Perbedaan Nilai Faal Hemostasis Dan Tumor Marker Pada Pasien Kanker Paru Bukan Sel Kecil Dengan Kemoterapi Chapter III V

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain one group pretest-posttest
untuk mengetahui perbedaan nilai faal pendarahan dan tumor marker pada pasien
kanker paru bukan sel kecil yang menjalani kemoterapi dan menilai ada atau tidaknya
hubungan antara faal pendarahan dan tumor marker pada pasien kanker paru bukan
sel kecil dengan kemoterapi dan seberapa kuat tingkat korelasi keduanya.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi,
RSUP. H. Adam Malik Medan. Penelitian dilakukan selama kurun waktu 17 bulan
dimulai sejak 1 januari 2015 sampai 31 Mei 2016.
3.3. Populasi, Sampel dan Besar Sampel
3.3.1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang telah terdiagnosa
dengan kanker paru kanker paru bukan sel kecil di RSUP H. Adam
Malik Medan berdasarkan hasil sitologi dan histopatologi jaringan. Tipe

70
Universitas Sumatera Utara


tumor dibagi kedalam grup berdasarkan sistem TNM edisi ke-7 tahun
2007.
3.3.2. Sampel Penelitian
Sampel adalah pasien yang telah terdiagnosa dengan kanker paru bukan
sel kecil di RSUP H. Adam Malik Medan yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi pada kurun waktu 1 januari 2015 sampai 31 Mei
2016 dan dilakukan kemoterapi, tiap-tiap pasien akan di follow-up
selama selama kemoterapi. Semua pasien yang diikutkan dalam
penelitian wajib membaca dan mengerti serta menandatangai inform
consent.

3.3.3. Besar Sampel
Besar sampel

[

α

β

[

]

]

Keterangan :
n

: Jumlah sampel yang akan diperiksa

α : Kesalahan tipe I (0,05)

71
Universitas Sumatera Utara

Z α : 1,96
β

: Kesalahan tipe II (0,1)


Z β : 1,282
r

: Perkiraan koefisien korelasi (0,5)

[

[

]

]

Maka diperoleh besar sampel : 37 orang,
Dari perhitungan sampel diatas jumlah besar sampel adalah 36, dengah
memperhitungkan kasus yang drop outsebesar 10%, maka ditetapkan jumlah sampel
adalah :

Ndo=


N

(1-do)

=

37

= 41

(1-0,1)

Berdasarkan perhitungan besar sampel diatas, besar sampel yang dibutuhkan
sebesar 41 pasien

72
Universitas Sumatera Utara

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.4.1. Kriteria Inklusi:


Pasien memiliki hasil patologi anatomi berupa sitologi maupun
Histopatologi yang diperoleh dari bronkoskopi, aspirasi jarum halus
transtorakal maupun open biopsy.



Pasien dengan performa status dibawah 2 kategori WHO dan faal hati
dan faal ginjal yang baik.



Pasien direncanakan kemoterapi dengan platinum based medicine

3.4.2. Kriteria eksklusi :


Pasien dengan kelainan hematologi, dan sedang mengunakan obat

antikoagulan oral maupun injeksi.



Riwayat Operasi.



Riwayat Radioterapi.



Riwayat Diabetes dan Hipertensi.



Menderita kelumpuhan.

73
Universitas Sumatera Utara


3.5.
No
1
2

Defenisi Operasional
Variabel
Jenis
Kelamin
Usia

Defenisi

Perbedaan pasien kanker paru atas
laki-laki dan perempuan
Umur pasien kanker paru saat datang
pertama sekali berobat ke IGD
maupun poli onkologi RSUP Haji
Adam Malik Medan

Sel Jenis histologi sel berdasarkan hasil
sitologi maupun histopatologi

3

Jenis
Tumor

4

Stage Kanker

5

Riwayat
Merokok

6

Indeks

Brinkman

7

Jenis rokok

8

Jenis
Kemoteapi

9

Alamat

10

Keluhan

Klasifikasi

1.laki-laki
2. perempuan
1. 60 tahun

1. Adenokasinoma
2. karsinoma sel
skuamus
Tingkat keparahan kanker paru.
1. stage I-II
2. stage III
3. stage IV
Faktor kebiasaan host (pasien) dalam 1. merokok
hal merokok. Dinilai saat pasien 2. tidak pernah
pertama sekali berobat ke IGD merokok
maupun poli onkologi RSUP Haji
Adam Malik Medan
Tingkat kebiasaan merokok
1. ringan
2. sedang
3. berat

Jenis rokok dalam kebiasaan host
1. kretek
2. putih
3. campuran
Pilihan terapi kombinasi platinum 1. gemsitabin dan
based yang dipakai dalam menangani karbopletin
pasien kanker paru
2. paklitaksel dan
karboplatin
3. nevelbin dan
karboplatin
Tempat tinggal pasien
1.dekat rumah sakit
RSUP HAM
( 0.05). Sebuah penelitian yang dilakukan di Turki
menyebutkan nilai faal hemostasis PT, INR, APTT meningkat pada pasien kanker
paru yang jenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan kelamin wanita, tetapi nilai ini
tidak berlaku pada nilai serum D-dimer. (Faruk Tas et al, 2012)
Pada penelitian ini diperoleh korelasi antara PT dengan tumor marker
memberikan hubungan terbalik yang lemah pada nilai CEA, NSE dan hubungan yang
moderat pada Cyfra 21-1 dengan nilai p yang tidak signifikan, hal ini menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara nilai PT dengan nilai tumor marker
pasien sebelum dan sesudah kemoterapi. Hasil ini sesuai dengan penelitian oleh
Faruk tas pada pasien dengan kanker yang menjalani kemoterapi menyebutkan PT
akan memanjang pada keadaan stadium lanjut (Faruk Tas et al,2012) dan sebagai
respon kemoterapi serum tumor marker akan menurun.(R Molina et al, 2003)
Korelasi antara INR dengan tumor marker memberikan hubungan terbalik yang
lemah pada nilai CEA, NSE, Cyfra 21-1 dengan nilai p yang tidak signifikan, hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara nilai INR dengan nilai
tumor marker pasien sebelum dan sesudah kemoterapi. Hasil ini sesuai dengan
penelitian oleh Faruk tas pada pasien dengan kanker yang menjalani kemoterapi
menyebutkan INR akan memanjang pada keadaan stadium lanjut dan sebagai respon
kemoterapi serum tumor marker akan menurun. (Faruk Tas et al, 2012), dan
penelitian di Amerika Serikat juga menyebutkan INR meningkat setelah pemberian

93
Universitas Sumatera Utara

kemoterapi lini pertama pada pasien-pasien kanker payudara. (Anthony Letai and
David J Kuter, 1999)
Pada penelitian ini diperoleh korelasi antara APTT dengan tumor marker
memberikan hubungan terbalik yang lemah pada nilai CEA, dan NSE dengan nilai p
yang tidak signifikan, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata
antara nilai APTT dengan nilai tumor marker pasien sebelum dan sesudah
kemoterapi. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumya pada pasien dengan kanker
yang menjalani kemoterapi menyebutkan APTT akan memanjang pada keadaan
stadium lanjut (Faruk Tas et al, 2012, Slavica kvolik, 2010) dan sebagai respon
kemoterapi serum tumor marker akan menurun.(R Molina et al, 2003)
Korelasi APTT dengan Cyfra 21-1 memberikan hubungan lurus yang lemah
dengan nilai p yang tidak signifikan hal ini dimungkinkan karena diketahui bahwa
Cyfra 21-1 adalah marker yang kuat terhadap kanker paru tetapi marker ini tidak
memiliki nilai korelasi yang kuat pada salah satu jenis histologi kanker paru, tetapi
ada penelitian lain menyebutkan marker ini memiliki korelasi pada jenis histologi
karsinoma sel skuamous. Pada penelitian ini disebutkan bahwa jenis karsinoma
skuamous sel cukup sedikit. (R Molina et al, 2003, P.P. Mumbarkar et al, 2006)
Pada penelitian ini diperoleh korelasi antara TT dengan tumor marker
memberikan hubungan terbalik yang kurang berarti pada nilai CEA, dan NSE, dengan
nilai p yang tidak signifikan, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
nyata antara nilai TT dengan nilai tumor marker pasien sebelum dan sesudah
kemoterapi. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya pada pasien dengan
94
Universitas Sumatera Utara

kanker yang menjalani kemoterapi menyebutkan TT akan memanjang pada keadaan
stadium lanjut dan sebagai respon kemoterapi serum tumor marker akan menurun.
(Faruk Tas et al, 2012)
Korelasi TT dengan Cyfra 21-1 memberikan hubungan lurus yang lemah
dengan nilai p yang tidak signifikan dimana diketahui bahwa Cyfra 21-1 adalah
marker yang kuat terhadap kanker paru tetapi marker ini tidak memiliki nilai korelasi
yang kuat pada salah satu jenis histologi kanker paru, tetapi ada penelitian lain
menyebutkan marker ini memiliki korelasi pada jenis histologi karsinoma sel
skuamous. Pada penelitian ini disebutkan bahwa jenis karsinoma skuamous sel cukup
sedikit. (R Molina et al, 2003, P.P. Mumbarkar et al, 2006)
Pada penelitian ini diperoleh korelasi antara D-dimer dengan tumor marker
memberikan hubungan terbalik yang lemah pada nilai CEA, dan hubungan yang
kurang berarti dengan NSE, Cyfra 21-1 dengan nilai p yang tidak signifikan, hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara nilai D-dimer dengan
nilai tumor marker pasien sebelum dan sesudah kemoterapi. Hasil ini sesuai dengan
penelitian di Turki pada pasien dengan kanker yang menjalani kemoterapi
menyebutkan D-dimer akan memanjang pada keadaan stadium lanjut dan bila
ditemukannya adanya tanda-tanda metastasis (Berna Komurcuoglu et al, 2011) dan
sebagai respon kemoterapi serum tumor marker akan menurun. (R Molina et al,
2003).

95
Universitas Sumatera Utara

Pasien kanker yang menjalani kemoterapi akan beresiko meningkatnya kejadian
koagulasi  16%,dan komplikasi tromboemboli akan meningkat pada 3 bulan pertama
kemoterapi. (Paolo Prandoni et al, 2005) Beberapa literatur juga menyebutkan bahwa
kemoterapi akan memperpanjang PT, APTT dan meningkatkan D-dimer setelah
kemoterapi dan membaik setelah 7 hari dan kembali seperti sebelum terapi 2 bulan
setelah siklus kemoterapi selesai. Penurunan sintesa antikoagulan oleh hati dan
penurunan fibronolisis oleh beberapa jaringan dapat terjadi selama kemoterapi.
(Slavica kvolik, 2010).
CEA, Cyfra 21-1, NSE telah lama digunakan untuk mengevaluasi terapi pada
kanker paru bukan sel kecil. Sebuah penelitian di china tahun 2011 oleh Hongbing
Liu dan kolega menyebutkan serum CEA akan secara signifikan berkurang setelah
dua siklus kemoterapi pada pasien dengan kanker paru bukan sel kecil. CEA dan NSE
memiliki korelasi yang lemah terhadap jenis kanker adenokarsinoma tetapi tidak
dengan Cyfra 21-1, walau ada beberapa penelitian menyebutkan Cyfra 21-1
berkorelasi lemah dengan karsinoma sel skuamous. (Hobgbing Liu, 2011)
Melihat respon variabel ini terhadap kemoterapi dapat disimpulkan adanya
hubungan terbalik pada kedua variabel ini dan hal ini juga ditemukan pada penelitian
ini. Dapat dimungkinkan nilai salah satu variabel dapat memprediksi

nilai dari

variabel lainnya, hal ini dapat membantu para klinisi dalam menangani pasien kanker
paru bukan sel kecil di berbagai rumah sakit termasuk rumah sakit yang belum
memadai pemeriksaan penunjangnya dalam menilai prognostik pasien

96
Universitas Sumatera Utara

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Karakteristik 41 pasien kanker paru bukan sel kecil yang dilakukan kemoterapi
di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
1. Jenis Kelamin terbanyak adalah laki laki sebanyak 35 orang (85,4%)
2. Usia rata-rata sampel adalah 56,7 tahun, dimana 29 orang (70,7%) dengan
usia 40 sampai dengan 60 tahun,
3. Jenis Histologi terbanyak adalah adalah adeno karsinoma dengan 31 orang
(75%).
4. Tiga puluh lima orang (85,5%) adalah perokok.
5. Jenis kemoterapi terbanyak yang digunakan adalah kemoterapi lini pertama
dengan platinum based therapy dengan Gemsitabin dan Karboplatin pada 27
orang (65,9%).
6. Dari follow-up 1 bulan diperoleh 2 (4,9%) pasien tanpa keluhan, 14 (34,1%)
pasien dengan keluhan berupa disabilitas motorik dan sisanya 25 pasien
(61,0%) meninggal dunia. Pada follow-up 1 tahun setelah kemoterapi
diperoleh 2 (4,9%) orang tanpa keluhan, 3 orang pasien (7,3%) dengan
disabilitas motorik, dan sisanya 36 (87,8%) pasien meninggal dunia.
7. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari nilai parameter hemostasis dan
serum tumor marker sebelum dan sesudah kemoterapi siklus 4 atau 6. Tetapi

97
Universitas Sumatera Utara

ada peningkatan nilai PT, INR, APTT, TT, NSE sebelum dan sesudah
kemoterapi siklus 4 atau 6.
8. Terdapat korelasi negatif yang tidak bermakna pada nilai faal hemostasis dan
serum tumor marker.
9. Hasil yang berbeda terlihat antara APTT dengan Cyfra 21-1 dan TT dengan
Cyfra 21-1 dan NSE dimana terdapat korelasi positif yang bermakna.
5.2. Saran.
Masih dibutuhkan penelitian baru yang mampu menjelaskan korelasi parameter
hemostasis terhadap tumor marker berdasarkan jenis kelamin, usia, jenis histologi sel
dan jenis kemoterapi.

98
Universitas Sumatera Utara