PAPER PRODUKTIVITAS PRIMER FITOPLANKTON doc

PAPER PRODUKTIVITAS PRIMER FITOPLANKTON DI PERAIRAN
PARAPAT, DANAU TOBA

Dina Septalia Lestari
B0A012003

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI DIII PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN
DAN KELAUTAN
PURWOKERTO
2013

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingkat produktivitas primer merupakan deskripsi kualitatif yang menyatakan
konsentrasi unsur hara yang terdapat di dalam suatu badan air atau merupakan laju

pembentukan senyawa-senyawa organic yang kaya energi dari senyawa-senyawa
anorganik. Tingkat produktivitas primer perairan berasal dari ketersediaan unsur hara
N dan P. Dimana kedua unsur ini merupakan unsur hara yang esensial yang
dibutuhkan dalam pertumbuhan organism dan apabila kekurangan unsur ini maka
akan menyebabkan rendahnya produktivitas primer suatu perairan.
Sumber energi primer bagi ekosistem adalah cahaya matahari. Energi cahaya
matahari hanya dapat diserap oleh organisme fotosintetik (autotrof). Energi cahaya
digunakan untuk mensintesis molekul anorganik menjadi molekul organik yang kaya
energi. Molekul tersebut selanjutnya disimpan dalam bentuk makanan dalam
tubuhnya dan menjadi sumber bahan organik bagi organisme lain yang heterotrof.
Organisme yang memiliki kemampuan untuk mengikat energi dari lingkungan
disebut produsen.
Danau sebagai habitat perairan air tawar yang menggenang merupakan suatu
ekosistem bagi organisme akuatik. Organisme produsen sebagai penghasil
produktivitas primer yang yang memanfaatkan energi cahaya matahari sehingga
dapat berfotosintesis menghasilkan oksigen. Produktivitas primer sendiri berarti hasil
proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan berklorofil. Dalam perairan yang
melakukan aktivitas fotosintesis adalah fitoplankton, hasil dari fotosintesisnya
merupakan sumber nutrisi utama bagi organisme air lainnya yang berperan sebagai
konsumen dimulai dengan zooplankton dan diikuti oleh kelompok organisme lainnya.

Produktivitas ekosistem perairan tentulah berbeda-beda di setiap ekosistem
khususnya ekosistem air tawar. Karena dapat dipengaruhi oleh kondisi fisik dari suatu
ekosistem perairan. Hal itulah yang melatarbelakangi saya untuk mengamati faktor
fisik di perairan Parapat ,Danau Toba, sehingga dapat diketahui produktivitas
ekosistem di perairan Parapat ,Danau Toba.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan paper ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara faktor fisik, kimia, biologi perairan dengan nilai produktivitas di perairan
Parapat, Danau Toba.

II.

DESKRIPSI LOKASI PERAIRAN

Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia yang terbentuk secara
Vulkono Tektonik, terletak di pegunungan Bukit Barisan. Luas permukaan danau
+1.100 km2 dengan total volume air +1.258 km3. Perairan terdalam berkisar 499 m
dan berada pada ketinggian 995 m di atas permukaan laut, dikelilingi oleh tebing dan
gunung-gunung dengan ketinggian maksimal 2.1257 m. Danau Toba terletak antara

20-30 LU dan 980-990 BT. Dasar danau kebanyakan terdiri dari batu-batu, pasir dan
pada bagian tertentu terdapat endapan lumpur (Ondara, 1969 dalam Eyanoer et al,
1980). Danau Toba yang mempunyai luas permukaan lebih kurang 112.970 ha,
merupakan danau yang paling luas di Indonesia. Secara geografis Danau Toba
terletak diantara 98° - 99° Bujur Timur dan 2° - 3° Lintang Utara, berjarak sekitar 175
km dari kota Medan, terletak pada ketinggian 995 m di atas permukaan laut, dengan
kedalaman maksimum yaitu 525 m yang terdapat di kawasan perairan Haranggaol.
Danau Toba yang merupakan suatu ekosistem air telah banyak mengalami
perubahan terutama akibat dari berbagai aktivitas manusia yang terdapat di sekitar
ekosistem air ini. Permasalahan yang dialami ekosistem Danau Toba terutama adalah
penurunan kualitas air akibat dari berbagai limbah yang dibuang ke dalam danau
sehingga menimbulkan pencemaran, seperti limbah rumah tangga, limbah pertanian,
limbah dari budidaya perikanan di dalam keramba serta limbah minyak yang berasal
dari aktivitas transportasi air. Hal ini terutama dapat dilihat dikawasan sekitar Parapat
dan Balige.

Gambar 1 Danau Toba, Parapat

Sumber : http://www.nakarasido.com/2011/05/5-tempat-wisata-di-sumaterautara.html


Gambar 2 Danau toba berdasarkan foto satelit
Sunber : http://tourismculinaryarea.blogspot.com/2011_06_01_archive.html

III.

DESKRIPSI FISIK PERAIRAN DANAU TOBA

Adapun yang menyangkup fakior fisika yang diukur adalah :
1. Suhu (0C)
Suhu air yang diukur pada permukaan dan dasar perairan dengan
menggunakan termometer yang di masukkan kedalam badan air selama beberapa
menit.
2. Kecerahan (cm)

Intensitas cahaya matahari mempengaruhi produktivitas primer. Hasil
perubahan energi cahaya matahari menjadi energi kimia dapat diperoleh melalui
proses fotosintesis oleh tumbuhan hijau. Proses fotosintesa sangat tergantung pada
intensitas cahaya matahari, konsentrasi CO2, oksigen terlarut dan temperatur
perairan. Oleh karena itu tumbuhan hijau sangat tergantung pada kecerahan suatu
perairan karena mempengaruhi proses fotosintesis (Barus, 2004). Pengukuran

dilakukan dengan menggunakan alat keping Secci yang berbentuk bulat dengan
diameter 20 cm. Keping Secci diberi tali yang mempunyai ukuran lalu dimasukkan ke
badan perairan sampai pada kedalaman keping Secci tersebut tidak terlihat dari
permukaan. Selanjutnya diukur panjang dari permukaan sampai pada posisi keping
Secci tersebut. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa kedalaman penetrasi cahaya
adalah 5 m. Kedalaman penetrasi seperti ini menunjukkan keadaan air yang relatif
masih jernih.

Gambar 3 Warna perairan Danau Toba
Sumber : http://mayhem-on-us.deviantart.com/art/air-danau-toba-cuyy-164625280
IV.

DESKRIPSI KIMIA PERAIRAN DANAU TOBA

Adapun yang menyangkup fakior kimia yang diukur adalah :
1. pH air
Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion Hidrogen dalam suatu larutan.
Dalam air yang bersih jumlah konsentrasi ion H+ dan OH- berada dalam
keseimbangan sehingga air yang bersih akan bereaksi netral. Organisme akuatik dapat
hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi


antara asam lemah dan basa lemah. pH yang ideal bagi kehidupan organisme akuatik
umumnya berkisar antara 7 - 8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun
sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan
menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat yang bersifat toksik (Barus,
1996). pH air dapat mempengaruhi jenis dan susunan zat dalam lingkungan perairan
dan mempengaruhi ketersediaan unsur hara serta toksinitas dari unsur renik (Barus,
2004).Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pH-meter. Elektroda dari pHmeter dimasukkan ke dalam sampel air yang diukur, selanjutnya setelah angka yang
tertera pada display stabil, langsung dibaca.Nilai pH berkisar antara 7.03 - 7.37.
2. Kelarutan Oksigen (DO)
Oksigen merupakan salah satu faktor terpenting dalam setiap sistem perairan
yang diperlukan organisme untuk melakukan respirasi. Sumber utama oksigen
terlarut berasal dari atmosfir dan proses fotosintesis dan dari tumbuhan air lainnya.
Oksigen dari udara diserap dengan difusi langsung permukaan air oleh angin dan
arus. Jumlah oksigen terlarut di suatu ekosistem danau dipengaruhi oleh faktor
temperatur. Kelarutan oksigen dalam air akan meningkat apabila temperatur air
menurun dan begitu juga sebaliknya (Michael, 1994). Pengaruh oksigen terlarut
terhadap fisiologis organisme air terutama adalah dalam proses respirasi. Kelompok
organisme air yang mempunyai sistem respirasi melalui insang dan kulit secara
langsung akan sangat terpengaruh dengan konsentrasi oksigen terlarut dalam air.

Aktivitas fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan air meningkatkan jumlah oksigen
terlarut yang mencapai maksimum pada sore hari dan turun lagi malam hari karena
aktivitas untuk mengikat gas, respirasi tumbuhan dan hewan air (Michael, 1994).
Oksigen terlarut diukur dapat menggunakan DO meter. Sempel air diambil dari dasar
dan dimasukkan kedalam botol dan dilakukan pengukuran oksigen terlarut.
Konsentrasi oksigen terlarut pada lokasi penelitian berkisar antara 5,93 – 6,40 mg/L,
sementara nilai pH berkisar antara 7.03 - 7.37.

3. BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen
Demand)
Nilai BOD dapat dinyatakan sebagai jumlah oksigen yang diperlukan oleh
mikroorganisme aerobik dalam proses penguraian senyawa organik. Penguraian
bahan buangan organik melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme di dalam air
lingkungan adalah proses alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan
mengandung oksigen yang cukup (Wardhana, 1995).
Proses penguraian senyawa organik biasanya diukur selama 5 hari (BOD5),
karena diketahui dari hasil jumlah senyawa organik yang diuraikan sudah mencapai
+70%. Pengukuran BOD didasarkan kepada kemampuan mikroorganisme untuk
menguraikan senyawa organik secara biologis seperti sampah rumah tangga. Untuk
produk-produk kimiawi seperti senyawa minyak dan buangan kimia lainnya akan

sangat sulit atau bahkan tidak bisa diuraikan oleh mikroorganisme. Oleh karena itu di
samping mengukur nilai BOD perlu dilakukan pengukuran terhadap jumlah oksigen
yang dibutuhkan dalam proses oksidasi kimia yang dikenal sebagai COD (Chemical
Oxygen Demand) yang dinyatakan dalam mg O2/l. Dengan mengukur nilai COD
diperoleh nilai yang menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses
oksidasi terhadap total senyawa organik baik yang mudah diuraikan secara biologis
maupun terhadap senyawa yang sukar/tidak bisa diuraikan secara biologis
(Barus,2004).Pengukuran BOD,dilakukan dengan menggunakan Metode Winkler.
Sempel air yang diambil dari dasar perairan dimasukkan kedalam botol Winkler.

Gambar 4 Botol Winkler
Sumber : Ternala Alexander Barus, 2008
4. Nitrogen dan Fosfor
Nitrogen dan Fosfor sangat berperan dalam proses terjadinya eutrofikasi di
suatu ekosisten air. Seperti diketahui bahwa fitoplankton dan tumbuhan air lainnya
membutuhkan

nitrogen

dan


fosfor

sebagai

sumber

nutrisi

utama

bagi

pertumbuhannya. Dengan demikian maka peningkatan unsur nitrogen dan fosfor
dalam air akan dapat meningkatkan populasi alga secara massal yang menimbulkan
eutrofikasi dalam ekosistem air (Barus, 2004).
5. Padatan Terlarut Total (TDS)
TDS mempengaruhi ketransparanan dan warna air. Sifat transparan air ada
hubungannya


dengan

produktifitas.

Transparan

yang

rendah

menunjukkan

produktivitas tinggi. Cahaya tidak dapat tembus banyak jika konsentrasi bahan
tersuspensi tinggi (Sastrawijaya, 2000). Padatan terlarut total mencerminkan jumlah
kepekatan padatan dalam suatu contoh air. Penentuan padatan terlarut total dapat
cepat menentukan kualitas air, caranya dengan mengukur derajat konduktifitas air.
Derajat konduktivitas air sebanding dengan padatan terlarut total dalam air tersebut.
Pada umumnya suatu danau menjadi eutrofikasi bila padatan terlarut total melebihi
100 bpj (bagian per juta) (Sastrawijaya, 2000).


V.

DESKRIPSI BIOLOGI PERAIRAN DANAU TOBA

Adapun yang menyangkup fakior biologi yang diukur adalah :
1. Bakteri Coli (Colifekal)
Colifekal adalah bakteri Coli yang berasal dari kotoran manusia dan hewan
mamalia. Bakteri ini bisa masuk ke perairan bila ada buangan feses yang masuk ke

dalam badan air. Kalau terdeteksi ada bakteri Colifekal di dalam air maka air itu
kemungkinan tercemar sehingga tidak bisa dijadikan sebagai sumber air minum
(Sastrawijaya, 2000).
Uji colifecal dilakukan untuk mengetahui kandungan bakteri coli yang
terdapat di perairan. Uji ini dilakukan dengan menggunakan metode MPN (Most
Probability Number). Metode MPN terdiri dari 3 tahap yaitu :
a. Uji pendugaan (Presumptive Test)
b. Uji penegasan (Confirmed Test)
c. Uji lengkap (completed Test)
2. Kelimpahan Plankton
Dari hasil yang diperoleh bahwa jenis-jenis fitoplankton yang mempunyai
kelimpahan yang

tinggi pada perairan tersebut adalah Staurastrum, Flagillaria,

Ulotrix, Surilella

dan Asterionella, sementara dari jenis zooplankton adalah

Trichocerca, Fillinia, Keratella, and Bosmina (Barus ,2008)
Adapun contoh Fitoplankton yang terdapat pada perairan yaitu :

Gambar 5 Chaetoceros
Sumber :http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Chaetoceros_diadema_spores.jpg

Gambar 3 Cymbella
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Cymbella

Gambar 7 Chlorococcum
Sumber :
http://www.glerl.noaa.gov/seagrant/GLWL/Algae/Chlorophyta/Cards/Chlorococcum.
html
Adapun contoh zooplankton yang terdapat pada perairan yaitu :

Gambar 8 Halteria
Sumber : http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Halteria.jpg

Gambar 9Arcella
Sumber : http://www.photomacrography.net/forum/viewtopic.php

Gambar 4 Mytillina
Sumber : http://micro.magnet.fsu.edu/moviegallery/pondscum/rotifera/mytilina/

Gambar 11 Bakteri E. coli Perbesaran 100x dengan menggunakan mikroskop
binokuler (Olympus)
Sumber : http://putrimajid.blogspot.com/2011/12/escherichia-coli.html

VI.

PENDUGAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DANAU TOBA

Produktivitas primer adalah suatu proses pembentukan senyawa-senyawa
organik melalui proses fotosintesis. Proses fotosintesis sendiri dipengaruhi oleh faktor
konsentrasi klorofil a, serta intensitas cahaya matahari. Nilai produktivitas primer
dapat digunakan sebagai indikasi tentang tingkat kesuburan suatu ekosistem perairan.
Sejauh ini, data dan informasi mengenai hubungan produktivitas primer dengan
konsentrasi klorofil serta hubungannya dengan faktor fisik-kimia air di perairan
Parapat, Danau Toba belum diketahui.
Nilai produktivitas dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
PN = Produktivitas kotor (Pg) – Respirasi (R)
R = [ O2] awal – [ O2] akhir pada botol gelap
Pg = [ O2] akhir pada botol terang – [ O2] akhir pada botol gelap
Dimana:
PN = Produktivitas Primer Netto
R = Respirasi
Pg = Produktivitas Primer Kotor
Untuk mengubah nilai mg/l menjadi mg C/m3 maka nilai dalam mg/l
dikalikan dengan faktor 375,36. Hal ini untuk menghasilkan mg C/m3. Untuk
mendapatkan nilai produktivitas primer dalam satuan hari maka nilai per jam harus
dikalikan dengan 12 (mengingat cahaya matahari hanya diperoleh selama 12 jam per
hari).
Dari hasil pengukuran di lokasi perairan Danau Toba, diperoleh bahwa nilai
produktivitas primer rata-rata berkisar antara 387,873 – 825,739 mg C/m3/hari (Tabel
1), dengan nilai terendah diperoleh pada lokasi 4 dan nilai tertinggi pada lokasi 2.
Menurut Brehm & Meijering (1990), nilai produktivitas primer rata-rata tahunan di
danau-danau temperata berkisar antara 20 – 100 mg C/m3/hari (oligotrofik).
Mengingat pengukuran di Danau Toba dilakukan hanya sekali, maka dapat
dimengerti bahwa hasil pengukuran yang dilakukan jauh lebih besar dibandingkan
dengan nilai produktivitas primer menurut Brehm & Meijering (1990) tersebut.
Selanjutnya pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa berdasarkan kedalaman danau,nilai

produktivitas primer terendah diperoleh pada permukaan (lokasi 4) sebesar 187,68
mg C/m3/hari. Meskipun kepadatan plankton di lokasi 4 ini tinggi yaitu sebesar
6.970,69 indv./L, tetapi jenis-jenis plankton yang dijumpai di dominasi oleh
zooplankton yang tidak berperan dalam produktivitas primer. Berdasarkan kedalaman
danau juga diperoleh bahwa nilai produktivitas primer tertinggi di peroleh pada
kedalaman 2,5 m (lokasi 2) sebesar 1.163,62 mg C/m3/hari. Hal ini memberikan
indikasi bahwa kedalaman 2,5 m merupakan kedalaman yang ideal bagi terjadinya
proses fotosintesis yang optimal. Adanya berbagai aktivitas di bagian permukaan
danau menyebabkan proses fotosintesis menjadi tidak efektif, meskipun jika ditinjau
dari aspek intensitas cahaya matahari sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi
proses fotosintesis, seharusnya bagian permukaan air akan menyerap cahaya lebih
baik dibandingkan dengan lapisan air di bawahnya. Berdasarkan uji statistik diperoleh
bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara nilai produktivitas primer yang
dibandingkan antar lokasi penelitian. Selanjutnya dapat dilihat bawah nilai
produktivitas primer pada permukaan berbeda nyata dengan nilai yang diperoleh pada
kedalaman 2,5 m, ditandai dengan nilai signifikan (0,034) yang lebih kecil dari 0,05.

Gambar 12 kondisi tanaman air yang terdapat pada danau toba
Sumber :http://localnews2008.blogspot.com/2008/07/jangan-biarkan-danautoba-jadi-danau.html
Adapun contoh-contoh tanaman air yang terdapat di perairan Danau Toba.

Gambar 13 Eichhornia crassipes
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Ecenggondok

Gambar 14 Nelumbo lutea
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Teratai

Gambar 15 Tumbuhan Hydrilla verticillata
Sumber : Eva Vitra,2008

Tabel 1. Nilai produktivitas primer, faktor-faktor fisika-kimia air dan kelimpahan plankton
Sumber : Ternala Alexander Barus dkk, 2008

Lok.

Kedalaman
Air (m)

0
2,5
5
Rata-rata
0
2
2,5
5
Rata-rata
0
3
2,5
5
Rata-rata
0
4
2,5
5
Rata-rata
Keterangan:
1

PP
(mgC/m3/hari)

Temperatur
(0C)

pH

525,505
788,255
525,505
613,088
825,79
1.163,62
487,97
825,793
600,575
788,255
487,97
625,600
187,68
337,825
638,115
387,873

25
25
25
25
25
24
24
24,33
25
24
24
24,33
25
25
24
24,67

6,9
7,2
7,3
7,13
7,3
7,4
7,4
7,37
7,0
7,0
7,1
7,03
7,1
7,0
7,0
7,03

Lok. 1 : Kontrol (2039’33,1” N/98055’55,8” E)
Lok. 2 : Dermaga/Hotel (2039’32” N/98055’57,2” E)
Lok. 3 : Pemukiman (2038’50,2” N/98055’16,5” E)
Lok. 4 : Keramba Jaring Apung (2042’10,18” N/98055’12,72” E)

NO3

DO
(mg /L)

BOD5
(mg/L)

(mg/L)

6,2
6,0
5,4
5,84
6,9
5,2
6,6
6,23
6,6
6,0
6,6
6,40
6,4
6,0
5,4
5,93

0,8
0,6
0,4
0,60
0,8
0,6
0,4
0,60
3,8
1,8
1,2
2,27
1,6
1,4
1,5
1,50

1,1262
1,1844
1,1553
1,1553
1,0971
1,0776
1,1359
1,1035
1,1553
1,2038
1,1842
1,1811
1,1262
1,0388
1,0582
1,0744

PO4
(mg/L)
0,0358
0,0483
0,0318
0,0386
0,0398
0,0438
0,0996
0,0611
0,0239
0,0318
0,03545
0,0304
0,0318
0,0159
0,0239
0,0239

Kelimpahan
Plankton
(Indv./L)
3.149,02
2.896,18
3.022,60
10.112,07
7.054,77
8.583,42
22.868,8
14.033,12
18.450,96
6.970,69
6.519,75
6745,22

VII.

KESIMPULAN

1. Nilai rata-rata Produktivitas Primer fitoplankton berkisar 387,873 - 825,739
mg C/m3/hari, dengan nilai terendah pada lokasi 4 dan nilai tertinggi pada
lokasi 2.
2. Nilai produktivitas primer terendah diperoleh sebesar 187,68 mg C/m 3/hari
pada lokasi 4 di permukaan.
3. Dapat dilihat bahwa nilai produktivitas primer pada permukaan berbeda nyata
dengan nilai yang diperoleh pada kedalaman 2,5.
4. Lokasi pada sekitar pemukiman memberikan dampak peningkatan konsentrasi
nutrisi dalam perairan yang menyebabkan fitoplankton yang tumbuh secara
optimal.
5. Dari hasil yang diperoleh bahwa jenis-jenis fitoplankton yang mempunyai
kelimpahan

yang

tinggi pada perairan tersebut adalah Staurastrum,

Flagillaria, Ulotrix, Surilella dan

Asterionella,

sementara

zooplankton adalah Trichocerca, Fillinia, Keratella, and Bosmina.

dari

jenis

REFERENSI
Anonim,2011.http://tourismculinaryarea.blogspot.com/2011_06_01_archive.html.
diakses tanggal 1 November 2013
Anonim,2011.Tempat wisata Sumatra Utara.http://www.nakarasido.com/2011/05/5
tempat-wisata-di-sumatera-utara.html.diakses tanggal 1 November 2013
Anonim.2008..http://localnews2008.blogspot.com/2008/07/jangan-biarkan-danautoba-jadi-danau.html. Diakses tanggal 1 November 2013.
Anonim.2011..http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Chaetoceros_diadema_spores
.jpg. Diakses tanggal 1 November 2013.
Anonim.2011..http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Halteria.jpg.Diakses tanggal
1 November 2013.
Anonim.2011..http://en.wikipedia.org/wiki/Cymbella. Diakses tanggal 1 November
2013.
Anonim.2011..http://id.wikipedia.org/wiki/Ecenggondok.
November 2013.

Diakses

tanggal

1

Anonim.2011..http://id.wikipedia.org/wiki/Teratai. Diakses tanggal 1 November
2013.
Anonim.2011..http://micro.magnet.fsu.edu/moviegallery/pondscum/rotifera/mytilina/.
Diakses tanggal 1 November 2013.
Anonim.2011..http://www.glerl.noaa.gov/seagrant/GLWL/Algae/Chlorophyta/Cards/
Chlorococcum.html. Diakses tanggal 1 November 2013.
Anonim.2011..http://www.photomacrography.net/forum/viewtopic.php.Diakses
tanggal 1 November 2013.
Anonim.2011.warna Air Danau Toba.http://mayhem-on-us.deviantart.com/art/airdanau-toba-cuyy-164625280.Diakses tanggal 1 November 2013.
Barus, T.A, 1996. Metodologi Ekologis Untuk menilai Kualitas erairan lotik.Jurusan
Biolgi fakultas Matematika dan ilmu pengetahuan Alam Universitas Sumatera
Utara,Medan.
ultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
ultas Matematika dan Ilmu PengetAlam Universitas Sumatera Utara,

Barus, T.A. 2004. ”Faktor-Faktor Lingkungan Abiotik dan Keanekaragaman Plankton
sebagai Indikator Kualitas Perairan Danau Toba”.Jurnal Manusia dan
Lingkungan, Vol. XI, No. 2, Juli 2004, hal. 64-72.
Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi, Studi Tentang Ekosistem Air Daratan.
Medan: Penerbit USU Press.
Barus, T.A.2008. Produktivitas Primer Fitoplankton Dan Hubungannya Dengan
Faktor Fisik-Kimia Di Perairan Parapat, Danau Toba. Sumatera Utara,.Medan.
Brehm, J. & Meijering, M.P.D. 1990. Fließgewässerkunde. -2. Auft, Quelle &
Meyer Verlag, Heidelberg- Wiesbaden
Eyanoer FMH.Sebiring M., Medju Sj. Damanik & J.Anwar, 1980. Laporan Akhir
Komunitas Lingkungan Perairan dan Kehidupan Biologi Danau Toba Sumatera
Utara. Pusat kajian Lingkungan hidup Universitas Sumatera Utara.
Michael P, 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium.
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Putri.2011.http://putrimajid.blogspot.com/2011/12/escherichia-coli.html. Diakses
tanggal 1 November 2013.
Sastrawijaya,A.T. 2000. Pencemaran Lingkungan. Penerbit Rineka Cipta,Jakarta.
Vetra eva .2008. Analisis Kualitas Air Dan Hubungannya Dengan Keanekaragaman
Vegetasi Akuatik Di Perairan Parapat Danau Toba.Universitas Sumatera Utara.
Medan
Wardhana,W. A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan.Andi Offiset, Yogyakarta.