DASAR DASAR EPIDEMIOLOGI and APLIKASINYA

E
E
I
K
EP
U
LA
PI
AR
ID
R
D
EM
MI
IO
OL
LO
O
G
IP
PE

EN
NY
YA
A
KI
IT
TT
TI
ID
DA
AK
KM
ME
EN
NU
DASAR
–G
DASAR
EPIDEMIOLOGI
&L

& F
o
k
Fa
ak
kt
t
or
rR
Re
es
si
i
ko
o
APLIKASINYA
DALAM
KEBIDANAN
Pentingnya pengetahuan tentang Penyakit Tidak Menular (PTM) dilatarbelakangi
dengan kecenderungan semakin meningkatnya prevalensi PTM dalam masyarakat,

khususnya masyarakat Indonesia. Perubahan pola struktur masyarakat agraris
ke masyarakat industri benyak memberi andil terhadap perubahan pola
fertilitas, gaya hidup, dan sosial ekonomi yang pada gilirannya memacu
semakin meningkatnya PTM. Keadaan perubahan pola penyakit dari penyakit
menular ke penyakit tidak menular lebih dikenal dengan istilah Transisi
Epidemiologi.
Istilah PTM mempunyai kesamaan arti dengan :
a) Penyakit Kronik
Penyyakit kronik dapat dipakai untuk PTM karena kelangsungan PTM biasanya
bersifat kronik/menahun/lama.
Namun ada pula PTM yang kelangsungannya mendadak/akut, misalnya ;
Keracunan.
b) Penyakit Non – Infeksi
Sebutan penyakit non-infeksi dipakai karena penyebab PTM biasanya bukan
oleh Mikro-organisme.
Namun tidak berarti tidak ada peranan mikro-organisme dalam terjadinya
PTM.
c) New Communicable Disease
Hal ini disebabkan PTM dianggap dapat menular; yaitu melalui Gaya Hidup
(Life Style).

Gaya hidup dalam dunia modern dapat menular dengan caranya sendiri. Gaya
hidup di dalamnya dapat menyangkut Pola Makan, Kehidupan Seksual, dan
Komunikasi Global.
Contoh ; perubahan pola makan telah mendorong perubahan peningkatan
penyakit jantung yang berkaitan dengan makan berlebih yang mengandung
kolesterol tinggi.

Hand Out Epidemiologi : Prodi D III Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Surakarta SMT IV Tahun 2008
Oleh : Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM.

d) Penyakit Degeneratif
Disebut juga sebagai penyakit degeneratif karena kejadiannya berkaitan
dengan proses degenerasi/ketuaan sehingga PTM banyak ditemukan pada usia
lanjut.
A. KARAKTERISTIK

PENYAKIT TIDAK MENULAR

Berbeda dengan penyakit menular, PTM mempunyai beberapa karakteristik
tersendiri seperti :

1. Penularan penyakit tidak melalui suatu rantai penularan tertentu
2. Masa inkubasi yyang panjang
3. Bersifat Krinik (berlarut – larut)
4. Banyak menghadapi kesulitan diagnosis
5. Mempunyai variasi yang luas
6. Memerlukan biaya yang tinggi dalam pencegahan dan penanggulangannya
7. Faktor penyebab bermacam – macam (Multicausal), atau bahkan tidak jelas.
B.

PENDEKATAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR
Epidemiologi berusaha untuk mempelajari distribusi dan faktor – faktor yang
mempengaruhi terjadinya PTM dalam masyarakat. Untuk itu diperlukan
pendekatan metodologik, yaitu dengan melakukan berbagai penelitian.
Sebagaimana umumnya penelitian epidemiologi, penelitian untuk penyakit tidak
menular dikenal juga adanya penelitian Observasional dan Eksperimental.
Hanya saja, karena waktu berlangsungnya yang lama, maka umumnya penelitian
PTM merupakan penelitian observasional. Jenis – jenis penelitian terhadap
PTM yang merupakan Penelitian Observasional berupa :

A. Penelitian Cross-Sectional

B. Penelitian Kasus Kontrol
C. Penelitian Kohort

Hand Out Epidemiologi : Prodi D III Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Surakarta SMT IV Tahun 2008
Oleh : Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM.

D.

PERHITUNGAN FREKWENSI PENYAKIT TIDAK MENULAR

Secara umum, dikenal 3 macam perhitungan frekwensi penyakit, yaitu :

1. RATIO
jumlah orang sakit
jumlah orang sehat

2. RATE
Jumlah orang sakit tertentu pada waktu tertent
Jml. Penduduk beresiko pada suatu waktu tertentu


3. PROPORSI
Jumlah penderita penyakit tertentu(X)
Jml. Penderita penyakit tersebut(X) + Jml. Semua penderita(y)

E. PENGERTIAN DAN JENIS FAKTOR RESIKO
Faktor penyebab dalam PTM dipakai istilah Faktor Resiko (risk factor)untuk
membedakan dengan istilah etiologi pada penyakit menular atau diagnosis klinis.
RISK FACTORS are Characteristics, sign, symptoms ins disease-free individual
which are statistically associated with an increased incidence of subsequent
disease.
MACAM – MACAM FAKTOR RESIKO

1. Menurut Dapat – Tidaknya Resiko itu diubah :
a. Unchangeable Risk Factors
Faktor resiko yang tidak dapat diubah
Misalnya : Umur, Genetik
b. Changeable Risk Factors
Faktor resiko yang dapat berubah.
Misalnya : kebiasaan merokok, Olah raga.


Hand Out Epidemiologi : Prodi D III Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Surakarta SMT IV Tahun 2008
Oleh : Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM.

2. Menurut Kestabilan Peranan Faktor Resiko :
a. Suspected Risk Factors = Faktor Resiko yg. Dicurigai
Yaitu : Factor resiko yg BELUM mendapat dukungan ilmiah / penelitian
dalam peranannya sebagai factor yang berperan dalam kejadian suatu
penyakit.
Misalnya : Merokok menyebabkan terjadinya kanker leher rahim.
b. Established Risk Factors = FR yg. Telah Ditegakkan.
Yaitu : Factor resiko yg TELAH mendapat dukungan ilmiah / penelitian
dalam peranannya sebagai factor yang berperan dalam kejadian suatu
penyakit.
Misalnya : Rokok sebagai factor resiko terjadinya kanker paru.

Perlunya dikembangkan konsep Faktor Resiko ini dalam Epidemiologi PTM
berkaitan dengan beberapa alasan, antara lain :
1. Tidak Jelasnya Kausa PTM terutama dalam hal ada tidaknya mikro –
organisme dalam PTM.
2. Menonjolnya penerapan konsep Multikausal pada PTM.

3. Kemungkinan adanya Penambahan atau Interaksi antar resiko.
4. Perkembangan Metodologik telah memberi kemampuan untuk mengukur
besarnya factor resiko.

F. KEGUNAAN IDENTIFIKASI FAKTOR RESIKO
Dengan mengetahui
digunakan untuk :

Factor

Resiko

dalam

terjadinya

penyakit

maka


dapat

1. PREDIKSI
Untuk meramalkan kejadian penyakit.
Misalnya : Perokok berat mempunyai resiko 10 kali lebih besar untuk
terserang Ca Paru daripada bukan perokok.

Hand Out Epidemiologi : Prodi D III Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Surakarta SMT IV Tahun 2008
Oleh : Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM.

2.PENYEBAB
Kejelasan dan beratnya suatu faktor resiko dapat ditetapkan sebagai
penyebab suatu penyakit dengan syarat telah menghapuskan faktor – faktor
pengganggu (Confounding Factors)

3. DIAGNOSIS
Dapat membantu dalam menegakkan Diagnosa.

4. PREVENSI
Jika suatu faktor resiko merupakan penyebab suatu penyakit tertentu, maka

dapat diambil tindakan untuk pencegahan terjadinya penyakit tersebut.

G. KRITERIA FAKTOR RESIKO
Untuk memastikan bahwa statu sebab layak disebut sebagai Factor Resiko,
maka harus memenuhi 8 kriteria (menurut Austin Bradford Hill), yaitu :
1. Kekuatan hubungan
Yaitu : adanya resiko relatif yang tinggi.
2. Temporal
Kausa mendahului akibat.
3. Respon terhadap dosis
Makin besar paparan, makin tinggi kejadian penyakit.
4. Reversibilitas
Penurunan paparan akan diikuti penurunan kejadian penyakit.
5. Konsistensi
Kejadian yang sama akan berulang pada waktu, tempat dan penelitian yang
lain.

Hand Out Epidemiologi : Prodi D III Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Surakarta SMT IV Tahun 2008
Oleh : Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM.

6. Kelayakan biologis
Sesuai dengan konsep biologi.
7. Specifitas
Satu Penyebab menimbulkan Satu Akibat.
8. Analogi.
Ada kesamaan untuk penyebab dan akibat yang serupa.

H. CONTOH FAKTOR RESIKO
Berbagai factor yang dapat disebut sebagai Factor Resiko adalah :
Merokok
Alkohol
Diet / Makanan
Gaya Hidup
Kegemukan
Asbes
Radiasi
Sexual Behaviour
Obat – obatan.

I. UPAYA – UPAYA PENCEGAHAN
Prinsip upaya penceggahan lebih baik dari sebatas pengoobatan. Terdapat 4
Tingkatan Pencegahan dalam Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, yaitu :

1. Pencegahan Primordial
Berupa Upaya untuk memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan
penyakit tidak dapat berkembang karena tidak adanya peluang dan dukungan
dari kebiasaan, gaya hidup maupun kondisi lain yang merupakan Factor
Resiko untuk munculnya statu penyakit.
Misalnya : menciptakan prakondisi dimana masyarakat merasa bahwa merokok
itu merupakan statu kebiasaan yang tidak baik dan masyarakat mampu
bersikap positif untuk tidak merokok.

Hand Out Epidemiologi : Prodi D III Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Surakarta SMT IV Tahun 2008
Oleh : Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM.

2.

Pencegahan Tingkat Pertama

a) Promosi Kesehatan Masyarakat :
Kampanye kesadaran masyarakat,
Promosi kesehatan
Pendidikan Kesehatan Masyarakat
b) Pencegahan Khusus :
Pencegahan keterpaparan
Pemberian kemopreventif

3.

Pencegahan Tingkat Kedua

a) Diagnosis Dini : misalnya dengan Screening.
b) Pengobatan : misalnya dengan Kemotherapi atau Pembedahan.

4.

Pencegahan Tingkat Ketiga

Dengan cara Rehabilitasi.

Oooooooooo O ooooooooooO

Hand Out Epidemiologi : Prodi D III Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Surakarta SMT IV Tahun 2008
Oleh : Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM.

Sumber Kepustakaan :
1. Bambang Sutrisna (1994). Pengantar Metoda Epidemiologi, Jakarta, Dian Rakyat.
2. Beaglehole, Bonita (1997). Dasar – Dasar Epidemiologi, Yogyakarta, Gadjah Mada
University Press.
3. Bhisma Murti (2003). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Yogyakarta, Gadjah
Mada University Press.
4. Bustan MN (2002). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta.

5. Bustan MN ( 1997 ). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta. Rineka Cipta.
6. Eko Budiarto (2003). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, EGC.
7. Noor Nasri Noor (2000). Dasar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta.
8. Thomas C. Timmreck, PhD, 2005, Epidemiologi Suatu Pengantar, Jakarta, EGC.

Hand Out Epidemiologi : Prodi D III Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Surakarta SMT IV Tahun 2008
Oleh : Ig. Dodiet Aditya Setyawan, SKM.

Ha n d Ou t
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
TIDAK MENULAR
Program Studi Diploma III Kebidanan
Semester IV Tahun 2008

Dosen

IIgg.. D
Dooddiieett A
Addiittyyaa S
Seettyyaawwaann,, S
SK
KM
M
NIP. 140 343 461

D
DE
NE
EP
ESSIIA
PA
AR
RT
A
TE
EM
ME
EN
NK
KE
ESSE
EH
HA
AT
TA
AN
NR
RE
EP
PU
UB
BL
LIIK
K IIN
ND
DO
ON
P
TA
AJ
JU
UR
RU
USSA
AN
NK
KE
EB
BIID
DA
AN
NA
AN
N
PO
OL
LIIT
TE
EK
KN
NIIK
KK
KE
ESSE
EH
HA
AT
TA
AN
N SSU
UR
RA
AK
KA
AR
RT
P
PR
RO
DIIP
OG
GR
PL
RA
LO
AM
OM
M SST
MA
A IIIIII K
TU
UD
DII D
KE
EB
BIID
DA
AN
NA
AN
N
T
TA
AH
HU
UN
N2
20
00
08
8