Baksil dan Keterbukaan Informasi Publik

Baksil dan Keterbukaan Informasi Publik
Pertemuan internasional berbagai organisasi dan kelompok kebebasan informasi pada
tanggal 28 September 2002 di Sofia Bulgaria menjadi peristiwa penting yang melahirkan
Rigth to Know Day atau Hari untuk Tahu. Pertemuan itu memiliki makna penting dalam
membangun kesadaran bersama bahwa setiap individu memiliki hak untuk mengakses
informasi. Keterbukaan dan transparansi merupakan hal mendasar dari sistem demokrasi
pada tata kelola pemerintahan yang baik. Tak terkecuali, keterbukaan informasi publik
mengenai kebijakan tata ruang dan lingkungan hidup.
Pemerintah Indonesia sudah menjamin hak tersebut lewat Undang-Undang No 14 Tahun
2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Aturan itu menyatakan, setiap lembaran
negara mulai dari undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah, surat keputusan,
surat edaran, putusan pengadilan yang dikeluarkan oleh aparatur negara atau pejabat publik
merupakan dokumen publik yang harus disosialisaikan dan sejatinya bisa didapatkan oleh
publik. Termasuk di dalamnya anggaran yang dialokasikan dan digunakan oleh badan
publik.
Untuk isu tata ruang dan lingkungan hidup, pemerintah memang memiliki Undang-Undang
No 26 Tahun 2007 dan Undang-Undang No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) yang menyatakan informasi perijinan peruntukan,
penatagunaan dan pemanfaatan ruang dan perijinan lingkungan hidup merupakan informasi
publik dan harus diketahui publik.
Belajar dari pengalaman dalam penyelesaian sengketa ruang dan lingkungan hidup yang

terjadi di Jawa Barat, keberadaan informasi berupa aturan, kebijakan, perijinan
pemanfaatan ruang dan lingkungan hidup menjadi sangat penting diketahui dan dipahami
publik dan bermanfaat bagi upaya untuk mengubah kebijakan politik. Perubahan kebijakan
tentu memberi pengaruh atau dampak terhadap kita sebagai publik.

Belajar dari Kasus Babakan Siliwangi
Berbekal Undang-Undang no 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, saya
mencoba mengakses Izin Mendirikan Bangunan (IMB) milik PT Esa Gemilang Indah
(EGI) di hutan kota, Babakan Siliwangi. Informasi ini penting untuk mengetahui seperti apa
rencana perusahaan tersebut di Babakan Siliwangi.
Pengajuan informasi yang dilakukan bersama Walhi Jawa Barat ini dikirimkan ke Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Bandung tanggal 4 April 2013 via surat
elektronik.
Prosedurnya, badan publik harus menjawab permohonan tersebut dalam sepuluh hari kerja.
Karena tidak mendapatkan jawaban, saya pun mengajukan keberatan. Idealnya, dalam

waktu tigapuluh hari kerja sudah ada jawaban. Namun, surat itu baru dijawab tanggal 10
Juni 2013 atau sekitar dua bulan setelah kami mengajukan permohonan informasi.
Saya percaya keterlibatan dan kontribusi Wakca Balaka, koalisi kelompok masyarakat sipil
yang memfokuskan diri pada isu keterbukaan informasi, yang mendesak Pemerintah Kota

Bandung membantu dipenuhinya permintaan salinan IMB PT EGI sesuai amanat UndangUndang Keterbukaan Informasi Publik.
Setelah diterima, kemudian surat IMB tersebut saya pelajari. Ternyata surat IMB
diterbitkan pada tanggal 30 Oktober 2012 oleh Walikota Bandung dengan ditandatangai
oleh Kepala BPPT. Surat tersebut memberikan ijin mendirikan bangunan sebanyak 5 unit
berlantai dua dan sarana penunjang lainnya dengan luas yang akan dibangun sekitar 0,8
hektare yang akan dilakukan oleh PT EGI di persil seluas 3,8 hektare di Babakan Siliwangi.
Artinya, benar, PT EGI akan membangun restauran di Babakan Siliwangi.
Setelah mendapatkan salinan surat IMB ini, Walhi Jawa Barat menyebarkannya kepada
publik melalui media jejaring sosial. Kemudian Surat IMB ini diperiksa dan dijadikan dasar
bagi upaya mempengaruhi keputusan politik Walikota Bandung untuk mencabut IMB PT
EGI yang telah dikeluarkan.
Hasil kajian menunjukan ada kesepakatan yang yang termuat dalam surat perjanjian
kerjasama PT EGI dan Pemkot Bandung dimana selama 6 bulan sejak dikeluarkan dan
ditandatanganinya surat IMB ini maka Pemkot Bandung bisa mengeluarkan surat
pembatalan IMB.
Sehingga pada tanggal 27 Juli 2013, Pemkot Bandung mengeluarkan surat Pencabutan IMB
PT EGI Bernomor 503/795/BPPT tentang Pencabutan Surat Ijin Mendirikan Bangunan
Bernomor 503.6442/4067 atas nama Drs Iwan Soenaryo di Babakan Siliwangi.
Dalam advokasi tata ruang dan lingkungan hidup, pencabutan IMB PT EGI itu merupakan
sebuah keberhasilan. Klausul kewenangan pemerintah untuk membatalkan IMB itu baru

diketahui setelah kami mendapatkan informasi dasarnya. Pengalaman ini sangat berharga
bagi kami dan memberikan bukti bahwa setiap orang berhak mendapatkan informasi yang
bisa mempengaruhi kebijakan atau keputusan politik.

Penulis. Dadan Ramdan. Direktur Walhi Jawa Barat Periode 2011-2015,
Anggota Koalisi Wakca Balaka.Tilp 082116759688