Analisis Pengaruh Bid-Ask Spread, Market Value dan Variance Return Terhadap Holding Period Saham Sektor Pertambangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Konsep Dasar Investasi
Pada hakikatnya investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Investasi dibagi dalam dua jenis, investasi yang pertama adalah investasi yang dilakukan pada asset-aset finansial yang dilakukan di pasar uang selain itu investasi finansial juga dapat dilakukan di pasar modal. Jenis investasi kedua adalah investasi pada asset-aset riil (Halim, 2005). Jogiyanto (2000:7) menyatakan bahwa
investasi ke dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara yang lain. Sebaliknya investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan lain.
Investasi pada pasar modal adalah investasi yang bersifat jangka pendek. Ini dilihat pada return yang diukur dengan capital gain. Bagi para spekulator yang menyukai capitail gain, maka pasar modal dapat menjadi tempat yang menarik sebab investor bisa membeli pada saat harga turun, dan menjual kembali pada saat harga naik. Selisih yang dilihat secara abnormal return itulah yang akan dihitung keuntungannya (Fahmi, 2006).
Untuk melakukan investasi di pasar modal diperlukan pengetahuan yang cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek -efek mana yang akan dibeli, mana yang akan dijual, dan mana yang tetap dimiliki. Oleh karena itu investor harus memiliki rasional dalam menghadapi pasar jual beli saham dan juga
(2)
harus mempunyai ketajaman perkiraan masa depan perusahaan yang sahamnya akan dibeli atau dijual Proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang investor membuat keputusan investasi pada efek -efek yang dapat dipasarkan, dan kapan dilakukan.
Oleh karena itu diperlukan tahapan-tahapan dalam investasi yaitu menentukan tujuan investasi dengan mempertimbangkan expected rate of return, rate of risk dan ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan , melakukan analisis baik dengan pendekatan fundamental ataupun teknikal, membentuk portofolio dengan mengidentifikasi efek-egek mana yang akan dipilih , mengevaluasi kinerja portofolio baik terhadap tingkat pengembalian maupun tingkat risiko yang ditanggung dan tahap terakhir adalah merevisi kinerja portofolio.
Pada umumnya hubungan antara risiko dan tingkat pengembalian yang diharapkan bersifat linier artinya semakin tinggi tingkat risiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang diharapkan. Oleh karena itu Menurut Halim (2005:5) investor dapat melakukan analisis terhadap suatu efek atau sekelompok efek melalui dua pendekatan, yaitu :
a. Pendekatan Fundamental
Dimana pendekatan ini didasarkan pada informasi-informasi yang diterbitkan oleh emiten maupun oleh administrator bursa efek. Untuk memperkirakan prospek harga sahamnya di masa yang akan datang harus dikaitkan dengan faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya , karena kinerja emiten dipengaruhi oleh kondisi sektor industri dimana perusahaan tersebut berada dan perekonomian secara makro. Analisis ini dimulai dari siklus perusahaan secara umum dan selanjutnya ke sektor industrinya sehingga akhirnya dilakukan evaluasi terhadap kinerjanya dan saham yang diterbitkan.
(3)
b. Pendekatan Teknikal
Pendekatan ini didasarkan pada data (perubahan) harga saham di masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga saham di masa mendatang. Dengan analisis ini para analisis memperkirakan pergesaran penawaran (supply) dan permintaan (demand) dalam jangka pendek serta mereka berusaha untuk cenderung mengabaikan risiko dan pertumbuhan laba dalam menentukan barometer dari penawaran dan permintaan.
Mekanisme perdagangan saham adalah proses perdagangan saham dimana saham tersebut berpindah tangan dari penjual kepada pembeli di pasar sekunder, proses perdagangan jual beli saham dapat dilihat dari gambar 2.1 berikut ini :
Saham Rp
Sumber : Halim (2005)
Gambar 2.1 Proses Jual Beli Saham Investor
Beli
Investor Jual BURSA EFEK JAKARTA
Pialang Pialang Sistem Tawar Menawardan Negosiasi Pialang Jual Pialang Beli Sertifikat Saham
Rupiah PT KPEI & PT KSEI
Penyelesaian transaksi Investor Jual Pialang Jual Investor Beli Pialang Beli BAE
(4)
2.1.2 Pasar Modal
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham), instrument derivatif, maupun instrumen lainnya (Darmadji dan Fakhruddin, 2006). Berdasarkan Undang- Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 , pasar modal memiliki pengertian yang lebih spesifik lagi yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perushaaan publik berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Jogiyanto (2000:15) menyatakan bahwa
perusahaan yang membutuhkan dana dapat menjual surat berharganya di pasar modal. Surat berharga yang baru dikeluarkan oleh perusahaan dijual di pasar primer (primary market). Surat berharga yang baru dijual dapat berupa penawaran perdana ke public (initial public offering atau IPO) atau tambahan surat berharga baru jika perusahaan sudah going public (sekuritas tambahan ini sering disebut dengan seasones new issues). Selanjutnya surat berharga yang sudah beredar diperdagangkan di pasar sekunder (secondary market). Tipe lain dari pasar modal adalah pasar ketiga (third market) dan pasar keempat (fourth market). Pasar ketiga merupakan pasar perdagangan surat berharga pada saat pasar kedua tutup. Pasar ketiga dijalankan oleh broker yang mempertemukan pembeli dan penjual pada saat pasar kedua tutup. Pasar keempat merupakan pasar modal yang dilakukan diantara institusi berkapasitas besar untuk menghindari komisi untuk broker. Asar keempat umumnya menggunakan jaringan komunikasi untuk memperdagangkan saham dalam jumlah blok yang besar.
Pasar modal banyak dijumpai di banyak negara, karena pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara. Pasar modal dikatakan memiliki dua fungsi sekaligus yakni fungsi ekonomi dan fungsi keuangan (Husnan, 1993). Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower. Fungsi ini sebenarnya juga dilakukan oleh lembaga perbankan, namun bedanya di pasar
(5)
modal yang diperdagangkan adalah dana jangka panjang. Fungsi keuangan dilakukan dengan menyediakan dana yang diperlukan oleh borrowers dan para lenders menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi tersebut.
Dengan adanya pasar modal, maka diharapkan aktivitas perekonomian dapat meningkat karena pasar modal meruapakan alternatif pendanaan bagi perusahaan, sehingga dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar dan selanjutnya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran masyarakat luas ( Darmadji dan Fakhruddin, 2006). Keberhasilan pemebentukan pasar modal dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu supply sekuritas, demand akan sekuritas, kondisi politik dan ekonomi, masalah hukum dan peraturan serta peran lembaga-lembaga pendukung pasar modal seperti BAPEPAM, bursa efek, akuntan publik, underwriter, notaris dan sebagainya (Husnan, 1993).
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:3) Pasar modal memiliki banyak manfaat baik bagi dunia usaha, pemodal, lembaga penunjang pasar modal dan juga bagi pemerintah, diantaranya :
1. Menyediakan sumber pendanaan atau pembiayaan (jangka panjang)bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan dana secara optimal
2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi
3. Menyediakan indikator utama (leading indicator) bagi tren ekonomi negara
4. Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah
5. Menciptakan lapangan pekerjaan / profesi menarik
6. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dengan prospek yang baik
7. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi
(6)
8. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses kontrol sosial
9. Mendorong pengelolaan perushaan dengan iklim terbuka , pemanfaatan manajemen professional, dan penciptaaan iklim berusaha yang sehat. 2.1.3 Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujudkan selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalam pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2006).
Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham (stock). Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham, saham ini disebut saham biasa (common stock), namun jika perusahaan mengeluarkan kelas lain dari saham, itu disebut saham preferen (Jogiyanto, 2000). Saham preferen memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena dapat menghasilkan pendapatan tetap seperti bunga dan obligasi, sedangkan saham biasa menempatkan pemiliknya pada posisi paling junior dalam pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (Darmadji dan Fakhruddin, 2006).
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006), pada dasarnya terdapat dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham yaitu dividen dan capital gain. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen yang diberikan perusahaan dapat berupa tunai yang berupa
(7)
uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat berupa dividen saham yang berupa saham sehingga jumlah saham yang dimiliki investor akan semakin bertambah. Sementara capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual, hal ini terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Pada umumnya investor dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain.
Saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan dan potensi risiko yang tinggi. Investor dapat memiliki keuntungan dari capital gain yang besar dalam waktu yang singkat , namun sering berfluktuasinya harga saham maka saham juga dapat membuat investor mengalami kerugian yang besar dalam waktu yang singkat (Darmadji dan Fakhruddin, 2006). Oleh karena itu investor harus lebih teliti lagi dalam membeli dan menjual saham yang dimiliknya agar risiko tersebut dapat diperkecil.
2.1.4 Holding Period Saham
Holding period adalah periode waktu perkiraan atau riil dimana sebuah investasi diatribusikan kepada sebuah investor tertentu. Lamanya kepemilikan saham oleh investor dikenal dengan dengan stock holding period. Secara umum keputusan membeli atau menjual saham ditentukan oleh perbandingan antara perkiraan nilai intrinsik dengan harga pasarnya. Halim (2005:31) menyatakan bahwa:
a. Jika harga pasar saham lebih rendah dari nilai intrinsiknya, maka saham tersebut sebaiknya dibeli dan ditahan sementara dengan tujuan untuk memperoleh capital gain jika kemudian harganya kembali naik b. Jika harga pasar saham sama dengan nilai intrinsiknya, maka jangan
(8)
keseimbangan, sehingga tidak ada keuntungan yang diperoleh dari transaksi pembelian atau penjualan saham tersebut
c. Jika harga pasar saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, maka saham tersebut sebaiknya dijual untuk menghindari kerugian. Karena tentu harganya kemudian akan turun menyesuaikan dengan nilainya.
Nilai intrinsik adalah nilai sebenarnya atau nilai seharusnya dari saham yang diperdagangkan tersebut (Jogiyanto, 2000). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Holding period saham merupakan rata-rata lamanya investor dalam menahan atau memegang saham selama periode waktu tertentu. Rata-rata holding period investor untuk setiap tahun dapat dihitung dengan membagi jumlah saham beredar pada saham perusahaan i per akhir tahun t dengan rata-rata volume perdagangan saham i tahun t. Holding Period Saham dapat diformulasikan sebagai berikut ini :
���� = ℎ ℎ ��
�� Sumber : Atkins dan Dyl (1997)
Di mana :
HPit = Holding Period saham perusahaan i tahun t
2.1.5 Bid-Ask Spread
Di pasar tradisional , sebelum terjadi suatu transaksi atau terbentuknya harga, terjadi proses tawar-menawar oleh pembeli dan penjual. Prinsip yang sama juga terjadi dalam transaksi surat berharga khususnya pasar saham (Darmadji dan Fakhruddin, 2006). Transaksi perdagangan di BEJ menggunakan order-driven market system dan sistem lelang kontinyu (continous auction system) (Jogiyanto,2000). Dengan order-driven market system berarti pembeli dan penjual
(9)
sekuritas yang ingin melakukan transaksi harus melalui broker. Investor tidak dapat langsung melakukan transaksi di lantai bursa.
Dalam sistem lelang kontiyu harga transaksi ditentukan oleh penawaran (supply) dan permintaan (demand) dari investor. Harga penjualan terendah (ask price) dan harga penawaran pembelian tertinggi (bid price) dari investor diteriakkan oleh broker di lantai bursa. Dalam transaksi saham, istilah bid menunjukkan harga yang diajukan oleh pihak yang akan melakukan pembelian saham tersebut, sedangkan ask menunjukkan harga yang ditawarkan oleh pihak yang akan menjual saham tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2006).
Suatu transaksi tidak akan terjadi jika masih terdapat perbedaan antara bid dan ask. Dengan kata lain, Bid-ask spread adalah selisih harga beli tertinggi yang ditawarkan oleh pihak yang akan melakukan pembelian saham tersebut dengan harga jual terendah dari pihak yang bersedia menjual saham tersebut.
Dalam bursa efek, aturan berapa batasan dalam setiap kali penawaran (bid dan ask) diatur secara jelas dan diaplikasikan dalam komputer sistem perdagangan secara otomatis (Darmadji dan Fakhruddin, 2006). Harga penawaran jual atau permintaan beli yang dimasukkan ke dalam JATS adalah harga penawaran yang masih berada di dalam rentang harga tertentu. Bila Anggota Bursa memasukkan harga diluar rentang harga tersebut maka secara otomatis akan ditolak oleh JATS (auto rejection).
BEJ perlu menerapkan sistem auto rejection untuk menjaga terlaksananya perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien. Penerapan auto rejection dilakukan berdasarkan kelompok harga dan penentuan batas parameter rejection
(10)
mengacu pada harga terakhir di pasar regular pada hari sebelumya (Darmadji dan Fakhruddin, 2006). Batasan auto rejection yang berlaku saat ini:
1. Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih kecil dari 50 % (lima puluh persen) dibawah acuan harga Rp 50,- (lima puluh rupiah). 2. Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih dari 35% (tiga
puluh lima perseratus) di atas atau di bawah acuan harga untuk saham dengan rentang harga Rp 50,- (lima puluh rupiah) sampai dengan dari Rp 200,- (dua ratus rupiah).
3. Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih dari 25% (dua puluh lima perseratus) di atas atau di bawah acuan harga untuk saham dengan rentang harga Rp 200,- (dua ratus rupiah) sampai dengan dari Rp 5.000,- (lima ribu rupiah).
4. Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih dari 20% (dua puluh perseratus) di atas atau di bawah acuan harga untuk saham dengan rentang harga di atas Rp 5.000,- (lima ribu rupiah).
Bid-ask spread adalah selisih harga beli tertinggi yang ditawarkan oleh pihak yang akan melakukan pembelian saham tersebut dengan harga jual terendah dari pihak yang bersedia menjual saham tersebut. Konsep perhitungan spread adalah dengan membuat rata-rata bid-ask spread harian untuk setiap jenis saham yang diteliti selama periode observasi. Perhitungan spread dapat diformulasikan sebagai berikut:
(11)
��=[ ∑ �� − �� �� + �� �
�=
]∕N
Sumber : Atkins dan Dyl (1997)
Di mana :
Spreadit = rata-rata bid-ask spread saham perusahaan i pada tahun ke-t
Askit = harga jual terendah yang menyebabkan investor setuju untuk
menjual saham perusahaan i pada hari ke- t
Bidit = harga beli tertinggi yang menyebabkan investor setuju untuk
membeli saham perusahaan i pada hari ke- t
N = jumlah hari transaksi saham perusahaan i selama tahun t 2.1.6 Market Value
Nilai pasar (market value) merupakan harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa (Jogiyanto, 2000). Harga saham cenderung dipengaruhi oleh tekanan psikologis pembeli atau penjual (tindakan yang tidak rasional) (Halim, 2005). Oleh karena itu informasi perusahaan yang mengalir ke Bursa Efek harus cukup sepanjang informasi tersebut berpengaruh terhadap harga sahamnya.
Market Value menunjukkan ukuran perusahaan, dimana apabila market value semakin besar maka semakin besar perusahaan tersebut yang ditinjau dari ukuran perusahaannya. Kebanyakan investor menganggap bahwa perusahaan besar memiliki kestabilan keuangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil, selain itu di perusahaan besar memiliki analisis keuangan yang kompeten sehingga dapat menghasilkan informasi keuangan yang lebih akurat yang dapat memperpendek jarak antara pengharapan investor dengan yang sebenarnya terjadi di perusahaan.
(12)
Dengan demikian investor menganggap bahwa perusahaan besar memiliki risiko lebih kecil karena dianggap memiliki akses ke pasar modal yang lebih baik dibandingkan perusahaan kecil. Jogiyanto (2000:80) menyatakan bahwa
mengetahui nilai pasar dan nilai intrinsik dapat digunakan untuk mengetahui saham-saham mana yang murah , tepat nilainya atau yang mahal. Nilai pasar yang lebih kecil dari nilai intrinsiknya menunjukkan bahwa saham tersebut dijual dengan harga murah (undervalued), karena investor membayar saham tersebut lebih kecil dari yang seharusnya dia bayar. Dan sebaliknya nilai pasar yang lebih besar dari nilai intrinsiknya menunjukkan bahwa saham tersebut dijual dengan harga yang mahal (overvalued).
Market Value juga dapat diartikan sebagai rata-rata nilai keseluruhan suatu perusahaan i selama tahun ke-t. Konsep perhitungan market value adalah dengan mengalikan rata-rata harga saham selama tahun t dengan jumlah saham beredar pada saham perusahaan i per akhir tahun ke-t. Perhitungan market value dapat diformulasikan sebagai berikut:
�� = � − × �
Sumber: Atkins dan Dyl (1997)
Di mana:
MVit = rata-rata market value saham perusahaan i selama tahun t
2.1.7 Variance Return
Hanya menghitung return saja untuk sebuah investasi tidaklah cukup, risiko dari investasi juga perlu diperhitungkan (Jogiyanto, 2000). Risiko adalah suatu ketidakpastian. Pemodal dalam berinvestasi akan mendapatkan return di masa datang dengan nilai return yang belum diketahui (Fahmi, 2006). Dalam pengertian investasi , risiko selalu dikaitkan dengan tingkat variabilitas return yang dapat diperoleh dari surat berharga (Ahmad, 1996). Dengan kata lain risiko
(13)
dalam investasi dapat didefenisikan sebagai variablitias return realisasi terhadap return yang diharapkan (Fahmi, 2006).
Variance return merupakan proksi dari tingkat risiko yang diakibatkan oleh fluktuasi harga saham. Dalam konteks manajemen investasi, risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return) (Halim, 2005). Semakin besar penyimpangannya berarti semakin besar tingkat risikonya. Alat statistik yang digunakan untuk mengukur penyebaran tersebut adalah varians.
Menurut Halim (2005:42), apabila dikaitkan dengan preferensi investor terhadap risiko maka risiko data dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Investor yang menyukai risiko (risk seeker)
Merupakan investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih tinggi, karena mereka tahu bahwa hubungan tingkat pengembalian dan risiko adalah positif.
b. Investor yang netral terhadap risiko (risk neutral)
Merupakan investor yang akan meminta kenaikan tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko. Investor dalam jenis ini biasanya cukup fleksibel dan bersikap hati-hati dalam mengambil keputusan investasi.
c. Investor yang tidak menyukai risiko (risk averter)
Investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang lebih rendah. Biasanya investor jenis ini cenderung mempertimbangkan keputusan investasinya secara matang dan terencana
Ketiga preferensi investor terhadap risiko dapat juga disajikan pada Gambar 2.2
(14)
Sumber : Halim (2005)
Gambar 2.2
Preferensi Investor Terhadap Risiko
Dari Gambar 2.2 tersebut tampak bahwa bagi invetor yang menyukai risiko, perubahan tingkat pengembalian dari A1 ke A2 lebih kecil dari perubahan
risiko dari β1 ke β2. Sebaliknya bagi investor yang tidak menyukai risiko,
perubaham tingkat pengembalian dari C1 ke C2 lebih besar dari perubahan risiko
dari β1 ke β2. Sedangkan bagi investor yang netral terhadap risiko, perubahan
tingkat pengembalian dari β1ke β2sama dengan perubahan risiko dari β1ke β2.
Selain itu dalam konteks portofolio, terdapat juga risiko sistematis (systematic risk) dan risiko tidak sistematis (unsystematic risk). Dimana risiko sistematis merpakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan sedangkan risiko tidak sistemats merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu.
(15)
Dalam mengukur risiko perusahaan yang diproksikan dengan nilai varian dari return, maka terlebih dahulu dicari rata-rata return harian tiap sekuritas menggunakan metode rata-rata arimatika, yang dapat diformulasikan sebagai berikut:
� =� −�−�
�−�
. . .
(2.1)Sumber : Ahmad (1996)
Di mana:
Rit = rata-rata dari return harian saham i selama tahun ke-t
P = harga saham penutupan hari ke-t Pt-1 = harga saham penutupan hari ke t-1
Setelah diperoleh rata-rata return saham harian, maka dapat dicari variance return. Konsep perhitungan variance return dapat diformulasikan sebagai berikut:
� =∑��= ���−Ε ��
�
. . .
(2.2)Sumber : Halim (2005)
Di mana :
� = varians dari investasi pada saham I (variance return)
Rit = tingkat pengembalian dari investasi pada saham i pada tahun t E(Ri) = ER dari investasi saham i
N = periode pengamatan 2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan Holding Period Saham sudah pernah dilakukan baik di luar negeri maupun di Indonesia. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Atkins dan Dyl (1997) mengenai hoding period dan bid-ask spread untuk saham Nasdaq dari 1983 hingga 1991 dan untuk New York Stock Exchange (NYSE) saham dari periode 1975 sampai 1989 dan menemukan bukti
(16)
kuat bahwa, seperti yang diperkirakan, holding period dipengaruhi oleh bid ask spread.
Atkins dan Dyl (1997) juga menemukan bahwa hubungan antara holding period dan bid-ask spread jauh lebih kuat di Nasdaq, di mana spread lebih besar, daripada di NYSE spread yang lebih kecil. Selain itu ditemukan juga bahwa variabel market value dan variance return masing-masing memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap holding period saham
Kemudian di Indonesia, penelitian yang sama pernah dilakukan oleh Dian Anita Nuswantara dan Yane Kartikasari (2005) yang menguji pengaruh bid-ask spread, market value dan r isk of return pada perusahaan yang tercatat pada LQ-45 tahun 2002 yang menyimpulkan bahwa hanya market value yang mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap holding period saham, sedangkan risk of return dan bid ask spread masing-masing mempunyai pengaruh negatif dan positif dan tidak signifikan terhadap holding period saham.
Penelitian yang dilakukan Eko Budi Santoso (2008) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang termasuk dalam LQ-45 selama periode 2000-2005 menguji pengaruh biaya transaksi yang dicerminkan oleh bid-ask spread terhadap holding period saham dengan dua variabel independen tambahan yaitu market value dan variance of return.
Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa variabel spread berpengaruh positif pada holding period yang artinya investor cenderung akan menahan saham lebih lama jika saham tersebut memiliki biaya transaksi yang tinggi, karena investor akan lebih berhati-hati untuk menjual sahamnya sedangkan
(17)
market value dan variance of return masing-masing berpengaruh positif dan negatif terhadap holding period saham.
Untuk variabel market value hal ini berarti investor akan menahan saham lebih lama pada perusahaan yang memiliki nilai perusahaan yang lebih besar. Sedangkan untuk variabel variance of return hal ini berarti investor akan menahan saham lebih pendek pada perusahaan yang memiliki tingkat volatilitas yang lebih tinggi.
Di tahun yang sama, dilakukan juga penelitian oleh Helmy Yulianto (2008) pada perusahaan LQ-45 selama tahun 2003-2005. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa variabel bid-ask spread dan market value berpengaruh positif dan signifikan terhadap holding period saham, sedangkan variabel resiko saham berpengaruh negatif dan signifikan terhadap holding period saham. Dimana market value mempunyai pengaruh yang paling kecil terhadap holding period saham. Hal itu disebabkan holding period saham lebih dipengaruhi oleh variabel resiko saham dan Bid-Ask Spread.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Yuningsih (2008) pada perusahaan yang terdaftar di BEJ pada periode 2005, hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa variabel bid-ask spread dan market value mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap holding period saham, sedangkan risk of return mempunyai pengaruh negatif dan signifkan terhadap holding period pada tingkat signifikansi 5 %.
Penelitian selanjutnya juga dilakukan oleh Vinus Maulina (2009) pada perusahaan go public yang tercatat dalam index LQ-45 selama tahun 2000-2001.
(18)
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa secara parsial ada dua variabel yang berpengaruh signifikan terhadap lamanya kepemilikan saham biasa yakni variance return dan spread masing-masing memiliki pengaruh negatif dan positif secara signifikan. Diantara variabel spread, market value dan dividend pay-out ratio yang merupakan variabel yang paling berpengaruh adalah variance return yang merupakan cerminan dari tingkat risiko akibat fluktuasi harga saham. Sedangkan variabel dividend pay-out ratio dan market value mempunyai pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap holding period saham.
Di tahun berikutnya penelitian dilakukan oleh A.Sakir dan Nurhalis (2010) pada perusahaan yang tercatat dalam indeks LQ-45 di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2006. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dari variabel independen (bid-ask spread, market value, variance return dan dividend pay-out ratio) hanya variance return yang mempunyai hubungan atau sesuai dengan teori dan penelitian terdahulu, meskipun variance return tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap holding period saham LQ-45.
Selain itu variabel bid-ask spread dan market value mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak siginifkan terhadap holding period saham, sedangkan dividend pay-out ratio mempunyai pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap holding period saham LQ-45. Dimana variabel yang paling dominan mempengaruhi holding period adalah variabel spread.
Penelitian yang dilakukan oleh Vinsensia Retno Widi Wisayang (2010) pada saham LQ 45 dalam periode februari 2008 sampai januari 2009 menyimpulkan bahwa bahwa variabel bid-ask spread berpengaruh positif dan
(19)
signifikan terhadap holding period, market value berpengaruh positif dan tidak signifikan sedangkan variabel varian return berpengaruh positif dan signifikan terhadap holding period. Secara ringkas, penelitian-penelitian terdahulu dapat diringkas sebagai berikut:
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
NO TAHUN PENELITIAN JUDUL HASIL
1 1997 Atkins dan Dyl Transations Cost and Holding Period For Common Stocks
Panjangnya holding period investor berhubungan dengan
bid-ask spread. Sedangkan variabel market value dan
variance return masing-masing memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap holding period saham 2 2005 Dian Anita
Nuswantara dan Yane Kartikasari
The Effect of Bid-Ask Spread, Market Value and Risk Of
Return On The Holding Period Of
The LQ45 Stocks
Variabel bid-ask spread dan risk of return
masing-masing mempunyai pengaruh positif dan negatif dan tidak signifikan terhadap
holding period saham sedangkan market value
mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap holding period
saham 3 2008 Eko Budi Santoso Analisis Pengaruh
Transaction Cost Terhadap Holding Period Saham Biasa
Variabel spread berpengaruh positif pada
holding period sedangkan market value
dan variance of return masing-masing berpengaruh positif dan negatif terhadap holding
period saham. 4 2008 Helmy Yulianto Analisis Pengaruh
Bid-Ask Spread, Market Value dan
Resiko Saham Terhadap Holding
Period
Variabel bid-ask spread dan market value berpengaruh positif dan
signifikan terhadap holding period saham, sedangkan variabel resiko
saham berpengaruh negatif dan signifikan terhadap holding period
(20)
5 2008 Yuningsih Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Transaction Cost pada Holding Period
Saham Perusahaan yang Terdaftar
di Bursa Efek Jakarta (BEJ)
Variabel bid-ask spread dan market value memiliki pengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap holding period, sementara
risk of return memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap
holding period saham. 6 2009 Vinus Maulina Analisis Beberapa
Faktor Yang Mempengaruhi Holding Period Saham Biasa Pada
Perusahaan Go Public Yang Tercatat Dalam Indeks LQ-45
Variabel variance return dan spread
masing-masing memiliki pengaruh negatif dan positif secara signifikan,
sedangkan variabel dividend pay-out ratio
dan market value mempunyai pengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap holding period saham.
Variabel yang paling berpengaruh adalah
variance return 7 2010 A.Sakir dan Nurhalis Analisis Holding
Period Saham LQ-45 di Bursa Efek
Jakarta
Variabel bid-ask spread, market value dan
variance return mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap holding period saham, sedangkan dividend
pay-out ratio mempunyai pengaruh yang positif dan
tidak signifikan terhadap holding period saham.
Variabel yang paling dominan mempengaruhi
holding period adalah variabel spread. 8 2010 Vinsensia Retno Widi
Wisayang
Analisis Pengaruh Bid-Ask Spread, Market Value, dan Varian Return saham
Terhadap Holding Period Saham LQ45
Variabel bid-ask spread berpengaruh positif dan
signifikan terhadap holding period, market value berpengaruh positif
dan tidak signifikan sementara variabel varian
return berpengaruh positif dan signifikan terhadap holding period
(21)
2.3 Kerangka Konseptual
1. Pengaruh Bid-Ask Spread terhadap Holding Period saham
Bid-ask spread merupakan selisih harga beli tertinggi yang ditawarkan oleh pihak yang akan melakukan pembelian saham dengan harga jual terendah dari pihak yang bersedia menjual saham tersebut. Menurut Jogiyanto (2000), semakin tinggi bid-ask spread maka semakin besar keuntungan (return) yang akan diperoleh. Oleh karena itu bid-ask spread merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan investor untuk menahan atau menjual saham tersbut.
Semakin besar perbedaan (spread) antara harga permintaan beli (bid) dan harga tawaran jual (ask) maka investor akan cenderung untuk menahan saham tersebut lebih lama, yang artinya investor memiliki holding period yang panjang untuk mendapatkan keuntungan (return) yang lebih tinggi.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Atkins dan Dyl (1997) dan penelitian yang dilakukan oleh Eko Budi Santoso (2008), Helmy Yulianto (2008) dan Vinus Maulina (2009) yang menyimpulkan bahwa variabel bid-ask spread memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap holding period saham. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis 1: Bid-ask spread memiliki pengaruh terhadap holding period saham sektor pertambangan
(22)
2. Pengaruh Market Value Terhadap Holding Period Saham
Nilai pasar merupakan harga dari saham di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Market value ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa (Jogiyanto, 2000). Market Value menunjukkan ukuran perusahaan, dimana apabila market value semakin besar maka semakin besar perusahaan tersebut yang ditinjau dari ukuran perusahaannya. Selain itu menurut Husnan (1993), apabila kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat maka harga saham (market value) juga akan meningkat. Dengan kata lain profitabilitas akan mempengaruhi harga saham atau dapat dikatakan bahwa harga saham merupakan cerminan dari profitabilitas suatu perusahaan.
Dengan demikian investor akan menahan saham lebih lama dengan mengandalkan kenaikan nilai saham untuk mendapatkan return atau keuntungan yang lebih besar dari investasi saham. Secara umum investor menganggap bahwa perusahaan besar memiliki kestabilan keuangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil, artinya perusahaaan tersebut memiliki kinerja yang baik sehingga dapat menyebabkan makin tingginya laba usaha yang akan diperoleh dan investor akan menikmati keuntungan yang makin besar juga karena semakin besar kemungkinan harga saham perusahaan akan naik.
Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Atkin dan Dyl (1997), Eko Budi Santoso (2008) dan Helmy Yulianto (2008) bahwa market value memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap holding period saham.
(23)
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis 2: Market value memiliki pengaruh terhadap holding period saham sektor pertambangan
3. Pengaruh Variance Return terhadap Holding Period saham
Dalam berinvestasi, investor tidak cukup hanya menghitung return yang maksimal saja , investor juga harus memperhitungkan risko dari investasi. Return dan risiko merupakan dua hal yang tidak terpisah, karena pertimbangan suatu investasi merupakan trade-off dari kedua faktor ini. Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko yang ditanggung maka semakin besar return yang harus dikompensasikan (Jogiyanto, 2000). Dalam pengertian investasi, risiko selalu dikaitkan sdengan tingkat variabilitas return yang dapat diperoleh dari surat berharga (Ahmad, 1996).
Pada umumnya, investor akan menanamkan modalnya pada saham-saham perusahaan yang lebih baik dari perusahaan lain dengan risiko yang sama atau dengan risiko yang lebih kecil. Artinya investor akan menahan saham lebih pendek pada perusahaan yang memiliki tingkat volatilitas yang lebih tinggi atau memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi akibat fluktuasi harga saham.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Atkins dan Dyl (1997), juga penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Eko Budi Santoso (2008), Helmy Yulianto (2008) dan Vinus Maulina (2010) yang menyimpulkan bahwa varance return memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhdap holding period
(24)
saham. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis 3: Variance return memiliki pengaruh terhadap holding period saham sektor pertambangan
Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu maka dapat digambarkan kerangka konseptual dalam bentuk diagram skematis di bawah ini:
Independent Variabel H1
Dependent Variabel H2
H3
Gambar 2.3
Diagram Skematis Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tinjauan pustaka dan kerangka konseptual maka hipotesis dapat dikembangkan dalam penelitian ini untuk digunakan dalam menguji variabel-variabel independent yang berpengaruh terhadap variabel dependent seperti berikut:
Bid-ask spread
Holding Period Market Value
Variance Return
(25)
1. H1: Bid-ask spread memiliki pengaruh terhadap holding period saham sektor pertambangan.
2. H2: Market value memiliki pengaruh terhadap holding period saham sektor pertambangan.
3. H3: Variance return memiliki pengaruh terhadap holding period saham sektor pertambangan.
(1)
5 2008 Yuningsih Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Transaction Cost
pada Holding Period
Saham Perusahaan yang Terdaftar
di Bursa Efek Jakarta (BEJ)
Variabel bid-ask spread
dan market value
memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
holding period, sementara
risk of return memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap
holding period saham. 6 2009 Vinus Maulina Analisis Beberapa
Faktor Yang Mempengaruhi
Holding Period
Saham Biasa Pada Perusahaan Go Public Yang Tercatat Dalam Indeks LQ-45
Variabel variance return
dan spread masing-masing memiliki pengaruh negatif dan positif secara signifikan,
sedangkan variabel
dividend pay-out ratio
dan market value
mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
holding period saham. Variabel yang paling
berpengaruh adalah
variance return
7 2010 A.Sakir dan Nurhalis Analisis Holding Period Saham LQ-45 di Bursa Efek
Jakarta
Variabel bid-ask spread, market value dan
variance return
mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap
holding period saham, sedangkan dividend
pay-outratio mempunyai pengaruh yang positif dan
tidak signifikan terhadap holding period saham.
Variabel yang paling dominan mempengaruhi
holding period adalah variabel spread. 8 2010 Vinsensia Retno Widi
Wisayang
Analisis Pengaruh
Bid-Ask Spread, Market Value, dan Varian Return saham
Terhadap Holding Period Saham LQ45
Variabel bid-ask spread
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
holding period, market value berpengaruh positif
dan tidak signifikan sementara variabel varian
return berpengaruh positif dan signifikan terhadap holding period
(2)
2.3 Kerangka Konseptual
1. Pengaruh Bid-Ask Spread terhadap Holding Period saham
Bid-ask spread merupakan selisih harga beli tertinggi yang ditawarkan oleh pihak yang akan melakukan pembelian saham dengan harga jual terendah dari pihak yang bersedia menjual saham tersebut. Menurut Jogiyanto (2000), semakin tinggi bid-ask spread maka semakin besar keuntungan (return) yang akan diperoleh. Oleh karena itu bid-ask spread merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan investor untuk menahan atau menjual saham tersbut.
Semakin besar perbedaan (spread) antara harga permintaan beli (bid) dan harga tawaran jual (ask) maka investor akan cenderung untuk menahan saham tersebut lebih lama, yang artinya investor memiliki holding period yang panjang untuk mendapatkan keuntungan (return) yang lebih tinggi.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Atkins dan Dyl (1997) dan penelitian yang dilakukan oleh Eko Budi Santoso (2008), Helmy Yulianto (2008) dan Vinus Maulina (2009) yang menyimpulkan bahwa variabel bid-ask spread memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap holding period saham. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis 1: Bid-ask spread memiliki pengaruh terhadap holding period saham sektor pertambangan
(3)
2. Pengaruh Market Value Terhadap Holding Period Saham
Nilai pasar merupakan harga dari saham di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Market value ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa (Jogiyanto, 2000). Market
Value menunjukkan ukuran perusahaan, dimana apabila market value semakin
besar maka semakin besar perusahaan tersebut yang ditinjau dari ukuran perusahaannya. Selain itu menurut Husnan (1993), apabila kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat maka harga saham (market value) juga akan meningkat. Dengan kata lain profitabilitas akan mempengaruhi harga saham atau dapat dikatakan bahwa harga saham merupakan cerminan dari profitabilitas suatu perusahaan.
Dengan demikian investor akan menahan saham lebih lama dengan mengandalkan kenaikan nilai saham untuk mendapatkan return atau keuntungan yang lebih besar dari investasi saham. Secara umum investor menganggap bahwa perusahaan besar memiliki kestabilan keuangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil, artinya perusahaaan tersebut memiliki kinerja yang baik sehingga dapat menyebabkan makin tingginya laba usaha yang akan diperoleh dan investor akan menikmati keuntungan yang makin besar juga karena semakin besar kemungkinan harga saham perusahaan akan naik.
Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Atkin dan Dyl (1997), Eko Budi Santoso (2008) dan Helmy Yulianto (2008) bahwa market value memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap holding period saham.
(4)
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis 2: Market value memiliki pengaruh terhadap holding period saham sektor pertambangan
3. Pengaruh Variance Return terhadap Holding Period saham
Dalam berinvestasi, investor tidak cukup hanya menghitung return yang maksimal saja , investor juga harus memperhitungkan risko dari investasi. Return dan risiko merupakan dua hal yang tidak terpisah, karena pertimbangan suatu investasi merupakan trade-off dari kedua faktor ini. Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko yang ditanggung maka semakin besar return yang harus dikompensasikan (Jogiyanto, 2000). Dalam pengertian investasi, risiko selalu dikaitkan sdengan tingkat variabilitas return yang dapat diperoleh dari surat berharga (Ahmad, 1996).
Pada umumnya, investor akan menanamkan modalnya pada saham-saham perusahaan yang lebih baik dari perusahaan lain dengan risiko yang sama atau dengan risiko yang lebih kecil. Artinya investor akan menahan saham lebih pendek pada perusahaan yang memiliki tingkat volatilitas yang lebih tinggi atau memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi akibat fluktuasi harga saham.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Atkins dan Dyl (1997), juga penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Eko Budi Santoso (2008), Helmy Yulianto (2008) dan Vinus Maulina (2010) yang menyimpulkan bahwa varance return memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhdap holding period
(5)
saham. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis 3: Variance return memiliki pengaruh terhadap holding period saham sektor pertambangan
Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu maka dapat digambarkan kerangka konseptual dalam bentuk diagram skematis di bawah ini:
Independent Variabel H1
Dependent Variabel H2
H3
Gambar 2.3
Diagram Skematis Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tinjauan pustaka dan kerangka konseptual maka hipotesis dapat dikembangkan dalam penelitian ini untuk digunakan dalam menguji variabel-variabel independent yang berpengaruh terhadap variabel dependent seperti berikut:
Bid-ask spread
Holding Period Market Value
Variance Return
(6)
1. H1: Bid-ask spread memiliki pengaruh terhadap holding period saham sektor pertambangan.
2. H2: Market value memiliki pengaruh terhadap holding period saham sektor pertambangan.
3. H3: Variance return memiliki pengaruh terhadap holding period saham sektor pertambangan.