatkan teknik seperti pengukuran dan statistik.
Apa yang bisa disebut "efisiensi ahli" sekolah manajemen adalah untuk sebagian besar
digantikan sekitar tahun 1960 oleh lebih "manusiawi" pendekatan, yang eksponen klasik
adalah psikolog Abraham Maslow . Perubahan dalam pemikiran manajemen dalam dekade
ini mencerminkan angkatan kerja yang terdidik dan lebih menghargai demokrasi yang
tumbuh dari Perang Dunia II.
Pada 1970-an Robert Greenleaf menemukan Servant Leadership, dan pada 1990-an Peter
Block membawa konsep ini ke depan untuk Stewardship . Ide-ide ini merevolusi mental

model bagi manajer dengan menyarankan bahwa mereka menggantikan berpikir tentang
bagaimana untuk mendapatkan orang-orang untuk melakukan hal-hal dengan memikirkan
untuk membantu orang melakukan sesuatu.
Konsep manajemen Praktik terbaik di akhir abad ke-20 juga termasuk keunggulan dan
manajemen kualitas total, rekayasa ulang, berpikir sistem, tim lintas fungsional,
pemberdayaan, delayering dan bagan organisasi datar, organisasi pembelajaran, dialog,
menciptakan kembali kerja, dan keragaman. Sebagai pengetahuan pada umumnya
meningkat dengan "kecepatan tinggi," pikir manajemen, sudah sangat dipengaruhi oleh ilmu
psikologi, menerima infus dari berbagai disiplin ilmu. Selain itu, fertilisasi silang antara
akademisi dan komunitas bisnis menciptakan peningkatan besar dalam kegiatan
pengelolaan penelitian terkait.
Beberapa tren ini - seperti TQM dan rekayasa ulang - tampak pada tahun 2000 telah
menjalankan program mereka. Nilai permanen pemikiran baru yang mendasari mereka,
bagaimanapun, tidak perlu dibantah, dan versi abad ke-21 gerakan ini harus benar-benar
menyambut.
Lainnya tren - seperti belajar dan keragaman - berkembang ke titik di mana "generasi
kedua" (learning organization) atau "baru" (diversity) versi muncul. Pada awal abad ke-21,
itu bahkan mudah untuk melihat perkembangan "gelombang ketiga" dalam konsep-konsep
mapan.
Sama seperti abad ke-21 telah melihat jenis baru organisasi dan cara-cara baru melakukan
bisnis timbul, demikian juga, akan ada tren baru manajemen, ide-ide, dan teknik. Sementara
berjalan setelah setiap ide trendi hampir strategi dianjurkan, manajer yang bijaksana akan
belajar, belajar, dan menerapkan pemikiran terbaik saat ini.
Pada awal abad ke-21, tingkat berikut menjadi ide yang paling penting tentang manajemen:
Manajemen adalah untuk semua orang. Sebagai tingkat pendidikan meningkat dan
teknologi informasi mempercepat, perbedaan antara "manajer" dan "pekerja" akan
memudar dan manajemen pengetahuan akan menjadi tanggung jawab semua orang.
Manajemen bagi peserta didik. Sebagai informasi menjadi produk utama dari setiap
bisnis dan sebagai pengetahuan terus meledak, semua orang akan menjadi pembelajar dan
tugas utama manajer keinginan untuk meningkatkan pembelajaran.
Manajemen didasarkan pada komunikasi. Sebagai teknik untuk perencanaan,
strategi, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah menjadi provinsi umum setiap
orang dalam organisasi, kebutuhan untuk meningkatkan komunikasi akan penting dan
manajer akan semakin menggunakan dialog dan alat komunikasi lainnya.
Manajemen adalah tentang perubahan. Sebagai teknologi dan informasi membentuk
kembali semua kehidupan kita, manajemen perubahan akan "bisnis seperti biasa" dan
manajer akan agen perubahan yang panduan semua orang untuk menemukan dan
merangkul praktik baru terbaik.
Manajemen berbasis luas Sebagai batas menghilang dalam organisasi dan di dunia
pada umumnya, ruang lingkup manajemen akan tumbuh dan manajer akan menjadi ahli
pengembangan organisasi, ahli keanekaragaman, ahli fasilitasi, konsultasi ahli -. Dan
banyak lagi.

English :
Management has been around since the dawn of civilization. In primitive societies
almost everyone had to do physical labor. To escape this burden, about the only
choices were going into politics (kings) or religion (priests) .
Civilized urban societies led to more specialization, created new vocational alternatives to
manual labor, and saw a tendency of those who did not work with their hands to look down
on those who did. This particular attitude was fostered by scribes, who used their knowledge
of writing to produce literature that mocked the illiterate laboring classes.
When we read that the Pharaoh build the Pyramids , we know that in fact that actual work
was done by other people. As these laborers cut, moved, and placed the stones, the first
managers were there to tell them what to do, to see that they did it, and to chastise those
whose performance was unsatisfactory.
Basically, these were the functions of managers until the twentieth century. The apogee of
this form of management was perhaps reached in late nineteenth in the factory system. One
can still visit the Boott Cotton Mills Museum of in Lowell, Massachusetts to see how work and
management were organized then.
The Lowell mills were famous because instead of relying on immigrants, they also recruited,
hired, and provided dormitories for middle class young women, selling the idea that
employment and the money it brought were socially acceptable and increased their marital
prospects. Today one can still read the work rules that these women had to follow. One
stated that only short sleeve dresses were permitted. This was because when the mill
managers saw employees talking instead of working, they would strike them in the arm with
a rattan. Long-sleeved dresses impeded the effectiveness of this form of disciplinary action.
The "hit them with a whip" school of management suffered a decline and fall in the 20th
century, though remnants still exist in various places in the world and the wish for such
methods still is expressed now and then even by contemporary managers. Other methods of
managing workers received classical expression in Frederick Taylor's Scientific Management
in 1911. Taylorism led to new management tools involving such techniques as measurement
and statistics.
What might be called the "efficiency expert" school of management was for the most part
supplanted around the 1960s by a more "humanistic" approach, whose classical exponent
was the psychologist Abraham Maslow . The changes in management thinking in this decade
reflected the more educated workforce and greater respect for democracy that grew out of
World War II.
In the 1970s Robert Greenleaf invented Servant Leadership, and in the 1990s Peter Block
carried this concept forward to Stewardship . These ideas revolutionized the mental model
for managers by suggesting that they replace thinking about how to get people to do things
with thinking about to help people do things.
Best practice management concepts in the late 20th century also included excellence and
total quality management, reengineering, systems thinking, cross functional teams,

empowerment, delayering and flat organization charts, learning organization, dialogue,
reinventing work, and diversity. As knowledge in general increased with "Internet speed,"
management thought, already heavily influenced by psychological sciences, received
infusions from numerous disciplines. Moreover, cross-fertilization between academia and the
business community created a vast increase in management related research activity.
Some of these trends – such as TQM and reengineering - seemed by 2000 to have run their
course. The permanent value of the new thinking underlying them, however, should not be
denied; and 21st century versions of these movements should actually be welcomed.
Others trends – such as learning and diversity – progressed to the point where "second
generation" (learning organization) or "new" (diversity) versions appeared. In the early 21st
century, it was even easy to see the development of a "third wave" in these well-established
concepts.
Just as the 21st century has seen new types of organizations and new ways of doing
business arise, so, too, will there be new management trends, ideas, and techniques. While
running after every trendy idea is hardly a recommendable strategy, the wise manager will
learn, study, and apply the best current thinking.
At the start of the 21st century, the following rate to be the most important ideas regarding
management:
Management is for everyone. As educational levels rise and information technology
accelerates, the distinction between "managers" and "workers" will fade away and
management knowledge will be everyone's responsibility.
Management is for learners . As information becomes the chief product of every
business and as knowledge continues to explode, everyone will be a learner and the
manager's foremost task will to promote learning.
Management is based on communicating. As techniques for planning, strategizing,
decision-making, and problem solving become the common province of everyone in the
organization, the need for improving communication will be paramount and managers will
be increasingly using dialogue and other communication tools.
Management is about change. As technology and information reshape all our lives,
change management will be "business as usual" and managers will be change agents who
guide everyone to find and embrace the best new practices.
Management is broad based. As boundaries disappear within organizations and in the
world at large, the scope of management will grow and managers will be organizational
development experts, diversity experts, facilitation experts, consultation experts – and much
else.

Data 4
TIK dan Globalisasi
Teknologi Informasi dan Komunikasi pada dasarnya adalah sistem berbasis elektronik informasi
pengiriman, penerimaan, pengolahan dan pengambilan, yang telah secara drastis mengubah cara
kita berpikir, cara kita hidup dan lingkungan di mana kita hidup. Harus disadari bahwa
globalisasi tidak terbatas pada pasar keuangan, tetapi meliputi seluruh jajaran fenomena sosial,
politik, ekonomi dan budaya. Informasi dan revolusi teknologi komunikasi adalah kekuatan
pusat dan mengemudi untuk globalisasi dan perubahan yang dinamis dalam segala aspek
eksistensi manusia adalah kunci oleh-produk dari periode globalisasi sekarang dari revolusi ICT.
Sistem telekomunikasi dunia, konvergensi teknologi komputer dan teknologi telekomunikasi ke
dalam Teknologi Informasi, dengan semua komponen dan kegiatan, yang khas dalam ekstensi
dan kompleksitas-dan juga mengalami perubahan yang cepat dan mendasar. Hasil ini bahwa
batas-batas nasional antar negara dan benua menjadi tidak jelas dan kapasitas untuk mentransfer
dan memproses informasi meningkat pada tingkat yang luar biasa. Komunikasi informasi global
telah disebut "mesin terbesar di dunia," dan itu sangat kompleks dan sulit untuk
memvisualisasikan dan memahami hardware yang berbeda dan subsistem perangkat lunak.
Sebagai Kofi Annan {} 1999 telah menempatkan itu, "memegang Internet janji kemanusiaan
terbesar telah dikenal untuk pembelajaran jarak jauh dan akses universal terhadap pendidikan
yang berkualitas ... Ini menawarkan kesempatan terbaik namun untuk negara-negara berkembang
untuk mengambil tempat yang selayaknya mereka di ekonomi global ... Dan misi kami harus
memastikan akses seluas mungkin. Jika kita tidak, jurang antara si kaya dan si miskin akan
menjadi jurang antara yang kaya teknologi dan miskin teknologi ".
TIK semakin memainkan peran penting dalam organisasi dan kemampuan masyarakat untuk
menghasilkan, mengakses, beradaptasi dan menerapkan informasi. Mereka sedang digembargemborkan sebagai alat untuk usia pasca-industri, dan fondasi untuk ekonomi pengetahuan,
karena kemampuan mereka untuk memfasilitasi transfer dan akuisisi pengetahuan {MoralGomez dan Melesse, 1998}. Pandangan ini tampaknya dibagi secara global, terlepas dari lokasi
geografis dan perbedaan tingkat pendapatan dan kekayaan bangsa. TIK mungkin bukan satusatunya penyebab perubahan yang kita saksikan dalam lingkungan bisnis saat ini, tetapi
perkembangan pesat dalam TIK telah memberikan dorongan untuk gelombang arus globalisasi.
Sementara perusahaan trans-nasional menuai keuntungan besar dari fleksibilitas dan kesempatan
yang ditawarkan oleh globalisasi, tingkat kemiskinan di dunia berkembang. Setidaknya, 2,8
miliar orang di dunia, yaitu 45% dari populasi dunia, hidup dengan kurang dari $ 2 per hari
{Stigliz 2002}. Terutama Afrika terkena pertumbuhan kemiskinan dan krisis ekonomi.
Penggunaan dan produksi TIK memainkan peran penting dalam kemampuan negara-negara
untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi global. Selain memfasilitasi akuisisi dan
penyerapan pengetahuan, ICT bisa menawarkan negara-negara berkembang peluang belum
pernah terjadi sebelumnya untuk mengubah sistem pendidikan, meningkatkan perumusan
kebijakan dan pelaksanaan, dan memperluas berbagai peluang untuk bisnis dan untuk
masyarakat miskin. Hal ini juga dapat mendukung proses pembelajaran, jaringan pengetahuan,

pengetahuan kodifikasi, teleworking, dan sistem ilmu pengetahuan. TIK dapat digunakan untuk
mengakses pengetahuan global dan komunikasi dengan orang lain. Namun, selama bagian utama
dari negara-negara berkembang TIK hanya tersedia pada skala yang sangat terbatas, dan ini
menimbulkan keraguan tentang pengembangan kemampuan negara-negara untuk berpartisipasi
dalam ICT diinduksi ekonomi pengetahuan global saat ini. Ada juga kekhawatiran bahwa
distribusi yang tidak merata TIK mungkin sebenarnya lebih berkontribusi pada marjinalisasi
negara-negara miskin dalam kaitannya dengan negara-negara maju, dan gangguan dari struktur
sosial. Oleh karena itu, kita dapat menyimpulkan bahwa konsep 'perbudakan digital' tidak bisa
dihindari untuk negara-negara berkembang sejauh ICT yang bersangkutan. Berbagai kesenjangan
dalam ketersediaan dan penggunaan ICT di seluruh dunia, dan pengaruh ICT diberikannya pada
globalisasi, menimbulkan pertanyaan apakah globalisasi memerlukan homogenitas untuk
organisasi dan masyarakat di negara berkembang. Hal ini juga menimbulkan pertanyaan tentang
kelayakan dan keinginan upaya untuk melaksanakan pengembangan ICT melalui transfer best
practices dari negara-negara industri Barat untuk negara-negara berkembang, dan apakah
organisasi dapat memanfaatkan TIK sesuai dengan persyaratan sosial budaya konteks {Walshan
2001}. Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah revolusi global. Hal ini telah
menjadi subjek penting dan kepedulian bagi seluruh umat manusia. Studi yang relevan telah
menunjukkan bahwa dampak terbesar dari revolusi TIK akan berkisar persamaan 'Digital
Divide'. Aspek yang paling penting dari tantangan TIK adalah kebutuhan untuk merencanakan,
merancang dan menerapkan Infrastruktur Informasi Nasional (NII) sebagai mesin pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan.

Perbudakan Digital - Realitas atau Mitos?
Perbudakan adalah lembaga sosial yang didefinisikan oleh hukum dan adat sebagai bentuk
sukarela yang paling mutlak penghambaan manusia. Ini adalah suatu kondisi di mana seorang
manusia yang dimiliki oleh orang lain. Seorang budak dianggap oleh hukum sebagai properti,
atau harta, dan kehilangan sebagian besar hak biasanya dipegang oleh orang-orang bebas. Tetapi
harus disadari bahwa tidak ada konsensus tentang apa budak itu atau bagaimana lembaga
perbudakan harus didefinisikan. Tapi harus diketahui bahwa budak biasanya memiliki beberapa
hak dan selalu kurang dari pemiliknya. Produk kerja budak yang bisa diklaim oleh orang lain,
yang juga sering memiliki hak untuk mengontrol produksi fisiknya. Karakteristik lain dari
perbudakan adalah fakta bahwa budak dirampas kebebasan pribadi dan hak untuk bergerak
secara geografis ia inginkan. Ada kemungkinan akan membatasi kemampuannya untuk membuat
pilihan berkaitan dengan pekerjaannya. Pada saat ini, satu benar dapat bertanya bagaimana
karakteristik di atas perbudakan cocok untuk konsep 'perbudakan digital', yang merupakan tema
dari tulisan ini. Meskipun manfaat yang tak diragukan ditawarkan oleh TIK, hambatan yang
signifikan untuk penggunaan yang efektif ada di kedua negara maju dan berkembang. Hambatan
ini harus diatasi untuk memungkinkan realisasi potensi penuh TIK '. Beberapa hambatan
mungkin endemik (misalnya kesenjangan generasi, proses belajar dan mendapatkan pengalaman
dalam TIK). Negara-negara berkembang dihadapkan dengan masalah infrastruktur
telekomunikasi miskin, komputer miskin dan melek umum, kurangnya kesadaran Internet dan
ketidakcukupan regulasi yang juga menghambat aplikasi lain dari internet di sana. Kesenjangan
teknologi dan difusi merata dalam teknologi tidak baru. "Lama" inovasi seperti telepon dan
listrik masih jauh dari merata menyebar - tapi apa yang mungkin belum pernah terjadi
sebelumnya adalah ukuran potensi biaya peluang dan manfaat dikorbankan oleh kegagalan untuk

berpartisipasi dalam baru 'masyarakat digital. " Pertumbuhan dalam penggunaan TIK sangat
tidak merata. Ada perbedaan yang signifikan dalam akses ke dan penggunaan TIK di seluruh
negara. Negara-negara berkembang berisiko ditinggalkan jauh di belakang dalam hal
pendapatan, kesetaraan, pengembangan, suara dan kehadiran di panggung dunia yang semakin
digitalisasi. Citra globalisasi sebagai janji atau ancaman adalah, pada kenyataannya, salah satu
gambar yang paling kuat dan persuasif dari zaman kita {Veseth, 1998}. Namun, meskipun
literatur mengenai hal ini dan diskusi yang sedang berlangsung, globalisasi tetap merupakan
konsep yang tidak jelas. Beberapa melihatnya sebagai sistem internasional yang telah berhasil
akhir Perang Dingin, sementara yang lain lebih memilih untuk terus menggunakan istilah
"internasionalisasi" untuk menggambarkan perubahan saat ini dalam perekonomian
internasional. Meskipun ada beberapa kesepakatan di antara ulama dan ahli bahwa globalisasi
memproduksi interkoneksi yang lebih besar dan saling ketergantungan, tampaknya ada sedikit
konsensus tentang tingkat integrasi itu melahirkan dan otoritas yang dimilikinya. Pandangan
yang berbeda telah muncul pada masalah ini.
Sebagai cara penyederhanaan, empat posisi yang berbeda dapat dipertanggungjawabkan: "Yang
pertama mengidentifikasi globalisasi dengan homogenisasi meningkat dalam sistem global, yang
pada akhirnya akan menyebabkan asimilasi Yang kedua - 'view' globalisasi yang kuat berpendapat homogenitas yang masih tersisa. sangat tidak mungkin dalam sistem global, tetapi
berbagai perubahan kualitatif dan kuantitatif telah bergabung untuk memperkenalkan kondisi
baru, atau set proses, dalam urusan dunia yang menjamin novel istilah 'globalisasi' Posisi ketiga
-. yang 'lemah' perspektif globalisasi - menyatakan bahwa banyak perkembangan diragukan lagi
penting dari dekade terakhir sinyal peningkatan yang signifikan internasionalisasi dalam
ekonomi politik internasional yang memiliki konsekuensi yang kompleks tapi variabel politik,
ekonomi dan masyarakat, tapi hal itu tidak diantar dalam era baru dalam khas urusan manusia
Final-rejectionist -. posisi membela pandangan bahwa tidak ada dari setiap penting atau
ireversibel telah terjadi "{Jones, 2000}. Sebagian pengamat telah menolak pandangan yang
paling radikal, yaitu globalisasi yang menyebabkan asimilasi atau bahwa itu bukan pada kita.
Perdebatan penting demikian antara "kuat" dan "lemah" posisi globalisasi.
Di tengah-tengah booming ekonomi di seluruh dunia, laporan mendokumentasikan perbudakan
modern datang dari setiap sudut dunia. Dari Bangladesh ke Brasil, dari India ke Sudan, dan
bahkan di Amerika Serikat, ada lebih banyak orang diperbudak hari ini daripada sebelumnya
dalam sejarah manusia {Britannica, 2003}. Seperti yang ditunjukkan di bagian awal tulisan ini,
globalisasi selalu menghasilkan pemenang dan pecundang. Dalam semua kasus, mereka yang
menang adalah mereka yang perdagangan barang dan jasa ditandai dengan meningkatnya
kembali. Kecepatan dan struktur globalisasi biasanya ditentukan oleh pemenang. Pada akhir abad
ke-19 dan Perang Dunia tahun pra-pertama, didorong oleh kolonialisme dan kapal perang
diplomasi. Yang saat ini didorong oleh ideologi lebih halus disebarkan oleh lembaga keuangan
internasional dan organisasi perdagangan dunia melalui pengaruh TIK. Ini harus ditekankan
bahwa liberalisasi perdagangan seharusnya memberi manfaat yang lebih besar bagi semua jika
pergerakan bebas barang dan jasa diperluas ke gerakan fisik orang. Sebaliknya, apa yang terjadi
adalah bahwa hal itu didorong oleh perusahaan-perusahaan multinasional yang mencari berbagai
tahap dalam produksi / rantai nilai di berbagai belahan dunia. Hal ini juga harus menyadari
bahwa itu adalah perusahaan-perusahaan ini multinasional yang merupakan kendaraan yang
paling penting untuk mentransfer teknologi di seluruh dunia. Lokasi ditentukan oleh keunggulan

biaya. Hasilnya adalah perdagangan antar perusahaan dan antar-industri minimal dan integrasi.
Buruh migrasi, yang membantu untuk menyamakan biaya faktor dalam episode sebelumnya
pembebasan, terbatas pada perangkat lunak yang sangat terampil-komputer dan insinyur
hardware dan programer. Sebagai Mule {} 2000, mengamati, "Secara teori globalisasi dapat
memiliki dampak positif pada pertumbuhan pertanian. Dalam manfaat globalisasi praktek
mereka dengan teknologi, sumber daya, kontak, informasi dan akses ke pasar. Ini memiliki
dampak negatif pada kaum miskin". Sebagai Adeboye {} 2002 telah mengungkapkan, banyak
aliran-over keuangan, 60 persen adalah spekulatif daripada perkembangan. Apa yang benarbenar dinyatakan adalah kenyataan bahwa globalisasi selalu menyebabkan de-industrialisasi
pecundang dengan mengorbankan pemenang. Sebagai contoh, Cina dan India hanya sebagai
industri sebagai bagian dari Eropa pada awal globalisasi pertama. Sektor manufaktur ekonomi
tersebut lenyap dengan penetrasi pasar Inggris menyusul kolonisasi. Amerika Serikat dan
penetrasi pasar Eropa tampaknya telah melakukan hal yang sama bagi ekonomi selatan di babak
globalisasi saat ini. Mengembangkan konsentrasi ekspor negara juga sangat tinggi. Mereka tidak
hanya perdagangan barang dan jasa bernilai tambah rendah, tetapi juga mereka bergantung pada
satu atau beberapa komoditas ekspor pendapatan ekspor mereka. Ini membantu marjinalisasi
besar. Dari penjelasan di atas, salah satu benar dapat mengatakan bahwa konsep 'perbudakan
digital' di abad 21 ini menjadi kenyataan bagi negara-negara Afrika. Efek utama dari
transformasi yang ditimbulkan oleh globalisasi adalah bahwa bagian-bagian tertentu di dunia,
negara-negara berkembang pada umumnya dan Afrika pada khususnya, sedang semakin
terpinggirkan dan tunduk pada kontrol hegemoni dari aktor utama di panggung dunia. Ini harus
menunjukkan bahwa Barat telah mendorong agenda globalisasi dengan cara untuk mendapatkan
bagian yang tidak proporsional dari keuntungan dengan mengorbankan negara berkembang.
Dalam dunia kontemporer kita, banyak negara, yang notabene secara geografis berada di Eropa,
Amerika Utara dan sebagian Asia, sangat industri, dan mereka memiliki kelebihan dalam ilmu
pengetahuan modern dan teknologi. Mereka juga menunjukkan pola yang serupa di tingkat
kekayaan, dengan struktur pemerintahan yang stabil. Di sisi lain, kita memiliki banyak negara,
yang secara geografis terletak di Afrika dan sebagian besar Asia, yang belum menunjukkan
banyak perbaikan pada sebagian besar bidang pembangunan, terutama ketika dianggap dalam
skala global. Mereka ditandai dengan perang dan kelaparan, dan korupsi yang serius
mempengaruhi perkembangan dan fungsi infrastruktur publik. Dengan ini, dapat dikatakan
bahwa semua faktor ini serius membantu konsep 'perbudakan digital,' yang serius mengancam
negara-negara Afrika. Aspek yang paling penting dari globalisasi yang harus menjadi perhatian
kita di Afrika adalah fakta bahwa ia telah menyebabkan kesenjangan belum pernah terjadi
sebelumnya dalam distribusi manfaat antara negara maju dan berkembang. Hadir hari globalisasi
seperti disebutkan sebelumnya, bukanlah hal yang baru karena sejarah menunjukkan bahwa tren
yang signifikan disaksikan pada abad ke-19 dan bagian awal abad ke-20. Yang berbeda adalah
intensitas dan besarnya kesenjangan yang dihasilkannya. Dalam semua perkembangan ini, ada
asumsi yang mendasari bahwa globalisasi adalah baik untuk semua dan bahwa manfaatnya
dibagi, bahkan jika tidak merata, di seluruh dunia. Dengan ini, dapat diasumsikan bahwa konsep
'perbudakan digital' dalam makalah ini dapat disebut sebagai mitos karena pencetus dan penemu
TIK, yang merupakan negara maju, memungkinkan dan mendorong manfaat dari globalisasi
untuk dibagikan ke seluruh dunia. Hal ini juga berpendapat bahwa TIK sebagai menyamaratakan
sosial yang besar, dapat menghapus hambatan budaya, membanjiri ketimpangan ekonomi, dan
bahkan mengimbangi kesenjangan intelektual. Teknologi tinggi juga dapat menempatkan

manusia tidak merata pada pijakan yang sama, dan yang membuat alat demokratisasi yang paling
ampuh yang pernah disusun. Tapi itu hampir tidak menyadari bahwa manfaat globalisasi
berbagai negara berbeda, negara yang lebih maju mengambil bagian terbesar dari keuntungan
sedangkan yang paling sedikit berkembang cenderung miskin dan oleh-melewati manfaat. Dapat
dikatakan bahwa dua dunia yang berbeda bersama-ada. Salah satunya adalah dunia dari negaranegara kaya yang penduduknya memiliki akses yang cukup untuk pendidikan, pelayanan
kesehatan, air bersih, tunjangan pengangguran, dan jaminan sosial. Yang lain adalah dunia yang
ditandai dengan kemiskinan dengan kurangnya pendidikan, tidak ada akses ke layanan kesehatan
dan kurangnya infrastruktur dasar untuk memberikan pelayanan sosial. Efek gabungan dari
fluiditas global modal keuangan, pertumbuhan investasi asing langsung (FDI), dan darurat
perusahaan global telah sangat merusak ekonomi (politik) kedaulatan negara terutama yang
miskin. Hal ini diperlukan untuk menyoroti isu-isu yang berhubungan tertentu yang harus diatasi
dalam setiap diskusi tentang globalisasi. UNDP pada tahun 1999 angka direproduksi untuk
menunjukkan bahwa kesenjangan antara kaya dan negara-negara termiskin dalam hal pendapatan
per kapita hanya 3:01 selama fajar Revolusi Industri pada tahun 1820, meningkat menjadi 11:01
dengan episode pertama dari globalisasi pada tahun 1913 . Baru-baru ini, tumbuh menjadi 35:1
pada tahun 1950, naik sedikit menjadi 44:1 pada 1973. Setelah dimulainya putaran hadir
globalisasi, angka ini telah memperoleh berkekuatan mengejutkan 71:1. Mendampingi pelebaran
kesenjangan adalah biaya asasi manusia dalam hal kekurangan gizi, morbiditas dan mortalitas
{Murshed, 2000}. Diperkirakan bahwa mereka yang hidup dalam jumlah kemiskinan lebih dari
700 juta, yang sebagian besar berada di Afrika Sub-Sahara dan Asia Timur. Sejak awal 1980-an,
sebagian besar negara Afrika telah menghadapi krisis ekonomi yang parah. Kebanyakan
indikator makro-ekonomi telah mengarah ke bawah. Benua ini hanya bagian yang paling maju di
dunia, tetapi juga mengalami de-industrialisasi {Mkandawire 1991}. Selama satu dekade
terakhir, peringkat indeks pembangunan manusia UNDP negara telah menunjukkan bahwa 15-20
negara di bagian paling bawah daftar semua di Afrika. Selain itu, Afrika saat ini memiliki tingkat
tertinggi utang sebagai proporsi dari PDB dan itu adalah satu-satunya wilayah di mana pasokan
makanan menurun. Ini adalah bukti yang paling meyakinkan dari 'digital perbudakan' dan
marginalisasi beberapa kelompok dan bangsa dari proses globalisasi. Inilah sebabnya mengapa
penting untuk Afrika dan Nigeria khususnya untuk menyadari implikasi, dan bersiaplah untuk
memenuhi tantangan.
Banyak peneliti telah mencatat bahwa globalisasi, jauh dari memberikan pada janji-janji besar,
telah bertanggung jawab untuk kekuatan destabilisasi serius yang telah dikaitkan dengan
meningkatnya kemiskinan, tingkat negatif dari pembangunan ekonomi, pengangguran besarbesaran, dan ketidakstabilan nilai tukar dan tingkat inflasi dua digit . Telah dicatat bahwa di
tingkat internasional, sistem keuangan internasional belum mampu mengatasi risiko dan
tantangan globalisasi. Dengan ini, dapat dikatakan bahwa negara-negara berkembang terutama
negara-negara Afrika secara bertahap melayang untuk 'perbudakan digital. " Difusi TIK ke
Afrika telah dengan kecepatan seperti siput, begitu banyak sehingga kesenjangan antara negara
maju kaya informasi dan negara-negara Afrika terus melebar setiap hari. Seperti yang
ditunjukkan oleh Stiglitz {} 2002, mantan Wakil Presiden dan Kepala Ekonom Bank Dunia, itu
adalah keputusan dari negara-negara Barat untuk mempertahankan kuota pada berbagai barang dari tekstil gula - sambil memaksa negara-negara berkembang untuk membuka pasar
mereka.Barat telah mensubsidi pertaniannya, sehingga melemahkan kemampuan negara-negara
berkembang untuk bersaing, sementara pada saat yang sama memaksa mereka untuk menghapus

subsidi mereka sendiri, sehingga meningkatkan kerentanan mereka terhadap impor Barat. Dia
juga ingat bagaimana pasar modal negara berkembang dibuka dan kemudian mengalami
serangan spekulatif yang mengarah ke arus keluar bersih sumber daya dan melemahnya mata
uang. Dari analisis di atas, seseorang tergoda untuk menyimpulkan bahwa 'perbudakan digital'
sejauh negara-negara Afrika prihatin adalah kenyataan.

Jalan ke Depan
Pada awal 1990-an, ekonomi terkemuka dunia mulai menyadari pentingnya informasi dan
pengetahuan sebagai sumber daya yang berharga, baik secara nasional maupun dalam organisasi.
Sebuah infrastruktur informasi nasional dirumuskan untuk memberikan landasan bagi ekonomi
informasi. Dalam rangka membantu negara-negara Afrika untuk menghadapi tantangan
masyarakat informasi dan dengan demikian menghindari marginalisasi dan efek dari 'perbudakan
digital,' Komisi Ekonomi PBB untuk Afrika (ECA) telah diuraikan Information Afrika
Masyarakat Initiative (AISI), sebagai diminta oleh negara-negara anggota. Inisiatif ini
merupakan kerangka kerja aksi untuk membangun infrastruktur informasi dan komunikasi di
Afrika, dan diadopsi selama pertemuan ke-22 para ECA Menteri Afrika yang bertanggung jawab
atas perencanaan dan pengembangan (diselenggarakan pada bulan Mei 1996) di bawah resolusi
812 {XXXI} berjudul "Implementasi Informasi Afrika Masyarakat Initiative "{ECA, 1996}.
Upaya ini menyebabkan perkembangan Informasi Nasional dan Infrastruktur Komunikasi
(NICI), yang kebijakan, rencana dan strategi dapat digunakan untuk meningkatkan peran
teknologi informasi dan komunikasi dalam memfasilitasi proses pembangunan sosial-ekonomi.
Untuk negara-negar