Formulasi Gel Dari Ekstrak Bunga Kamboja (Plumeria alba) dan Uji Efektivitas Sebagai Anti-Aging

(1)

Manfaat dari penelitian ini adalah memformulasi sediaan gel yang memiliki efek sebagai anti-aging dari ekstrak bunga kamboja sehingga dapat digunakan sebagai bahan alami dalam sediaan kosmetika.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi sistematika tumbuhan, nama daerah, nama asing, morfologi tumbuhan dan khasiat tumbuhan.

2.1.1 Sistematika tumbuhan

Sistematika tumbuhan bunga kamboja adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Subkingdom

Superdivisi

Divisi

Kelas

Anak Kelas

Bangsa

Famili :

Genus

Spesies :


(2)

Nama daerah dari tanaman bunga kamboja berbeda ditiap daerah. Di Sumatera dikenal dengan nama cempaka kamboja, cempaka mulia, pandam. Di Jawa dikenal dengan nama samoja, cempaka bakul. Di Sulawesi dikenal dengan nama bungo lomilate, koloyucu, bunga jera (Wijayakusuma, 2000).

2.1.3 Nama asing

Nama asing dari tanaman bunga kamboja juga berbeda ditiap negara. Di Inggris bunga kamboja dikenal dengan nama frangipani, temple flower. Di Cina dikenal dengan nama ji dan hua. Di Thailand dikenal dengan nama lan thom (Wijayakusuma, 2000).

2.1.4 Morfologi tumbuhan

Tumbuhan bunga kamboja (Plumeria alba) merupakan tumbuhan pohon yang memiliki banyak cabang, tinggi 3-7 m, mengandung getah. Batang pohonnya besar, tumbuh membengkok, berkayu keras dengan cabang-cabang gemuk berdaging, sedang cabang muda lunak dan terdapat tanda bekas tangkai daun yag telah terlepas. Daun tunggal bergerombol diujung tangkai, bertangkai panjang, helaian daun kaku, panjang 20-40 cm, lebar 6-12,5 cm, ujung runcing dan pangkal menyempit, tepi rata, tulang daun menyirip. Bunga berkumpul diujung ranting berbentuk terompet, sisi dalam berambut, warna putih atau merah dan mempunyai wangi khas bunga kamboja (Wijayakusuma, 2000).

2.1.5 Khasiat tumbuhan

Tumbuhan bunga kamboja (Plumeria alba) telah banyak digunakan untuk penurun panas (antipiretik), peluruh kencing (diuretik), menghentikan batuk


(3)

(Wijayakusuma, 2000). Sedang dalam penelitian ini bunga kamboja memiliki khasiat sebagai anti-aging karena mengandung senyawa antioksidan seperti tannin dan vitamin C.Ekstrak bungakambojakeringmemilikikapasitas antioksidan7,44% dan total senyawafenoliksebagai18,7mgGAE/g. Dari kandungan tersebut memungkinkan untuk memiliki efek anti-aging.

2.2 Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan alam yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan atas simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral (Ditjen POM., 1979).

2.3 Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan. Sebelum ekstraksi dilakukan biasanya bahan-bahan dikeringkan terlebih dahulu kemudian dihaluskan pada derajat kehalusan tertentu (Harborne, 1987).

Hasil dari ekstraksi disebut dengan ekstrak yaitu sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ditjen POM., 1995).

Menurut Ditjen POM. (2000), ada beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan antara lain yaitu:

1. Cara dingin a. Maserasi


(4)

Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan pada temperatur kamar.Maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus-menerus disebut maserasikinetik sedangkan yang dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan terhadap maserat pertama dan seterusnya disebutremaserasi.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan alat perkolator dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus-menerus sampai diperoleh perkolat.

2. Cara panas a. Refluks

Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada temperatur titik didihnya dalam waktu tertentu dimana pelarut akan terkondensasi menuju pendingin dan kembali ke labu.

b. Digesti

Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C.


(5)

Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang selalu baru, dilakukan dengan menggunakan alat soklet dimana pelarut akan terkondensasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi sampel. d. Infudasi

Infudasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90°C selama 15 menit.

e. Dekoktasi

Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90°C selama 30 menit.

2.4 Gel

2.4.1 Uraian gel

Gel kadang-kadang disebut dengan jeli, merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan seacara topikal atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh (Ditjen POM, 1995).

Dasar gel yang umum digunakan adalah gel hidrofobik dan gel hidrofilik. Gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel anorganik. Apabila ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit sekali terjadi interaksi antara kedua fase. Berbeda dengan gel hidrofilik, gel hidrofilik umumnya adalah molekul-molekul organik yang besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi (Ansel, 1989). Gel hidrofilik umumnya mengandung komponen bahan pengembang atau disebut basis gel, air, humektan dan bahan pengawet (Voight, 1994).


(6)

Sediaan bentuk gel memiliki beberapa keuntungan diantaranya tidak lengket, tidak mengotori pakaian, mudah dioleskan, mudah dicuci, tidak meninggalkan lapisan berminyak pada kulit, viskositas gel tidak mengalami perubahan yang berarti selama penyimpanan (Lieberman, et al., 1989).

2.4.2 Bahan-bahan pembuatan gel 2.4.2.1Aqupec

Aqupec merupakan salah satu turunan carbomer yang memiliki sinonim karbomera, karbopol, acrypol, polimer asam akrilat dan asam poliakrilat.Aqupec merupakan serbuk berwarna putih, memiliki bau lemah, bersifat higroskopis dan asam.

Aqupec stabil bila dipanaskan di bawah 104oC selama 2 jam. Namun pemanasan yang berlebihan dapat menyebabkan perubahan warna dan stabilitas berkurang. Penambahan antimikroba tertentu, seperti benzalkonium klorida atau natrium benzoat dalam konsentrasi tinggi (0,1% w/v) dapat menyebabkan kekeruhan dan pengurangan viskositas dispersi aqupec. Serbuk harus disimpan dalam wadah kedap udara, dan terlindung dari kelembaban. Penggunaan kaca, plastik, atau wadah berlapis resin dianjurkan untuk penyimpanan formulasi yang mengandung aqupec.

Aqupec digunakan sebagai rheology modifier dalam formulasi farmasetika liquid atau semisolid seperti krim, gel, lotion, preparat mata, rektal, topikal dan vaginal. Dalam formulasi tablet, aqupec digunakan sebagai pengikat. Secara


(7)

umum penggunaan aqupec sebagai emulgator, rheology modifier, stabilizing agent, suspending agent, dan pengikat tablet (Rowe, et al., 2009).

2.4.2.2 Trietanolamin

Trietanolamin (TEA) memiliki sinonim tealan, trolaminum, trietilolamin. TEA merupakan cairan kental, jernih hingga kuning pucat, berbau lemah, campuran dari 2,2’,2”-nitrilotrietanol, dietanolamin dan monoetanolamin.

TEA akan berubah menjadi coklat bila terpapar udara dan cahaya, sehingga sebaiknya disimpan di tempat kering, sejuk dan terlindung dari cahaya. Dengan asam mineral, TEA akan membentuk garam kristal dan ester. Dengan asam lemak konsentrasi tinggi, TEA membentuk garam yang larut dalam air dan memiliki karakteristik sabun. TEA juga akan bereaksi dengan tembaga membentuk garam kompleks.

TEA secara luas digunakan dalam formulasi farmasetikal topikal terutama dalam formulasi emulsi. Jika dicampur dengan asam lemak, seperti asam stearat atau asam oleat, TEA akan membentuk sabun anionik dengan pH 8 sehingga dapat digunakan sebagai emulgator untuk menghasilkan emulsi m/a yang stabil. TEA secara umum juga digunakan sebagai buffer, pelarut, polymer plasticizer dan humektan (Rowe, et al., 2009).

2.4.2.3 Natrium metabisulfit

Natrium metabisulfit memiliki nama lain dinatrium disulfit, dinatrium pirosulfit, asam disulfur, garam dinatrium. Natrium metabisulfit digunakan sebagai antioksidan oral, parenteral dan topical pada formulasi farmasetika, dengan konsentrasi berkisar 0,01-1% b/v, dan pada konsentrasi kira-kira 27% b/v pada sediaan parenteral intramuscular. Natrium metabisulfit juga memiliki


(8)

aktivitas anti-bakteri, terutama pada pH asam, dan mungkin digunakan sebagai bahan pengawet pada sediaan oral seperti sirup (Rowe, et al., 2009).

2.4.2.4 Metil paraben

Metil paraben berbentuk kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih; tidak berbau atau hampir tidak berbau dan berasa sedikit terbakar. Sinonimnya antara lain nipagin, metil p-hidroksibenzoat, metagin, aseptoform. Metil paraben harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat kering dan sejuk.

Aktivitas antimikroba metil paraben dan paraben lain berkurang jika dicampur dengan surfaktan nonionik, seperti polisorbat 80, akibat dari miselisasi. Namun, propilen glikol (10%) telah terbukti memperkuat aktivitas antimikroba paraben dalam larutan surfaktan nonionik dan mencegah interaksi antara metil paraben dan polisorbat 80.

Metil paraben umumnya digunakan sebagi pengawet dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasetika. Dalam penggunaannya sering dikombinasikan dengan paraben lain ataupun pengawet lain. Metil paraben (0,18%) dikombinasikan dengan propil paraben (0,02%) telah banyak digunakan dalam berbagai formulasi farmasetika parenteral (Rowe, et al., 2009).

2.5 Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m2dengan berat kira-kira 15 % berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan.Kulit juga sangat kompleks, elastis, dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh


(9)

perlindungan, yaitu melindungi tubuh dari berbagai pengaruh buruk yang datang dari luar (Achroni, 2012).

Dengan peran yang begitu penting, sudah selayaknya kulit senantiasa dijaga dan dipelihara kesehatannya.Bukan hanya kulit wajah atau bagian yang terbuka, melainkan kulit diseluruh tubuh harus mendapatkan perhatian dan perawatan yang optimal agar selalu sehat dan tampil indah.Memahami struktur dan fungsi kulit dapat menjadi langkah awal dalam keseluruhan rangkaian upaya untuk merawat dan menjaga kesehatan kulit (Achroni, 2012).

2.6 Struktur kulit

Menurut Arisanty (2013), kulit terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis, dan lapisan hipodermis atau lapisan subkutan yang merupakan lapisan paling tebal dari kulit.

2.6.1 Epidermis

Epidermis adalah lapisan yang paling luar dan yang paling tipis dari kulit. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah dan sistem persarafan. Epidermis memiliki variasi ketebalan antara 0,4-0,6 mm dan memiliki 5 stratum/jenjang. Lokasi epidermis yang paling tebal terdapat pada telapak kaki dan telapak tangan.

Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling bawah sampai yang paling atas) (Arisanty, 2013):

a. Stratum germinativum (stratum basale) adalah lapisan paling dalam yang terletak di dekat dermis. Sel ini merupakan sel hidup berinti karena mendapatkan difusi oksigen dan nutrisi dari dermis. Lapisan ini merupakan sel yang mulai melakukan pembelahan sel (mitosis) pada proses generasi sel keratinosit epidermis.


(10)

b. Stratum spinosum adalah lapisan di atas lapisan basale. Lapisan ini memilikiinti sel keratinosit besar. Lapisan ini merupakan hasil pembelahan sel yang berikatan dan melakukan migrasi sel ke arah atas.

c. Stratum granulosum adalah lapisan yang mengandung sel granular (granula lamelar) dan keratin.pada lapisan ini, sel berinti mulai mati dan terus ter-

dorongke atas.

d. Stratum lusidum adalah lapisan yang hanya ditemukan di telapak tangan dan telapak kaki. Pada lapisan ini terdapat sel mati yang tidak memiliki inti.

e. Stratum korneum adalah lapisan paling atas dari lapisan epidermis yang merupakan sel keratin mati, tipis dan tidak berinti.

Lapisan epidermis memiliki empat sel utama yaitu sel keratinosit, sel langerhans, sel merkel dan sel melanosit. Sel keratinosit 90 % terdapat di epidermis. Sel langerhans ada beberapa diantara sel keratinosit yang terletak di stratum spinosum dan berfungsi sebagai sistem imun pertama. Sel merkel berada di antara stratum basale yang berfungsi sebagai rangsangan sentuhan. Melanosit berada di antara starum spinosum yang berfungsi sebagai pemberi warna dan proteksi dari ultraviolet (UV) pada kulit.

2.6.2 Dermis

Lapisan dermis adalah lapisan kedua dari kulit. Lapisan ini memiliki jaringan ikat, pembuluh darah, sistem persarafan dan kelenjar tubuh. Dermis memiliki dua lapisan utama, yaitu:

a. Lapisan papiler berfungsi sebagai penguat dari epidermis dalam satu ikatan membran


(11)

b. Lapisan retikuler memiliki pembuluh darah perifer yang banyak dan berikatan yang disebut cutaneous flexus (Arisanty, 2013).

Kolagen adalah protein utama dari dermis yang disekresi oleh fibrolas sebagai tropokolagen. Kolagen adalah protein yang berfungsi sebagai penguat kulit (Arisanty, 2013).Elastin adalah protein lain yang ditemukan di dermis yang berfungsi sebagai pemberi elastisitas kulit. Elastin serat protein seperti kolagen dan kandungan utamanya adalah prolin dan glisin (Arisanty, 2013).

2.6.3 Hipodermis

Lapisan hipodermis (lapisan subkutan) adalah lapisan paling tebal dari kulit, terdiri atas jaringan lemak (paling besar), jaringan ikat dan pembuluh darah.Hipodermis berfungsi sebagai penyimpanan lemak, kontrol temperatur dan penyangga organ disekitarnya.Pada setiap bagian, tubuh memiliki ketebalan epidermis, dermis dan hipodermis yang berbeda tergantung pada lokasinya (Arisanty, 2013).

2.7 Jenis Dan Fungsi Kulit 2.7.1 Jenis kulit

Menurut Wasitaatmaja (1997), ditinjau dari sudut pandang perawatan kulit terbagi atas:

1. Kulit normal

Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar dan elastis dengan kelembaban yang cukup.


(12)

Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak dipermukaan kulit yang berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.

3. Kulit kering

Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang ataupun sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihat kerutan.

2.7.2 Fungsi kulit

Kulit memiliki sejumlah fungsi yang sangat penting bagi tubuh.Berikut adalah fungsi-fungsi dari kulit.

1. Fungsi perlindungan atau proteksi, yaitu kulit berfungsi melindungi bagian dalam tubuh dari kontak langsung lingkungan luar, misalnya paparan bahan-bahan kimia, paparan sinar matahari, polusi, bakteri, dan jamur yang dapat menyebabkan infeksi, serta kerusakan akibat gesekan, tekanan dan tarikan. 2. Mengeluarkan zat-zat tidak berguna sisa metabolisme dari dalam tubuh. 3. Mengatur suhu tubuh.

4. Menyimpan kelebihan lemak.

5. Sebagai indra peraba yang memungkinkan otak merasakan sejumlah rasa, seperti panas, dingin, sakit dan beragam tekstur.

6. Tempat pembentukan vitamin D dengan bantuan sinar matahari.

7. Mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh esensial (Achroni, 2012). 2.8 Sinar Ultraviolet


(13)

sinar matahari, sedangkan jenis radiasi lainnya adalah inframerah (yang memberikan panas) dan cahaya yang terlihat. Panjang gelombang yang dimiliki sinar ultraviolet akan mempengaruhi terhadap kerusakan kulit. Semakin panjang gelombang sinar UV, semakin besar dampak kerusakan yang ditimbulkannya pada kulit. Berdasarkan panjang gelombang, ada tiga jenis radiasi ultraviolet, yaitu:

1. Sinar UV-A

Sinar UV-A dengan panjang gelombang 320-400 nm, adalah sinar yang paling banyak mencapai bumi dengan perbandingan 100 kali UV-B. segmen sinar ini akan masuk kedalam dermis sehingga menyebabkan kerusakan jaringan dermis dan terjadinya reaksi fotosensitivitas. Sinar ini meliputi 95% radiasi mencapai permukaan bumi.UV-A merupakan penyumbang utama kerusakan kulit dan kerutan.UV-A menembus kulit lebih dalam dari UV-B dan bekerja lebih efisien. Radiasi UV-A menembus sampai dermis dan merusak serat-serat yang berada didalamnya. Kulit menjadi kehilangan elastisitas dan berkerut.Sinar ini juga dapat menembus kaca (Darmawan, 2013).

2. Sinar UV-B

Sinar UV-B dengan panjang gelombang 290-320 nm, merupakan sinar matahari yang terkuat mencapai bumi. Kerusakan kulit yang ditimbulkan berada dibawah epidermis berupa luka bakar, kelainan prakanker dan keganasan lainnya.Jadi baik sinar UV-A maupun UV-B sama-sama memiliki dampak negatif bagi kulit manusia jika terpapar dalam waktu relatif lama (Bogadenta, 2012).Sinar UV-B tidak dapat menembus kaca (Darmawan, 2013).


(14)

3. Sinar UV-C

Memiliki panjang gelombang paling panjang, yaitu sekitar 200-290 nm. Menurut Darmawan (2013), radiasi sinar ini menimbulkan bahaya terbesar dan menyebabkan kerusakan terbanyak. Namun, mayoritas sinar ini diserap dilapisan ozon diatmosfer.

2.9 Skin Analyzer

Pada analisis konvensional, diagnosis dilakukan dengan mengandalkan kemampuan pengamatan semata.Hal ini dapat dijadikan diagnosis yang bersifat subjektif dan bergantung pada persepsi para dokter.Pemeriksaan seperti ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental dan tidak adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami pasien (Aramo, 2012).

Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk mendiagnosis keadaan pada kulit.Skin analyzer mempunyai sistem terintegrasi untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas, melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit. Tambahan rangkaian sensor kamera yang terpasang pada skin analyzer menampilkan hasil yang cepat dan akurat (Aramo, 2012).

2.9.1 Pengukuran kondisi kulit dengan skin analyzer

Menurut Aramo,(2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan dengan menggunakan skin analyzer, yaitu:


(15)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture checker yang terdapat dalam Skin analyzer Aramo. Caranya dengan menekan tombol power dan diletakkan pada permukaan kulit. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar air dalam kulit yang diukur.

2. Sebum (Kadar minyak)

Pengukuran kadar minyak dilakukan dengan menggunakan alat oil checker yang terdapat dalam perangkat Skin analyzerAramo. Caranya dengan menempelkan bagian sensor yang telah terpasang spons pada permukaan kulit.Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar minyak dalam kulit yang diukur.

3. Evenness (Kehalusan)

Pengukuran kehalusan kulit dilakukan dengan perangkat Skin analyzer pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.

4. Pore (Pori)

Pengukuran besarnya pori pada kulit secara otomatis akan keluar pada saat melakukan pengukuran pada kehalusan kulit. Gambar yang telah terfoto pada pengukuran kehalusan kulit juga akan keluar pada kotak bagian pori-pori kulit. Hasil berupa angka dan penentuan ukuran pori secara otomatis akan keluar pada layar komputer.


(16)

Pengukuran banyaknya noda yang dilakukan dengan perangkat Skin analyzer pada lensa perbbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor jingga (terpolarisasi). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan penentu banyaknya noda yang didapatkan akan tampil pada layar komputer. 6. Wrinkle (Keriput)

Pengukuran keriput dilakukan dengan perangkat Skin analyzerpada lensa perbesaran 10x dan menggunakan lampu sensor biru (Normal). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer. Pada pengukuran ini, tidak hanya jumlah keriput yang dapat diukur, akan tetapi kedalaman keriput juga dapat terdeteksi dengan alat Skin analyzer.

2.9.2 Parameter pengukuran

Parameter pengukuran kondisi kulit meliputi kelembaban, kehalusan, ukuran pori, jumlah noda, dan jumlah keriput dapat dilihat pada tabel berikut.

Pengukuran Parameter

Moisture (Kelembaban) Dehidrasi Normal Hidrasi

0-29 % 30-45 % 46-100 %

Evenness (Kehalusan) Halus Normal Kasar

0-31 32-51 52-100

Pore (Pori) Kecil Sedang Besar

0-19 20-29 40-100

Spot (Noda) Sedikit Sedang Banyak

0-19 20-39 40-100

Wrinkle (Keriput) Tidak berkeriput Berkeriput Berkeriput parah


(1)

b. Lapisan retikuler memiliki pembuluh darah perifer yang banyak dan berikatan yang disebut cutaneous flexus (Arisanty, 2013).

Kolagen adalah protein utama dari dermis yang disekresi oleh fibrolas sebagai tropokolagen. Kolagen adalah protein yang berfungsi sebagai penguat kulit (Arisanty, 2013).Elastin adalah protein lain yang ditemukan di dermis yang berfungsi sebagai pemberi elastisitas kulit. Elastin serat protein seperti kolagen dan kandungan utamanya adalah prolin dan glisin (Arisanty, 2013).

2.6.3 Hipodermis

Lapisan hipodermis (lapisan subkutan) adalah lapisan paling tebal dari kulit, terdiri atas jaringan lemak (paling besar), jaringan ikat dan pembuluh darah.Hipodermis berfungsi sebagai penyimpanan lemak, kontrol temperatur dan penyangga organ disekitarnya.Pada setiap bagian, tubuh memiliki ketebalan epidermis, dermis dan hipodermis yang berbeda tergantung pada lokasinya (Arisanty, 2013).

2.7 Jenis Dan Fungsi Kulit 2.7.1 Jenis kulit

Menurut Wasitaatmaja (1997), ditinjau dari sudut pandang perawatan kulit terbagi atas:

1. Kulit normal

Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar dan elastis dengan kelembaban yang cukup.


(2)

Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak dipermukaan kulit yang berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.

3. Kulit kering

Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang ataupun sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihat kerutan.

2.7.2 Fungsi kulit

Kulit memiliki sejumlah fungsi yang sangat penting bagi tubuh.Berikut adalah fungsi-fungsi dari kulit.

1. Fungsi perlindungan atau proteksi, yaitu kulit berfungsi melindungi bagian dalam tubuh dari kontak langsung lingkungan luar, misalnya paparan bahan-bahan kimia, paparan sinar matahari, polusi, bakteri, dan jamur yang dapat menyebabkan infeksi, serta kerusakan akibat gesekan, tekanan dan tarikan. 2. Mengeluarkan zat-zat tidak berguna sisa metabolisme dari dalam tubuh. 3. Mengatur suhu tubuh.

4. Menyimpan kelebihan lemak.

5. Sebagai indra peraba yang memungkinkan otak merasakan sejumlah rasa, seperti panas, dingin, sakit dan beragam tekstur.

6. Tempat pembentukan vitamin D dengan bantuan sinar matahari.

7. Mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh esensial (Achroni, 2012). 2.8 Sinar Ultraviolet

Sinar ultraviolet (UV) adalah sinar tidak tampak yang merupakan bagian energi yang berasal dari matahari.Ultraviolet merupakan salah satu jenis radiasi


(3)

sinar matahari, sedangkan jenis radiasi lainnya adalah inframerah (yang memberikan panas) dan cahaya yang terlihat. Panjang gelombang yang dimiliki sinar ultraviolet akan mempengaruhi terhadap kerusakan kulit. Semakin panjang gelombang sinar UV, semakin besar dampak kerusakan yang ditimbulkannya pada kulit. Berdasarkan panjang gelombang, ada tiga jenis radiasi ultraviolet, yaitu:

1. Sinar UV-A

Sinar UV-A dengan panjang gelombang 320-400 nm, adalah sinar yang paling banyak mencapai bumi dengan perbandingan 100 kali UV-B. segmen sinar ini akan masuk kedalam dermis sehingga menyebabkan kerusakan jaringan dermis dan terjadinya reaksi fotosensitivitas. Sinar ini meliputi 95% radiasi mencapai permukaan bumi.UV-A merupakan penyumbang utama kerusakan kulit dan kerutan.UV-A menembus kulit lebih dalam dari UV-B dan bekerja lebih efisien. Radiasi UV-A menembus sampai dermis dan merusak serat-serat yang berada didalamnya. Kulit menjadi kehilangan elastisitas dan berkerut.Sinar ini juga dapat menembus kaca (Darmawan, 2013).

2. Sinar UV-B

Sinar UV-B dengan panjang gelombang 290-320 nm, merupakan sinar matahari yang terkuat mencapai bumi. Kerusakan kulit yang ditimbulkan berada dibawah epidermis berupa luka bakar, kelainan prakanker dan keganasan lainnya.Jadi baik sinar UV-A maupun UV-B sama-sama memiliki dampak negatif bagi kulit manusia jika terpapar dalam waktu relatif lama (Bogadenta, 2012).Sinar UV-B tidak dapat menembus kaca (Darmawan, 2013).


(4)

3. Sinar UV-C

Memiliki panjang gelombang paling panjang, yaitu sekitar 200-290 nm. Menurut Darmawan (2013), radiasi sinar ini menimbulkan bahaya terbesar dan menyebabkan kerusakan terbanyak. Namun, mayoritas sinar ini diserap dilapisan ozon diatmosfer.

2.9 Skin Analyzer

Pada analisis konvensional, diagnosis dilakukan dengan mengandalkan kemampuan pengamatan semata.Hal ini dapat dijadikan diagnosis yang bersifat subjektif dan bergantung pada persepsi para dokter.Pemeriksaan seperti ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental dan tidak adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami pasien (Aramo, 2012).

Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk mendiagnosis keadaan pada kulit.Skin analyzer mempunyai sistem terintegrasi untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas, melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit. Tambahan rangkaian sensor kamera yang terpasang pada skin analyzer menampilkan hasil yang cepat dan akurat (Aramo, 2012).

2.9.1 Pengukuran kondisi kulit dengan skin analyzer

Menurut Aramo,(2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan dengan menggunakan skin analyzer, yaitu:


(5)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture checker yang terdapat dalam Skin analyzer Aramo. Caranya dengan menekan tombol power dan diletakkan pada permukaan kulit. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar air dalam kulit yang diukur.

2. Sebum (Kadar minyak)

Pengukuran kadar minyak dilakukan dengan menggunakan alat oil checker yang terdapat dalam perangkat Skin analyzerAramo. Caranya dengan menempelkan bagian sensor yang telah terpasang spons pada permukaan kulit.Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar minyak dalam kulit yang diukur.

3. Evenness (Kehalusan)

Pengukuran kehalusan kulit dilakukan dengan perangkat Skin analyzer pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.

4. Pore (Pori)

Pengukuran besarnya pori pada kulit secara otomatis akan keluar pada saat melakukan pengukuran pada kehalusan kulit. Gambar yang telah terfoto pada pengukuran kehalusan kulit juga akan keluar pada kotak bagian pori-pori kulit. Hasil berupa angka dan penentuan ukuran pori secara otomatis akan keluar pada layar komputer.


(6)

Pengukuran banyaknya noda yang dilakukan dengan perangkat Skin analyzer pada lensa perbbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor jingga (terpolarisasi). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan penentu banyaknya noda yang didapatkan akan tampil pada layar komputer. 6. Wrinkle (Keriput)

Pengukuran keriput dilakukan dengan perangkat Skin analyzerpada lensa perbesaran 10x dan menggunakan lampu sensor biru (Normal). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer. Pada pengukuran ini, tidak hanya jumlah keriput yang dapat diukur, akan tetapi kedalaman keriput juga dapat terdeteksi dengan alat Skin analyzer.

2.9.2 Parameter pengukuran

Parameter pengukuran kondisi kulit meliputi kelembaban, kehalusan, ukuran pori, jumlah noda, dan jumlah keriput dapat dilihat pada tabel berikut.

Pengukuran Parameter

Moisture (Kelembaban) Dehidrasi Normal Hidrasi

0-29 % 30-45 % 46-100 %

Evenness (Kehalusan) Halus Normal Kasar

0-31 32-51 52-100

Pore (Pori) Kecil Sedang Besar

0-19 20-29 40-100

Spot (Noda) Sedikit Sedang Banyak

0-19 20-39 40-100

Wrinkle (Keriput) Tidak berkeriput Berkeriput Berkeriput parah

0-19 20-52 53-100

Wrinkle's depth (Kedalaman keriput)

Garis halus Kerutan