Kementerian Keuangan

Insentif Perpajakan
Sebagai Pendukung Tercapainya
Revolusi Industri 4.0 Indonesia
Jakarta, 4 April 2018

Kepala Badan Kebijakan Fiskal
Kementerian Keuangan Republik Indonesia

Revolusi Industri dari Masa ke Masa

Source: A.T. Kearney

Industry 4.0

Perubahan dalam proses bisnis
Connectivity &
Computer
Power
Analytics and
Intelligence
HumanMachine

Interfaxe
Digital-physical
Transformation

• Internet of things
• Connecting unconnected
• Artificial Intelligence
• Wearable devices
• 3D Printings
• Advance Robotic

Pelaku Industri 4.0

Penyedia Teknologi
• Artificial Intelligence
(AI)
• Internet of Things
• Virtual &
Augmented Reality
• Censor & Scanning

• 3D Printing
• Robotik / Otomasi

Penyedia
Infrastruktur Digital
• Internet Service
Provider (ISP)
• Big Data Server
• Cloud Computing
• Telekomunikasi

Pengguna Teknologi
dan Infrastruktur
Industry 4.0
• Industri Barang
Modal
• Industri Barang
Konsumsi
• Jasa Industri


 Peningkatan efisiensi
 Penurunan biaya produksi
 Perbaikan dalam proses produksi
Sumber: A.T.Kearney

3

Global Value Chain

R&D memiliki kontribusi penambahan nilai (value-added) yang besar dalam global value chain,
sementara manufaktur memiliki kontribusi paling kecil
4

Supply chain pada setiap value chain

Supply chain pada setiap value chain

5

Area Perhatian Pengembangan Industri Dalam Negeri


Peningkatan
Direct
Investment

Ketersediaan
Energi &
Infrastruktur

Ketersediaan
Bahan Baku
dan
Intermediary
Good

Terbangunnya
Ekosistem
Inovasi

Tersedianya

SDM berdaya
saing tinggi

INSENTIF PERPAJAKAN
 Dalam rangka mendorong peningkatan area pengembangan industrialisasi, Pemerintah dapat
melakukan intervensi, dengan menggunakan instrument fiskal – perpajakan.
 Insentif Perpajakan sebagai salah satu alat pendukung, bukan faktor utama, dan bukan faktor satusatunya untuk mendorong pengembangan industrialisasi
6

Dukungan Pemerintah Melalui
Insentif Perpajakan
7

Framework Perlunya Pemberian Insentif Perpajakan
Pemberian Fasilitas Pajak
harus terlebih dahulu
memperhatikan:
 Tidak adanya
alternative instrument
lain yang lebih costefficient

 Benefit dari insentif
pajak harus lebih besar
dari cost.
Terkait cost, termasuk
diantaranya:
 Redundancy;
 inefficiency cost;
 Moral hazard.

8

Framework Political Economy Pemberian Fasilitas Pajak

Peningkatan
Transparansi

• Menghitung cost of incentives (Tax Expenditure
statement)
• Akses informasi oleh publik atas Tax Expenditure


Mengurangi
Diskresi

• Keputusan pemberian insentif tidak berdasar
diskresi perorangan, melainkan melalui
automated targeting dalam ketentuan nya

Perketat
Administrasi

• Mengurangi moral hazard penggunaan insentif
(eg. Melalui kewajiban laporan, audit, dll)

Evaluasi efektivitas
secara berkala

• Memberikan informasi efektifitas fasilitas dan
menentukan perlunyanya mempertahankan atau
menghilangkan fasilitas
9


Tax Holiday

10

Perbandingan Skema Fasilitas Tax Holiday yang Lama dan Baru
Ketentuan

PMK 159/2015 s.t.d.d. PMK
103/2016

PMK Baru

Subjek

Wajib Pajak Baru

Penanaman Modal Baru

Persentase pengurangan


10-100%

100%
(single rate)
5-20 tahun dengan Penentuan jangka waktu berdasarkan nilai investasi
Nilai Investasi

Jangka Waktu

Jangka waktu Tax
Holiday

5-15 tahun

Rp500 miliar s.d. kurang dari Rp1 triliun

5 tahun

diperpanjang s.d. 20 tahun

dengan diskresi Menteri Keuangan

Rp 1 triliun s.d. kurang dari Rp 5 triliun

7 tahun

Rp 5 triliun s.d. kurang dari Rp 15 triliun

10 tahun

Rp 15 triliun s.d. kurang dari Rp 30 triliun

15 tahun

Rp 30 triliun atau lebih

20 tahun

Transisi


Tidak diatur

50% selama 2 tahun

Cakupan Industri

8 cakupan Industri Pionir

17 cakupan Industri Pionir
11

Cakupan Industri Pionir (1)
PMK 159/2015
s.t.d.d. PMK 103/2016
1.
2.

3.
4.
5.
6.
7.
8.

Industri logam hulu
Industri pengilangan minyak bumi atau
industri dan infrastruktur pengilangan minyak
bumi, termasuk yang menggunakan skema
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha
(KPBU)
Industri kimia dasar organik yang bersumber
dari minyak bumi dan gas alam
Industri permesinan yang menghasilkan
mesin industri
Industri pengolahan berbasis hasil pertanian,
kehutanan, dan perikanan
Industri telekomunikasi, informasi dan
komunikasi
Industri transportasi kelautan
Infrastruktur ekonomi yang menggunakan
skema selain Kerjasama Pemerintah dan
Badan Usaha (KPBU).

PMK Baru
1. Industri logam dasar hulu (besi baja dan bukan besi baja) dengan atau tanpa
turunannya, yang terintegrasi
2. Industri pemurnian dan/atau pengilangan minyak dan gas bumi dengan atau
tanpa turunannya, yang terintegrasi
3. Industri petrokimia berbasis minyak bumi, gas alam, atau batubara dengan atau
tanpa turunannya, yang terintegrasi
4. Industri kimia dasar anorganik dengan atau tanpa turunannya, yang terintegrasi
5. Industri kimia dasar organik yang bersumber dari hasil pertanian, perkebunan,
atau kehutanan dengan atau tanpa turunannya, yang terintegrasi
6. Industri bahan baku farmasi dengan atau tanpa turunannya, yang terintegrasi
7. industri pembuatan semi konduktor dan komponen utama komputer lainnya
seperti semikonduktor wafer, backlight untuk LCD, electrical driver, atau LCD
yang terintegrasi dengan industri pembuatan komputer
8. Industri pembuatan komponen utama peralatan komunikasi seperti
semikonduktor wafer, backlight untuk LCD, electrical driver, atau LCD yang
terintegrasi dengan industri pembuatan telepon seluler (smartphone)
9. Industri pembuatan komponen utama alat kesehatan yang terintegrasi dengan
industri pembuatan peralatan iradiasi, elektromedikal, atau elektroterapi

12

Cakupan Industri Pionir (2)
PMK 159/2015
s.t.d.d. PMK 103/2016

PMK Baru
10. Industri pembuatan komponen utama mesin industri seperti motor listrik atau
motor pembakaran dalam yang terintegrasi dengan industri pembuatan mesin
11. Industri pembuatan komponen utama mesin seperti piston, cylinder head, atau
cylinder block yang terintegrasi dengan industri pembuatan kendaraan bermotor
roda empat atau lebih
12. Industri pembuatan komponen robotik yang terintegrasi dengan industri
pembuatan mesin-mesin manufaktur
13. Industri pembuatan komponen utama kapal yang terintegrasi dengan industri
pembuatan kapal
14. Industri pembuatan komponen utama pesawat terbang seperti engine,
propeller, rotor, atau komponen struktur yang terintegrasi dengan industri
pembuatan pesawat terbang
15. Industri pembuatan komponen utama kereta api seperti engine atau transmisi
yang terintegrasi dengan industri pembuatan kereta api
16. Industri mesin pembangkit tenaga listrik, termasuk industri mesin pembangkit
listrik tenaga sampah
17. Infrastruktur ekonomi.

13

TERIMA KASIH

Dokumen yang terkait

Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi (Studi Pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012) Analysis of Banking Financial Performance Before and After Merger and Acquisition (Studies in Banki

7 55 8

Analisis Komparasi Kinerja Keuangan dan Sosial Bank Umum Syariah Devisa dan Bank Umum Syariah Non Devisa di Indonesia; Shela Ayu Istighfarah; 080810201124

1 33 19

Penerapan Manajemen Keuangan Pendidikan di MAN Insan Cendekia Serpong

15 117 208

Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah Dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Study Kasus Pada Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Di Pemerintah Kota Bandung)

3 29 3

Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Laporan Keuangan Arus Kas Pada PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Cabang Bandung Dengan Menggunakan Software Microsoft Visual Basic 6.0 Dan SQL Server 2000 Berbasis Client Server

32 174 203

Tinjauan Atas Prosedur Surat Pertanggung Jawaban Dan Penatausahaan Keuangan Daerah Pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Pertambangan Dan Energi Kabupaten Indramayu (PSDA Tamben)

2 48 64

Pengaruh Modal Kerja Dan Leverage Keuangan Tehadap Profitabilitas (Penelitian Pada Perusahaan Tekstil Dan Garmen Yang Terdaftar Di BEI)

10 68 1

Analisis Rasio Keuangan Dengan Menggunakan Leverage Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) TBK

2 11 1

Sistem Informasi Rekapitulasi Absensi dan Penggajian pada Lembaga Keuangan Rakyat BMT Kariman Al Falah

13 105 54

SOP Akuntansi Keuangan

7 62 5