Seminar Nasional Teknologi Informasi dan

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015
STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015

ISSN : 2302-3805

EVALUASI KELAYAKAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMPUTER DENGAN METODE INFORMATION ECONOMICS PADA
BALAI STANDARDISASI METROLOGI LEGAL REGIONAL II
Arif Nurjaya1), Wing Wahyu Winarno2), Silmi Fauziati3)
1)3)

Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi UGM Yogyakarta
2)
Jurusan Akuntansi STIE YKPN Yogyakarta
Email : arif.nurjaya@gmail.com1), maswing@gmail.com2), silmi.fauziati@gmail.com3)
Abstrak
Usaha untuk memperkirakan seberapa besar manfaat
dari nilai investasi TIK penting untuk dilakukan, dalam
konteks seberapa jauh investasi tersebut mempengaruhi
atau mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan
memberikan nilai tambah bagi layanan publik, sehingga

pemerintah dapat menentukan kelayakan suatu investasi
TIK. Ada berbagai macam metode untuk melakukan
analisis investasi TIK, salah satu metode yang hingga
saat ini dinilai terakurat dalam kaitannya dengan proses
analisis biaya dan manfaat implementasi TIK adalah
Information Economics (IE). IE dapat menghubungkan
manfaat nyata yang diperoleh secara langsung
(tangible) maupun tidak langsung (intangible). Metode
ini mengkombinasikan analisis finansial dan nonfinansial untuk menghitung manfaat suatu investasi TIK.
Penelitian ini menggunakan metode Information
Economics untuk menganalisis investasi TIK di Balai
Standardisasi Metrologi Legal (BSML) Regional II.
Terdapat tiga sistem informasi yang akan dievaluasi
oleh BSML Regional II, yaitu Sistem Informasi
Pelayanan Kemetrologian (SIPEK), Sistem Monitoring
Tera/Tera Ulang UTTP (SIMTU) dan Sistem Database
UPTD Metrologi Legal (SIDAMEL). Hasil penelitian
menunjukkan SIPEK memperoleh IE Score 37,09,
SIMTU 48,64 dan SIDAMEL 54,03 dari nilai minimal 20 dan nilai maksimal 100. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa SIPEK, SIMTU dan SIDAMEL layak

untuk diimplementasikan di BSML Regional II dengan
urutan prioritas SIDAMEL terlebih dahulu, baru
kemudian SIMTU dan terakhir SIPEK.

51% perusahaan tidak pernah melakukan evaluasi
investasi TIK, bahkan 68% perusahaan tidak
membandingkan manfaat yang diperoleh dengan biaya
yang dikeluarkan. Sehingga wajar dalam pemerintahan
program dalam bidang TIK sering kali dianggap sebagai
cost center, yang menghabiskan anggaran yang besar
tanpa diikuti manfaat yang signifikan.
Rumusan Masalah
Balai Standardisasi Metrologi Legal (BSML) Regional II
merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknik (UPT) di
Kementerian Perdagangan yang bertugas mendukung
percepatan perkembangan sistem metrologi legal di
wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Dalam
melaksanakan tugasnya, diperlukan sistem informasi
yang handal karena cakupan wilayah yang cukup luas.
Saat ini terdapat tiga aplikasi yang akan diterapkan di

BSML Regional II, yaitu Sistem Informasi Pelayanan
Kemetrologian (SIPEK), Sistem Monitoring Tera/Tera
Ulang UTTP (SIMTU) dan Sistem Database UPTD
Metrologi Legal (SIDAMEL).
Namun hingga saat ini BSML Regional II belum
melakukan analisis manfaat dari suatu investasi TIK
yang meliputi manfaat dari aspek finansial maupun nonfinansial. Keadaan ini menyebabkan BSML Regional II
sulit untuk memperoleh ketersediaan anggaran dalam
pengembangan sistem informasi dan menentukan
prioritas program dalam bidang TIK. Oleh karena itu,
penelitian ini akan melakukan evaluasi investasi TIK di
BSML Regional II dengan menggunakan metode
Information Economics.

1. Pendahuluan

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kelayakan
investasi TIK berupa tiga aplikasi yang akan diterapkan
di BSML Regional II beserta urutan prioritas

penerapannya.

Latar Belakang
Setiap bentuk investasi harus menghasilkan keuntungan
atau manfaat yang sebanding dengan nilai investasi yang
diberikan.
Sehingga
pemerintah
harus
dapat
mengevaluasi setiap investasi yang akan dilakukannya,
termasuk investasi di bidang TIK. Investasi TIK tidak
hanya meliputi pembelian peralatan, tetapi termasuk juga
dengan perancangan sistem informasi untuk pelayanan
publik dan penyelenggaraan pemerintahan.
Namun demikian, evaluasi investasi TIK bukanlah hal
yang mudah. Menurut hasil survey [1] menunjukkan

Metodologi
Analisis Finansial

Analisis finansial terdiri atas kuantifikasi biaya (tangible
benefit) dan manfaat yang diperoleh (quasi benefit).
Dalam sebuah investasi TI, biaya yang dikeluarkan dapat
berupa Biaya Pengembangan (development cost) dan
Biaya
Berjalan
atau
Pemeliharaan
(on-going
/maintenance cost). Sedangkan dalam metode
Information Economics manfaat yang dapat diperoleh
dari investasi TI terdiri dari value linking, value
acceleration, value restructuring, dan innovation

Kata kunci: Investasi TIK, Information Economics, egovernment, evaluasi.

3.4-31

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015
STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015


valuation. Manfaat tersebut kemudian dihubungkan
dengan biaya menggunakan perhitungan Simple ROI
(Return of Investment).
Teknik yang akan digunakan dalam pengumpulan data
pada analisis finansial adalah wawancara dan observasi.
Wawancara merupakan sebuah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dangan cara tanya
jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
responden. Observasi dilakukan untuk menangkap
deskripsi lebih lengkap mengenai masalah yang diteliti.
Analisis Non-Finansial
Analisis non-finansial dilakukan terhadap intangible
benefit yaitu dampak positif (manfaat) dan dampak
negatif (resiko) dari penerapan TIK yang tidak nyata dan
tidak dapat dilakukan perhitungan secara finansial.
Analisis non-finansial dapat dilakukan dengan metode
metode kuesioner sebanyak 26 orang terhadap berbagai
pihak yang terkait dengan investasi TIK, termasuk pihak
manajeman, bagian TI dan calon pengguna.

Kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner dengan
jawaban yang bersifat tertutup artinya responden harus
memilih salah satu jawaban yang sudah tersedia.
Jawaban berupa nilai dari 0 sampai 5 yang terdiri atas 6
pernyataan yang menggambarkan kondisi sebenarnya
terhadap subyek, obyek atau kejadian tertentu terhadap
variable yang dinilai. Nilai 5 menggambarkan kondisi
yang paling ideal terhadap variable yang dinilai
sedangkan nilai 0 menggambarkan kondisi sebaliknya.
Kajian Pustaka
Penelitian dengan tema analisis investasi TIK telah
dilakukan pada PT. Simplimobile Indonesia [2]. Metode
yang digunakan adalah Economic Value Added yaitu
dengan melakukan pengurangan keuntungan yang
diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan investasi TIK. Dari hasil kajian investasi TIK
di PT. Simplimobile Indonesia, diperoleh nilai Economic
Value Added yang positif sehingga investasi TIK layak
untuk dijalankan. Kekurangan metode ini adalah tidak
menggali manfaat yang tidak nyata dari suatu investasi

TIK.
Metode Information Economics telah digunakan dalam
melakukan analisis investasi TIK di instansi
pemerintahan. Penelitian [3] melakukan analisis
penerapan Sistem Informasi Manajeman Bina Marga
(SIMBM) yaitu aplikasi untuk melakukan monitoring
pelaksanaan proyek pembangunan pada Direktorat
Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum.
Pada penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa
pengembangan SIMBM bermanfaat untuk menunjang
kinerja Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian
Pekerjaan Umum.
Penelitian [4] menggunakan metode Information
Economics untuk menganalisis prioritas investasi
pengembangan teknologi jaringan di PT. Indo Sumber
Kencana. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai
Information Economics untuk WAN sebesar 29 dari nilai
minimal -23 dan nilai maksimal 52 serta untuk WLAN
diperoleh nilai sebesar 27 dari nilai minimal -23 dan
nilai maksimal 50. Dari nilai tersebut diperoleh


ISSN : 2302-3805

kesimpulan investasi penggembangan teknologi jaringan
di PT. Indo Sumber Kencara layak dijalankan dengan
prioritas WAN terlebih dahulu atas WLAN.
Penelitian ini menggunakan pendekatan yang sama
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh [3], yakni
penggunaan metode Information Economics untuk
melakukan analisis investasi TIK di instansi pemerintah.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian [3] adalah
pada objek penelitiannya. Penelitian [3] hanya
melakukan analisis terhadap satu sistem informasi dan
kelayakan manfaatnya, sedangkan penelitian ini
melakukan analisis terhadap tiga sistem informasi yang
akan diterapkan pada BSML Regional II dan dilakukan
analisis urutan prioritas seperti pada penelitian [4].
Namun perbedaannya, penelitian [4] dilakukan di
perusahaan swasta, sedangkan penelitian ini fokus pada
instansi pemerintah.

Landasan Teori
Metode Information Economics [5], merupakan suatu
metode
perhitungan
yang
digunakan
untuk
mengkuantifikasi biaya (cost), nilai (value) dan manfaat
(benefit) pada proyek-proyek TIK. Metode IE memiliki
kerangka proses yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Information Economics [5]
Metode IE mengklasifikasikan manfaat TIK menjadi tiga
bagian, yaitu:
1. Tangible benefit
Manfaat nyata atau yang berpengaruh secara langsung
terhadap
keuntungan
perusahaan,
misalnya

meningkatkan pendapatan. Analisis terhadap tangible
benefit dilakukan secara finansial.
2. Quasi benefit
Manfaat yang berpengaruh langsung terhadap
keuntungan tetapi sulit dihitung ataupun sebaliknya,
tidak berpengaruh secara langsung terhadap keuntungan
tetapi dapat dihitung.
Analisis terhadap quasi benefit menggunakan empat
parameter perhitungan, yaitu:
a. Value Linking (VL): yaitu manfaat yang diperoleh
dari efek implementasi TIK pada perusahaan secara
gabungan, misalnya terciptanya hubungan antara
bagian yang lebih efisien.
b. Value Acceleration (VA): yaitu percepatan
perolehan manfaat dan penghematan biaya karena
hubungan dua fungsi dalam hubungan sebab akibat,
biasanya dipicu oleh suatu waktu atau perbaikan di
bagian lain (ripple effect)
c. Value Restructuring (VR): yaitu manfaat yang
diperoleh akibat perubahan proses bisnis yang
muncul karena implementasi TIK.

3.4-32

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015

ISSN : 2302-3805

STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015

d.

Innovation Valuation (IV): yaitu terciptanya produk
atau layanan baru dari penerapan TIK pada suatu
perusahaan. Penerapan TIK yang inovatif menjadi
penggerak dalam perubahan strategi bisnis, produk
dan layanan.
3. Intangible benefit
Manfaat tidak nyata atau yang dapat dilihat mempunyai
dampak positif bagi perusahaan, tetapi tidak secara
langsung berpengaruh pada keuntungan. Analisis
terhadap intangible benefit terdiri atas dua domain
utama, yaitu:
a. Domain Bisnis
1) Strategic Match (SM)
Variable ini menilai sampai sejauh mana
keterkaitan sebuah penerapan TIK terhadap
pencapaian visi dan misi organisasi baik secara
langsung maupun tidak langsung
2) Competitive Advantage (CA)
Variable ini menilai pemanfaatan TIK untuk
membuat organisasi tersebut berbeda dengan
para pesaingnya.
3) Management Information Support (MI)
Variabel ini menilai seberapa jauh penerapan
TIK dapat memberikan perangkat yang tepat
bagi pihak manajemen untuk memperbaiki
kinerja organisasi.
4) Competitive Response (CR)
Variabel ini digunakan untuk menilai urgensi
penerapan TIK pada sebuah organiasai.
5) Project or Organizational Risk (OR)
Variabel ini menilai kesiapan dari sebuah
organisasi menghadapi perubahan yang akan
terjadi sebagai dampak dari sebuah penerapan
TIK..
b. Domain Teknologi
1) Strategic IS Architecture (SA)
Variabel ini digunakan untuk menilai
keterkaitan satu system informasi dengan sistem
informasi lainnya terhadap visi infrastruktur
TIK yang ingin dibangun oleh organisasi.
2) Definitional Uncertainty (DU)
Variabel ini ditentukan dari ketepatan didalam
mendefinisikan kebutuhan yang jelas dari
sebuah penerapan TIK dan kemungkinan
perubahan-perubahan dari kebutuhan tersebut
dikemudian hari.
3) Tecnical Uncertainty (TU)
Variabel ini menilai kesiapan organisasi dari
segi teknis, yaitu kesiapan dalam hal tenaga
ahli, perangkat lunak dan infrastruktur.
4) IS Infrastructure Risk (IR)
Variabel ini mengidentifikasi hal-hal yang tidak
termasuk dalam proyek IT tapi dibutuhkan
untuk menunjang keberhasilan dari penerapan
TIK, khususnya dalam hal infrastruktur seperti
jaringan komunikasi.
Selain analisis investasi TI, analisis organisasi
diperlukan untuk menentukan corporat value. Corporat
value digunakan untuk menilai bobot dari suatu

investasi TI yang diperoleh dari nilai masing-masing
faktor dalam information economics. Yang perlu
diperhatikan dalam menentukan corporate value adalah
keterkaitan antara tingkat kesehatan organisasi dan
dengan dukungan TIK yang dimiliki yang dibedakan
menjadi empat kuadran seperti ditampilkan pada Gambar
2.

Gambar 2. Kuadran Corporate Value [5]
2. Pembahasan
Sebelum dilakukan analisis investasi TIK, terlebih
dahulu dilakukan analisis organiasasi. BSML Regional II
merupakan organisasi yang kuat karena wilayah kerjanya
mencakup 160 kabupaten/kota dan 9 propinsi dan
dianggap memiliki dukungan TIK yang kuat juga karena
infrastruktur TIKnya sudah ada, hanya aplilaksinya yang
belum ada. Sehingga BSML Regional II termasuk dalam
Kuadran B (strategic). Kuadran B memiliki bobot nilai
dan rentang nilai seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Bobot Nilai, Nilai maksimum dan minimum
pada Kuadran B (strategic)
Variabel

Kondisi

Bobot

Return On Insvestment (ROI)
Domain Bisnis
1. Strategic Match
2. Competitive Advantage
3. Management Information
4. Competitive Response
5. Project Organizational Risk
Domain Teknologi
1. Definitional Uncertainty
2. Technical Uncertainty
3. Strategic IS Architecture
4. Infrastructure Risk
Nilai Maksimum
Nilai Minimum

Medium

2

High
Highest
Medium
High
Low

4
6
2
4
-1

Medium
Low
Low
Low

-2
-1
1
1

Nilai
Nilai
Maksimum Minimum
10
20
30
10
20
-5
-10
-5
5
5
100
-20

Selanjutnya berikut ini merupakan hasil analisis terhadap
tiga sistem informasi yang akan diterapkan oleh BSML
Regional II.
a. Sistem Informasi
(SIPEK)

Pelayanan

Kemetrologian

SIPEK merupakan aplikasi untuk mendukung pelayanan
kemetrologian di BSML Regional II yang meliputi
pelayanan verifikasi standar ukuran. Dengan adanya
SIPEK diharapkan pelayanan kemetrologian yang
dilakukan oleh BSML Regional II dapat berjalan dengan
lebih cepat dan lancar.

3.4-33

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015

ISSN : 2302-3805

STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015

pada Tabel 4 diperoleh Simple ROI untuk SIPEK sebesar
-17,77 % sehingga nilai Simple ROI yang akan
digunakan dalam perhitungan Information Economics
adalah 0.
Dari hasil survei, untuk domain bisnis diperoleh nilai
1,88 untuk Strategic Match, 3,96 untuk Competitive
Advantage, 1,77 untuk Management Information
Support, 2,58 untuk Competitive Response dan 1,42
untuk Project or Organizational Risk. Sedangkan untuk
domain teknologi diperoleh nilai 3,38 untuk Strategic IS
Architecture, 1,54 untuk Definitional Uncertainty, 1,24
untuk Tecnical Uncertainty dan 0,42 untuk IS
Infrastructure Risk.

Tabel 2. Development Cost Worksheet pada SIPEK
A. Development effort
1. Incremental system and programming
(e.g., estimate days time Rp. XXX/day)
2. Incremental staff support
(e.g., data administration at Rp. XXX/day)
B. New hardware
1. Terminal, printers, comunications
2. Other
C. New (purchased) software, if any
1. Packaged applications software
2. Other
D. User training
E. Other

Rp.

Year 1
362.985.700,00

Rp.

7.982.000,00

TOTAL development cost

Rp.

370.967.700,00

Biaya Pengembangan (development cost) dihitung
dengan menggunakan metode COCOMO II [6]
berdasarkan kebutuhan fungsi dalam SIPEK. Melalui
COCOMO II diperoleh biaya pengembangan SIPEK
sebesar Rp 362.985.700,00 dan biaya pelatihan
pengguna Rp. 7.982.000,00 Sehingga total development
cost untuk SIPEK Rp. 370.967.700,00 seperti pada Tabel
2.
Tabel 3. Ongoing Expenses Worksheet pada SIPEK
A. Application software maintenance
Development effort days
Ratio of maintenance to development
(based on experience, e.g., 10 to 1)
Daily maintenance rate
Total application software maintenance
B. Incremental data storage required XX MB
(e.g., estimated MB at Rp. XXX)
C. Incremental communications (line, message, etc)
D. New software leasses or hardware leasses
E. Supplies
F. PC and Server maintenance

Rp. 22.740.000,00

Rp. 12.240.000,00

OR
-1
1,42

0

7,54

23,77

-1,42

3,54

10,31

SA
-2

Technology Domain
DU
TU
IR
-1
1
1

3,38
-6,77

1,54
-1,54

1,24
1,24

Weighted
Score

0,42
0,42

37,09

Where
ROI Measurement
ROI
= Enhanced simple return on investment score
Business Domain Assesment
SM
= Strategic Match
CA
= Cometitive Advantage
MI
= Management Information
CR
= Competitive Response
OR
= Proyek or Organizational Risk
Technology Domain Assessment
SA
= Strategic IS Architecture
DU
= Definitional Uncertainty
TU
= Technical Uncertainty
IR
= IS Infrastructure Risk

Tera/Tera

Ulang

UTTP

SIMTU merupakan aplikasi yang menghimpun data hasil
kegiatan tera/tera ulang UTTP di wilayah Regonal II.
Dengan adanya SIMTU diharapkan diperoleh informasi
pelayanan tera/tera ulang di wilayah Regional II yang
cepat dan akurat.
Melalui metode COCOMO II diperoleh biaya
pengembangan SIMTU sebesar Rp 312.672.500,00 dan
biaya pelatihan pengguna Rp. 7.982.000,00 Sehingga
total
development
cost
untuk
SIMTU
Rp.
320.654.500,00 seperti pada Tabel 6.

370.967.700,00

B. Yearly Cash Flows: based on five 12 month periods following implementation of the purposed system.
Cash flow can be negative
YEARS
TOTAL
Year 1
Year 2
Year 3
Year 4
Year 5
Net economic benefit
4.933.491,67
4.933.491,67
4.933.491,67
4.933.491,67
4.933.491,67
Operation cost reduction
420.000,00
420.000,00
420.000,00
420.000,00
420.000,00
= pre-tax income
5.353.491,67
5.353.491,67
5.353.491,67
5.353.491,67
5.353.491,67
(-) On-going expense worksheet
71.278.570,00 71.278.570,00 71.278.570,00 71.278.570,00 71.278.570,00
= Net cash flow
-65.925.078,33 -65.925.078,33 -65.925.078,33 -65.925.078,33 -65.925.078,33 -329.625.391,65

Tabel 6. Development Cost Worksheet pada SIMTU

-17,77%
0
Score
0
1
2
3
4
5

Business Domain
CA
MI
CR
6
2
4
3,96
1,77
2,58

b. Sistem Monitoring
(SIMTU)

Tabel 4. Economic Impact Worksheet pada SIPEK

C. Simple RIO, calculated as C/#YRS/A
D. Scoring, Economic Impact

SM
4
1,88

Nilai-nilai tersebut digunakan untuk menghitung IE
Score dengan pembobotan Kuadran B (strategic). Dari
tabel 5 diperoleh nilai akhir 37,09 dari nilai minimal -20
dan maksimal 100. Sehingga tingkat kelayakan
implementasi SIPEK sebesar 47,57%.

Biaya perawatan sistem informasi diasumsikan 10% dari
biaya pengembangan [4] sebesar Rp. 36.298.570,00
perawatan hardware (server dan PC) Rp. 12.240.000,00
dan biaya koneksi internet Rp. 22.740.000,00 Sehingga
biaya yang dikeluarkan setiap tahunnya sebesar Rp.
71.278.570,00 seperti pada Tabel 3.
A. Net Investment Required (From Development Cost Worksheet)

2
0

ROI
Factor
Business Domain
Technology Domain
Weighted Value

Year 1
Rp. 36.298.570,00

Rp. 71.278.570,00

TOTAL ongoing expenses

Tabel 5. IE Score Card untuk SIPEK

Simple Return on Investment
zero or less
1% to 299%
300% to 499%
500% to 699%
700% to 899%
over

Quasi benefit yang dapat diperoleh dari penerapan
SIPEK berupa pengurangan biaya operasional (VL)
berupa penghematan penggunaan telepon sebesar Rp.
420.000,00 dan manfaat tidak langsung dari
penghematan waktu (VA) dan peningkatan produktivitas
(VR) sebesar Rp. 4.933.491,67. Dari hasil perhitungan

A. Development effort
1. Incremental system and programming
(e.g., estimate days time Rp. XXX/day)
2. Incremental staff support
(e.g., data administration at Rp. XXX/day)
B. New hardware
1. Terminal, printers, comunications
2. Other
C. New (purchased) software, if any
1. Packaged applications software
2. Other
D. User training
E. Other

Rp.

Year 1
312.672.500,00

Rp.

7.982.000,00

TOTAL development cost

Rp.

320.654.500,00

3.4-34

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015

ISSN : 2302-3805

STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015

Tabel 7. Ongoing Expenses Worksheet pada SIMTU

untuk Tecnical Uncertainty
Infrastructure Risk.

Year 1
Rp. 31.267.250,00

A. Application software maintenance
Development effort days
Ratio of maintenance to development
(based on experience, e.g., 10 to 1)
Daily maintenance rate
Total application software maintenance
B. Incremental data storage required XX MB
(e.g., estimated MB at Rp. XXX)
C. Incremental communications (line, message, etc)
D. New software leasses or hardware leasses
E. Supplies
F. PC and Server maintenance

Rp. 22.740.000,00

c. Sistem Database
(SIDAMEL)

Rp. 66.247.250,00

Tabel 8. Economic Impact Worksheet pada SIMTU
A. Net Investment Required (From Development Cost Worksheet)

C. Simple RIO, calculated as C/#YRS/A
D. Scoring, Economic Impact

UPTD

Metrologi

Legal

SIDAMEL merupakan aplikasi yang menghimpun
informasi profil UPTD Metrologi Legal, mulai dari
SDM hingga peralatan standar. Informasi ini penting
untuk mendukung program kerja yang lebih terarah.
Melalui metode COCOMO II diperoleh biaya
pengembangan SIDAMEL sebesar Rp 423.053.300,00
dan biaya pelatihan pengguna Rp. 7.982.000,00
Sehingga total development cost untuk SIDAMEL Rp.
440.035.300,00 seperti pada Tabel 10.
Tabel 10. Development Cost Worksheet pada SIDAMEL

-9,65%
0
Simple Return on Investment
zero or less
1% to 299%
300% to 499%
500% to 699%
700% to 899%
over

Quasi benefit yang dapat diperoleh dari penerapan
SIMTU berupa pengurangan biaya operasional (VL)
berupa penghematan biaya pengiriman laporan tera/tera
ulang sebesar Rp. 8.400.000,00 dan manfaat tidak
langsung dari penghematan waktu (VA) dan peningkatan
produktivitas (VR) sebesar Rp. 26.956.160,00. Dari hasil
perhitungan pada Tabel 8 diperoleh Simple ROI untuk
SIMTU sebesar -9,67 % sehingga nilai Simple ROI yang
akan digunakan dalam perhitungan Information
Economics adalah 0.
Tabel 9. IE Score Card untuk SIMTU
2
0

SM
4
2,81

Business Domain
CA
MI
CR
6
2
4
4,04
4,42
2,73

0

11,23

24,23

8,85

IS

320.654.500,00

B. Yearly Cash Flows: based on five 12 month periods following implementation of the purposed system.
Cash flow can be negative
YEARS
TOTAL
Year 1
Year 2
Year 3
Year 4
Year 5
Net economic benefit
26.916.160,00 26.916.160,00 26.916.160,00 26.916.160,00 26.916.160,00
Operation cost reduction
8.400.000,00
8.400.000,00
8.400.000,00
8.400.000,00
8.400.000,00
= pre-tax income
35.316.160,00 35.316.160,00 35.316.160,00 35.316.160,00 35.316.160,00
(-) On-going expense worksheet
66.247.250,00 66.247.250,00 66.247.250,00 66.247.250,00 66.247.250,00
= Net cash flow
-30.931.090,00 -30.931.090,00 -30.931.090,00 -30.931.090,00 -30.931.090,00 -154.655.450,00

Factor
Business Domain
Technology Domain
Weighted Value

untuk

Rp. 12.240.000,00

Biaya perawatan sistem informasi diasumsikan 10%
dari biaya pengembangan [4] sebesar Rp. 31.267.250,00
perawatan hardware (server dan PC) Rp. 12.240.000,00
dan biaya koneksi internet Rp. 22.740.000,00 Sehingga
biaya yang dikeluarkan setiap tahunnya sebesar Rp.
66.247.250,00 seperti pada Tabel 7.

ROI

0,50

Nilai-nilai tersebut digunakan untuk menghitung IE
Score dengan pembobotan Kuadran B (strategic). Dari
tabel 9 diperoleh nilai akhir 48,64 dari nilai minimal -20
dan maksimal 100. Sehingga tingkat kelayakan
implementasi SIMTU sebesar 57,20%.

TOTAL ongoing expenses

Score
0
1
2
3
4
5

dan

10,92

OR
-1
1,58
-1,58

Technology Domain
SA
DU
TU
IR
-2
-1
1
1
3,50
-7,00

0,96
-0,96

2,45
2,45

0,50
0,50

Weighted
Score

A. Development effort
1. Incremental system and programming
(e.g., estimate days time Rp. XXX/day)
2. Incremental staff support
(e.g., data administration at Rp. XXX/day)
B. New hardware
1. Terminal, printers, comunications
2. Other
C. New (purchased) software, if any
1. Packaged applications software
2. Other
D. User training
E. Other

Rp.

Year 1
432.053.300,00

Rp.

7.982.000,00

TOTAL development cost

Rp.

440.035.300,00

Biaya perawatan sistem informasi diasumsikan 10% dari
biaya pengembangan [4] sebesar Rp. 43.205.330,00
perawatan hardware (server dan PC) Rp. 12.240.000,00
dan biaya koneksi internet Rp. 22.740.000,00 Sehingga
biaya yang dikeluarkan setiap tahunnya sebesar Rp.
78.185.330,00 seperti pada Tabel 11.
Tabel 11.
SIDAMEL

Ongoing

Expenses

A. Application software maintenance
Development effort days
Ratio of maintenance to development
(based on experience, e.g., 10 to 1)
Daily maintenance rate
Total application software maintenance
B. Incremental data storage required XX MB
(e.g., estimated MB at Rp. XXX)
C. Incremental communications (line, message, etc)
D. New software leasses or hardware leasses
E. Supplies
F. PC and Server maintenance

48,64

Where
ROI Measurement
ROI
= Enhanced simple return on investment score
Business Domain Assesment
SM
= Strategic Match
CA
= Cometitive Advantage
MI
= Management Information
CR
= Competitive Response
OR
= Proyek or Organizational Risk
Technology Domain Assessment
SA
= Strategic IS Architecture
DU
= Definitional Uncertainty
TU
= Technical Uncertainty
IR
= IS Infrastructure Risk

TOTAL ongoing expenses

Dari hasil survei, untuk domain bisnis diperoleh nilai
2,81 untuk Strategic Match, 4,04 untuk Competitive
Advantage, 4,42 untuk Management Information
Support, 2,73 untuk Competitive Response dan 1,58
untuk Project or Organizational Risk. Sedangkan untuk
domain teknologi diperoleh nilai 3,50 untuk Strategic IS
Architecture, 0,96 untuk Definitional Uncertainty, 4,45

Worksheet

pada

Year 1
Rp. 43.205.330,00

Rp. 22.740.000,00

Rp. 12.240.000,00
Rp. 78.185.330,00

Quasi benefit yang dapat diperoleh dari penerapan
SIDAMEL berupa pengurangan biaya operasional (VL)
berupa penghematan biaya perjalanan dinas sebesar Rp.
212.626.000,00 dan manfaat tidak langsung dari
penghematan waktu (VA) dan peningkatan produktivitas
(VR) sebesar Rp. 40.465.600,00. Dari hasil perhitungan

3.4-35

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2015

ISSN : 2302-3805

STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015

pada Tabel 12 diperoleh Simple ROI untuk SIDAMEL
sebesar 39,83 % sehingga nilai Simple ROI yang akan
digunakan dalam perhitungan Information Economics
adalah 1.
Tabel 12. Economic Impact Worksheet pada SIDAMEL
A. Net Investment Required (From Development Cost Worksheet)

440.035.300,00

B. Yearly Cash Flows: based on five 12 month periods following implementation of the purposed system.
Cash flow can be negative
YEARS
Year 1
Year 2
Year 3
Year 4
Net economic benefit
40.465.600,00
40.465.600,00
40.465.600,00
40.465.600,00
Operation cost reduction
212.626.000,00 212.626.000,00 212.626.000,00 212.626.000,00
= pre-tax income
253.091.600,00 253.091.600,00 253.091.600,00 253.091.600,00
(-) On-going expense worksheet
78.185.330,00
78.185.330,00
78.185.330,00
78.185.330,00
= Net cash flow
174.906.270,00 174.906.270,00 174.906.270,00 174.906.270,00

3.

TOTAL
Year 5
40.465.600,00
212.626.000,00
253.091.600,00
78.185.330,00
174.906.270,00

874.531.350,00

C. Simple RIO, calculated as C/#YRS/A
D. Scoring, Economic Impact

39,75%
1
Score
0
1
2
3
4
5

Simple Return on Investment
zero or less
1% to 299%
300% to 499%
500% to 699%
700% to 899%
over

Dari hasil survei, untuk domain bisnis diperoleh nilai
2,65 untuk Strategic Match, 3,85 untuk Competitive
Advantage, 4,54 untuk Management Information
Support, 2,88 untuk Competitive Response dan 1,42
untuk Project or Organizational Risk. Sedangkan untuk
domain teknologi diperoleh nilai 2,58 untuk Strategic IS
Architecture, 2,54 untuk Definitional Uncertainty, 3,07
untuk Tecnical Uncertainty dan 0,46 untuk IS
Infrastructure Risk.
Tabel 13. IE Score Card untuk SIDAMEL
2
1

SM
4
3,42

Business Domain
CA
MI
CR
6
2
4
3,85
4,65
2,88

OR
-1
1,42

2

13,69

23,08

-1,42

ROI
Factor
Business Domain
Technology Domain
Weighted Value

9,31

11,54

SA
-2

Technology Domain
DU
TU
IR
-1
1
1

2,58
-5,15

2,54
-2,54

3,07
3,07

0,46
0,46

Weighted
Score
54,03

Where
ROI Measurement
ROI
= Enhanced simple return on investment score
Business Domain Assesment
SM
= Strategic Match
CA
= Cometitive Advantage
MI
= Management Information
CR
= Competitive Response
OR
= Proyek or Organizational Risk
Technology Domain Assessment
SA
= Strategic IS Architecture
DU
= Definitional Uncertainty
TU
= Technical Uncertainty
IR
= IS Infrastructure Risk

48,64 dan SIDAMEL memperoleh nilai 54,03.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa investasi TIK
melalui penerapan SIPEK dan SIMTU memperoleh
predikat cukup layak, sedangkan SIDAMEL
memperoleh predikat layak yang berarti investasi
TIK dinilai cukup memberikan manfaat bagi
BSML Regional II.
Dari hasil perbandingan nilai information
economics yang diperoleh, SIDAMEL memiliki
prioritas tertinggi dengan tingkat kelayakan
61,69%, diikuti oleh SIMTU memiliki prioritas
sedang dengan kelayakan 57,20% dan SIPEK
memiliki prioritas terendah dengan tingkat
kelayakan sebesar 47,57%. Dengan demikian
BSML Regional II dapat mengimplementasikan
SIDAMEL terlebih dahulu, kemudian diikuti
SIMTU dan terakhir mengimplementasikan SIPEK
agar dapat memperoleh manfaat yang optimal.

Daftar Pustaka
[1] Dekleva, Sasha. (2005). Justifying Investments in IT. Journal of
Information Technology Management Volume XVI, Number 3,
2005. Depaul University.
[2] Sudarsono, Sri Oktaviani (2007). Analisis Investasi Teknologi
Informasi dengan Metode Real Option Valuation dan Economic
Value Added: Studi Kasus pada PT. Simplimobile Indonesia.
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia
[3] Simanjuntak, Djuangga (1998). Information Economics dari
Sistem Informasi di Lembaga Pemerintah (Studi Kasus: Ditjen
Bina Marga Dep. P.U.). Jakarta: Universitas Bina Nusantara.
[4] Tjahjono, Budi. (2007). Analisis Cost Benefit dengan Metode
Information Economics dalam Pengembangan Teknologi Jaringan
pada PT. Sumber Indo Kencana. Jurnal FASILKOM Vol. 5 No. 2
Oktober 2007
[5] Parker, M. and Benson, R. with Trainor, H. (1988). Information
Economics: Linking Business Performance to Information
Technology. New Jersey: Prentice Hall.
[6] Barry W. Boehm, Ellis Horowitz. (2000). Software Cost
Estimation with Cocomo II. New Jersey: Prentice Hall.

Biodata Penulis

Nilai-nilai tersebut digunakan untuk menghitung IE
Score dengan pembobotan Kuadran B (strategic). Dari
tabel 13 diperoleh nilai akhir 54,03 dari nilai minimal
-20 dan maksimal 100. Sehingga tingkat kelayakan
implementasi SIDAMEL sebesar 61,69%.
3. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis diatas, maka dapat
disimpulkan hasil evaluasi penerapan metode
information economics untuk menganalisis investasi TIK
di BSML Regional II sebagai berikut.
1. Pada analisis Simple ROI, SIPEK memperoleh nilai
-17,77 %, SIMTU memperoleh nilai -9,65 % dan
SIDAMEL memperoleh nilai 39,75 %. Hal ini
berarti pada implementasi SIPEK dan SIMTU
biaya operasional tiap tahunnya lebih besar dari
pada manfaat penghematannya. Sedangkan pada
implementasi SIDAMEL manfaat penghematannya
lebih besar daripada biaya operasionalnya.
2. Pada perhitungan IE score card, SIPEK
memperoleh nilai 37,09, SIMTU memperoleh nilai

Arif Nurjaya, memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.),
Jurusan Teknik Fisika UGM Yogyakarta, lulus tahun
2007. Saat ini menjadi PNS di BSML Regional II
Kementerian Perdagangan.
Wing Wahyu Winarno, memperoleh gelar Akuntan (Ak),
Jurusan Akuntansi UGM Yogyakarta, lulus tahun 1987.
Memperoleh gelar Mastering Accountancy and Financial
Information Systems (MAFIS) Cleveland State
University USA, lulus tahun 1994. Memperoleh gelar
Doktor (Dr.) Pascasarjana Ilmu Akuntansi UI Jakarta,
lulus tahun 2011. Saat ini menjadi Dosen di STIE YKPN
Yogyakarta.
Silmi Fauziati, memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T),
Jurusan Teknik Elektro UGM Yogyakarta, lulus tahun
1996. Memperoleh gelar Magister Teknik (M.T) Jurusan
Teknik Elektro UGM Yogyakarta, lulus tahun 2004.
memperoleh gelar Doktor (Dr. Eng), Kyushu University
Jepang, lulus tahun 2011. Saat ini menjadi Dosen di
Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi UGM
Yogyakarta.

3.4-36