ENERGI TERBARUKAN DARI PENGOLAHAN SAMPAH

MAKALAH PENGANTAR ILMU LINGKUNGAN

JUDUL MAKALAH
PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK MENJADI BIOETANOL YANG EFEKTIF
DAN RAMAH LINGKUNGAN
Disusun Oleh :

Madi

(4313100127)

Angkatan 2013

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2013

BATANG TUBUH
A. PENDAHULUAN
Sumber energi yang banyak digunakan untuk memasak, kendaraan bermotor, dan
industri, berasal dari minyak bumi, gas alam, dan batu bara. Ketiga jenis bahan bakar

tersebut berasal dari pelapukan sisa-sisa organisme sehingga disebut bahan bakar fosil.
Bahan bakar fosil merupakan salah satu sumber energi yang paling banyak dibutuhkan
bagi kelangsungan hidup manusia. Akan tetapi diakhir-akhir tahun ini, bahan bakar fosil
tersebut sudah

hampir langka dijumpai oleh manusia, salah satunya bahan bakar yang

bisa digunakan untuk memasak.
Untuk mengatasi masalah di atas, maka para peneliti sains berdiskusi untuk menghasilkan
bahan bakar alternatif yang baru dan berkualitas. Mereka saling bertukar pikiran dengan
ide kreatifnya, sehingga sebagian dari mereka ada yang membuat bahan bakar fosil dari
tetes tebu, tanaman tebu, dan singkong. Akan tetapi, jika hanya ketiga tanaman tersebut,
maka bagaimana untuk kedepanya apabila tanaman tebu dan singkong punah, ini semua
dapat merugikan bagi bangsa dan tanah air.
Kita semua tahu bahwa sampah organik merupakan sampah yang paling banyak di
temukan di Indonesia terutama di Jakarta. Sampah organik yang menumpuk di pasar dan di
sungai dapat menyebabkan bencana banjir yang besar, bau yang membusuk, dan sarang
serangga dan nyamuk. Akan tetapi di balik itu semua, ternyata sampah organik juga dapat
bermanfaat besar bagi pendapatan Negara yaitu dapat di gunakan sebagai bahan bietanol
sebagai bahan bakar fosil.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang ditulis, penulis perlu membatasi masalah yang lebih
tegas lagi, rumusan masalah yang akan dibahas dalam KTI adalah :
a. Apakah sampah organik dapat diolah menjadi bioetanol ?
b. Bagaimana cara mengolah sampah organik menjadi bioetanol ?
C. LANDASAN TEORI
1. Sejarah Sampah Organik
Sampah adalah masalah klasik. Sejak jaman Restorasi Meiji pada 1867, jumlah
penduduk Jepang semakin banyak. Jepang pun masuk ke jaman industrialisasi di mana
produktivitas semakin meningkat. Tidak dapat dihindari, jumlah sampah pun makin banyak.
Ini sejalan dengan “teori” Mason Cooley bahwa manusia mempertahankan dirinya dengan
mengubah alam menjadi sampah benar sekali. Sehingga pada 1900, pemerintah Jepang

meminta masyarakat untuk memisahkan sampah secara sederhana. Tujuan utamanya adalah
menghindari penyakit dan menurunkan volume sampah. Pemisahan ini kurang mendapat
perhatian serius karena Jepang sudah masuk Perang Dunia I.
Pada tahun 1960an, kondisi kota-kota di Jepang masih terbilang kotor. Pemerintah segera
bertanggung

jawab terhadap kebersihan kota. Ini pun tidak cukup membantu dalam


mengurangi sampah, diperlukan kerjasama dengan masyarakat. Secara perlahan, masyarakat
Jepang bergotong royong membersihkan lingkungan dan memisahkan sampah.
Pembagian sampah makin lama makin rumit karena jenis barang yang muncul di pasaran
juga semakin banyak. Di Yokohama misalnya, pembagian sampah sampai belasan jenis
berawal pada bulan April 2005. Wilayah lain juga mengesahkan aturan yang sama.
Namun, ini tergantung pada ketersediaan mesin pembakar (incineration plant) dan truk
sampah untuk memungut dari perumahan.
Salah satu dari banyak sekian sampah pada zaman tersebut adalah sampah organik. Pada saat
itulah sampah organik semakin banyak ditemukan dan menjadi salah satu sampah yang
berbau busuk. Sampah organik muncul semakin banyak seiring

dengan perkembangan

bahan pangan yang digunakan.
2. Jenis-jenis Sampah Organik
Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil
dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain. Sampah ini
dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah


rumah tangga sebagian besar

merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa
tepung, sayuran, kulit buah, dan daun. Selama ini 70% dari jumlah volume total sampah di
Indonesia merupakan jenis sampah organik. Oleh karena pengolahan dari sampah yang
dapat terdegradasi ini sangat membantu dan meminimalisasi sampah yang harus dibuang ke
tempat pembuangan akhir. Selama ini pengolahan persampahan, terutama di perkotaan, tidak
berjalan dengan efisien dan efektif karena pengelolaan sampah bersifat terpusat. Misalnya
saja, seluruh sampah dari kota Jakarta harus dibuang di tempat pembuangan akhir di
daerah Bantar Gebang Bekasi. Dapat dibayangkan berapa ongkos yang harus dikeluarkan
untuk ini. Belum lagi, sampah yang dibuang masih tercampur antara sampah organik dan
anorganik. Padahal, dengan mengelola sampah besar ditingkat lingkungan terkecil seperti

RT atau RW, dengan membuatnya menjadi kompos maka paling tidak volume sampah dapat
dikurangi.
Sampah organik dibagi dua yaitu :
1. Sampah

Organik


Hijau

(sisa

sayur

mayur

dari

dapur)

Contohnya : tangkai/daun singkong, papaya, kangkung, bayam, kulit terong, wortel,
labuh siam, ubi, singkong, kulit buah-buahan, nanas, pisang, nangka, daun pisang,
semangka, ampas kelapa, sisa sayur / lauk pauk, dan sampah dari kebun (rumput,
daun-daun kering/basah) .
2. Sampah Organik Hewan yang dimakan seperti ikan, udang, ayam, daging, telur dan
sejenisnya.
Sampah organik hijau dipisahkan dari sampah organik hewan agar kedua bahan ini bisa
diproses tersendiri.

Adapun berdasarkan kandungan air yang ada didalam sampah organk, dibagi menjadi du
jenis yaitu:
1. Sampah organik basah. Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah
mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa
sayuran.
2. Sampah organik kering. Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering
adalah bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik
kering di antaranya kertas, kayu atau ranting pohon, dan dedaunan kering.
3. Struktur Dan Komposisi Kimiawi Dalam Sampah Organik
Sampah organik yang berasal dari buah-buahan dan sayur-sayuran memperlihatkan
komposisi dan struktur yang berlain-lainan, praktis tidak ada dua buah atau sayuran yang
sama, sekalipun dari sebuah pohon yang sama. Lagi pula selalu terjadi perubahan-perubahan
tergantung dari peranan fisologis, derajat kematangan dan sebagainya. Sampah organik yang
berasal dari buah-buahan dan sayur-sayuran atau sampah organik hijau pada umumnya
mengandung air, karbohidrat, asam-asam organik, protein, lemak, bahan cita rasa (aroma
sampah organik), dan pigmen.
a. Air
Sangat bervariasi kandunagn air dalam sampah organik, kadar air dalam sampah
organik yang terbanyak dijumpai oleh sampah organik jenis sampah organik hijau dan basah
sampai kadarnya bisa mencapai 96%, sedangkan pada sampah organik berjenis sampah

hewan dan sampah kering bisa sangat rendah kandungan airnya, sampai kurang dari 10%.

Akan tetapi walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit, terdapat pula bahan-bahan organik
dan mineral yang berasal/diambil dari tanah. Sekalipun dalam jumlah sedikit, bahan-bahan
ini bisa memegang peranan yang penting dalam sifat sampah yang digunakan untuk bioetanol
sebagai bahan bakar alternatif.
b. Karbohidrat
Gula-gula yang sangat sederhana (simple sugars) seperti glukosa, fruktosa, sakharosa,
merupakan produk langsung dari proses fotosintesa. Kadar karbohidrat dari buah-buahan dan
sayur-sayuran berkisar dari 2% sampai 30%, dan bisa samapai 60% pada biji-bijian. Pada
umumnya kurang lebih 75% dari bahan kering sampah organik adalah karbohidarat.
Karbohidrat yang terkandung di dalam sampah organik terdiri atas :
a. Zat pati yang merupakan karbohidarat utama dari jaringan tanaman.
b. Polisakarida yang sebagian besar terdapat dalam dindin sel-sel seperti selulosa dan
hemiselulosa.
c. Gula-gula sederhana terutama sakharosa, glukosa dan fruktosa. Yang ketiga

terakhir ini

terutama terdapat dalam cairan sel.

Jadi, jenis sampah organik yang paling banyak mengandung kerbohidrat adalah sampah
organik kering.
c. Protein
Jenis sampah organik yang paling banyak mengandung protein adalah sampah
organik jenis sayur-sayuran, sekitar 3%. Pada umumnya sayuran pati mengandung sedikit
protein 0,5 – 2%, sedang sayuran non-pati lebih banyak, seperti kacang kedelai sampai 40%
dari bahan kering. Sedangkan kandungan protein pada sampah buah-buahan biasanya sedikit,
kurang dari 1% sekalipun sedikit, namun memegang peranan penting sebagai bahan struktur
dari membran sel dan sebagai biokatalis (enzim).
d. Lemak
Kandungan lipida yang ada didalam sampah organik pada umumnya sedikit,
diantara 0,1 – 1%, kecuali pada beberapa komoditi seperti buah adpokat dan buah-buahan
yang mengandung minyak seperti kelapa sawit, kelapa, biji-bijian seperti bunga matahari,
kedelai, jagung dan sebagainya. Jadi, jenis sampah organik yang paling banyak mengandung
lemak adalah buah-buahan.

e. Asam-asam organik
Tidak semua jenis asam-asam organik yang terkandung didalam sampah organik, hanya
asam-asam siklis (karboksiklis, aromatis) sajalah yang terkandung didalamya. Berikut ini
rumus struktur dari jenis-jenis asam siklis :


Benzoat

Khloropgenat

Catechin
f. Bahan cita rasa (aroma sampah organik)
Zat-zat penyebab bau (aroma) antara lain adalah ester-ester, alkohol, asam, aldehid, keton,
disetil, asetilkarbon, dan geraniol. Zat-zat yang mengandung belerang menyebabkan bau
tajam, misalnya pada bawang-bawangan. Dari bebagai turunan alkana yang menyebabkan
aroma tak sedap di setiap jenis sampah organik, sehingga saling bereaksi dan menyebabkan
bau tak sedap atu bau busuk sampah organik, hal itulah yang menjadi peminat peneliti
bahwa sampah yang bearoma busuk dapat dimanfatkan untuk kehidupan, terutama sebagai
bahan bakar fosil.
g. Pigmen
Pigmen-pigmen utama dari sampah organik biasanya terdapat dalam jaringan tanaman
adalah klorofil, antosianin, flavonoid, dan karotenoid.
Khlorofil
Nama klorofil mula-mula diajukan pada pigmen-pigmen hijau yang bekerja dalam
fotosintesa pada tanaman berderajat tinggi. Namun kemudian diperluas pada semua kelas

pigmen-pigmen porfirin yang bersifat fotosintetis. Klorofil terdiri atas klorofil a dan b.
Berikut ini rumus struktur dari masing-masing klorofil a dan b.

Antosianin
Antosianin merupakan segolongan pigmen yang berwarna merah, biru, atau ungu, larut
dalam air. Semua antosianin merupakan derivirat dari struktur kation flavilium. Berikut
rumus struktruk antosianin,

Flavonoid
Pigmen flavonoid berwarna kuning ysng mempunyai struktur kimia serupa (similar)
antosianin. Salah satu golongan utama adalah flavonol, seperti kaemferol, dan quercetin

Kaemferol

Quercetin

Karotenoid
Karotenoid merupakan golongan persenyawaan-persenyawaan yang larut dalam lipida dan
menyebabkan warna kuning dan merah pada produk tanama. Ada dua jenis karotenoid yaitu
xantofil dan karoten. Keduanya mempunyai jenis yang utama yaitu zeaxantin dan beta

karoten.

Zeaxantin(bagian utama dari xantofil)

Beta karoten (bagian utama dari karoten)
4. Bioetanol
a. Sejarah Bioetanol
Bioetanol telah digunakan manusia sejak zaman prasejarah sebagai bahan pemabuk
dalam minuman beralkohol. Residu yang ditemukan pada peninggalan keramik yang berumur
9000 tahun dari China bagian utara menunjukkan bahwa minuman beralkohol telah
digunakan oleh manusia prasejarah dari masa neolitik. Campuran dari (Bio)etanol yang
mendekati kemrunian untuk pertama kali ditemukan oleh Kimiawan Muslim yang
mengembangkan proses distilasi pada masa Kalifah Abbasid dengan peneliti yang terkenal
waktu itu adalah Jabir ibn Hayyan (Geber), Al-Kindi (Alkindus) dan al-Razi (Rhazes).
Catatan yang disusun oleh Jabir ibn Hayyan (721-815) menyebutkan bahwa uap dari wine
yang mendidih mudah terbakar. Al-Kindi (801-873) dengan tegas menjelaskan tentang proses
distilasi wine. Sedangkan (Bio)etanol absolut didapatkan pada tahun 1796 oleh Johann Tobias
Lowitz, denga menggunakan distilasi saringan arang. Antoine Lavoisier menggambarkan
bahwa bioetanol adalah senyawa yang terbentuk dari karbon, hidrogen dan oksigen. Pada
tahun 1808 Nicolas-Théodore de Saussure dapat menentukan rumus kimia etanol. Lima puluh
tahun kemudian (1858), Archibald Scott Couper menerbitkan rumus bangun etanol. Dengan
demikian etanol adalah salah satu senyawa kimia yang pertama kali ditemukan rumus
bangunnya. Etanol pertama kali dibuat secara sintetis pada tahu 1829 di Inggris oleh
Henry Hennel dan S.G. Serullas di Perancis. Michael Faraday membuat etanol dengan
menggunakan

hidrasi

katalis asam pada etilen pada tahun 1982 yang digunakan

Pada tahun 1840 etanol menjadi bahan bakar lampu di Amerika Serikat, pada tahun 1880-an
Henry Ford membuat mobil quadrycycle dan sejak tahun 1908 mobil hasil karya Ford
tersebut telah dapat menggunakan bioetanol sebagai bahan bakarnya. Namun pada tahun

1920an bahan bakar dari petroleum yang harganya lebih murah telah menjadi dominan
menyebabkan etanol kurang mendapatkan perhatian. Akhir-akhir ini, dengan meningkatnya
harga minyak bumi, bioetanol kembali mendapatkan perhatian dan telah menjadi alternatif
energi yang terus dikembangkan.
b. Rumus Struktur Bioetanol
(Bio)Etanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus molekul etanol adalah
C2H5OH atau rumus empiris C2H6O atau rumus bangunnya CH3-CH2-OH. (Bio)Etanol
merupakan bagian dari kelompok metil (CH3-) yang terangkai pada kelompok metilen (CH2-) dan terangkai dengan kelompok hidroksil (-OH). Secara umum akronim dari
(Bio)Etanol adalah EtOH (Ethyl-(OH)). Biar lebih jelasnya lihatlah struktur bioetanol berikut
ini

c. Manfaat Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Alternatif
Saat ini (Bio)Etanol dipakai secara luas di Brazil dan Amerika Serikat. Semua
kendaraan bermotor di Brazil, saat ini menggunakan bahan bakar yang mengandung paling
sedikit kadar ethanol sebesar 20 %. Pertengahan 1980, lebih dari 90 % dari mobil baru.
Di Amerika Serikat, lebih dari 1 trilyun mil telah ditempuh oleh kendaraan bermotor yang
menggunakan BBM dengan kandungan (Bio)Etanol sebesar 10 % dan kendaraan FFV
(Flexible Fuel Vehicle) yang menggunakan BBM dengan kandungan 85% (Bio)Etanol.
Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar, sebenarnya telah lama dikenal. Seperti telah
disebutkan diatas bahwa pada tahun 1880-an Henry Ford membuat mobil quadrycycle dan
sejak tahun 1908 mobil tersebut telah dapat menggunakan

(Bio)etanol sebagai bahan

bakarnya. Namun penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar nabati kurang ditanggapi pada
waktu tersebut, karena keberadaan bahan bakar minyak yang murah dan melimpah. Saat ini
pasokan bahan bakar minyak semakin menyusut ditambah lagi dengan harga minyak dunia.
(Bio)Etanol dapat digunakan pada kendaraan bermotor, tanpa mengubah mekanisme kerja
mesin jika dicampur dengan bensin dengan kadar (Bio)Etanol lebih dari 99,5%.
Perbandingan (Bio)Etanol pada umumnya di Indonesia baru penambahan 10% dari total
bahan bakar. Pencampuran (Bio)Etanol absolut sebanyak 10 % dengan bensin (90%), sering
disebut Gasohol E-10. Gasohol singkatan dari gasoline (bensin) dan (Bio)Etanol. (Bio)Etanol

absolut memiliki angka oktan (ON) 117, sedangkan Premium hanya 87-88. Gasohol E-10
secara proporsional memiliki ON 92 atau setara Pertamax. Pada komposisi ini bioetanol
dikenal sebagai octan enhancer (aditif) yang paling ramah lingkungan dan di negara-negara
maju telah menggeser penggunaan Tetra Ethyl Lead (TEL) maupun Methyl Tertiary Buthyl
Ether (MTBE).
Beberapa keunggulan yang dapat diperoleh dari bioethanol adalah sebagai berikut:
1. Nilai oktan yang tinggi menyebabkan campuran bahan bakar terbakar tepat
pada

waktunya

sehingga

tidak

menyebabkan

fenomena

knocking.

2. Emisi gas buang tidak begitu berbahaya bagi lingkungan salah satunya gas CO2
yang dapat dimanfaatkan kembali oleh tumbuhan untuk proses fotosintesa.
3. Efisiensi tinggi dibanding bensin.
d. Kelemahan Bioetanol
Selain memiliki keunggulan yang begitu banyak, bioethanol

pun terdapat

kelemahan, kelemahan-kelemahan tersebut diantaranya :
1. Memerlukan modifikasi mesin jika ingin menggunakan bioethanol murni pada kendaraan.
2. Bisa terjadi kemungkinan ethanol mengeluarkan emisi polutan beracun.
kelebihan bioetanol dibanding minyak tanah adalah api berwarna biru sehingga
tidak menghanguskan alat masak.
D. METODE PENELITIAN
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik ini merupakan salah satu teknik atau metode yang paling banyak digunakan
oleh para peneliti,karena teknik ini merupakan hal yang terpenting bagi para peneliti. Saya
selaku penulis melakukan teknik ini dengan cara mengumpulkan data yang dicari dari
sumber-sumber tertentu salah satunya internet dan majalah. Selain itu, penulis memperoleh
data kti ini dari perpustakaan MAN 2 serang dan perpustakaan MTS N ciruas. Alhamdulillah
penulis dapat menyelesaikan teknik ini selama 2 hari.
2. Teknik Pengolah Data
Teknik ini merupakan teknik yang dilakukan setelah teknik pengumpulan data. Setelah
data yang terkumpul dari berbagai sumber dan literatu-literatur tertentu, maka penulis
langsung mengolah data tersebut menjadi data yang akurat dan sistematik. Metode ini dapat
diselesaikan seiring dengan selesainya penulisan kti ini, yaitu 1 minggu.

E. PEMBAHASAN
Berdasarkan metode penelitian yang digunakan oleh penulis, yaitu metode pengumpulan
dan penyusunan data, maka penulis perlu memperjelas data yang telah dikumpulkan dan
disusun selain landasan teori di atas
Adapun data yang akan dibahas dalam KTI ini adalah :
1. Jumlah Sampah Organik di Indonesia
Ibu kota Negara Indonesia (Jakarta) adalah kota yang paling banyak ditemukan jenis
sampah, salah satunya sampah organik. Bukan hanya di Jakarta, tapi dikota lainnya juga
banyak ditemukan sampah.
Dalam KTI ini penulis hanya dapat mengumpulkan data jumlah sampah di Sembilan
kota Indonesia, diantaranya Jakarta, Surabaya, pemalang, Palembang, Denpasar, Medan,
Bandung, Padang, dan Makasar.
Supaya lebih jelasnya lagi, maka lihatlah tabel di bawah ini :
Tabel
Jumlah Sampah Organik Kota di Indonesia
Per hari (ton)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Nama Kota
Jakarta
Surabaya
Semarang
Palembang
Denpasar
Medan
Bandung
Padang
Makassar

Jumlah Sampah Per hari (ton)
6000
5.200
4.300
2.877
2.300
1.200
600
500
400

2. Kerugian dan Keuntungan Sampah Organik

Diberbagai daerah sampah menjadi masalah belum terpecahkan. Padahal jumlahnya
dari hari ke hari semakin bertambah. Setiap hari dihasilkan sampah kota sebanyak 6000 ton
di Jakarta, Surabaya 5.200 ton, dan Semarang 4.300 ton. Semakin banyaknya jumlah sampah
tersebut, maka akan mengakibatkan bencana banjir dan bau busuk yang dapat mengurangi
kadar oksigen yang digunakan untuk proses pernapasan. Selain itu, sampah yang menumpuk
akan menjadi sarang serangga salah satunya nyamuk sehingga banyak di daerah Indonesia
yang terserang penyakit DBD.
Jika dibiarkan seperti itu saja, maka sampah terus dipandang sebagai pembawa bencana
besar. Padahal bila dikelola dengan baik, sampah dapat dimanfatkan untuk sumber
pendapatan.
Sejumlah teknologi dari yang sederhana hingga yang mutakhir telah digunakan untuk
mengatasi timbunan sampah. Ia diolah menjadi bioenergi, sumber energi berkelanjutan dan
bisa diperbarui. Berbagai produk olahan sampah yang kini sedang populer yaitu : bioetanol,
biogas, dan briket. Tak ketinggalan produk yang selalu popular yaitu pupuk organik.
Berbagai sampah dari kulit buah yang difermentasi dihasilkan cairan. Bahan itulah yang
kemudian disuling 2 kali menjadi bioetanol 80-90%. Biayanya? Cukup dengan modal Rp
1.500 per liter, seorang praktisi mampu menjualnya menjadi Rp 5.000. Sebagai sumber energi
yang lain yaitu biogas. Lewat produk ini sampah disulap menjadi sumber penerangan dan
bahan bakar kompor.
Briket sampah adalah bentukan berbahan sebagai sampah kering. Dengan briket ini,
kebutuhan bahan bakar untuk kompor dapat diatasi dan tak perlu tergantung pada minyak
tanah. Ya, beriket merupakan bahan bakar ramah lingkungan. Untuk kebutuhan rumahtangga,
sampah pun bisa dimanfaatkan menjadi pupuk organik
mikroorganisme tertentu sebagai starter.

dengan memanfaatkan

Jadi jelaslah dari penjelasan di atas, sampah organik banyak mempunyai keuntungan
yang amat besar dibandingkan kerugiannya, salah satu manfaatnya yaitu dapat dirubah
menjadi bioetanol. (Argohartono Arie Raharjo/Peliput: Sardi duryatmo “TRUBUS”,
2010, hlm. 68).
3. Proses Fermentasi Sampah Organik
Proses fermentasi merupakan salah satu proses yang sangat dibutuhkan dalam
pembuatan bioetanol dari sampah organik, karena dengan proses ini akan dihasilkan cairan
dari bakteri pengurai, yang kemudian cairan fermentasi tersebut akan didestilasi.
Proses fermentasi ini biasanya berlangsung pada drum berkapasitas masing-masing 100
liter dan di dalam drum itulah terdapat cairan fermentasi dari sampah organik.
Sebelum prosese ini berlangsung, mula-mula sampah organik digiling secara terpisah.
Artinya antara sampah yang satu dengan sampah yang lainya digiling secara terpisah atau
tidak dicampur, misalnya sampah jeruk hanya digiling dengan sampah jeruk. Cairan hasil
penggilingan itu difermentasi selama minimal 7 hari. Setiap drum hanya berisi satu jenis
cairan buah atau sayur.
Kemudian di dalam drum fermentasi, tambahkan 9 keping ragi seukuran buah jengkol, 2
sendok makan urea, dan satu sendok makan NPK dalam 100 liter cairan fermentasi. Khusus
cairan jeruk, tambahkan air bersih dengan rasio 1:1.

4. Proses Destilasi Sampah Organik Menjadi Bioetanol
Setelah proses fermentasi selesai, maka dihasilkanlah cairan fermentasi yang kemudian
cairan itu akan masuk ke proses selanjutnya yaitu proses destilasi.
Proses destilasi yaitu suatu teknik pemisahan komponen dalam campuran berdasarkan
perbedaan titik didihnya. Teknik pemisahan ini digunakan dalam industri perminyakan untuk

memisahkan fraksi-fraksi minyak bumi. (Nana Sutresna, Kimia untuk SMA/MA kelas XII
Jilid 1, 2007, hlm. 17.).
Minyak bumi adalah suatu cairan kompleks yang sebagian besar terdiri atas
hidrokarbon. Hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi terutama adalah alkana,
kemudian sikloalkana. Komponen lainnya adalah hidrokarbon aromatik, sedikit alkena dan
berbagai senyawa karbon yang mengandung oksigen, nitrogen, dan belerang. Komponen
minyak bumi sangat berfariasi dari satu sumur ke sumur lainya dan dari satu daerah ke daerah
lain. ( Micheal Purba, Kimia untuk SMA/MA kelas X, 2006, hlm. 231).
Dari penjelasan minyak bumi oleh Micheal Purba, maka bioetanol dapat dikategorikan
sebagai minyak bumi dan pada umumnya jika minyak bumi didestilasi, maka pada sulingan
atau pemisahan pertama minyak mentah dipanaskan pada suhu 37 0 C sehingga mendidih dan
menguap. Fraksi minyak mentah yang tidak menguap menjadi residu. Residu minyak bumi
meliputi parafin , lilin, dan aspal. Residu-residu ini memiliki rantai karbon dengan jumlah
atom C lebih dari 20 atom. Minyak mentah yang menguap pada proses ini naik ke bagian atas
kolom dan selanjutnya terkondensasi pada suhu yang berbeda-beda. Fraksi minyak yang
tidak terkondensasi terus naik kebagian atas kolom sehingga keluar sebagai gas alam. (Nana
Sutresna, Kimia untuk SMA/MA kelas X Jilid 1, 2007, hlm. 251).
Adapun untuk bioetanol sendiri, maksimal diperlukan 2 kali proses
penyulingan/destilasi, sehingga menghasilkan 90% bioetanol. Jika hanya 1 kali penyulingan,
maka hanya didapat 45-50% bioetanol.
5. Cara Mengolah Sampah Organik Menjadi Bioetanol.
Berdasarkan data di atas, yaitu penjelasan proses fermentasi dan destilasi, maka dapat
mempermudah pengolahan sampah organik menjadi bioetanol dan sudah dijelaskan bahwa
sampah organik dapat diolah menjadi bioetanol. Adapun cara pengolahanya adalah :

1. Jika kondisi sampah berupa sayuran masih keras, segera giling agar lumat menyerupai
bubur. Sampah yang lembek dapat segera diperas. Setiap ton sampah menghasilkan
200 liter air perasan.
2. Sampah berupa buah seperti jeruk, papaya, dan semangka perlakukan secara terpisah.
Giling buah jeruk tanpa mencampur dengan jenis buah lain, begitu juga semangka.
Sebelum menggiling, potong kecil-kecil buah terutama semangka yang berkulit keras
untuk memudahkan penghancuran.
3. Hancurkan 2 sendok makan urea, 1 sendok makan NPK, dan 1 ons ragi tapai lalu
tambahkan 100 liter cairan hasil perasan sampah sayuran. Begitu juga pada hasil
penggilingan buah semangka dan papaya tambahkan air sedikitpun. Khusus bubur
jeruk, tambahkan air dengan perbandingan 1:1.
4. Aduk hinnga rata campuran bahan itu dan biarkan terfermentasi dalam kondisi
tertutup selama minimal 7 hari. Ragi tapai yang terdiri atas beragam organisme seperti
Bacillus sp, Rhizopus sp, Candida utillus, merombak bahan organik itu menjadi
alkohol.
5. Dalam 7 hari, limbah padat hasil penggilingan akan mengapung di permukaan. Di
dalam drum berkapasitas 100 liter, ketebalan limbah padat kira-kira 7-10 cm. Segera
pindahkan limbah padat dan cairan fermentasi itu ke dalam drum destilasi.
6. Sekarang destilasi atau suling cairan fermebtasi dengan memanaskan pada drum
hingga suhu 800 C. Karena perbedaan titik didih, alcohol lebih dulu menguap dan
terkondensasi. Pada sulingan pertama dihasilkan bioetanol berkadar alkohol 50%.
Bioetanol

itulah

yang

dimanfaatkan

oleh

masyarakat

sebagai

bioetanol.

(Argohartono Arie Raharjo/Peliput: Sardi duryatmo “TRUBUS”, 2010, hlm. 67).

PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari landasan teori dan pembahasan yang mendasari aspek-aspek terkumpulnya data,
maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa sampah organik mengandung senyawa kimia yang
unsurnya merupakan salah satu unsur dari senyawa bioetanol, sehingga sampah oreganik
dapat dirubah menjadi bioetanol dengan kadar 90% yang didapat dari proses penyuilingan ke
dua.
Cara pengolahan sampah organik menjadi bioetanol sangatlah sederhana tapi
membutuhkan waktu yang cukup lama minimal 7 hari. Adapun proses pengolahan yang
sangat penting adalah proses penggilingan, fermentasi, dan penyulingan/destilasi.

3.2. Saran
“Sesungguhnya islam itu bersih, hendaklah kamu mewujudkan kebersihan karena
sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang yang bersih”. (H.R. Khatib).
“Buanglah duri/sampah dari jalan, sesungguhnya hal demikian itu termasuk dari
sedekahmu”. (H.R. Bukhari).
Berdasarkan terjemahan kedua hadist di atas, maka sebaiknya sebagai umat muslim
kita semua menjaga kebersihan lingkungan, salah satunya membuang sampah pada
tempatnya, dan lebih baik lagi mengolahnya menjadi sumber pendapatan negara yang
bermanfaat untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA
http://energibio.wordpress.com/bioetanol/
http://tombomumet.wordpress.com/2011/03/29/keunggulan-dan-kelemahan-bioethanol/
http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah

http://ari3f.wordpress.com/2010/08/09/sampah/
Purba, Micheal. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas X Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Sutresna, Nana. 2007. Kimia Untuk SMA/MA Kelas X Jilid 1. Jakarta : Grafindo
Media Pratama.
. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta : Grafindo
Media Pratama.