Formulasi Ekstrak Propolis Dalam Sediaan Gel Sebagai Anti-Aging

(1)

FORMULASI EKSTRAK PROPOLIS

DALAM SEDIAAN GEL SEBAGAI ANTI-AGING

SKRIPSI

OLEH:

ANDRIANI SIREGAR

NIM 111524020

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

FORMULASI EKSTRAK PROPOLIS

DALAM SEDIAAN GEL SEBAGAI ANTI-AGING

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:

ANDRIANI SIREGAR

NIM 111524020

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI EKSTRAK PROPOLIS

DALAM SEDIAAN GEL SEBAGAI ANTI-AGING

OLEH:

ANDRIANI SIREGAR

NIM 111524020

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada tanggal: 28 Februari 2014

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. Prof. Dr. Karsono, Apt.

NIP 195807101986012001 NIP 195409091982011001

Pembimbing II, Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.

NIP 195807101986012001

Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt.

NIP 195111021977102001 NIP 195107031977102001

Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. NIP 195107031977102001

Medan, April 2014 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi ini. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memformulasi ekstrak propolis dalam sediaan gel sebagai anti-aging yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas selama masa pendidikan. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., dan ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sangat luar biasa sabar dan telaten membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak dan ibu staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik selama perkuliahan. Ibu Kepala Laboraturium Kosmetika yang telah memberikan fasilitas, petunjuk dan membantu selama penelitian. Bapak Prof. Dr. Karsono, Apt., Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., Ibu Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang memberikan masukan, kritik, arahan dan saran dalam menyusun skripsi ini.


(5)

Penulis juga ingin mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Ridwan Efendi Siregar dan Ibunda Roswita Rambe, atas pengorbanannya dengan tulus ikhlas dan telah mendoakan penulis, untuk kakak dan adik-adik tersayang yang selalu setia memberikan dorongan dan semangat serta kepada teman-teman ekstensi stambuk 2011 atas semua motivasinya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna memperbaiki skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khusus bidang farmasi.

Medan, April 2014 Penulis,

Andriani Siregar NIM 111524020


(6)

FORMULASI EKSTRAK PROPOLIS

DALAM SEDIAAN GEL SEBAGAI ANTI-AGING

ABSTRAK

Anti-aging atau anti penuaan adalah sediaan untuk mencegah proses degeneratif. Dalam hal ini, proses penuaan yang gejalanya terlihat jelas pada kulit seperti keriput, kulit kasar, dan noda-noda gelap. Sediaan anti-aging dapat

membantu memperlambat efek penuaan dini. Propolis merupakan salah satu produk alami yang memiliki potensi antioksidan yang tinggi, berperan dalam menjaga kerusakan sel akibat sinar UV berlebih. Kandungan flavonoid didalamnya dapat meredam efek buruk radikal bebas. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah ekstrak propolis dapat diformulasikan dalam sediaan gel dan mampu memberikan efek anti-aging.

Ekstrak propolis dibuat dengan cara maserasi 500 gram propolis mentah menggunakan 5 liter penyari etanol 70%. Penelitian ini dilakukan dengan menguji efektivitas dari beberapa konsentrasi ekstrak propolis dalam sediaan gel terhadap kulit marmut yang telah dituakan. Hewan percobaan yang digunakan adalah 15 ekor marmut. Penuaan dilakukan dengan penyinaran lampu Ultraviolet (UV) panjang gelombang 366 nm pada bagian punggung marmut yang telah dicukur. Sediaan gel yang dibuat adalah gel ekstrak propolis dengan konsentrasi 1%; 1,5%; 2%, gel blanko (gel tanpa zat aktif), dan gel vitamin C 2% sebagai pembanding. Pemulihan dilakukan selama empat minggu dengan pengolesan gel dua kali sehari. Beberapa pengujian yang dilakukan terhadap sediaan yaitu: uji homogenitas, uji pH, uji kestabilan, uji viskositas dan uji efektivitas anti-aging menggunakan alat Skin Analyzer

dengan parameter yang diukur adalah kelembaban, kehalusan kulit, besarnya pori, jumlah noda, jumlah keriput dan kedalamannya.

Hasil pengujian terhadap sediaan menunjukkan bahwa ekstrak propolis dapat diformulasikan dalam sediaan gel. Sediaan gel yang dihasilkan semuanya homogen, memiliki pH 6,2-7,5. Uji stabilitas sediaan diperoleh bahwa gel blanko dan semua gel ekstrak propolis tidak mengalami perubahan warna maupun bau selama penyimpanan 12 minggu, sedangkan gel vitamin C 2% mengalami perubahan warna dan bau. Uji viskositas menunjukkan nilai viskositas mengalami penurunan. Hasil uji efek anti-aging menunjukkan bahwa gel yang mengandung ekstrak propolis 1,5% dan 2% mampu memberikan efek anti-aging dan lebih baik dari gel vitamin C 2% karena dapat melakukan pemulihan lebih cepat terhadap kulit marmut yang telah dituakan.


(7)

FORMULATION OF PROPOLIS EXTRACT

IN THE GEL PREPARATION AS ANTI-AGING

ABSTRACT

Anti-aging is preparation to prevent the degenerative process. In this case, the visible symptoms of aging on the skin such as wrinkles, rough skin, and dark spots. The preparation of anti-aging is believed to help slow the

effects of aging. Propolis is a natural product that has a high potency antioxidant, plays a role in maintaining cell damage caused by excessive UV light. Flavonoid content in it can reduce the ill effects of free radicals. The aim of this study was to learn whether propolis extract can be formulated in a gel preparation and is able to provide anti-aging effects.

The extract of propolis was made by maceration of 500 gr of raw propolis using 5 litre ethanol solvent 70%. This research was conducted by examining the effectiveness of some of propolis extract concentration in gel toward the aging. 15 guinea pigs were used in this study to test those effectiveness. The aging process on guinea pigs was done by exposing their bald back to the ultraviolet light in 366 nm wavelength. The gel was made from propolis extract with 1%; 1.5%; 2% concentration, blank gel (gel without the active ingredient), and 2% of vitamin C as a comparison. Recovery is done for four week with twice daily application of the gel. Another test conducting in this study were homogenity test, pH test, stability test, viscosity test and anti-aging test by measuring parameters were moisture, evenness of skin, size of pore, amount of spot, wrinkle and its depth with the skin analyzer.

The result showed that propolis extract can be formulated in gel, all of gel are homogeneous, with pH 6.2-7.5. The blank gel and all of propolis extract gel does not change its colour or odor, but vitamin C gel 2% do change colour and odor. Viscosity test showed decreased viscosity. The results of the test indicated that anti-aging effect show that gel containing propolis extract 1.5% and 2% were able to provide anti-aging effects, and better than 2% gel vitamin C because it can perform faster recovery of the skin of guinea pigs that had been the elder.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 3

1.3Hipotesa ... 3

1.4Tujuan Penelitian ... 3

1.5Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Propolis ... 5

2.1.1 Komposisi propolis ... 5

2.1.2 Kriteria mutu propolis mentah ... 7

2.1.3 Teknologi ekstraksi ... 8


(9)

2.3 Penuaan ... 14

2.3.1 Defenisi ... 14

2.3.2 Penyebab penuaan ... 14

2.4 Anti Penuaan atau Anti-Aging ... 18

2.4.1 Antioksidan dalam sediaan anti-aging ... 18

2.4.2 Propolis sebagai salah satu sumber antioksidan ... 19

2.5 Kulit ... 20

2.5.1 Struktur kulit ... 20

2.5.2 Jenis kulit ... 22

2.5.3 Fungsi kulit ... 22

2.6 Sinar Ultraviolet ... 23

2.7 Skin Analyzer ... 24

2.7.1 Pengukuran kondisi kulit dengan skin analyzer ... 25

2.7.2 Parameter pengukuran ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Alat-alat ... 28

3.2 Bahan-bahan ... 28

3.3 Hewan Uji ... 29

3.3.1 Penyiapan hewan uji ... 29

3.4 Pengambilan dan Pengolahan Sampel ... 30

3.4.1 Teknik pengambilan sampel ... 30

3.4.2 Pengolahan sampel ... 30


(10)

3.5 Formula Sediaan Gel ... 31

3.5.1 Formula dasar gel ... 31

3.5.2 Formula modifikasi ... 31

3.6 Cara Pembuatan Gel ... 32

3.7 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 33

3.7.1 Pemeriksaan stabilitas sediaan ... 33

3.7.2 Pemeriksaan homogenitas sediaan ... 33

3.7.3 Penentuan pH sediaan ... 33

3.7.4 Penentuan viskositas sediaan ... 34

3.8 Uji Efek Anti-Aging ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1 Rendemen Ekstrak Propolis ... 35

4.2 Hasil Formulasi Sediaan ... 35

4.3 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 36

4.3.1 Stabilitas sediaan ... 36

4.3.2 Homogenitas sediaan ... 37

4.3.3 pH sediaan ... 38

4.3.4 Viskositas sediaan ... 40

4.4 Penentuan Aktivitas Anti-aging ... 41

4.4.1 Moisture (Kelembaban) ... 41

4.4.2 Evenness (Kehalusan) ... 46

4.4.3 Pore (Pori) ... 49


(11)

4.3.5 Wrinkle (Kerutan) ... 57

4.3.6 Wrinkle’s depth (Kedalaman keriput) ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

5.1 Kesimpulan ... 65

5.2 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Komposisi kimia propolis ... 6

Tabel 2.2 Perbedaan anatomi pada epidermis ... 15

Tabel 2.3 Perbedaan anatomi pada epidermis ... 15

Tabel 2.4 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer ... 27

Tabel 3.1 Formulasi sediaan gel ... 32

Tabel 4.1 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat sediaan selesai dibuat dan penyimpanan selama 12 minggu ... 37

Tabel 4.2 Data pengamatan homogenitas sediaan pada saat sediaan selesai dibuat dan penyimpanan selama 12 minggu ... 38

Tabel 4.3 Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai dibuat ... 38

Tabel 4.4 Data pengukuran pH sediaan selama penyimpanan 12 minggu ... ... 49

Tabel 4.5 Data pengukuran viskositas sediaan pada saat selesai dibuat ... 40

Tabel 4.6 Data pengukuran viskositas sediaan selama penyimpanan 12 minggu ... 40

Tabel 4.7 Persentase kelembaban pada kulit marmut kelompok blanko, ekstrak propolis 1%, 1,5%, 2% dan vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu pertama, kedua, ketiga, dan keempat ... 42

Tabel 4.8 Kehalusan kulit pada kulit marmut kelompok blanko, ekstrak propolis 1%, 1,5%, 2% dan vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu pertama, kedua, ketiga, dan keempat ... 46

Tabel 4.9 Besarnya pori pada kulit marmut kelompok blanko, ekstrak propolis 1%, 1,5%, 2% dan vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu pertama, kedua, ketiga, dan keempat ... 50


(13)

Tabel 4.10 Banyaknya noda pada kulit marmut kelompok blanko, ekstrak propolis 1%, 1,5%, 2% dan vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan

dari minggu pertama, kedua, ketiga, dan keempat ... 53 Tabel 4.11 Jumlah kerutan pada kulit marmut kelompok blanko,

ekstrak propolis 1%, 1,5%, 2% dan vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan

dari minggu pertama, kedua, ketiga, dan keempat ... 57 Tabel 4.12 Kedalaman kerutan pada kulit marmut kelompok blanko,

ekstrak propolis 1%, 1,5%, 2% dan vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1 Grafik rata-rata kelembaban pada kulit marmut

kelompok blanko, ekstrak propolis 1%, 1,5%, 2% dan vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu pertama, kedua, ketiga, dan keempat ... 43 Gambar 4.2 Grafik rata-rata kekasaran kulit pada kulit marmut

kelompok blanko, ekstrak propolis 1%, 1,5%, 2% dan vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu pertama, kedua, ketiga, dan keempat ... 47 Gambar 4.3 Grafik besarnya rata-rata pori pada kulit marmut

kelompok blanko, ekstrak propolis 1%, 1,5%, 2% dan vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu pertama, kedua, ketiga, dan keempat ... 51 Gambar 4.4 Grafik rata-rata noda pada kulit marmut kelompok

blanko, ekstrak propolis 1%, 1,5%, 2% dan vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu pertama, kedua, ketiga, dan

keempat ... 54 Gambar 4.5 Grafik rata-rata kerutan pada kulit marmut kelompok

blanko, ekstrak propolis 1%, 1,5%, 2% dan vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu pertama, kedua, ketiga, dan

keempat ... 58 Gambar 4.6 Grafik rata-rata kedalaman kerutan pada kulit marmut

kelompok blanko, ekstrak propolis 1%, 1,5%, 2% dan vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu pertama, kedua, ketiga, dan keempat ... 61


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Bagan penyiapan sampel ... 70

Lampiran 2. Bagan pembuatan ekstrak ... 70

Lampiran 3. Rendemen ekstrak propolis ... 71

Lampiran 4. Bagan pembuatan gel ... 71

Lampiran 5. Perhitungan nilai viskositas ... 72

Lampiran 6. Bagan penyiapan hewan uji dan uji efek anti-aging .. ... 72

Lampiran 7. Propolis mentah ... 73

Lampiran 8. Propolis mentah yang telah diiris tipis ... 73

Lampiran 9. Ekstraksi propolis ... 74

Lampiran 10. Penguapan pelarut dengan rotary evaporator ... 74

Lampiran 11. Pengeringan ekstrak dengan freezedryer ... 75

Lampiran 12. Ekstrak propolis hasil freezedryer ... 75

Lampiran 13. Sediaan gel setelah 12 minggu ... 76

Lampiran 14. Uji homogenitas sediaan ... 77

Lampiran 15. Alat pengukur pH ... 78

Lampiran 16. Alat pengukur viskositas ... 78

Lampiran 17. Lampu UV 366 nm ... 79

Lampiran 18. Alat moisture checker ... 79

Lampiran 19. Alat skin analyzer Aramo SG ... 79

Lampiran 20. Sertifikat analisis vitamin C ... 80

Lampiran 21. Sertifikat analisis aquapec HV-505 ... 81


(16)

Lampiran 23. Contoh pengukuran dengan skin analyzer ... 84 Lampiran 24. Data statistik ... 96


(17)

FORMULASI EKSTRAK PROPOLIS

DALAM SEDIAAN GEL SEBAGAI ANTI-AGING

ABSTRAK

Anti-aging atau anti penuaan adalah sediaan untuk mencegah proses degeneratif. Dalam hal ini, proses penuaan yang gejalanya terlihat jelas pada kulit seperti keriput, kulit kasar, dan noda-noda gelap. Sediaan anti-aging dapat

membantu memperlambat efek penuaan dini. Propolis merupakan salah satu produk alami yang memiliki potensi antioksidan yang tinggi, berperan dalam menjaga kerusakan sel akibat sinar UV berlebih. Kandungan flavonoid didalamnya dapat meredam efek buruk radikal bebas. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah ekstrak propolis dapat diformulasikan dalam sediaan gel dan mampu memberikan efek anti-aging.

Ekstrak propolis dibuat dengan cara maserasi 500 gram propolis mentah menggunakan 5 liter penyari etanol 70%. Penelitian ini dilakukan dengan menguji efektivitas dari beberapa konsentrasi ekstrak propolis dalam sediaan gel terhadap kulit marmut yang telah dituakan. Hewan percobaan yang digunakan adalah 15 ekor marmut. Penuaan dilakukan dengan penyinaran lampu Ultraviolet (UV) panjang gelombang 366 nm pada bagian punggung marmut yang telah dicukur. Sediaan gel yang dibuat adalah gel ekstrak propolis dengan konsentrasi 1%; 1,5%; 2%, gel blanko (gel tanpa zat aktif), dan gel vitamin C 2% sebagai pembanding. Pemulihan dilakukan selama empat minggu dengan pengolesan gel dua kali sehari. Beberapa pengujian yang dilakukan terhadap sediaan yaitu: uji homogenitas, uji pH, uji kestabilan, uji viskositas dan uji efektivitas anti-aging menggunakan alat Skin Analyzer

dengan parameter yang diukur adalah kelembaban, kehalusan kulit, besarnya pori, jumlah noda, jumlah keriput dan kedalamannya.

Hasil pengujian terhadap sediaan menunjukkan bahwa ekstrak propolis dapat diformulasikan dalam sediaan gel. Sediaan gel yang dihasilkan semuanya homogen, memiliki pH 6,2-7,5. Uji stabilitas sediaan diperoleh bahwa gel blanko dan semua gel ekstrak propolis tidak mengalami perubahan warna maupun bau selama penyimpanan 12 minggu, sedangkan gel vitamin C 2% mengalami perubahan warna dan bau. Uji viskositas menunjukkan nilai viskositas mengalami penurunan. Hasil uji efek anti-aging menunjukkan bahwa gel yang mengandung ekstrak propolis 1,5% dan 2% mampu memberikan efek anti-aging dan lebih baik dari gel vitamin C 2% karena dapat melakukan pemulihan lebih cepat terhadap kulit marmut yang telah dituakan.


(18)

FORMULATION OF PROPOLIS EXTRACT

IN THE GEL PREPARATION AS ANTI-AGING

ABSTRACT

Anti-aging is preparation to prevent the degenerative process. In this case, the visible symptoms of aging on the skin such as wrinkles, rough skin, and dark spots. The preparation of anti-aging is believed to help slow the

effects of aging. Propolis is a natural product that has a high potency antioxidant, plays a role in maintaining cell damage caused by excessive UV light. Flavonoid content in it can reduce the ill effects of free radicals. The aim of this study was to learn whether propolis extract can be formulated in a gel preparation and is able to provide anti-aging effects.

The extract of propolis was made by maceration of 500 gr of raw propolis using 5 litre ethanol solvent 70%. This research was conducted by examining the effectiveness of some of propolis extract concentration in gel toward the aging. 15 guinea pigs were used in this study to test those effectiveness. The aging process on guinea pigs was done by exposing their bald back to the ultraviolet light in 366 nm wavelength. The gel was made from propolis extract with 1%; 1.5%; 2% concentration, blank gel (gel without the active ingredient), and 2% of vitamin C as a comparison. Recovery is done for four week with twice daily application of the gel. Another test conducting in this study were homogenity test, pH test, stability test, viscosity test and anti-aging test by measuring parameters were moisture, evenness of skin, size of pore, amount of spot, wrinkle and its depth with the skin analyzer.

The result showed that propolis extract can be formulated in gel, all of gel are homogeneous, with pH 6.2-7.5. The blank gel and all of propolis extract gel does not change its colour or odor, but vitamin C gel 2% do change colour and odor. Viscosity test showed decreased viscosity. The results of the test indicated that anti-aging effect show that gel containing propolis extract 1.5% and 2% were able to provide anti-aging effects, and better than 2% gel vitamin C because it can perform faster recovery of the skin of guinea pigs that had been the elder.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses penuaan merupakan proses alami yang akan dialami setiap orang. Namun ternyata tidak semua orang mengalami penuaan kulit sesuai usianya, atau yang disebut dengan istilah penuaan dini (Darmawan, 2013). Tanda-tanda penuaan dapat terjadi di semua organ tubuh dan yang paling tampak adalah pada kulit. Gejal-gejala tersebut dapat ditandai oleh adanya kerut dan hiperpigmentasi pada kulit (Jaelani, 2009).

Pada dasarnya penuaan kulit terbagi menjadi dua proses besar, yaitu penuaan kronologi dan photo aging. Penuaan kronologi ditunjukkan dari adanya perubahan struktur dan fungsi, serta metabolik kulit seiring bertambahnya usia. Sementara itu photo aging adalah proses yang menyangkut berkurangnya kolagen serta serat elastin kulit akibat paparan sinar UV. Paparan sinar UV yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan kulit akibat munculnya enzim proteolitis dari radikal bebas yang terbentuk. Selanjutnya enzim ini akan memecah kolagen yang berada di bawah dermis (Zelfis, 2012).

Penuaan dapat dicegah bila radikal bebas yang masuk kedalam tubuh seimbang dengan antioksidan yang dihasilkan tubuh (Darmawan, 2003). Namun tubuh tidak mempunyai cadangan antioksidan dalam jumlah berlebih, sehingga jika terjadi paparan radikal bebas yang berlebih maka tubuh membutuhkan antioksidan dari luar (Rohdiana, 2011).


(20)

Propolis merupakan salah satu sumber antioksidan alami yang terdapat di Indonesia. Propolis atau lem lebah merupakan produk alami yang mempunyai potensi antioksidan yang tinggi (Gheldoft, et al., 2002). Propolis mempunyai aktivitas antioksidan yang paling kuat dalam melawan radikal bebas (radikal H2O2, O2-,OH●) dibandingkan dengan hasil produk lebah lainnya

(Nakajima, et al., 2009). Kandungan flavonoid didalamnya dapat meredam efek buruk radikal bebas, dengan menghambat peroksida lipid melalui aktivasi peroksidase terhadap hemoglobin, yang merupakan antioksidan endogen (Mot, et al., 2009).

Penelitian di Jepang menunjukkan bahwa kandungan Caffeic acid yang ada didalam propolis mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi, yang dapat meningkatkan ekspresi glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD) yang didapat dari ekspresi gen antioksidan, lebih kuat dibandingkan vitamin E.

Caffeic acid mempunyai aktivitas antioksidan 4 - 6 kali lebih kuat terhadap oksidan dan H2O2 dan radikal bebas O2- dibandingkan vitamin C dan N-acetyl-cystein (NAC) (Nakajima, et al., 2009).

Propolis dalam bentuk mentah belum bisa dimanfaatkan khasiatnya karena masih terselimuti dengan berbagai bahan. Komponen aktifnya harus dipisahkan dan dikeluarkan dengan cara ekstraksi. Cara ekstraksi yang paling umum adalah menggunakan pelarut organik (Mahani, dkk., 2011).

Penggunaan ekstrak propolis secara tradisional yang dilakukan dengan cara dioleskan di kulit dirasakan kurang nyaman dan tidak praktis, maka dibuatlah suatu sediaan gel.


(21)

Sediaan dalam bentuk gel banyak disukai karena bening, mudah mengering membentuk lapisan film yang mudah dicuci dan memberikan rasa dingin di kulit (Lieberman, 1997).

Sediaan anti-aging dirancang secara khusus untuk mencegah penuaan dini, menyamarkan noda hitam atau flek hitam di wajah dan menghilangkan kerutan dibawah mata. Dengan demikian sediaan anti-aging dapat memperlambat penuaan pada kulit (Fauzi dan Nurmalina, 2012).

Berdasarkan uraian tersebut penulis terdorong untuk melakukan penelitian tentang formulasi ekstrak propolis dalam sediaan gel sebagai anti-aging.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah ekstrak propolis dapat diformulasikan dalam sediaan gel.

2. Apakah gel yang mengandung ekstrak propolis mampu memberikan efek anti-aging pada kulit marmut.

1.3Hipotesa

1.Ekstrak propolis dapat diformulasikan dalam sediaan gel.

2.Gel yang mengandung ekstrak propolis mampu memberikan efek anti-aging pada kulit marmut.

1.4Tujuan Penelitian

1.Untuk mengetahui apakah ekstrak propolis dapat diformulasikan dalam sediaan gel.

2.Untuk mengetahui apakah gel yang mengandung ekstrak propolis mampu memberikan efek anti-aging pada kulit marmut.


(22)

1.5Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk sebagai berikut:

1. Meningkatkan pengembangan produk farmasi dari bahan alam terutama dalam bentuk sediaan topikal.

2. Menguatkan teori potensi propolis sebagai antioksidan dalam upaya mencegah proses penuaan (anti-aging).


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Propolis

2.1.1 Komposisi propolis

Propolis atau lem lebah adalah suatu zat yang dihasilkan oleh lebah madu, mengandung resin dan lilin lebah, bersifat lengket yang dikumpulkan dari sumber tanaman, terutama dari bunga dan pucuk daun, untuk kemudian dicampur dengan air liur lebah (Nakajima, et al., 2009). Asal tanaman penghasil propolis belum dapat diketahui semuanya, yang saat ini diketahui adalah berasal dari getah resin tanaman kelompok pinus dan akasia. Propolis digunakan untuk menutup sel-sel atau ruang heksagonal pada sarang lebah. Biasanya, propolis menutup celah kecil berukuran 4 - 6 mm, sedangkan celah yang lebih besar diisi oleh lilin lebah (Salatino, et al., 2005). Salah satu jenis lebah yang mampu menghasilkan propolis dalam jumlah banyak yaitu jenis

Trigona sp (Sabir, 2009).

Warna propolis cukup bervariasi, mulai dari hitam hingga merah kekuningan. Oleh karena itu, bagi yang belum terbiasa mengenali propolis berdasarkan warna terasa menyulitkan karena terdapat bahan lain yang berwarna mirip. Cara paling mudah untuk mengenali, yaitu dengan mengenali karakteristik fisik padatannya. Karakteristik padatan propolis yaitu plastis, liat dan lengket. Sifat padatannya mirip lilin, keduanya lembek jika ditekan. Perbedaannya lilin tidak plastis, liat dan lengket. Warna dan keragaman fisik propolis Trigona sangat beragam. Keragaman ini dipengaruhi oleh jenis getah


(24)

pohon yang diambilnya. Perbedaan warna propolis juga dimungkinkan karena perbedaan varietas Trigona (Mahani, dkk., 2011).

Propolis dapat dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik dan obat-obatan. Menurut Wade (2005), propolis mengandung senyawa kompleks, vitamin, mineral, enzim, senyawa fenolik dan flavonoid. Tabel 2.1 di bawah ini menjelaskan mengenai komposisi kimia propolis.

Tabel 2.1 Komposisi kimia propolis (Krell, 1996)

Komponen Konsentrasi Grup komponen

Resin 45-55% Flavonoid, asam fenolat dan

esternya

Lilin dan asam lemak 25-53% Sebagian besar dari lilin lebah

Minyak esensial 10% Senyawa volatile

Protein 5% Protein kemungkinan berasal dari

pollen dan amino bebas Senyawa organik lain

dan mineral

5% 14 macam mineral yang paling

terkenal adalah Fe dan Zn, sisanya seperti Au, Ag, Hg.

Senyawa organic lain seperti keton, kuinon, asam benzoat, dan esternya, gula, vitamin.

Komposisi propolis dapat berfungsi untuk memperbaiki kondisi patologi dari bagian tubuh yang sakit, bekerja sebagai antioksidan dan antibiotik serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh baik humoral maupun seluler karena mengandung flavonoid sekitar 15% (Krell, 1996). Flavonoid merupakan antioksidan dan antibiotik yang berfungsi menguatkan dan mengantisipasi kerusakan pada pembuluh darah serta bahan aktif yang berfungsi sebagai antiperadangan dan antivirus (Wade, 2005).


(25)

Kemampuan propolis sebagai antioksidan dapat menangkap radikal hidroksi dan superoksida kemudian menetralkan radikal bebas sehingga melindungi sel dan mempertahankan keutuhan struktur sel dan jaringan serta dapat melindungi membran lipid terhadap reaksi yang merusak. Bankova (2005), menambahkan bahwa ekstrak propolis berperan sebagai antioksidan karena mengandung asam kafeat dan asam fenolat beserta esternya. Menurut Masaharu dan Yong (1998), aktivitas antioksidan tertinggi dihasilkan dari ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol. Flavonoid yang terekstrak adalah kaemferida (flavonol), aksetin (flavon) dan isoramnetin.

Biasanya untuk memanen propolis Trigona dilakukan dengan cara mengambil sarangnya. Sarang pembungkus madu yang kaya propolis, dipotong menjadi beberapa bagian kecil. Selanjutnya, masing-masing potongan diperas hati-hati agar madunya keluar. Madunya ditampung, sementara sarangnya (propolis) dikumpulkan. Propolis ini disebut dengan propolis mentah (raw propolis). Propolis yang diperoleh dengan cara ini memang tidak murni, masih tercampur dengan bahan lain, seperti sarang lebah, roti lebah, madu, royal jelly, dan polen. Pemurnian dengan cara dilarutkan menggunakan air panas dan disaring kain tidak dianjurkan. Cara ini dapat merusak komponen aktif propolis karena propolis rusak pada suhu 70oC atau lebih (Mahani, dkk., 2011).

2.1.2 Kriteria mutu propolis mentah

Hingga kini, Standar Nasional Indonesia (SNI) belum mengeluarkan standar mutu propolis mentah yang diperdagangkan di Indonesia. Namun berdasarkan transaksi di lapangan, kriteria mutu propolis mentah sangat


(26)

sederhana, itupun belum ada kesepakatan tingkatan mutunya. Biasanya, penampung atau perusahaan pembeli propolis mentah memiliki kriteria tersendiri dalam penentuan mutu propolis. Termasuk soal harganya. Namun, untuk memperoleh propolis mentah yang murni dari Trigona sangat sulit. Pasti tercampur dengan bahan lainnya (Mahani, dkk., 2011).

2.1.3 Teknologi ekstraksi

Propolis dalam bentuk mentah (raw propolis) belum bisa dimanfaatkan khasiatnya karena masih terselimuti dengan berbagai bahan. Komponen aktifnya harus dipisahkan dan dikeluarkan dengan cara ekstraksi. Hingga kini belum ada standarisasi tentang konsentrasi, metode ekstraksi, dan jenis pelarut yang akan dipakai. Cara ekstraksi yang paling umum adalah menggunakan pelarut organik. Berikut ini jenis pelarut organik yang biasa digunakan untuk mengekstrak propolis (Mahani, dkk., 2011).

Proses ekstraksi yang baik adalah polaritas pelarut sesuai dengan polaritas propolis, pelarut mudah diuapkan/dipisahkan, suhu penguapan/pemisahan tidak merusak propolis dan kedap udara untuk menghindari kerusakan akibat oksidasi.

1. Pelarut polar

Pelarut polar yang melimpah di alam adalah air. Jika pelarut jenis ini digunakan, komponen aktif yang terekstrak juga bersifat polar. Namun ekstraksi menggunakan air membutuhkan suhu tinggi karena propolis tidak larut air pada suhu kamar. Suhu ekstraksi menggunakan air sekitar 90-120oC.


(27)

Keuntungan ekstraksi ini murah dan bisa menggunakan peralatan sederhana. Namun, memiliki beberapa kelemahan, antara lain komponen aktif yang terlarut bersifat polar. Padahal komponen polar pada propolis relatif memiliki aktivitas/khasiat lebih rendah. Selain itu suhu tinggi melebihi 70oC akan merusak propolis.

Cara ekstraksi:

• Bongkahan propolis mentah dipotong-potong menjadi ukuran kecil.

• Masukkan potongan propolis kedalam air mendidih, aduk-aduk hingga larut.

• Biarkan hingga dingin (suhu ruang).

• Akan terbentuk cairan berwarna coklat di atas, dan endapan di bawah.

• Cairan disaring menggunakan kertas saring, lalu ditampung dalam wadah steril, kedap udara dan kedap cahaya.

• Cairan yang tertampung merupakan fraksi propolis larut air (senyawa polar).

• Cairan ini dipekatkan menggunakan rotary evaporator, sehingga memungkinkan menguapkan air di bawah suhu titik didih air dan kedap udara. Proses ini akan menghasilkan propolis kental berbentuk pasta.

• Jika ingin dibuat propolis cair, pasta propolis diencerkan dengan cairan glikol sesuai konsentrasi yang diinginkan.

• Jika ingin dibuat tepung (selanjutnya dibuat menjadi kapsul, tablet, kaplet), pasta propolis yang masih encer ditambahkan bahan pengisi,


(28)

misalnya pati, dekstrin, dan maltodekstrin. Jumlah pengisi yang ditambahkan sesuai konsentrasi yang diinginkan.

2. Pelarut non polar

Pelarut yang bersifat non polar biasanya dari golongan minyak. Tergolong katergori ini, yaitu minyak zaitun, VCO, minyak kelapa, minyak sawit, dan glikol. Ekstraksi menggunakan pelarut non polar bisa dilakukan pada suhu kamar. Komponen aktif yang terbawa berupa senyawa non polar. Komponen aktif dari golongan ini memiliki aktivitas/khasiat yang lebih tinggi dibandingkan komponen polar.

Kelemahan menggunakan pelarut minyak adalah titik uap minyak yang tinggi, sehingga proses penguapan pelarut dari propolis relatif sulit.

Cara ekstraksi:

• Bongkahan propolis mentah dipotong-potong menjadi ukuran kecil.

• Masukkan potongan propolis kedalam tabung erlenmeyer, lalu tambahkan minyak hingga terendam. Rendam dan kocoklah hingga larut. Proses perendaman sekitar 7 hari, setiap hari dikocok sekitar 30 menit.

• Akan terbentuk cairan berwarna coklat di atas, dan endapan ampas di bawah.

• Cairan disaring menggunakan kertas saring, lalu ditampung dalam wadah steril, kedap udara dan kedap cahaya.

• Cairan yang tertampung merupakan fraksi propolis larut minyak (senyawa non polar).


(29)

• Cairan ini dipekatkan menggunakan rotary evaporator, sehingga memungkinkan menguap minyak di bawah suhu titik didih air dan kedap udara. Proses ini akan menghasilkan propolis kental berbentuk pasta. Proses penguapan minyak ini akan relatif sulit karena titik uap minyak di atas 150oC.

• Jika ingin dibuat propolis cair, pasta propolis diencerkan dengan cairan glikol sesuai konsentrasi yang diinginkan.

• Jika ingin dibuat tepung (selanjutnya dibuat menjadi kapsul, tablet, kaplet), pasta propolis yang masih encer ditambah bahan pengisi misalnya pati, dekstrin, dan maltodekstrin. Jumlah pengisi yang ditambahkan sesuai konsentrasi yang diinginkan.

3. Pelarut semi polar

Pelarut yang bersifat semi polar yang populer adalah etanol. Pelarut ini paling umum digunakan untuk mengekstrak komponen aktif dari bahan alam, termasuk untuk mengekstrak propolis. Pelarut ini memiliki sejumlah kelebihan yaitu komponen yang terbawa berasal dari golongan polar dan non polar sekaligus sehingga komponen yang terbawa lebih banyak dan beragam. Selain itu, potensi khasiat propolis yang dihasilkan lebih baik. Pelarut ini juga mudah diuapkan sehingga kemungkinan masih tertinggal sangat kecil. Artinya, propolis yang dihasilkan benar-benar bebas pelarut.

Cara ekstraksi:


(30)

• Masukkan potongan propolis kedalam tabung erlenmeyer, lalu tambahkan etanol hingga terendam. Rendam dan kocoklah hingga larut. Proses perendaman sekitar 7 hari, setiap hari dikocok sekitar 30 menit.

• Akan terbentuk cairan warna coklat di atas dan endapan ampas di bawah.

• Cairan disaring menggunakan kertas saring, lalu ditampung dalam wadah steril, kedap udara dan kedap cahaya.

• Cairan yang tertampung merupakan fraksi propolis larut minyak dan larut air sekaligus (senyawa polar dan non polar).

• Cairan ini dipekatkan menggunakan rotary evaporator, sehingga memungkinkan menguapkan etanol pada suhu rendah (sekitar 50oC) dan kedap udara. Propolis yang dihasilkan bermutu lebih baik (rendah resiko propolis rusak akibat suhu panas). Proses ini menghasilkan propolis kental berbentuk pasta. Proses penguapan etanol relatif mudah dan singkat karena pada suhu 50oC dan kondisi vakum, etanol sangat mudah menguap.

2.2 Uraian Gel

Gel adalah sistem semi padat dimana fase cairnya dibentuk dalam suatu matriks polimer tiga dimensi (terdiri dari gom alam atau gom sintetis). Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel-gel farmasetik meliputi gom alam tragacanth, pectin, carrageen, agar, asam alginate, serta bahan-bahan sintetis dan semisintetis seperti metil selulosa, hidroksimetilselulosa, karboksimetilselulosa, dan carbopol yang merupakan


(31)

polimer vinil sintetis dengan gugus karboksil yang terionisasi (Lachman, et al., 2008).

Gel umumnya merupakan suatu sediaan semi padat yang jernih dan tembus cahaya yang mengandung zat-zat aktif dalam keadaan terlarut. Carbomer 940 akan mengembang jika didispersikan dalam air dengan adanya zat-zat alkali seperti trietanolamin atau diisopropanolamin untuk membentuk suatu sediaan semi padat.

Dasar gel yang umum digunakan adalah gel hidrofobik dan gel hidrofilik.

1. Dasar gel hidrofobik

Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel anorganik, bila ditambahkan kedalam fase pendispersi, hanya sedikit sekali interaksi antara kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara spontan menyebar (Ansel, 1989).

2. Dasar gel hidrofilik

Dasar gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul-molekul organik yang besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendisfersi. Istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut. Sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih besar. Gel hidrofilik umumnya mengandung komponen bahan pengembang, air, humektan dan bahan pengawet (Ansel, 1989).

Keuntungan sediaan gel:


(32)

− Memiliki kemampuan penyebarannya baik pada kulit

− Memberikan efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit

− Kemudahan pencuciannya dengan air yang baik

− Jumlah air yang banyak dalam gel akan menghidrasi stratum corneum sehingga terjadi perubahan permeabilitas stratum corneum menjadi lebih permeable terhadap zat aktif yang dapat meningkatkan berpenetrasinya zat aktif.

2.3 Penuaan

2.3.1 Defenisi

Menua (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk melakukan regenerasi dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo, 1999). Gejala dan tanda penuaan dapat terjadi di semua organ tubuh manusia, terutama pada kulit. Tanda-tanda penuaan yang dapat terlihat pada kulit tersebut antara lain kerut, sagging dan hiperpigmentasi (Bogadenta, 2012).

2.3.2 Penyebab penuaan

Proses penuaan pada kulit dibedakan atas 2, yaitu (Ardhie, 2011): 1. Proses menua intrinsik

Proses menua intrinsik adalah proses menua yang terjadi sejalan dengan waktu. Proses biologi yang berperan dalam menentukan jumlah multiplikasi pada setiap sel sampai sel berhenti membelah diri dan


(33)

kemudian mati. Penuaan ini ditunjukkan dari adanya perubahan struktur dan fungsi, serta metabolik kulit seiring dengan bertambahnya usia. Perubahan karakteristik dalam photoaging dan intrinsic aging yang timbul pada epidermis dan dermis dapat dilihat pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3.

Tabel 2.2 Perbedaan anatomi pada epidermis

Bagian Kulit Akibat photoaging Akibat intrinsic aging

Lapisan Dermis Tebal Tipis

Sel-sel epidermis (keratinosit)

• Sel-sel tidak seragam

• Sel-sel terdistribusi tidak merata

• Pembesaran berkala

• Sel-sel beragam

• Sel-sel terdistribusi secara merata

• Pembesaran sel mendadak Stratum korneum • Peningkatan lapisan sel

• Ukuran serta bentuk

korneosit bervariasi

• Lapisan sel normal

• Ukuran dan bentuk

korneosit seragam

Melanosit • Peningkatan jumlah sel

• Sel-sel bervariasi

• Peningkatan produksi

melanosom

• Pengurangan jumlah sel

• Sel-sel seragam

• Penurunan produksi

melanosom

Sel-sel langerhans • Pengurangan sel dalam

jumlah yang besar

• Sel-sel bervariasi

• Pengurangan sel dalam

jumlah yang kecil

• Sel-sel seragam

Tabel 2.3 Perbedaan anatomi pada dermis

Bagian Kulit Akibat photoaging Akibat intrinsic aging

Jaringan elastic • Meningkat secara drastis

• Berubah menjadi massa

yang tidak berbentuk

• Meningkat tetapi masih

dalam keadaan normal

Kolagen • Serat kolagen dan

jaringan ikat menurun

jumlahnya

• Serat kolagen tidak

beraturan, jaringan ikat menebal

Retikular dermis: Fibroblast Sel mast Sel inflamasi

• Semakin tebal

• Meningkat dan aktif

• Meningkat

• Berperan

• Semakin tipis

• Menurun dan tidak aktif

• Menurun

• Tidak berperan


(34)

2. Proses menua ekstrinsik

Proses menua ekstrinsik adalah proses menua yang dipengaruhi oleh perubahan eksternal yaitu pajanan matahari berlebihan (photoaging), polusi, kebiasaan merokok dan nutrisi tidak berimbang. Pada penuaan ekstrinsik gambaran akan lebih jelas terlihat pada area banyak terpajan matahari. Selain perubahan yang tidak langsung tampak terdapaat beberapa perubahan yang jelas dipermukaan kulit (perubahan eksternal) yang meliputi:

1. Keriput

Keriput dapat timbul pada seluruh bagian tubuh seperti pada wajah, terutama pada bagian dahi, area disekitar mata serta mulut dan dapat juga timbul pada bagian leher, siku, ketiak, tangan serta kaki. Keriput akan mulai timbul pada usia 30 tahun keatas dan akan semakin dalam dan lebar dengan terjadinya penuaan. Menurut Barel, dkk., (2009), keriput yang timbul dapat diklasifikasi menjadi tiga kelompok yaitu:

a. Keriput linear (berupa garis-garis yang umumnya timbul diarea sekitar mata).

b. Keriput glyphic (saling menyilang membentuk suatu segitiga ataupun persegi yang umumnya timbul diarea pipi dan leher).

c. Keriput umum (keriput halus yang umumnya timbul pada kulit orang tua dan bukan akibat pemaparan terhadap sinar matahari).

Kelompok keriput a dan b merupakan keriput yang timbul akibat proses


(35)

Pembentukan keriput disebabkan oleh berbagai faktor eksternal maupun internal. Sinar UV merupakan penyumbang terbesar untuk pembentukan keriput. Timbulnya keriput merupakan hasil dari menurunnya kekuatan dan elastisitas kulit yang disebabkan oleh berkurangnya kandungan air dan penebalan pada stratum korneum, epidermis yang membesar dan perubahan jumlah dan kualitas dari kolagen dermis serta serat elastis kolagen, perubahan struktur tiga dimensi dari dermis dan perubahan lainnya yang disebabkan dari pengaruh faktor eksternal.

2. Lipatan

Lipatan pada kulit umumnya mulai timbul ketika usia sekitar 40 tahun. Area yang paling sering terjadi lipatan adalah pada dagu,kelopak mata, pipi, bagian samping perut. Penyebab dari lipatan ini juga sama dengan penyebab timbulnya keripu yaitu adanya penurunan elastisitas dari dermis dan penuruna kerja dari jaringan adipose subkutan. Pengurangan kekuatan dari otot-otot yang menopang kulit juga menyebabkan terjadinya keriput dan lipatan (Barel, dkk., 2009).

3. Pigmentasi dan perubahan warna kulit

Terbentuknya pigmen pada kulit umumnya meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Secara visual, perubahan warna kulit yang menua adalah cenderung berubah dari kemerahan hingga kekuningan. Akibat perubahan ini, warna kulit akan menjadi semakin gelap. Perubahan ini dikaitkan hubungannya dengan pengurangan ketransparanan akibat meningkatnya pigmentasi,


(36)

pengurangan sekresi sebum dan penebalan serta penurunan kadar air pada lapisan stratum korneum kulit.

4. Konfigurasi permukaan kulit

Dengan terjadinya penuaan, permukaan kulit akan berubah karena sebagian sei-sei telah lambat bekerja. Kulit akan membentuk garis-garis yang halus, lengkungan menyambung yang kemudian akan bertambah dalam. Garis-garis dalam tersebut akan timbul kesembarang arah secara tidak beraturan dan menyebabkan terjadinya pembesaran pori-pori kulit (Barel, dkk., 2009).

2.4 Anti Penuaan atau Anti-aging

Anti-aging atau anti penuaan adalah sediaan untuk mencegah proses degeneratif. Dalam hal ini, proses penuaan yang gejalanya terlihat jelas pada kulit seperti timbulnya keriput, kelembutan kulit berkurang, menurunnya elastisitas kulit, tekstur kulit menjadi kasar, hiperpigmentasi, serta kulit berwarna gelap. Keriput yang timbul dapat diartikan secara sederhana sebagai penyebab menurunnya jumlah kolagen dermis (Jaelani, 2009).

Perawatan anti penuaan dini pada kulit merupakan segmen besar dari pasar produk kosmetik. Ketika terpajan radiasi UV, kulit mengalami perubahan yang mengakibatkan inflamasi, penuaan kulit dan berbagai gangguan kulit, seperti kulit menua disertai dengan kerutan, penurunan elastisitas, peningkatan kerapuhan kulit dan penyembuhan luka lebih lambat (Pouillot, et al., 2011). 2.4.1 Antioksidan dalam sediaan anti-aging

Dalam mengatasi bahaya yang timbul akibat radikal bebas, tubuh mengembangkan mekanisme perlindungan untuk mencegah pembentukan


(37)

radikal bebas dan peroksida lipid maupun memperbaiki kerusakan yang terjadi, termasuk pada kulit. Kulit secara alamiah menggunakan antioksidan untuk melindungi dari efek kerusakan oleh sinar matahari. Sistem perlindungan ini terdiri dari antioksidan endogen yaitu enzim-enzim berbagai senyawa yang disintesis oleh tubuh dan antioksidan eksogen yang diperoleh dari bahan makanan seperti vitamin C, vitamin E, flavonoid dan lain sebagainya. Antioksidan bekerja melindungi kulit baik intraseluler maupun ekstraseluler (Deny, dkk., 2011).

2.4.2 Propolis sebagai salah satu sumber antioksidan

Propolis merupakan salah satu sumber antioksidan alami yang terdapat di Indonesia. Propolis atau lem lebah merupakan produk alami yang mempunyai potensi antioksidan yang tinggi (Gheldoft, et al., 2002). Propolis mempunyai aktivitas antioksidan yang paling kuat dalam melawan radikal bebas (radikal H2O2, O2-,OH●) dibandingkan dengan hasil produk lebah

lainnya (Nakajima, et al., 2009). Kandungan flavonoid didalamnya dapat meredam efek buruk radikal bebas, dengan menghambat peroksida lipid melalui aktivasi peroksidase terhadap hemoglobin, yang merupakan antioksidan endogen (Mot, et al., 2009).

Penelitian di Jepang menunjukkan bahwa kandungan Caffeic acid yang ada didalam propolis mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi, yang dapat meningkatkan ekspresi glucose-6-phospate dehydrogenase (G6PD) yang didapat dari ekspresi gen antioksidan, lebih kuat dibandingkan vitamin E.


(38)

oksidan dan H2O2 dan radikal bebas O2- dibandingkan vitamin C dan N-acetyl-cystein (NAC) (Nakajima, et al., 2009).

2.5 Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewas sekitar 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis, dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan lokasi tubuh (Wasitaatmaja, 1997). Sebagai bagian tubuh paling luar, kulit menjalankan fungsi perlindungan, yaitu melindungi tubuh dari berbagai pengaruh buruk yang datang dari luar (Achroni, 2012).

Dengan peran yang begitu penting, sudah selayaknya kulit senantiasa dijaga dan dipelihara kesehatannya. Bukan hanya kulit wajah atau bagian yang terbuka, melainkan kulit diseluruh tubuh harus mendapatkan perhatian dan perawatan yang optimal agar selalu sehat dan tampil indah. Memahami struktur dan fungsi kulit dapat menjadi langkah awal dalam keseluruhan rangkaian upaya untuk merawat dan menjaga kesehatan kulit (Achroni, 2012).

2.5.1 Struktur kulit

Menurut Achroni (2012), kulit terdiri atas dua lapisan yaitu epidermis dan dermis.

1. Lapisan Epidermis merupakan lapisan kulit sebelah luar. Lapisan epidermis terdiri atas lima lapisan, yaitu stratum corneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale.


(39)

a. Stratum korneum

Stratum korneum merupakan lapisan paling luar dipermukaan kulit yang sel-selnya sudah mati (tidak memiliki pembuluh darah dan saraf). Lapisan tanduk ini mudah terkelupas dan digantikan oleh sel-sel baru. b. Stratum lucidum (lapisan jernih)

Berada tepat dibawah stratum corneum. Merupakan lapisan yang tipis, jernih. Lapisan ini tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. c. Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir)

Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut.

d. Stratum spinosum (lapisan malphigi)

Sel berbentuk kubus dan seperti berduri, intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein.

e. Stratum germinativum (lapisan basal)

Adalah lapisan terbawah epidermis. Dilapisan ini juga terdapat sel-sel melanosit yaitu sel yang membentuk pigmen melanin.

2. Lapisan Dermis merupakan lapisan kulit yang terletak dibawah lapisan epidermis. Didalam lapisan dermis, terdapat pembuluh darah, jaringan otot, kelenjar keringat, rambut, folikel rambut, kelenjar minyak, dan serabut saraf. Dibawah lapisan dermis terdapat lapisan hipodermis atau jaringan subkutis. Lapisan hipodermis terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan serabut saraf. Fungsi dari jaringan subkutis


(40)

adalah untuk penyekat panas, bantalan terhadap trauma, dan tempat penumpukan energi.

2.5.2 Jenis kulit

Menurut Wasitaatmaja (1997), ditinjau dari sudut pandang perawatan kulit terbagi atas tiga bagian:

1. Kulit normal

Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar dan elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.

2. Kulit berminyak

Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak dipermukaan kulit yang berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.

3. Kulit kering

Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang ataupun sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihat kerutan. 2.5.3 Fungsi kulit

Kulit memiliki sejumlah fungsi yang sangat penting bagi tubuh. Berikut ini adalah fungsi-fungsi dari kulit.

1. Fungsi perlindungan atau proteksi, yaitu kulit berfungsi melindungi bagian dalam tubuh dari kontak langsung lingkungan luar, misalnya paparan bahan-bahan kimia, paparan sinar matahari, polusi, bakteri dan jamur yang dapat menyebabkan infeksi, serta kerusakan akibat gesekan, tekanan dan tarikan.


(41)

2. Mengeluarkan zat-zat tidak berguna sisa metabolisme dari dalam tubuh. 3. Mengatur suhu tubuh.

4. Menyimpan kelebihan lemak.

5. Sebagai indra peraba yang memungkinkan otak merasakan sejumlah rasa, seperti panas, dingin, sakit dan beragam tekstur.

6. Tempat pembuatan vitamin D dengan bantuan sinar matahari.

7. Mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh yang esensial (Achroni, 2012).

2.6 Sinar Ultraviolet

Sinar ultraviolet (UV) adalah sinar tidak tampak yang merupakan bagian energi yang berasal dari matahari. Ultraviolet merupakan salah satu jenis radiasi sinar matahari. Sedangkan jenis radiasi lainnya adalah inframerah (yang memberikan panas) dan cahaya yang terlihat. Panjang gelombang yang dimiliki sinar ultraviolet akan mempengaruhi terhadap kerusakan kulit. Semakin panjang gelombang sinar UV, semakin besar dampak kerusakan yang ditimbulkannya pada kulit. Berdasarkan panjang gelombang, ada tiga jenis radiasi ultraviolet, yaitu:

1. Sinar UV-A

Sinar UV-A dengan panjang gelombang 320 - 400 nm, adalah sinar yang paling banyak mencapai bumi dengan perbandingan 100 kali UV-B. segmen sinar ini akan masuk kedalam dermis sehingga menyebabkan kerusakan jaringan dermis dan terjadinya reaksi fotosensitivitas. Sinar ini meliputi 95% radiasi mencapai permukaan


(42)

bumi. UV-A merupakan penyumbang utama kerusakan kulit dan kerutan. UV-A menembus kulit lebih dalam dari UV-B dan bekerja lebih efisien. Radiasi UV-A menembus sampai dermis dan merusak serat-serat yang berada didalamnya. Kulit menjadi kehilangan elastisitas dan berkerut. Sinar ini juga dapat menembus kaca (Darmawan, 2013).

2. Sinar UV-B

Sinar UV-B dengan panjang gelombang 290 - 320 nm, merupakan sinar matahari yang terkuat mencapai bumi. Kerusakan kulit yang ditimbulkan berada dibawah epidermis berupa luka bakar, kelainan prakanker dan keganasan lainnya. Jadi baik sinar UV-A maupun UV-B sama-sama memiliki dampak negatif bagi kulit manusia jika terpapar dalam waktu relatif lama (Bogadenta, 2012). Sinar UV-B tidak dapat menembus kaca (Darmawan, 2013).

3. Sinar UV-C

Memiliki panjang gelombang paling panjang, yaitu sekitar 200 - 290 nm. Menurut Darmawan (2013), radiasi sinar ini menimbulkan bahaya terbesar dan menyebabkan kerusakan terbanyak. Namun, mayoritas sinar ini diserap dilapisan ozon diatmosfer.

2.7 Skin Analyzer

Pada analisis konvensional, diagnosis dilakukan dengan mengandalkan kemampuan pengamatan semata. Hal ini dapat dijadikan diagnosis yang bersifat subjektif dan bergantung pada persepsi para dokter. Pemeriksaan


(43)

seperti ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental dan tidak adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami pasien (Aramo, 2012).

Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk mendiagnosis keadaan pada kulit. Skin analyzer mempunyai system terintegrasi untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas, melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit. Tambahan rangkaian sensor kamera yang terpasang pada

Skin analyzer menampilkan hasil dengan cepat dan akurat (Aramo, 2012). 2.7.1 Pengukuran kondisi kulit dengan skin analyzer

Menurut Aramo (2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan denangan menggunakan Skin analyzer, yaitu:

1. Moisture (Kadar air)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture checker yang terdapat dalam Skin analyzer Aramo. Caranya dengan menekan tombol power dan diletakkan pada permukaan kulit. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar air dalam kulit yang diukur.

2. Sebum (Kadar minyak)

Pengukuran kadar minyak dilakukan dengan menggunakan alat oil checker yang terdapat dalam perangkat Skin analyzer Aramo. Caranya dengan menempelkan bagian sensor yang telah terpasang spons pada permukaan kulit. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar minyak dalam kulit yang diukur.


(44)

3. Evenness (Kehalusan)

Pengukuran kehalusan kulit dilakukan dengan perangkat Skin analyzer

pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.

4. Pore (Pori)

Pengukuran besarnya pori pada kulit secara otomatis akan keluar pada saat melakukan pengukuran pada kehalusan kulit. Gambar yang telah terfoto pada pengukuran kehalusan kulit juga akan keluar pada kotak bagian pori-pori kulit. Hasil berupa angka dan penentuan ukuran pori secara otomatis akan keluar pada layar komputer.

5. Spot (Noda)

Pengukuran banyaknya noda yang dilakukan dengan perangkat Skin analyzer pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor jingga (Terpolarisasi). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan penentu banyaknya noda yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.

6. Wrinkle (Keriput)

Pengukuran keriput dilakukan dengan perangkat Skin analyzer pada lensa perbesaran 10x dan menggunakan lampu sensor biru (Normal). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol


(45)

capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer. Pada pengukuran ini, tidak hanya jumlah keriput yang dapat diukur, akan tetapi kedalaman keriput juga dapat terdeteksi dengan alat Skin analyzer.

2.7.2 Parameter pengukuran

Hasil pengukuran kulit dengan menggunakan skin analyzer dapat dilihat kriterianya pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer

Pengukuran Parameter

Moisture (Kelembaban) Dehidrasi Normal Hidrasi

0-29 % 30-45 % 46-100 %

Evenness (Kehalusan) Halus Normal Kasar

0-31 32-51 52-100

Pore (Pori) Kecil Sedang Besar

0-19 20-29 40-100

Spot (Noda) Sedikit Sedang Banyak

0-19 20-39 40-100

Wrinkle (Keriput) Tidak berkeriput Berkeriput Berkeriput parah

0-19 20-52 53-100

Wrinkle’s depth (Kedalaman keriput)

Garis halus Kerutan


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental. Penelitian meliputi penyiapan sampel, pembuatan ekstrak, formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan, penyiapan hewan uji, dan uji efek anti-aging pada kulit punggung marmut yang telah diberi pajanan sinar UV.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kosmetologi, Laboratorium Farmasi Fisik dan Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.

3.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan adalah neraca analitik, neraca kasar, lemari es, alat maserasi, kertas saring, rotary evaporator, freezedryer, pH meter, viscometer, lumpang, stamfer, spatula, pot plastik dan peralatan gelas di laboratorium, kandang pemasung marmut, gunting dan alat cukur bulu marmut, lampu UV dengan panjang gelombang 366 nm dan seperangkat alat Skin Analyzer (Aramo SG).

3.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah propolis mentah Trigona sp., Aquapec HV-505, triethanolamin, metil paraben, propil paraben, aquadestilata, Natrium metabisulfit, vitamin C, larutan dapar pH asam (4,01), larutan pH netral (7,01), pelarut teknis: etanol 70%.


(47)

3.3 Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 ekor marmut betina dengan berat badan 350-500 gram.

3.3.1 Penyiapan hewan uji

Sebanyak 15 ekor marmut dicukur bulu punggungnya seluas 2,5 x 2,5 cm, 1 hari sebelum dilakukan penyinaran. Kemudian marmut dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu:

a. Kelompok I : Tiga (3) ekor marmut untuk gel blanko (tanpa zat aktif) b. Kelompok II : Tiga (3) ekor marmut untuk kelompok gel ekstrak

propolis 1%

c. Kelompok III : Tiga (3) ekor marmut untuk kelompok gel ekstrak propolis 1,5%

d. Kelompok IV : Tiga (3) ekor marmut untuk kelompok gel ekstrak propolis 2%

e. Kelompok V : Tiga (3) ekor marmut untuk kelompok gel vitamin C 2%

Semua kelompok hewan uji diukur kondisi kulit awalnya yang meliputi: moisture (kelembaban), evenness (kehalusan), pore (pori), spot

(noda), wrinkle (kerutan) dan wrinkle’s depth (kedalaman kerutan) dengan menggunakan alat skin analyzer.


(48)

3.4 Pengambilan dan Pengolahan Sampel 3.4.1 Teknik pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah propolis mentah yang dibeli dari peternak lebah Trigona sp. di Sumberlawang, Sragen, Jawa Tengah.

3.4.2 Pengolahan sampel

Sampel dipotong kecil – kecil atau ditumbuk sampai berbentuk bubuk halus (sebelumnya disimpan dalam lemari es atau freezer beberapa jam), atau dipotong tipis atau strip untuk meningkatkan permukaan kontak antara propolis dengan alkohol dalam maserasi, lalu ditimbang sebanyak 500 gram.

3.4.3 Pembuatan ekstrak

Pembuatan ekstrak propolis dilakukan dengan cara maserasi. Prosedur pembuatan ekstrak: sebanyak 500 gram propolis dimasukkan dalam bejana lalu direndam dengan penyari etanol 70% sebanyak 3,75 liter. Biarkan selama 5 hari, terlindung dari cahaya matahari, diaduk sehari sekali. Kemudian di serkai, diperas, lalu ampas ditambahkan cairan penyari secukupnya sehingga diperoleh seluruh maserat sebanyak 5 liter, kemudian didiamkan selama 2 hari dan dienap tuangkan (Ditjen POM, 1979). Maserat diuapkan dengan bantuan rotary evaporator pada suhu tidak lebih dari 40oC dan dikeringkan dengan

freezedryer selama 24 jam dengan tekanan 2 atm, hingga diperoleh ekstrak kental.


(49)

3.5 Formula Sediaan Gel

3.5.1 Formula dasar gel (Abdassah, 2009)

R/ Aquapec HV-505 1,5 %

Triethanolamin 4,0%

Gliserin 10%

Metil paraben 0,2%

Propil paraben 0,05%

Etanol 70% 25%

Aquadest ad 100 ml

3.5.2 Formula modifikasi

R/ Aquapec HV-505 1,5 %

Triethanolamin 4,0%

Ekstrak propolis x %

Metil paraben 0,2%

Propil paraben 0,05%

Natrium metabisulfit 0,1%

Etanol 70% 25%

Aquadest ad 100 ml

Pada formula yang dimodifikasi ini, gliserin tidak digunakan sebagai zat yang memiliki khasiat sebagai pelembab di mana zat ini dapat menghambat terjadinya penuaan dini, diganti dengan ekstrak propolis yang bertujuan untuk melihat apakah ekstrak propolis dapat digunakan sebagai zat antioksidan alami


(50)

atau tidak. Formula sediaan gel anti-aging dengan variasi konsentrasi ekstrak propolis dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1 Formula sediaan gel anti-aging dengan variasi konsentrasi ekstrak propolis Trigonasp.

Bahan Formula

A B C D E

Aquapec HV-505 (%) 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5

Triethanolamin (%) 4 4 4 4 4

Natrium metabisulfit (%) 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

Metil paraben (%) 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2

Propil paraben (%) 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05

Etanol 70% (%) 25 25 25 25 25

Ekstrak propolis (%) - 1 1,5 2 -

Vitamin C (%) - - - - 2

Aquadest (ml) ad 100 100 100 100 100

Keterangan:

Formula A : Blanko (dasar gel tanpa sampel) Formula B : Konsentrasi ekstrak popolis 1% Formula C : Konsentrasi ekstrak propolis 1,5% Formula D : Konsentrasi ekstrak propolis 2%

Formula E : Konsentrasi vitamin C 2% (sebagai pembanding)

3.6 Cara Pembuatan

Aquapec dikembangkan dalam aquadest sampai mengembang, kemudian digerus sambil ditambahkan triethanolamin sedikit demi sedikit dan natrium metabisulfit yang telah dilarutkan dalam air. Selanjutnya ditambahkan metil paraben dan propil paraben yang telah dilarutkan dengan sebagian etanol sedikit demi sedikit hingga tercampur dan diperoleh basis gel. Kemudian sedikit demi sedikit ekstrak propolis yang telah dilarutkan dalam etanol ditambahkan kedalam basis gel, digerus sampai homogen (Abdassah, 2009).


(51)

3.7 Penetuan Mutu Fisik Sediaan 3.7.1 Pemeriksaan stabilitas fisik sediaan

Masing-masing formula sediaan dimasukkan kedalam pot plastik, ditutup bagian atasnya dengan tutup aluminium foil. Selanjutnya pengamatan yang dilakukan pada saat sediaan telah selesai dibuat meliputi adanya perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan. Waktu penyimpanan umumnya 90 hari (12 minggu) dilakukan pada temperatur kamar (National Health Surveillance Agency, 2005).

3.7.2 Pemeriksaan homogenitas sediaan

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada dua keping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).

3.7.3 Penentuan pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudan elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan kertas tissue. Sampel dibuat dengan konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut, sampai alat menunjukkan harga pH yang konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan harga pH sediaan (Rawlins, 2003).


(52)

3.7.4 Penentuan viskositas sediaan

Sediaan gel diukur viskositasnya dengan Viscometer Brookfield dengan spindle yang cocok. Pengukuran dilakukan 3 kali untuk masing-masing gel (Rawlins, 2003).

3.8 Uji Efek Anti-aging

15 ekor marmut terlebih dahulu di cukur bulu bagian punggungnya ukuran 2,5 cm x 2,5 cm. Disiapkan kandang pemasung dan diukur kondisi kulitnya pada keadaan normal. Lalu diberi pajanan sinar UV dengan panjang gelombang 366 nm selama ± 5 jam sampai terbentuk kerutan. Selanjutnya diukur kondisi kulit setelah penyinaran. Setelah didapat kulit yang kerut selanjutnya dilakukan pemulihan dengan pengolesan gel. Pengolesan gel sesuai dengan pembagian kelompok masing masing pada kulit marmut sebanyak 2 kali sehari secara merata pada area yang dicukur. Kemudian dilakukan pengukuran kondisi kulit setiap minggunya selama 4 minggu dengan menggunakan skin analyzer. Amati kondisi kulit marmut masing-masing kelompok sebelum dan sesudah pemberian gel. Parameter yang diamati meliputi moisture (kelembaban), evenness (kehalusan), pore (pori), spot


(53)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Rendemen Ekstrak Propolis

Rendemen ekstrak propolis yang diperoleh adalah 11,23% dengan pH 4,27. Pelarut yang digunakan pada penelitian ini adalah etanol 70%. Ekstrak propolis yang diperoleh berwarna coklat kehitaman.

Alkohol 70% merupakan pelarut yang memiliki sifat semipolar sehingga komponen aktif dengan kepolaran yang beragam dapat terekstraksi lebih sempurna. Keuntungan etanol sebagai pelarut adalah memiliki titik didih yang rendah, sehingga memudahkan pemisahannya dengan komponen aktif dalam propolis, serta mengurangi jumlahnya dalam ekstrak.

Menurut Harborne (1987), golongan senyawa flavonoid dapat diekstraksi dengan baik menggunakan etanol 70%. Flavonoid merupakan senyawa aktif dan terpenting dalam ekstrak propolis (Chintapally, 2003).

Warna propolis tergantung dari komposisi senyawa fenol yang terdapat dalam ekstrak, yaitu senyawa flavonoid. Propolis yang berwarna lebih gelap dalam pelarut etanol, mengandung flavonoid lebih banyak, sehingga hasil rendemennya juga lebih tinggi dibandingkan dengan propolis berwarna lebih muda (Salomao, 2004).

4.2 Hasil Formulasi Sediaan

Sediaan gel yang diperoleh berwarna coklat hingga coklat kehitaman ketika selesai dibuat, dengan penambahan ekstrak propolis masing – masing 1%, 1,5% dan 2%, sedangkan gel blanko dan gel pembanding (gel vitamin C


(54)

2%) berwarna bening dan masing – masing sediaan memiliki konsistensi yang kental. Kemudian setelah dilakukan pengujian selama 12 minggu tidak terjadi perubahan warna pada gel dengan penambahan ekstrak propolis dan gel blanko, namun gel dengan penambahan vitamin C 2% mengalami perubahan warna menjadi berwarna kuning.

4.3 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 4.3.1 Stabilitas sediaan

Hasil pengamatan stabilitas terhadap sediaan dilakukan dengan melihat perubahan bentuk, warna dan bau secara visual pada suhu kamar selama 12 minggu. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Berdasarkan data pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sediaan gel blanko, gel ekstrak propolis 1%, 1,5% dan 2% stabil selama penyimpanan 12 minggu, sedangkan pada gel vitamin C 2% terjadi perubahan warna dan bau sejak minggu ke-9.

Asam askorbat stabil dalam keadaan kering, tetapi mudah teroksidasi dalam larutan, yaitu asam askorbat teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat (Kusharto dan Suhardjo, 1992).

Menurut Ansel (1989), rusak atau tidaknya suatu sediaan yang mengandung bahan mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan bau. Untuk mengatasinya maka ditambahkan suatu antioksidan. Antioksidan yang digunakan dalam penelitian ini adalah natrium metabisulfit. Kerusakan juga dapat ditimbulkan oleh aktivitas bakteri dan jamur, untuk


(55)

mengatasi hal tersebut dapat ditambahkan pengawet. Pengawet yang digunakan dalam penelitian ini adalah nipagin dan nipasol.

Tabel 4.1 Data pengamatan terhadap kestabilan gel blanko, gel ekstrak propolis 1%, 1,5%, 2% dan gel vitamin C 2% pada saat sediaan selesai dibuat dan penyimpanan selama 12 minggu.

No Formula

Lama pengamatan (minggu)

0 3 6 9 12

X Y X Y X Y X Y X Y

1 A - - - -

2 B - - - -

3 C - - - -

4 D - - - -

5 E - - - + + + +

Keterangan : Formula A : Blanko

Formula B : Konsetrasi ekstrak propolis 1% Formula C : Konsentrasi ekstrak propolis 1,5% Formula D : Konsentrasi ekstrak propolis 2% Formula E : Konsentrasi vitamin C 2% X : Perubahan warna

Y : Perubahan bau

- : Tidak terjadi perubahan + : Terjadi perubahan 4.3.2 Homogenitas sediaan

Pengamatan homogenitas sediaan dilakukan dengan cara mengoleskan sejumlah tertentu sediaan pada dua keping kaca transparan, lalu diratakan, jika tidak ada butiran-butiran maka sediaan dapat dikatakan homogen. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini.


(56)

Tabel 4.2 Data pengamatan homogenitas gel blanko, gel ekstrak propolis 1%, 1,5%, 2% dan gel vit C 2% selesai dibuat dan penyimpanan selama 12 minggu.

No Formula

Lama pengamatan (minggu)

0 3 6 9 12

1 A h H h h h

2 B h H h h h

3 C h H h h h

4 D h H h h h

5 E h H h h h

Keterangan : Formula A : Blanko

Formula B : Konsetrasi ekstrak propolis 1% Formula C : Konsentrasi ekstrak propolis 1,5% Formula D : Konsentrasi ekstrak propolis 2% Formula E : Konsentrasi vitamin C 2% h : Homogen

Dari hasil pengamatan homogenitas yang dilakukan selama penyimpanan pada gel blanko, gel ekstrak propolis 1%, 1,5%, 2% dan vitamin C 2% menunjukkan tidak adanya butiran-butiran pada keping kaca. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat mempunyai susunan yang homogen. 4.3.3 pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter (Hanna instruments). Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan 4.4 di bawah ini. Tabel 4.3 Data pengukuran pH gel blanko, gel ekstrak propolis 1%, 1,5%, 2%

dan gel vitamin C 2% pada saat selesai dibuat.

No Formula

pH

I II III Rata-rata

1 A 7,5 7,5 7,5 7,50

2 B 7,3 7,,3 7,3 7,30

3 C 7,3 7,2 7,2 7,23

4 D 7,2 7,2 7,2 7,20


(57)

Tabel 4.4 Data pengukuran pH gel blanko, gel ekstrak propolis 1%, 1,5%, 2% dan gel vitamin C 2% selama penyimpanan 12 minggu.

No Formula

pH rata-rata selama 12 minggu

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII 1 A 7,50 7,50 7,50 7,50 7,50 7,46 7,46 7,46 7,46 7,43 7,43 7,43

2 B 7,30 7,30 7,30 7,30 7,26 7,26 7,26 7,23 7,23 7,23 7,23 7,20

3 C 7,23 7,23 7,23 7,23 7,20 7,20 7,20 7,16 7,16 7,16 7,16 7,16

4 D 7,20 7,20 7,20 7,16 7,16 7,16 7,13 7,13 7,13 7,06 7,06 7,03

5 E 6,60 6,60 6,60 6,56 6,53 6,50 6,46 6,43 6,36 6,30 6,23 6,20

Keterangan : Formula A : Blanko

Formula B : Konsetrasi ekstrak propolis 1% Formula C : Konsentrasi ekstrak propolis 1,5% Formula D : Konsentrasi ekstrak propolis 2% Formula E : Konsentrasi vitamin C 2%

Berdasarkan data pada Tabel 4.4 pengukuran pH sediaan gel pada saat selesai dibuat, menunjukkan bahwa gel blanko memiliki pH 7,5; gel ekstrak propolis 1% pH 7,3; gel ekstrak propolis 1,5% pH 7,23; gel ekstrak propolis 2% pH 7,2; dan gel vitamin C 2% pH 6,6. Setelah penyimpanan 12 minggu pH yang diperoleh mengalami sedikit penurunan jika dibandingkan dengan pH saat selasai dibuat. Hal ini terjadi pada semua formula gel, namun penurunan pH terbesar dari minggu ke minggu terjadi pada gel vitamin C 2%. Hal ini terjadi karena vitamin C mudah teroksidasi oleh udara dan cahaya. Penurunan pH terjadi dengan bertambahnya waktu penyimpanan. Namun pH yang diperoleh antara 7,5 - 6,2 masih bisa dikatakan baik dan aman digunakan karena masih dalam rentang persyaratan pH gel untuk kulit yaitu berkisar antara 6,0 - 8,0 (Abdassah, 2009).


(58)

4.3.4 Viskositas sediaan

Viskositas sediaan ditentukan menggunakan viscometer brookfield. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan 4.6 di bawah ini.

Tabel 4.5 Data pengukuran viskositas gel blanko, gel ekstrak propolis 1%, 1,5%, 2% dan gel vitamin C 2% pada saat selesai dibuat.

No. Formula

Viskositas (poise)

I II III Rata-rata

1 A 595 595 595 595

2 B 565 565 565 565

3 C 535 535 530 533,67

4 D 525 520 520 521,67

5 E 350 355 355 535,33

Tabel 4.6 Data pengukuran viskositas gel blanko, gel ekstrak propolis 1%, 1,5%, 2% dan gel vitamin C 2% selama penyimpanan 12 minggu.

No Formula

Viskositas (poise) rata-rata selama 12 minggu

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII

1 A 595 591,67 585 585 581,67 581,67 578,33 581,67 575 575 566,67 565

2 B 565 563,33 560 548,33 548,33 540 536,33 533,33 531,67 530 521,67 510

3 C 533,67 518,33 516,67 516,67 515 511,67 511,67 511,67 508,33 505 503,33 490

4 D 521,67 518,33 510 508,33 506,67 505 505 503,33 501,67 493,33 490 475

5 E 353,33 346,67 345 340 338,33 338,33 328,33 325 318,33 316,67 308,33 305

Keterangan : Formula A : Blanko

Formula B : Konsetrasi ekstrak propolis 1% Formula C : Konsentrasi ekstrak propolis 1,5% Formula D : Konsentrasi ekstrak propolis 2% Formula E : Konsentrasi vitamin C 2%

Berdasarkan data pada Tabel 4.6 pengukuran viskositas sediaan gel pada saat selesai dibuat, menunjukkan bahwa gel blanko memiliki viskositas 595 poise; gel ekstrak propolis 1% 565 poise; gel ekstrak propolis 1,5% 533,67


(1)

Lampiran 24. (Lanjutan)

Pemulihan Minggu III

Tukey HSD

Kelompok N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Gel Ekstrak Propolis 2% 3 21.0000

Gel Vitamin C 2% 3 30.6667 30.6667

Gel Ekstrak Propolis 1,5% 3 34.6667 34.6667

Gel Ekstrak Propolis 1% 3 40.6667 40.6667

Gel Blanko 3 47.0000

Sig. .076 .164

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Pemulihan Minggu IV

Tukey HSD

Kelompok N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Gel Ekstrak Propolis 2% 3 12.6667

Gel Vitamin C 2% 3 13.0000

Gel Ekstrak Propolis 1,5% 3 15.0000

Gel Ekstrak Propolis 1% 3 36.0000

Gel Blanko 3 38.0000

Sig. .996 .998

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Lampiran 24. (Lanjutan)

6.

Wrinkle’s depth

(Kedalaman Kerutan)

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Sebelum Penyinaran Between

Groups

.000 4 .000 . .

Within Groups .000 10 .000


(2)

Setelah Penyinaran Between Groups

.092 4 .023 2.156 .148

Within Groups .107 10 .011

Total .199 14

Pemulihan Minggu I Between Groups

.043 4 .011 2.706 .092

Within Groups .040 10 .004

Total .083 14

Pemulihan Minggu II Between Groups

.034 4 .009 3.014 .072

Within Groups .028 10 .003

Total .062 14

Pemulihan Minggu III Between Groups

.032 4 .008 9.008 .002

Within Groups .009 10 .001

Total .041 14

Pemulihan Minggu IV Between Groups

.278 4 .070 403.672 .000

Within Groups .002 10 .000


(3)

Lampiran 24. (Lanjutan)

Multiple Comparisons

Tukey HSD

Dependent

Variable (I) Kelompok (J) Kelompok

Mean Difference

(I-J)

Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Setelah Penyinaran

Gel Blanko Gel Ekstrak Propolis 1% .080000 .084436 .872 -.19789 .35789 Gel Ekstrak Propolis 1,5% .175000 .084436 .302 -.10289 .45289 Gel Ekstrak Propolis 2% .186000 .084436 .253 -.09189 .46389 Gel Vitamin C 2% .208667 .084436 .174 -.06922 .48655 Gel Ekstrak

Propolis 1%

Gel Blanko -.080000 .084436 .872 -.35789 .19789 Gel Ekstrak Propolis 1,5% .095000 .084436 .790 -.18289 .37289 Gel Ekstrak Propolis 2% .106000 .084436 .722 -.17189 .38389 Gel Vitamin C 2% .128667 .084436 .571 -.14922 .40655 Gel Ekstrak

Propolis 1,5%

Gel Blanko -.175000 .084436 .302 -.45289 .10289 Gel Ekstrak Propolis 1% -.095000 .084436 .790 -.37289 .18289 Gel Ekstrak Propolis 2% .011000 .084436 1.000 -.26689 .28889 Gel Vitamin C 2% .033667 .084436 .994 -.24422 .31155 Gel Ekstrak

Propolis 2%

Gel Blanko -.186000 .084436 .253 -.46389 .09189 Gel Ekstrak Propolis 1% -.106000 .084436 .722 -.38389 .17189 Gel Ekstrak Propolis 1,5% -.011000 .084436 1.000 -.28889 .26689 Gel Vitamin C 2% .022667 .084436 .999 -.25522 .30055 Gel Vitamin C

2%

Gel Blanko -.208667 .084436 .174 -.48655 .06922 Gel Ekstrak Propolis 1% -.128667 .084436 .571 -.40655 .14922 Gel Ekstrak Propolis 1,5% -.033667 .084436 .994 -.31155 .24422 Gel Ekstrak Propolis 2% -.022667 .084436 .999 -.30055 .25522 Pemulihan

Minggu I

Gel Blanko Gel Ekstrak Propolis 1% .039333 .051675 .936 -.13073 .20940 Gel Ekstrak Propolis 1,5% .127333 .051675 .175 -.04273 .29740 Gel Ekstrak Propolis 2% .120667 .051675 .211 -.04940 .29073 Gel Vitamin C 2% .130667 .051675 .160 -.03940 .30073 Gel Ekstrak

Propolis 1%

Gel Blanko -.039333 .051675 .936 -.20940 .13073 Gel Ekstrak Propolis 1,5% .088000 .051675 .473 -.08207 .25807 Gel Ekstrak Propolis 2% .081333 .051675 .543 -.08873 .25140 Gel Vitamin C 2% .091333 .051675 .440 -.07873 .26140 Gel Ekstrak

Propolis 1,5%

Gel Blanko -.127333 .051675 .175 -.29740 .04273 Gel Ekstrak Propolis 1% -.088000 .051675 .473 -.25807 .08207 Gel Ekstrak Propolis 2% -.006667 .051675 1.000 -.17673 .16340 Gel Vitamin C 2% .003333 .051675 1.000 -.16673 .17340 Gel Ekstrak

Propolis 2%

Gel Blanko -.120667 .051675 .211 -.29073 .04940 Gel Ekstrak Propolis 1% -.081333 .051675 .543 -.25140 .08873 Gel Ekstrak Propolis 1,5% .006667 .051675 1.000 -.16340 .17673 Gel Vitamin C 2% .010000 .051675 1.000 -.16007 .18007 Gel Vitamin C

2%

Gel Blanko -.130667 .051675 .160 -.30073 .03940 Gel Ekstrak Propolis 1% -.091333 .051675 .440 -.26140 .07873 Gel Ekstrak Propolis 1,5% -.003333 .051675 1.000 -.17340 .16673 Gel Ekstrak Propolis 2% -.010000 .051675 1.000 -.18007 .16007


(4)

Pemulihan Minggu II

Gel Blanko Gel Ekstrak Propolis 1% .010000 .043368 .999 -.13273 .15273 Gel Ekstrak Propolis 1,5% .101333 .043368 .210 -.04139 .24406 Gel Ekstrak Propolis 2% .108667 .043368 .165 -.03406 .25139 Gel Vitamin C 2% .094667 .043368 .260 -.04806 .23739 Gel Ekstrak

Propolis 1%

Gel Blanko -.010000 .043368 .999 -.15273 .13273 Gel Ekstrak Propolis 1,5% .091333 .043368 .289 -.05139 .23406 Gel Ekstrak Propolis 2% .098667 .043368 .229 -.04406 .24139 Gel Vitamin C 2% .084667 .043368 .352 -.05806 .22739 Gel Ekstrak

Propolis 1,5%

Gel Blanko -.101333 .043368 .210 -.24406 .04139 Gel Ekstrak Propolis 1% -.091333 .043368 .289 -.23406 .05139 Gel Ekstrak Propolis 2% .007333 .043368 1.000 -.13539 .15006 Gel Vitamin C 2% -.006667 .043368 1.000 -.14939 .13606 Gel Ekstrak

Propolis 2%

Gel Blanko -.108667 .043368 .165 -.25139 .03406 Gel Ekstrak Propolis 1% -.098667 .043368 .229 -.24139 .04406 Gel Ekstrak Propolis 1,5% -.007333 .043368 1.000 -.15006 .13539 Gel Vitamin C 2% -.014000 .043368 .997 -.15673 .12873 Gel Vitamin C

2%

Gel Blanko -.094667 .043368 .260 -.23739 .04806 Gel Ekstrak Propolis 1% -.084667 .043368 .352 -.22739 .05806 Gel Ekstrak Propolis 1,5% .006667 .043368 1.000 -.13606 .14939 Gel Ekstrak Propolis 2% .014000 .043368 .997 -.12873 .15673 Pemulihan

Minggu III

Gel Blanko Gel Ekstrak Propolis 1% .033333 .024430 .661 -.04707 .11374 Gel Ekstrak Propolis 1,5% .097000* .024430 .017 .01660 .17740 Gel Ekstrak Propolis 2% .131667* .024430 .002 .05126 .21207

Gel Vitamin C 2% .074000 .024430 .075 -.00640 .15440 Gel Ekstrak

Propolis 1%

Gel Blanko -.033333 .024430 .661 -.11374 .04707 Gel Ekstrak Propolis 1,5% .063667 .024430 .142 -.01674 .14407 Gel Ekstrak Propolis 2% .098333* .024430 .016 .01793 .17874 Gel Vitamin C 2% .040667 .024430 .494 -.03974 .12107 Gel Ekstrak

Propolis 1,5%

Gel Blanko -.097000* .024430 .017 -.17740 -.01660 Gel Ekstrak Propolis 1% -.063667 .024430 .142 -.14407 .01674 Gel Ekstrak Propolis 2% .034667 .024430 .630 -.04574 .11507 Gel Vitamin C 2% -.023000 .024430 .874 -.10340 .05740 Gel Ekstrak

Propolis 2%

Gel Blanko -.131667* .024430 .002 -.21207 -.05126

Gel Ekstrak Propolis 1% -.098333* .024430 .016 -.17874 -.01793 Gel Ekstrak Propolis 1,5% -.034667 .024430 .630 -.11507 .04574 Gel Vitamin C 2% -.057667 .024430 .203 -.13807 .02274 Gel Vitamin C

2%

Gel Blanko -.074000 .024430 .075 -.15440 .00640 Gel Ekstrak Propolis 1% -.040667 .024430 .494 -.12107 .03974 Gel Ekstrak Propolis 1,5% .023000 .024430 .874 -.05740 .10340 Gel Ekstrak Propolis 2% .057667 .024430 .203 -.02274 .13807 Pemulihan

Minggu IV

Gel Blanko Gel Ekstrak Propolis 1% .010000 .010721 .878 -.02528 .04528 Gel Ekstrak Propolis 1,5% .283000* .010721 .000 .24772 .31828 Gel Ekstrak Propolis 2% .283000* .010721 .000 .24772 .31828

Gel Vitamin C 2% .283000* .010721 .000 .24772 .31828 Gel Ekstrak

Propolis 1%

Gel Blanko -.010000 .010721 .878 -.04528 .02528 Gel Ekstrak Propolis 1,5% .273000* .010721 .000 .23772 .30828 Gel Ekstrak Propolis 2% .273000* .010721 .000 .23772 .30828 Gel Vitamin C 2% .273000* .010721 .000 .23772 .30828


(5)

Gel Ekstrak Propolis 1,5%

Gel Blanko -.283000* .010721 .000 -.31828 -.24772 Gel Ekstrak Propolis 1% -.273000* .010721 .000 -.30828 -.23772 Gel Ekstrak Propolis 2% .000000 .010721 1.000 -.03528 .03528 Gel Vitamin C 2% .000000 .010721 1.000 -.03528 .03528 Gel Ekstrak

Propolis 2%

Gel Blanko -.283000* .010721 .000 -.31828 -.24772 Gel Ekstrak Propolis 1% -.273000* .010721 .000 -.30828 -.23772 Gel Ekstrak Propolis 1,5% .000000 .010721 1.000 -.03528 .03528 Gel Vitamin C 2% .000000 .010721 1.000 -.03528 .03528 Gel Vitamin C

2%

Gel Blanko -.283000* .010721 .000 -.31828 -.24772

Gel Ekstrak Propolis 1% -.273000* .010721 .000 -.30828 -.23772 Gel Ekstrak Propolis 1,5% .000000 .010721 1.000 -.03528 .03528 Gel Ekstrak Propolis 2% .000000 .010721 1.000 -.03528 .03528 *. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Homogeneous Subsets

Setelah Penyinaran

Tukey HSD

Kelompok

N

Subset for alpha = 0.05

1

Gel Vitamin C 2%

3

.32933

Gel Ekstrak Propolis 2%

3

.35200

Gel Ekstrak Propolis 1,5%

3

.36300

Gel Ekstrak Propolis 1%

3

.45800

Gel Blanko

3

.53800

Sig.

.174

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Pemulihan Minggu I

Tukey HSD

Kelompok N

Subset for alpha = 0.05

1

Gel Vitamin C 2% 3

.31167

Gel Ekstrak Propolis 1,5% 3

.31500

Gel Ekstrak Propolis 2% 3

.32167

Gel Ekstrak Propolis 1% 3

.40300

Gel Blanko 3

.44233

Sig.

.160


(6)

Lampiran 24. (Lanjutan)

Pemulihan Minggu II

Tukey HSD

Kelompok N

Subset for alpha = 0.05

1

Gel Ekstrak Propolis 2% 3

.26733

Gel Ekstrak Propolis 1,5% 3

.27467

Gel Vitamin C 2% 3

.28133

Gel Ekstrak Propolis 1% 3

.36600

Gel Blanko 3

.37600

Sig.

.165

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Pemulihan Minggu III

Tukey HSD

Kelompok

N

Subset for alpha = 0.05

1

2

3

Gel Ekstrak Propolis 2%

3

.21000

Gel Ekstrak Propolis 1,5%

3

.24467

.24467

Gel Vitamin C 2%

3

.26767

.26767

.26767

Gel Ekstrak Propolis 1%

3

.30833

.30833

Gel Blanko

3

.34167

Sig.

.203

.142

.075

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Pemulihan.Minggu IV

Tukey HSD

Kelompok

N

Subset for alpha = 0.05

1

2

Gel Ekstrak Propolis 1,5%

3

.00000

Gel Ekstrak Propolis 2%

3

.00000

Gel Vitamin C 2%

3

.00000

Gel Ekstrak Propolis 1%

3

.27300

Gel Blanko

3

.28300

Sig.

1.000

.878