Etika Profesi Seorang Akuntan Publik FAK

Etika Profesi Seorang Akuntan Publik

Makalah
Pengauditan
Dosen Pengampu:
Faqiatul Mariya Waharini, S.E., M.Si

Disusun Oleh:
Yuliana Nur Aufa
Denia Larasati
Tri Mugiarti

15.0102.0032
15.0102.0051
15.0102.0065

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2017

Statement of Authorships

“Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah dan power point
adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami
gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini belum pernah disajikan sebagai bahan untuk makalah atau tugas pada mata
ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”
Judul Makalah

: Etika Profesi Seorang Akuntan Publik

Tanggal

: 07 Oktober 2017

Dosen

: Faqiatul Mariya Waharini,S.E., M.Si

Yang Membuat Pernyataan

Penulis 1

Penulis 2

Yuliana Nur Aufa
15.0102.0032

Denia Larasati
15.0102.0051
Penulis 3
Tri Mugiarti
15.0102.0065

BAB I
PENDAHULUAN
Kepercayaan masyarakat terhadap suatu profesi ditentukan oleh keandalan,
kecermatan, ketepatan waktu, dan mutu atau jasa pelayanan yang diberikan oleh profesi
tersebut. Kata “kepercayaan” demikian pentingnya karena tanpa kepercayaan masyarakat
maka jasa profesi tersebut tidak akan diminati, yang kemudian pada gilirannya profesi
tersebut akan punah. Untuk membangun kepercayaan perilaku para profesi perlu diatur dan

kualitas hasil pekerjaanya dapat dipertanggung jawabkan. Untuk itu dibutuhkan penerapan
standar tertentu, sehingga masyarakat dapat meyakini kualitas pekerjaan seorang
profesional. Kepercayaan masyarakat terhadap mutu audit akan menjadi lebih tinggi jika
profesi akuntan publik menerapkan standar mutu yang tinggi terhadap pelaksanaan
pekerjaan audit yang dilakukan oleh anggota profesi tersebut.
Salah satu karakteristik yang membedakan setiap profesi dengan masyarakat pada
umumnya adalah kode etik perilaku profesional atau etika bagi para anggotanya.Perilaku
yang beretika memerlukan lebih dari sekedar beberapa peraturan perilaku dan kegiatan
pengaturan. Tidak ada satupun kode etik profesional maupun kerangka kerja pengaturan
yang mampu mengantisipasi segala situasi yang memerlukan adanya pertimbangan pribadi
dalam perilaku beretika. Etika profesional dikeluarkan oleh organisasi profesi untuk
mengatur perilaku anggotanya dalam menjalankan praktik profesinya bagi masyarakat. Etika
profesional bagi praktik akuntan disebut dengan kode etik dan dikeluarkan oleh organisasi
profesi akuntan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ETIKA
Etika (ethics) dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral
(Elder dkk, 2012). Setiap orang memiliki rangkaian nilai seperti itu, meskipun kita

memperhatikan atau tidak memperhatikannya secara eksplisit. Contoh serangkaan
prinsip atau nilai moral yang telah ditentukan adalah UU dan peraturan, doktrin gereja,
kode etik bisnis bagi kelompok profesi seperti akuntan publik, serta kode perilaku dalam
organisasi.
Perilaku etis sangat diperlukan oleh masyarakat agar dapat berfungsi secara
teratur. Kita dapat berargumentasi bahwa etika adalah perekat yang dapat mengikat
anggota masyarakat. Kebutuhan akan etika dalam masyarakat cukup penting, sehingga
banyak nilai etika yang umum dimasukkan ke dalam undang-undang. Namun, sebagian
besar nilai etika tidak dapat dijadikan undang-undang karena etika tersebut tidak dapat
didefinisikan dengan cukup baik agar dapat diberlakukan. Sebagian besar orang
mendefinisikan perilaku tidak etis sebagai tindakan yang berbeda dengan apa yang
mereka anggap tepat dilakukan dalam situasi tertentu. Enam nilai inti etis mengenai
perilaku etis menurut Josephson Institute:
1. Dapat dipercaya (trustworthiness), mencakup kejujuran, integritas, reliabilitas, dan
loyalitas. Kejujuran menuntut itikad baik untuk mengemukakan kebenaran. Integritas
berarti bahwa seseorang bertindak sesuai dengan kesadaran yang tinggi, dalam
situasi apapun. Reliabilitas berarti melakukan semua usaha yang masuk akal untuk
memenuhi komitmennya. Loyalitas adalah tanggung jawab untuk mengutamakan
dan melindungi berbagai kepentingan masyarakat dan organisasi tertentu.
2. Penghargaan (respect), mencakup gagasan seperti kepantasan, kesopansantunan,

kehormatan, toleransi, dan penerimaan.
3. Pertanggung jawaban (responsibility), berarti bertanggung jawab atas tindakan
seseorang serta dapat menahan diri.
4. Kelayakan (fairnesss) dan keadilan mencakup isu-isu tentang kesamaan penilaian,
sikap tidak memihak, proporsionalitas, keterbukaan, dan keseksamaan.
5. Perhatian (caring), berarti sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan pihak
lain dan mencakup tindakan yang memperhatikan kepentingan sesama serta
memperlihatkan perbuatan baik.
6. Kewarganegaraan (citizenship), termasuk kepatuhan pada undang-undang serta
melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara agar proses masyarakat
berjalan dengan baik.

Ada dua alasan utama mengapa seseorang bertindak tidak etis:
1. Standar etika seseorang berbeda dengan masyarakat umum.
Salah satu contohnya, ketika orang-orang berlaku curang dalam mengisi SPT
pajaknya, berbohong dalam mengisi formulir aplikasi lamaran kerja, atau bertindak di
bawah tingkat kompetensi yang dimilikinya sebagai karyawan, sebagian besar dari
kita akan menganggap hal itu sebagai perilaku yang tidak etis. Jika orang lain
memutuskan bahwa perilaku ini etis dan dapat diterima, maka akan ada konflik nilai
etis yang tidak mungkin terselesaikan.

2. Orang memilih untuk bertindak mementingkan diri sendiri.
Sebagian besar perilau tidak etis disebabkan oleh tindakan yang mementingkan diri
sendiri. Kecurangan dalam mengisi SPT pajak dan laporan pengeluaran dimotivasi
oleh ketamakan atas uang. Orang tersebut mengetahui bahwa perilakunya tidak
benar tetapi ia memilih untuk tetap melaukan itu karena diperlukan pengorbanan
pribadi untuk bertindak secara etis.
B. DILEMA ETIKA
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia harus
mengambil keputusan tentang perilaku yang cepat (Elder dkk, 2012). Para auditor,
akuntan, serta pelaku bisnis lainnya menghadapi dilema etika dalam karier bisnis
mereka. Auditor yang menghadapi klien yang mengancam akan mencari auditor baru
kecuali bersedia menerbitkan suatu pendapat wajar tanpa pengecualian, akan
mengalami dilema etika bila pendapat wajar tanpa pengecualian itu tidak tepat. Untuk
menyelesaikan dilema etika terdapat metode-metode rasionalisasi yang sering
digunakan, yang dengan mudah dapat mengakibatkan tindakan tidak etis.
1. Setiap orang melakukannya. Argumen bahwa memalsukan SPT pajak, mencontek
saat ujian, atau menjual produk yang cacat merupakan perilaku yang dapat diterima
umumnya didasarkan pada rasionalisasi bahwa setiap orang lain juga melakukan hal
yang sama dan karena itu merupakan perilaku yang dapat diterima.
2. Jika sah menurut hukum, hal itu etis. Menggunakan argumen bahwa semua perilaku

yang sah menurut hukum adalah perilaku yang etis sangat bergantung pada
kesempurnaan hukum.
3. Kemungkinan penemuan dan konsekuensinya. Filosofi ini bergantung pada evaluasi
atas kemungkinan bawa orang lain akan menemukan perilaku tersebut.
Pendekatan yang relatif sederhana untuk menyelesaikan dilema etika:
1. Memperoleh fakta yang relevan.
2. Mengidentifikasi isu-isu etis berdasarkan fakta tersebut.
3. Menentukan siapa yang akan terpengaruh oleh akibat dari dilema tersebut dan
bagaimana setiap orang atau kelompok itu terpengaruhi.

4. Mengidentifikasi berbagai alternatif

yang

tersedia bagi orang yang

harus

menyelesaikan dilema tersebut.
5. Mengidentifikasi konsekuensi yang mungkin terjadi dari setiap alternatif.

6. Memutuskan tindakan yang tepat.
C. KEBUTUHAN KHUSUS AKAN PERILAKU ETIS DALAM PROFESI
Profesional adalah tanggung jawab untuk bertindak lebih dari sekadar memenuhi
tanggung jawab diri sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat.
Akuntan publik, sebagai profesional, mengakui adanya tanggung jawab kepada
masyarakat, klien, serta rekan praktisi, termasuk perilaku yang terhormat, meskipun itu
berarti pengorbanan diri. Alasan utama mengharapkan tingkat perilaku profesional yang
tinggi oleh setiap profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik atas kualitas jasa
yang diberikan oleh profesi, tanpa memandang individu yang menyediakan jasa tertentu.
Bagi akuntan publik, kepercyaan klien dan pemakai laporan keuangan eksternal atas
kualitas audit dan jasa lainnya sangatlah penting.
1. Perbedaan Antara Kantor Akuntan Publik dan Profesional Lainnya
Kantor akuntan publik (KAP) memiliki hubungan khusus dengan para
pemakai laporan keuangan yang berbeda dengan bentuk hubungan antara
profesional lain dengan para pemakai jasanya. Auditor tidak mengetahui atau tidak
mempunyai hubungan dengan para pemakai laporan keuangan tetapi sering
melakukan pertemuan dan mengadakan hubungan yang berkesinambungan dengan
personil klien. Sangat penting bahwa pemakai laporan memandang kantor akuntan
publik sebagai pihak yang kompeten dan objektif. Jika pemakai laporan yakin bawa
kantor akuntan publik tidak memberikan jasa yang bernilai (mengurangi risiko

informasi), maka nilai laporan audit serta laporan jasa atestasi lainnya dari kantor
akuntan publik tersebut akan berkurang dan karenanya, permintaan akan jasa audit
juga berkurang. Maka, akan ada insentif yang cukup banyak bagi kantor akuntan
publik untuk berperilau pada tingkat profesionalisme yang tinggi.
2. Cara-Cara Akuntan Publik Didorong untuk Memperlakukan Diri Mereka Secara
Profesional
Dua faktor yang paling berpengaruh ditunjukkan dalam warna gelap pada
gambar diatas. Kode Perilaku Profesional berarti memberikan standar perilaku
kepada semua anggota AICPA. PCAOB berwenang untuk menetapkan standar etika
dan independensi bagi auditor perusahaan publik, dan SEC juga memainkan peran
yang penting dalam menetapkan standar independensi bagi auditor perusahaan
publik.

GAAS dan
interpretasi
Ujian CPA

Pengendalian
mutu


Peer review

Persyaratan
pendidikan yang
berkelanjutan
Perilaku
Personil
Kantor
Akuntan
Publik

Kewajiban
hukum

Seksi praktik
AICPA

PCAOB dan
SEC
Kode perilaku

profesional

Ilustrasi Cara-cara Profesi dan masyarakat mendorong Akuntan Publik agar Tindakannya Berkualitas Tinggi

D. KODE PERILAKU PROFESIONAL
Kode Perilaku Profesional AICPA menyediakan baik standar umum perilaku yang
ideal maupun peraturan perilaku khusus yang harus diberlakukan. Kode etik ini terdiri
dari empat bagian, yaitu prinsip-prinsip, peraturan perilaku, interprestasi atas peraturan
perilaku, dan kaidah etika. Bagian-bagian ini disusun dalam urutan spesifisitas yang
semakin meningkat; prinsip-prinsip menyediakan standar perilau yang ideal, sementara
kaidah etika bersiat sangat spesifik.
Beberapa deinisi, yang diambil dari Kode Perilaku Profesional AICPA, harus
dipahami agar dapat menginterpretasikan aturan-aturannya.
a) Klien. Setiap orang atau entitas, selaun dari atasan anggota, yang menugaskan
anggota atau kantornya untuk melaksanakan jasa profesional.
b) Kantor akuntan. Bentuk organisasi yang dizinkan oleh hukum atau peraturan yang
karakteristiknya sesuai dengan resolusi Dewan American Institute of Certified Public
Accountants yang bertugas dalam praktik akuntansi publik. Kecuali untuk tujuan
menerapkan Rule 101, Independensi, kantor mencakup setiap partner.
c) Anggota. Seorang anggota, anggota asosiasi internasional dari American Institute of
Certiied Publick Accountants.
1. Prinsip-Prinsip Profesional
Bagian Kode Etik AICPA yang membahas prinsip-prinsip perilaku profesional
mencakup diskusi umum tentang karakteristik sebagai akuntan publik. Bagian prinsip
ini terdiri dari dua bagian utama yaitu enam prinsip etis dan dikusi tentang prinsipprinsip tersebut. Prinsip-prinsip etis tersebut adalah:

a. Tanggung jawab. Dalam mengemban tanggung jawabnya sebagai profesional,
para anggota harus melasanakan pertimbangan profesional dan moral yang
sensitif semua aktivitas mereka.
b. Kepentingan publik. Para anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak
sedemikian rupa agar dapat melayani kepentingan publik, menghargai
kepercayaan publik, serta menunjukkan komitmennya pada profesionalisme.
c. Integritas. Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik para
anggota harus melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan
tingkat integritas tertinggi.
d. Objektivitas dan independensi. Anggota harus mempertahankan objektivitas dan
bebas

dari

konflik

kepentingan

dalam

melaksanakan

tanggung

jawab

profesionalnya.
e. Keseksamaan. Anggota harus memperhatikan standar teknis dan etis profesi,
terus

berusaha keras meningkatkan kompetensi dan mutu jasa yang

diberikannya, serta melaksanakan tanggung jawab profesional sesuai dengan
kemapuan terbaiknya
f.

Ruang lingkup dan sifat jasa. Anggota yang berpraktik bagi publik harus
memperhatikan prinsip-prinsip kode perilaku profesional dalam menentukan
lingkup dan sifat jasa yang akan disediakannya.
Kelima prinsip pertama diterapkan secara merata ke seluruh anggota AICPA,

tanpa memperdulikan apakah mereka bekerja bagi kantor akuntan publik, bekerja
sebagai akuntan dalam perusahaan atau pemerintahan, terlibat dalam beberapa
aspek bisnis lainnya, atau terlibat dalam dunia pendidikan. Satu pengecualian adalah
dalam kalimat terakhir dari prinsip objektivitas dan independensi. Sedangkan prinsip
keenam, menyatakan apakah seorang praktisi harus menyediakan jasa tertentu,
seperti jasa konsultasi karyawan ketika klien audit bermaksud mengangkat chief
information oicer/CIO untuk fungsi TI klien.
2. Peraturan Perilaku
Bagian dari Kode ini mencakup peraturan khusus yang yang harus dipatuhi
oleh setiap akuntan publik dalam praktik akuntansi publik. Mereka yang memegang
setifikat akuntan publik tetapi tidak berpraktik sebagai akuntan publik harus
mematuhi sebagian besar, tetapi tidak semua ketentuan tersebut. banyak praktisi
merujuk peraturan ini sebagai Kode Perilaku Profesional AICPA.
3. Interpretasi Peraturan Perilaku
Kebutuhan akan interpretasi peraturan perilaku yang dipublikasikan timbul
ketika terdapat beragam pertanyaan dari para praktisi tentang peraturan yang

spesifik. Komite Eksekutif Profesional AICPA menyiapkan setiap interpretasi
berdasarkan konsensus komite yang terdiri dari para akuntan publik.
4. Kaidah Etika
Kaidah (ruling) adalah penjelasan oleh komite eksekutif dari divisi etika
profesional

tentang

situasi

faktual

khusus.

Sejumlah

besar

kaidah

etika

dipublikasikan dalam versi yang diperluas dari Kode Perilaku Profesional AICPA.
5. Aplikabilitas Peraturan Perilaku
Peraturan perilaku yang terdapat dalam Kode Perilaku Profesional AICPA
diterapkan pada semua anggota AICPA atas semua jasa yang diberikan, apakah
anggota tersebut berpraktik atau tidak berpraktik sebagai akuntan publik, kecuali
dinyatakan secara khusus dalam kode etik tersebut. Setiap peraturan diterapkan
pada jasa atestasi, dan kecuali dinyatakan sebaliknya, juga diterapkan ke semua
jenis jasa yang disediakan oleh akuntan publik seperti jasa perpajakan dan
manajemen.
E. INDEPENDENSI
Independensi adalah peraturan perilaku yang pertama. Independensi merupakan
salah satu karakteristik terpenting bagi auditor dan merupakan dasar dari prinsip
integritas dan objektivitas dan juga berarti adanya kejujuran. Independensi dalam audit
berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias. Independensi dalam fakta
(independen in fact) ada bila auditor benar-benar mampu mempertahankan sikap yang
tidak bias sepanjang audit, sedangkan independensi dlam penampilan (independence in
appearance) adalah hasil dari interpretasi lain atas independensi ini. Bila auditor
independen dalam fakta tetapi pemakai yakin bahwa mereka menjadi penasihat untuk
klien, sebagian besar nilai dari fungsi audit telah hilang.
1. Jasa Nonaudit
Jenis jasa nonaudit dapat diberikan kepada klien audit yang merupakan
perusahaan terbuka. Banyak dari jasa ini dilarang menurut aturan independensi
SEC. Aturan baru ini menjelaskan banyak larangan yang ada dan memperluas
situasi dimana jasa tersebut tidak diperkenankan. Berikut adalah sembilan jasa yang
tidak diperkenankan :
a. Jasa pembukuan dan akuntansi lain
b. Perancangan dan implementasi sistem informasi keuangan
c. Jasa penaksiran atau penilaian
d. Jasa actuarial
e. Outsourcing audit internal
f.

Fungsi manajemen dan sumber daya manusia

g. Jasa pialang atau dealer atau penasihat investasi atau banker investasi

h. Jasa hukum dan pakar yang tidak berkaitan dengan audit
i.

Semua jasa lain yang ditentukan oleh peraturan PCAOB sebagai tidak
diperkenankan.
Jasa nonaudit yang tidak dilarang oleh aturan Sabarnes-Oxley Act dan SEC

harus disetujui terlebih dahulu oleh komite audit perusahaan. Sebuah kantor akuntan
publik akan tidak independen jika partner audit menerima imbalan karena menjual
jasa kepada klien selain jasa audit, review dan atestasi. Perusahaan diwajibkan
untuk mengungkapkan dalam laporan proksinya atau pengajuan tahunan ke SEC,
jumlah total pembayaran fee audit dan nonaudit kepada kantor akuntan publik untuk
dua tahun terakhir. Empat kategori fee yang harus dilaporkan:
a. Fee audit
b. Fee yang berkaitan dengan audit
c. Fee perpajakan
d. Semua fee lainnya
Fee yang berkaitan dengan audit adalah untuk jasa-jasa seperi comfort letter
dan review atas pengajuan ke SEC yang hanya dapat diberikan oleh kantor akuntan
publik. Perusahaan juga diwajibkan untuk memberikan perincian lebih lanjut kategori
“fee lain” dan memberikan informasi kualitatif mengenai sifat jasa yang diberikan.
2. Komite Audit
Komite audit adalah sejumlah anggota dewan direksi perusahaan yang
tanggung jawabnya termasuk membantu auditor agar tetap independen dari
manajemen. Komite audit terdiri dari tiga hingga lima atau terkadang paling banyak
tujuh direktur yang bukan merupakan bagian dari manajemen perusahaan.
Sarbanes-Oxley Act mensyaratkan komite audit perusahaan publik bertanggung
jawab atas penunjukkan, kompensasi dan pengawasan atas pekerjaan auditor.
Komite audit harus menyetujui terlebih dahulu semua jasa audit dan nonaudit, serta
bertanggung jawab untuk mengawasi pekerjaan auditor, termasuk penyelesaian
ketidaksepakatan yang melibatkan pelaporan keuangan antara manajemen dan
audit. Auditor bertanggung jawab mengomunikasikan semua hal yang signifikan
yang dapat diidentifikasi selama audit kepada komite audit.
3. Konflik yang Timbul dari Hubungan Personalia
Penerimaan karyawan dari mantan anggota tim audit pada sebuah klien
meningkatkan masalah indepensi. SEC telah menambahkan selama satu tahun
sebelum seorang anggota dari tim penugasan audit dapat bekerja dengan klien dan
menduduki posisi manajemen kunci tertentu yang mempunyai implikasi penting bagi
audit yang bekerja pada sebuah kantor akuntan publik, yang menerima tawaran kerja

dari klien perusahaan terbuka untuk menjabat sebagai CEO, kontroler, CFO, CAO
atau jabatan serupa.
Menurut peraturan SEC yang dikeluarkan sebelum Sarbaner-Oxley Act dan
masih berlaku hingga kini, kantor akuntan publik dianggap tidak independen
berkenaan dengan klien audit jika mantan partner, principal, pemegang saham, atau
karyawan profesional dari kantor tersebut diterima bekerja pada klien dan
mempunyai kepentingan keuangan yang berkelanjutan dalam kantor akuntan
bersangkutan.
4. Rotasi Partner
SEC mengharuskan pimpinan dan partner audit merotasi penugasan audit
sesudah lima tahun. (Partner yang sama tidak akan terlibat dengan kinerja aktual
audit tertentu dan kemudian kembali terlibat dengan review pekerjaan sesudah
penyelesaian audit tersebut). SEC mewajibkan “time out” selama 5 tahun bagi
pimpinan dan partner audit sesudah rotasi sebelum mereka dapat kembali ke klien
audit yang sama.
5. Kepentingan Kepemilikan
Aturan SEC tentang hubungan keuangan berfokus pada perspektif
penugasan dan melarang kepemilikan pada klien audit bagi orang-orang yang dapat
mempengaruhi audit. Aturan itu melarang setiap kepemilikan oleh orang-orang
terlibat dalam audit dan keluarga dekat mereka, termasuk :
a. Anggota tim penugasan audit
b. Mereka yang dapat mempengaruhi penugasan audit dalam rantai komando
perusahaan
c. Partner dan para manajer yang memberikan lebih dari 10 jam jasa nonaudit
kepada klien
d. Partner dalam kantor partner yang terutama bertanggung jawab atas penugasan
audit.
6. Independence Standards Board (ISB)
Sebuah badan sektor swasta yang dibentuk pada tahun 2017 guna
memberikan

kerangka

kerja

konseptual

bagi

masalah

independensi

yang

berhubungan dengan audit perusahaan publik. ISB dibubarkan pada tahun 2001
setelah mengadopsi aturan independensi auditor SEC yang baru atau direvisi,
karena telah memenuhi sebagian besar misinya. ISB Standard No.1, Independence
Discussions with Audit Committees, mengharuskan auditor perusahaan yang
melapor ke SEC untuk secara tertulis mengungkapkan kepada komite audit atau
dewan direksi semua hubungan antara kantor akuntan publik (KAP) dan perusahaan,

yang menurut penilaian profesional auditor mungkin dianggap dapat mempengaruhi
independensi.
ISB

Standars

diimplementasikan

No.

kantor

3

merekomendasikan
akuntan

publik

perlindungan

ketika

yang

profesional

harus
mereka

mempertimbangkan atau menerima pekerjaan dari klien audit. Profesional yang
terlibat dalam negoisasi pekerjaan dengan klien harus dipindahkan dari tim
penugasan audit dan pekerjaannya direview untuk menilai apakah mereka
menerapkan skeptisisme yang sepantasnya.
F. PERATURAN PERILAKU DAN INTERPRETASI INDEPENDESI
Peraturan

101-Independensi,

perusahaan publik

Seorang

harus independen dalam

anggota

yang

berpraktik

untuk

pelaksanaan jasa profesionalnya

sebagaimana disyaratkan oleh standar yang dirumuskan lembaga yang dibentuk oleh
Dewan. Frase terakhir dalam Peraturan 101, “sebagaimana disyaratkan oleh standar
yang dirumuskan lembaga yang dibentuk oleh Dewan” adalah cara yang tepat bagi
AICPA untuk mencantumkan atau tidak mencantumkan persyaratan independesi atas
berbagai jenis jasa. Peraturan 101 berlaku untuk jasa audit.
1. Kepentingan Keuangan
Interpretasi Peraturan 101 melarang anggota yang terlibat untuk memiliki
saham atau investasi langsung lainnya dalam klien audit karena hal itu berpotensi
merusak independensi audit aktual (independensi dalam fakta), dan pasti akan
mempengaruhi persepsi pemakai atas independesi auditor (independensi dalam
penampilan). Ada tiga perbedaan penting dalam peraturan itu manakala berkaitan
dengan independensi dan kepemilikan saham :
a. Anggota yang Tercakup
Peraturan 101 berlaku untuk anggota yang terlibat yang dapat
mempengaruhi penugasan atestasi. Anggota yang tercakup meliputi yang berikut
ini :
1. Orang-orang pada tim penugasan atestasi
2. Orang-orang yang dapat mempengaruhi penugasan atestasi, seperti orang
yang

mengawasi atau mengevaluasi partner penugasan

3. Partner atau manajer yang memberikan jasa nonatestasi kepada klien
4. Partner di kantor partner yang bertanggung jawab atas penugasan atestasi
5. Kantor akuntan dan program tunjangan karyawannya
6. Entitas yang dikendalikan oleh setiap anggota yang terlibat tersebut di atas
atau oleh dua orang atau lebih anggota yang terlibat atau entitas yang
beroperasi bersama.

Sebagai contoh, seorang anggota staf dalam kantor akuntan publik
nasional dapat memiliki saham dalam perusahaan klien dan tidak melanggar
Peraturan 101 bila anggota staf itu tidak terlibat dalam penugasan. Namun, bila
anggota staf itu terlibat dalam penugasan tersebut atau menjadi partner di kantor
partner yang bertanggung jawab atas penugasan atestasi, dia harus melepaskan
saham itu atau kantor akuntan publik tersebut tidak lagi independen terhadap
klien.
b. Kepentingan Keuangan Langsung Vs Tidak Langsung
Kepemilikan lembar saham atau ekuitas lainnya oleh para anggota atau
keluarga dekatnya dikenal dengan kepentingan keuangan langsung (direct
financial interest). Kepentingan keuangan tidak langsung (indirect financial
interest) muncul ketika terdapat hubungan kepemilikan yang dekat, tetapi bukan
hubungan langsung antara auditor dan kliennya.
c. Material atau Tidak Material
Materialitas mempengaruhi apakah kepemilikan saham merupakan suatu
pelanggaran atas Peraturan 101 hanya untuk kepentingan tidak langsung.
Materialitas harus dilihat dalam hubungannya dengan kesejahteraan dan
pendapatan seorang anggota.
2. Masalah Kepentingan Keuangan yang Berkaitan
a. Mantan Praktisi
Interpretasi memungkinkan para mantan partner atau pemegang saham
meninggalkan perusahaan karena hal-hal seperti mengundurkan diri atau
menjual kepemilikan saham mereka demi memiliki hubungan dengan klien
perusahaan, yang lazimnya merupakan jenis kepemilikan yang melanggar
Peraturan 101 karena tidak mempengaruhi imdependensi kantor akuntan publik.
b. Prosedur Pemberian Pinjaman yang Normal
Tidak diperkenankan adanya perjanjian kredit antara kantor akuntan
publik atau para karyawannya dengan klien audit karena hal itu merupakan
hubungan keuangan. Namun, terdapat beberapa pengecualian atas peraturan
tersebut termasuk kredit mobil, kredit yang sepenuhnya dijamin dengan
simpanan tunai pada lembaga keuangan. Pembatasan dan pengecualian ini
dinilai wajar, dengan mempertimbangkan trade-off antara independensi dan
kebutuhan untuk mengizinkan para akuntan publik bertindak sebagai pelaku
bisnis dan pribadi.

c. Kepentingan Keuangan dan Penerimaan Bekerja Anggota Keluarga Inti
serta Keluarga Terdekat
Didefinisikan sebagai pasangan suami-istri, anak-anak, atau anggota
keluarga lain yang ditanggung oleh seorang anggota perusahaan, umumnya
diperlakukan seolah-olah merupakan kepentingan keuangan dari anggota itu
sendiri. Independensi juga akan terganggu bila anggota keluarga dekat
menduduki posisi kunci seperti pejabat keuangan atau CEO pada klien yang
memungkinkannya

mempengaruhi

fungsi

akuntansi,

penyiapan

laporan

keuangan, atau isi dari laporan keuangan. Bagi orang yang terlibat pada tim
penugasan, independensi akan terganggu bila seorang keluarga dekat
menduduki posisi kunci pada klien atau memiliki kepentingan keuangan yang
material dengan keluarga dekat atau memungkinkan keluarga dekat itu
mempengaruhi klien.
Independensi tidak akan terganggu jika anggota yang terlibat tidak
menyadari adanya kepentingan kepemilikan dari keluarga dekat. Kepentingan
kepemilikan

tidak

menganggu

kepentingan

kepemilikan

atau

tersebut

menurunkan

material

bagi

independensi
keluarga

kecuali

dekat

dan

memungkinkan mereka mempengaruhi klien audit.
d. Hubungan sebagai Investor atau Investee Bersama dengan Klien
Interpretasi 101-8 membahas situasi di mana klien merupakan investor
atau investee untuk nonklien, dimana akuntan publik memiliki kepentingan
kepemilikan.
1. Klien sebagai investor. Jika investasi klien dalam nonklien berjumlah material,
maka investasi langsung atau tidak langsung yang material oleh akuntan
publik dalam investee nonklien akan menganggu independensi.
2. Klien sebagai investee. Jika investasi dalam klien berjumlah material bagi
investor nonklien, maka investasi langsung atau tidak langsung yang material
oleh akuntan publik pada nonklien akan menganggu independensi.
e. Direktur, Pejabat, Manajemen atau Karyawan Perusahaan
Jika seorang akuntan publik adalah anggota dari dewan direksi atau
pejabat perusahaan klien, maka kemampuannya untuk melakukan evaluasi yang
independen atas kewajaran penyajian laporan keuangan akan terpengaruh.
Interpretasi tidak memperkenankan anggota yang terlibat, partner dan staf
profesional di kantor partner yang bertanggung jawab atas penugasan atestasi
menjadi direktur atau pejabat pada perusahaan yang menjadi klien audit. Auditor
tidak dapat menjadi penjamin, pengawas pemungutan suara, promotor atau
trustee dana pension klien, atau bertindak dalam kapasitas manajemen lainnya,

atau menjadi karyawan perusahaan klien tersebut. Interpretasi mengizinkan
akuntan publik melakukan audit dan menjadi direktur atau komisaris kehormatan
bagi organisasi-organisasi nirlaba, seperti organisasi social dan keagamaan.
3. Perkara Hukum Antara Kantor Akuntan dan Klien
Interpretasi menganggap perkara hukum sebagai pelanggaran atas
Peraturan 101 selama audit masa berjalan. Gugatan oleh klien sehubungan
dengan jasa perpajakan atau jasa nonaudit lainnya atau gugatan terhadap klien
maupun kantor akuntan publik oleh pihak lain, biasanya tidak menganggu
independensi. Pertimbangan penting dalam semua tuntutan hukum itu adalah
sejauh mana pengaruhnya terhadap kemampuan klien, manajemen dan
karyawan kantor akuntan publik untuk tetap objektif serta berkomentar secara
bebas.
4. Jasa Pembukuan dan Jasa Lainnya
Interpretasi mengizinkan kantor akuntan publik untuk meberikan baik jasa
pembukuan maupun audit kepada klien audit perusahaan swasta. Kesimpulan
AICPA mungkin didasarkan pada perbandingan dampak dari memberikan jasa
pembukuan dan audit oleh kantor akuntan publik yang sama terhadap
independensi dengan biaya tambahan bila menggunakan kantor akuntan publik
lain untuk melakukan audit. Ada tiga persyaratan penting yang harus dipenuhi
auditor sebelum dapat diterima untuk memberikan jasa pembukuan dan audit
kepada klien :
1. Klien harus menerima tanggung jawab penuh atas laporan keuangan.
2. Akuntan publik tidak boleh berperan sebagai karyawan atau manajemen yang
mengoperasikan perusahaan.
3. Akuntan publik dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan yang
disusun dari pembukuan dan catatan yang telah disiapkan sepenuhnya atau
sebagian oleh akuntan publik, harus sesuai dengan GAAS.
f.

Konsultasi dan Jasa Nonaudit Lainnya
Aktivitas membantu klien yang secara potensial dapat menganggu
independensi dapat diizinkan sepanjang anggotanya tidak menjalankan fungsi
manajemen atau membuat keputusan manajemen. Banyak kantor akuntan
memberikan jasa auditing internal dan jasa auditing lainnya yang diperluas
kepada para kliennya. Kantor akuntan publik harus menilai kesediaan dan
kemampuan klien untuk melaksanakan semua fungsi manajemen yang berkaitan
dengan penugasan serta harus mendokumentasikan pemahaman tersebut
dengan klien. Memberikan jasa nonaudit yang dilarang oleh SEC kepada klien

audit perusahaan publik merupakan pelanggaran terhadap aturan AICPA serta
peraturan PCAOB dan SEC.
5. Fee yang Belum Dibayar
Menurut Peraturan 101 dan aturan serta interpretasinya independensi
dianggap terganggu bila fee yang ditagih atau belum ditagih atas jasa profesional
yang diberikan masih belum dibayar lebih dari 1 tahun sebelum tanggal laporan.
Fee yang belum dibayar dianggap sebagai pinjaman dari auditor kepada klien
dan melanggar Peraturan 101. Fee yang belum dibayar dari klien yang
mengalami kebangkrutan tidak melanggar Peraturan 101.
G. PERATURAN LAIN SESUAI KODE ETIK AICPA
1. Integritas dan Objektivitas
Peraturan 102-Integritas dan Objektivitas
Dalam pelaksanaan setiap jasa profesional, seorang anggota harus dapat
mempertahankan objektivitas dan integritas, harus bebas dari konflik, kepentingan,
dan tidak boleh dengan sengaja mebuat kesalahan penyajian atau menyerahkan
penilainnya kepada orang lain.
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya
pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan
publik serta merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji semua
keputusan yang diambil (Mulyadi, 2002). Anggota yang memenuhi tanggung jawab
profesionalnya dengan integritas tinggi dapat memelihara dan meningkatkan
kepercayaan publik. Anggota yang berintegritas seharusnya bersikap jujur dan tidak
mementingkan keuntungan pribadi.
Sedangkan objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas
jasa yang diberikan anggota. Anggota harus bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas daru benturan
kepentingan atau berada dibawah pengaruh pihak lain. Meskipun prinsip ini tidak
dapat diukur secara tepat, namun wajib untuk dipegang oleh semua anggota.
Objektivitas berarti tidak memihak dan tidak berat sebelah dalam semua hal yang
berkaitan dengan penugasan.
2. Standar Teknis
Peraturan 201-Standar Umum
Seorang anggota harus mematuhi standar berikut dan interpretasinya yang
ditetapkan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Dewan.
a. Kompetensi Profesional. Hanya melaksanakan jasa profesional yang dimana
anggota atau kantor anggota menganggap secara wajar dapat diselesaikan
dengan kompetensi profesional.

b.

Keseksamaan Profesional. Mempergunakan kemahiran profesional dalam
melaksanakan jasa profesional.

c.

Perencanaan dan Supervisi. Merencanakan dan mengawasi secara mencukupi
pelaksanaan jasa profesional.

d.

Data Relevan yang Mencakupi. Memperoleh data relevan yang mencukupi
sebagai

dasar

yang layak

untuk

membuat

kesimpulan

atau memberi

rekomendasi dalam hubungannya dengan jasa profesional yang dilaksanakan.
Peraturan 202-Ketaatan pada Standar
Seorang anggota yang melaksanakan jasa audit, review, kompilasi, konsultasi
manajemen, perpajakan, atau jasa profesional lainnya harus mematuhi standar yang
ditetapkan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Dewan.
Peraturan 203-Prinsip-prinsip Akuntansi
Seorang anggota tidak dibenarkan untuk
(1) Memberikan pendapat atau menyatakan secara tegas bahwa laporan keuangan
atau data keuangan lainnya dari setiap entitas telah disajikan sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum atau
(2) Menyatakan bahwa ia tidak menyadari adanya modifikasi yang material yang
harus dibuat pada laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum, jika laporan atau data tersebut mengandung
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang telah dirumuskan oleh badan
berwenang yang ditunjuk oleh Dewan untuk menetapkan prinsip semacam itu,
yang mempunyai dampak material terhadap laporan atau data yang diambil
secara keseluruhan. Namun, jika laporan atau data tersebut mengandung
penyimpangan dan anggota dapat memperlihatkan bahwa akibat keadaan yang
tidak biasa, maka penyimpangan tersebut, laporan atau data itu justru akan
menyesatkan,

anggota

dapat

mamatuhi

peraturan

dengan

menjelaskan

penyimpangannya, dampaknya bila dapat diperkirakan, dan alasan mengapa
kepatuhan terhadap prinsip-prinsip tersebut diatas akan menghasilkan laporan
yang menyesatkan.
Peraturan ini bertujuan untuk memberikan dukungan kepada ASB, PCAOB,
FASB, dan badan penyusun standar teknis lainnya. Peraturan 201 dinyatak dalam
pengertian yang berlaku bagi semua jenis jasa, sedangkan standar auditing hanya
berlaku untuk audit. Peraturan 202 menjelaskan bahwa jika seorang praktisi
melanggar standar auditing, secara otomatis peraturan perilaku juga dilanggar.
3. Kerahasiaan
Peraturan 301-Informasi Rahasi Klien

Seorang anggota dalam praktik publik tidak boleh mengungkapkan setiap informasi
rahasia klien tanpa persetujuan klien.
Peraturan ini tidak boleh diartikan:
(1) Untuk membebaskan seorang anggota dari kewajiban profesionalnya menurut
peraturan 202 dan 203,
(2) Untuk memengaruhi dengan cara apapun kewajiban anggota anggota memenuhi
panggilan pengadilan yang dibuat secara sah dan dapat diberlakukan,
(3) Untuk menghambat review atas praktik profesional anggota menurut AICPA atau
perkumpulan akuntan publik negara bagian atau otorisasi Dewan Akuntansi, atau
(4) Untuk menghalangi seorang anggota mengajukan keluhan dengan, atau
menaggapi suatu penyelidikan yang dilakukan oleh divisi etika profesional atau
dewan pengadilan institut atau badan investigatif atau disipliner dan perkumpulan
akuntan publik negara bagian atau Dewan Akuntansi.
Anggota dari setiap badan yang diidentifikasi dalam butir (4) diatas dan anggota
yang terlibat dengan review praktik profesional yang diidentifikasi dalam butir (3)
diatas tidak boleh menggunakan keunggulan posisi mereka atau mengungkapkan
setiap informasi rahasia klien milik anggota manapun yang datang kepada mereka
dalam menjalankan aktivitas tersebut. Larangan ini tidak akan membatasi pertukan
informasi para anggota yang berhubungan dengan hasil investigasi atau indisipliner
yang dijelaskan dalam butir (4) diatas, atau review praktik profesional yang
dijelaskan dalam butir (3) diatas.
Kewajiban anggota yang melakukan praktik publik untuk merahasiakan
semua informasi tentang masalh bisnis klien merupakan hal yang sangat mendasar.
Kerahasiaan merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam membangun dasar
kepercayaan

bersama

antara

anggota

dan

klien.

Ada

beberapa

kondisi

peengecualian atas kerahasiaan, yaitu kewajiban yang berhubungan dengan standar
teknis, penggilan pengadilan dan ketaatan pada hukum serta peraturan, peer review,
dan respons terhadap divisi etika.
4. Fee Kontinjen
Fee kontinjen adalan fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa
profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada hasil tertentu
sehingga jumlah fee tergantung pada temuan yang dihasilkan tersebut. Anggota
tidak diperkenankan untuk menetapkan fee kontinjen jika penetapan tersebut dapat
mengurangi independensi.
Peraturan 302-Fee Kontinjen
Seorang anggota dalam praktik publik tdak boleh:

(1) Melaksanakan jasa profesional apapun dengan fee kontinjen, atau menerima fee
semacam itu dari klien dimana anggota atau kantor akuntan anggota melakukan:
(a) Audit atau review atas laporan keuangan, atau
(b) Kompilasi laporan keuangan ketika anggota menduga, atau secara wajar
dapat menduga bahwa pihak ketiga akan menggunakan laporan keuangan itu
dan

lapiran

kompilasi

anggota

tidak

mengungkapkan

kurangnya

independensi, atau
(c) Pemeriksaan atas informasi keuangan prospektif,
Atau,
(2) Menyiapkan SPT pajak yang asli atau yang telah diperbaik atau klaim atas
restitusi pajak agar mendapatkan fee kontinjen dari klien.
Larangan (1) diatas berlaku selama periode dimana anggota atau kantor anggota
ditugaskan untuk memberikan salah satu jasa diatas, dan periode yang dicakup oleh
setiap laporan keuangan historis yang terlibat pada salah satu jasa diatas.
Kecuali seperti dinyatakan dalam kalimat berikut, fee kontinjen fee yang diperoleh
dari pelaksanaan suatu jasa sesuai dengan perjanjian dimana tidak ada fee yang
dibebankan kecuali temuan atau hasil spesifik dicapai, atau jumlah tergantung pada
temuan atau hasil dari jasa seperti itu. Hanya untuk tujuan peraturan ini, fee tidak
dianggap sebagai kontinjen bila ditetapkan oleh pengadilan atau otoritas publk
lainnya atau dalam masalah pajak, bila ditentukan berdasarakan hasil dari proses
hukum atau temuan instansi pemerintahan.
Fee anggota dapat bervariasi tergantung pada, misalnya kerumitan jasa yang
diberikan.
Kantor akuntan publik diperkenankan untuk membebankan fee kontinjen atas
jasa nonatestasi, kecuali kantor akuntan publik tersebut juga melaksanan jasa
atestasi pada klien yang sama. Melarang fee kontinjen pada jasa atestasi dan
penyiapan SPT pajak sangat dianjurkan karena pentingnya independesi dan
objektivitas.
5. Tindakan yang Dapat Didiskreditkan
Peraturan 501-Tindakan yang Dapat Didiskreditkan
Seorang anggota tidak bolehh melakukan tindakan yang dapat didiskreditkan bagi
profesinya.
Tindakan yang mendiskreditkan profesi antara lain penahanan catatan klien;
diskriminasi dan gangguan dalam praktik karyawan; standar tentang audit
pemerintah dan persyaratan badan serta agen pemerintah; kelalaian dalam
penyiapan laporan atau catatan keuangan; kelalaian mengikuti persyaratan dari
badan pemerintah, komisi, atau lembaga pengatur lainnya; permohinan atau

pengungkapan pertanyaan dan jawaban ujian akuntan publk; serta kelalaian mengisi
SPT pajak atau membayar kewajiban pajak.
Dalam anggaran rumah tangga AICPA dinyatakan bahwa keanggotaan dapat
dihentikan tanpa mempertimbangan sanksi atas salah satu dari empat kejahatan
berikut:
(1) Kejahatan yang bisa dihukum penjara selama lebih dari 1 tahun
(2) Kelalaian yang disengaja dalam menyerahkan SPT pajak penghasilan dimana
akuntan publik sebagai wajib pajak perorangan
(3) Menyerahkan SPT pajak penghasilan yang salah atau curang atas nama akuntan
publik itu atau atau atas nama kliennya, atau
(4) Sengaja membantu klien dalam menyiapkan dan menyajikan SPT pajak
penghasilan yang salah atau curang.
6. Iklan dan Permohonan
Peraturan 502-Iklan dan Bentuk Permohonan lainnya
Seorang anggota dalam praktik publik tidak boleh berusaha memperoleh klien
dengan iklan atau bentuk permohonan lainnya dengan cara yang palsu, menyesatan,
atau menipu. Permohonan dengan menggunakan paksaan, melampaui batas, atau
mengganggu sangat dilarang.
Anggota diperbolehkan mencari klien melaui pemasangan iklan, melakukan
promosi pemasaran , dan legiatan lainnya sepanjang tidak merendahkan citra
profesi. Sekarang banyak kantor akuntan publik yang telah mengembangkan
periklanan yang canggih pada jurnal nasional yang dibaca oleh pelaku bisnis dan
pada surat kabar. Saat ini,. Beberapa perusahaan lebih sering mengganti auditor
untuk mengurangi biaya audit. Meskipun demikian, dengan adanya persyaratan peer
review dan campur tangan SEC serta pemerintah telah membuat mutu audit tetap
tinggi.
7. Komisi dan Fee Referal (Rujukan)
Peraturan 503-Komisi dan Fee Referal
Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnya
yang diberikan kepada atau diterima dari klien/pihak lan untuk memperoleh perikatan
dari klien/pihak lain. Anggota tidak diperkenankan untuk memberikan/menerima
komisi jika pemberian/penerimaan komisi tersebut dapat mengurangi independensi.
Akuntan publik dilarang menerima komisi dari klien yang menerima jasa atestasi dari
kantor akuntan publik tersebut. Komisi diizinkan untuk klien lain tetapi harus
diungkapkan.

Fee referal adalah imbalan yang dibayarkan/diterima kepada/dari sesama
penyedia jasa profesional akuntan publik. Fee referal hanya diperkenankan bagi
sesama profesi. Setiap fee referal untuk jasa akuntan publik juga harus diungkapkan.
8. Bentuk dan Nama Organisasi
Peraturan 505-Bentuk dan Nama Organisasi
Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam bentuk organisasi yang
diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dan/atau yang tidak
menyesatkan dan merendahkan citra profesi. Peraturan 505 mengizinkan para
praktisi untuk membentuk organisasi sesuai dengan salah satu dari enam bentuk ini
sepanjang diizinkan oleh pemerintah yaitu perusahaan perseorangan, persekutuan
umum, korporasi umum, korporasi profesional, perusahaan dengan kewajiban
terbatas, atau persekutuan dengan kewajiban terbatas.
Kepemilikan kantor akuntan publik oleh bukan akuntan publik sekarang
diizinkan, jika:
(a) Akuntan

publik

mempunyai

mayoritas

kepentingan

keuangan

dan

hak

pengambilan keputusan suara pada kantor tersebut.
(b) Seorang akuntan publik harus mempunyai tanggung jawab akhir atas semua
atestasi laporan keuangan, komplasi, dan jasa yang diberikan oleh kantor
tersebut yang diatur oleh Statements on Auditing Standards atau Statements on
Standards for Accounting and Review Services.
(c) Pemiliki harus selalu mempunyai ekuitas dalam hak mereka sendiri.
(d) Peraturan berikut berlaku bagi semua pemilik yang buka akuntan publik:
(1) Pemilik harus memberikan jasa kepada lien kantor akuntan tersebut sebagai
pekerjaan utamanya.
(2) Pemilik menyebut dirinya dengan menggunakan gelar yang diizinkan oleh
peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti pemilik, ketua, pejabat,
anggota, atau pemegang saham.
(3) Pemilik dapat memikul tanggung jawab akhir atas setiap atestasi laporan
keuangn atau penugasan kompilasi.
(4) Pemilik tidak memenuhi syarat dalam keanggotaan AICPA tetapi harus
mematuhi Kode Perilaku Profesional AICPA.
Kantor akuntan publik dapat membentuk anak perusahaan untuk memberikan
jasa atestasi kepada klien. Mayoritas perusahaan menggunakan nama dari salah
satu atau lebih pemiliknya.
H. MEKANISME PEMBERLAKUAN PERATURAN PERILAKU
Kelalaian untuk mematuhi peraturan perilaku dapat mengkibatkan pemecatan
dari AICPA. Anggaran rumah tangga AICPA juga memberikan skors otomatis atau

dikeluarkan dari AICPA atas tuduhan tindak kejahatan yang bisa dihukum penjara lebih
dari 1 tahun dan untuk berbagai kejahatan yang berhubungan dengan pajak.
1. Tindakan oleh Divisi Etika Profesional AICPA
Divisi Etika Profesional AICPA bertanggung jawab untuk menyelidiki
pelanggaran atas kode dan menentukan tindakan disipliner. Penyelidikan oleh divisi
ini timbul akibat informasi yang diperoleh terutama dari keluhan praktisi atau orang
lain, perkumpulan akuntan publiik lain, atau agen pemerintahan. Ada dua tingkatan
utama dari tindakan disiplin atau hukuman. Untuk yang tidak terlalu serius dan
mungkin pelanggaran yang tidak disengaja, divisi ini membatasi hukuman hingga
persyaratan untuk mengmbil tindakan perbaikan atau korektif. Tingkat kedua dari
tindakan disipliner adalah tindakan di hadapan Dewan Pengadilan Gabungan.
Dewan ini memillik otoritas untuk menskors atau mengeluarkan anggota dari AICPA
karena berbagai pelanggaran atas etika profesional.
2. Tindakan oleh Dewan Akuntansi Negara Bagian
Mayoritas negara mengadopsi peraturan perilaku AICPA, tetapi beberapa
bahkan memiliki kode yang lebih restriktif. Beberapa negara tetapp membatasi
periklanan dan promosi maupun permohonan terhadap jasa akuntan publik. Dalam
perkembangannya, semakin banyak negara yang bagian yang mengadopsi
peraturan perilaku yang lebih restriktif daripada AICPA.
I.

CONTOH KASUS
Mitra Ernst & Young Indonesia Didenda Rp 13 Miliar di AS
Reporter:
Tempo.co
Editor:
Abdul Malik
Sabtu, 11 Februari 2017 20:46 WIB
TEMPO.CO, Washington - Kantor
akuntan publik mitra Ernst & Young’s
(EY)

di

Indonesia,

Purwantono,

yakni

Suherman

&

KAP
Surja

sepakat membayar denda senilai
US$ 1 juta (sekitar Rp 13,3 miliar)
kepada regulator Amerika Serikat,
akibat divonis gagal melalukan audit
laporan keuangan kliennya.
Kesepakatan itu diumumkan oleh
Badan Pengawas Perusahaan Akuntan Publik AS (Public Company Accounting Oversight

Board/PCAOB) pada Kamis, 9 Februari 2017, waktu Washington. Kasus itu merupakan
insiden terbaru yang menimpa kantor akuntan publik, sehingga menimbulkan keprihatinan
apakah kantor akuntan publik bisa menjalankan praktek usahanya di negara berkembang
sesuai kode etik.
“Anggota jaringan EY di Indonesia yang mengumumkan hasil audit atas perusahaan
telekomunikasi pada 2011 memberikan opini yang didasarkan atas bukti yang tidak
memadai,” demikian disampaikan pernyataan tertulis PCAOB, seperti dilansir Kantor Berita
Reuters, dikutip Sabtu, 11 Februari 2017.
Temuan itu berawal ketika kantor akuntan mitra EY di AS melakukan kajian atas hasil audit
kantor akuntan di Indonesia. Mereka menemukan bahwa hasil audit atas perusahaan
telekomunikasi itu tidak didukung dengan data yang akurat, yakni dalam hal persewaan
lebih dari 4 ribu unit tower selular. “Namun afiliasi EY di Indonesia itu merilis laporan hasil
audit dengan status wajar tanpa pengecualian,” demikian disampaikan PCAOB.
PCAOB juga menyatakan tak lama sebelum dilakukan pemeriksaan atas audit laporan pada
2012, afiliasi EY di Indonesia menciptakan belasan pekerjaan audit baru yang “tidak benar”
sehingga menghambat proses pemeriksaan. PCAOB selain mengenakan denda US$ 1 juta
juga memberikan sanksi kepada dua auditor mitra EY yang terlibat dalam audit pada 2011.
“Dalam ketergesaan mereka atas untuk mengeluarkan laporan audit untuk kliennya, EY dan
dua mitranya lalai dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk memperoleh bukti audit
yang cukup,” ujar Claudius B. Modesti, Direktur PCAOB Divisi Penegakan dan Invstigasi.
Manajemen EY dalam pernyataan tertulisnya menyatakan telah memperkuat proses
pengawasan internal sejak isu ini mencuat. “Sejak kasus ini mengemuka, kami terus
melanjutkan penguatan kebijakan dan pemeriksaan audit global kami,” ungkap Manajemen
EY dalam pernyataannya.
Pada dua bulan lalu, kantor akuntan publik lainnya yakni Deloitte & Touche LLP melalui unit
usahanya di Brazil setuju membayar denda kepada PCAOB sebesar US$ 8 juta karena
divonis menutupi laporan audit palsu.
REUTERS | ABDUL MALIK

KESIMPULAN
Etika merupakan serangkaian prinsip atau nilai moral. Etika juga sebagai perekat
yang dapat mengikat anggota masyarakat. Etika berkenaan dengan bagaimana orang
akan

berperilaku

terhadap

sesamanya.

Kode

Perilaku

Profesional

AICPA

menyampaikan idealisme yang abadi melalui prinsp-prinsip, serta menyatakan standar
praktik dan penegakannya melalui peraturan perilaku yang berubah dari waktu ke waktu
untuk mencermikan adanya perubahan dalam profesi dan masyarakat. Aktifitas
profesional akuntan publik diatur oleh Kode Perilaku Profesional AICPA, dan para
auditor perusahaan publik juga mendapat pengawasan dari PCAOB serta SEC. Hal
terpenting dari semua tanggung jawab etis akuntan publik adalah kebutuhan akan
independensi. Peraturan perilaku dan interpretasinya memberikan pedoman tentang
kepentingan keuangan yang diizinkan dan kepentingan lainnya guna membantu akuntan
publik mempertahankan independensi. Peraturan perilaku lainnya juga dirancang untuk
mempertahankan kepercayaan publik atas profesi akuntan publik. Tanggung jawab etis
akuntan publik diberlakukan oleh AICPA untuk para anggotanya dan oleh dewan
akuntansi negara bagian bagi akuntan publik yang memiliki lisensi.

DAFTAR PUSTAKA
Arens, Elder, dan Beasley.2012.Auditing and Assurance Service: an integrated approach.
14th Ed Pearson Education, Inc.
https://bisnis.tempo.co/read/845604/mitra-ernst-young-indonesia-didenda-rp-13-miliar-di-as
diakses pada 6 Oktober 2017 pukul 17.05.
Mulyadi, 2002. Auditing: Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.