171112145639Laporan Kinerja IPB Tahun 2016 final

Laporan Kinerja
Institut Pertanian Bogor
Tahun 2016

Institut Pertanian Bogor
2016

Kata Pengantar
Kita memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang
Maha Kuasa, atas karunia dan rahmat-Nya sehingga kita dapat
menunaikan tugas dan dapat mencapai kinerja yang baik dalam
tahun 2016 sebagaimana dilaporkan dalam Laporan Kinerja
Institut Pertanian Bogor Tahun 2016 ini. Penyusunan laporan ini
adalah
merupakan
sebagian
dari
rangkaian
upaya
mengembangkan sistem manajemen IPB yang akuntabel. Laporan
ini menyajikan informasi tentang kinerja yang terukur atas

berbagai program kerja yang dilaksanakan selama tahun 2016.
Evaluasi kinerja IPB dilakukan berdasarkan Sistem Manajemen
Kinerja (Simaker) yang dibangun berbasis Balanced Score Card
(BSC). Kinerja diukur berdasarkan capaian setiap indikator
kinerja dalam lima perspektif secara seimbang. Target Kinerja IPB
tahun 2016 telah ditetapkan dan di-cascade ke unit kerja
kemudian ke individu. Evaluasi kinerja berbasis BSC yang telah
dilakukan menyatakan bahwa capaian kinerja IPB tahun 2016
telah mencapai 92,65 persen.
Capaian kinerja IPB ini merupakan hasil kerja keras semua dosen,
tenaga kependidikan, dan mahasiswa IPB yang telah
melaksanakan tugas masing-masing secara sungguh-sungguh.
Saya menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para dosen,
tenaga kependidikan, dan mahasiswa IPB atas peran dan
dedikasinya sehingga IPB dapat mencapai kinerja tersebut.
Selanjutnya, saya mengharapkan peran dan dedikasi tersebut
senantiasa terpelihara bahkan dapat ditingkatkan terus.
Keterukuran capaian kinerja adalah penting dalam upaya
membangun sistem manajemen IPB yang akuntabel. Kita perlu

menyadari bahwa keterukuran capaian kinerja adalah salah satu
harapan stakeholders yang perlu kita penuhi. Namun, saya
berharap bahwa para dosen IPB tidak berhenti pada upaya
mencapai angka-angka capaian kinerja tetapi kita justru perlu
memasuki stage keseimbangan baru yaitu tetap menjaga
i

semangat kejuangan sebagai pendidik disamping itu juga concern
terhadap keterukuran kinerja.
Bantuan dan dukungan dari para alumni dan berbagai pihak
kepada IPB sangat penting bagi IPB untuk terus meningkatkan
kinerjanya. Saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada para
alumni dan berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan
dukungan kepada IPB selama ini. Saya mengharapkan bantuan
dan dukungan tersebut dapat terus ditingkatkan pada masa yang
akan datang sehingga kinerja IPB semakin baik.
Saya mengharapkan informasi tentang capaian kinerja IPB
sebagaimana tergambar dalam indikator kinerja terukur yang
disajikan dalam laporan ini akan berguna bagi berbagai
stakeholders IPB. Selanjutnya, saya mengharapkan dukungan dan

bantuan dari berbagai stakeholders kepada IPB akan semakin
besar. Saya juga mengharapkan agar laporan ini dapat menjadi
bahan evaluasi bagi seluruh unit kerja di lingkungan IPB untuk
perbaikan berkesinambungan dalam rangka peningkatan kinerja
IPB pada masa yang akan datang.
Bogor, 1 Februari 2017
Rektor,
Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, M.Sc.

ii

Daftar Isi
Kata Pengantar ..........................................................................................i
Daftar Isi ................................................................................................... iii
Pendahuluan ............................................................................................ 1
Overview Kebijakan Strategis............................................................. 5
Kebijakan Peningkatan Mutu dan Perluasan Akses ........................... 5
Kebijakan Fasilitasi Akreditasi/Sertifikasi/Indexing ........................ 7
Kebijakan Manajemen Riset, Inovasi, dan Diseminasi ...................... 8
Kebijakan Zero Percent Management Fee ............................................... 9

Kebijakan Transformasi PTN Badan Hukum ..................................... 10
Kebijakan Penerapan Sistem Imbal Jasa .............................................. 12
Kebijakan Manajemen Keuangan ............................................................ 14
Perspektif Stakeholders...................................................................... 17
Meningkatnya Peran dan Citra Institusi............................................... 17
Meluasnya Akses Masyarakat terhadap Pemanfaatan IPTEKS .. 20
Perspektif Financial ............................................................................. 24
Menguatnya Tata Kelola Keuangan ........................................................ 24
Berkembangnya Sumber Pendapatan................................................... 25
Meningkatnya Jaminan Kesejahteraan ................................................. 27
Perspektif Research and Academic Excellence ............................ 30
Meningkatnya Kualitas Input Mahasiswa............................................ 30
Meningkatnya Kualitas Lulusan............................................................... 32
Meningkatnya Aksesibilitas Calon Mahasiswa .................................. 36
Meningkatnya Kualitas Penelitian .......................................................... 37
Meningkatnya Peran IPB dalam Merespon Isu dan Permasalahan
Pertanian ........................................................................................................... 39
Perspektif Internal Business Process ............................................. 43
Penjaminan Mutu Pengelolaan Institusi .............................................. 43
Mantapnya Kurikulum Berbasis Kompetensi .................................... 45

Menguatnya Keterandalan Sistem Informasi Manajemen ........... 46
Meningkatnya Efektivitas Organisasi dan Sinergitas Tata Kelola
................................................................................................................................ 48
Perspektif Capacity Building............................................................. 50
Menguatnya Kompetensi Dosen dan Tenaga Kependidikan ....... 50

iii

Terpenuhinya Standar Kualitas Sarana dan Prasarana Akademik
................................................................................................................................ 52
Berkembangnya Knowledge Partnership ............................................. 54
Penutup.................................................................................................... 57

iv

Pendahuluan
Sesuai dengan Rencana Strategis IPB 2014-2018, Visi IPB yang
hendak dicapai adalah pada tahun 2018 menjadi perguruan tinggi
berbasis riset, bertaraf internasional, dan penggerak prima
pengarusutamaan pertanian. Dokumen tersebut menyatakan

bahwa Visi IPB 2018 dicapai melalui pelaksanaan program kerja
dalam roadmap yang meliputi tema tahunan yang
berkesinambungan. Tema Program Kerja IPB tahun 2016 dalam
roadmap tersebut adalah Reputasi Inovasi. Makna dari tema ini
adalah bahwa IPB mengupayakan peningkatan inovasi secara
intensif diikuti proses diseminasinya dalam bentuk kegiatan
pengabdian masyarakat maupun komersialisasi inovasi yang
meningkatkan kontribusi dan peran nyata IPB serta berdampak
pada semakin baiknya reputasi IPB. Upaya peningkatan mutu dan
jumlah inovasi dilakukan tanpa mengabaikan program
peningkatan mutu pendidikan yang menghasilkan lulusan unggul
dan kompeten dari program pendidikan diploma, sarjana, profesi,
magister, dan doktor.
Dalam Sistem Manajemen Kinerja (Simaker) berbasis BSC,
indikator kinerja dikelompokkan kedalam lima perspektif yaitu
stakeholders, financial, research and academic excellence, internal
business process, dan capacity building. Simaker IPB
dikembangkan sebagai suatu sistem manajemen yang khas sesuai
dengan karakteristik IPB baik dari segi organisasi, sumberdaya,
maupun program akademik. Simaker IPB sangat berguna dalam

kegiatan monitoring, evaluasi, perencanaan, pengembangan,
maupun pengambilan keputusan. Dengan penerapan Simaker IPB,
pelaksanaan program kerja dan pengelolaan sumberdaya menjadi
lebih terarah, serta kinerja yang hendak dicapai menjadi lebih
jelas dan terukur.
Indikator kinerja dan target kinerja IPB dirumuskan berdasarkan
Visi IPB 2018 serta mengacu kepada standar menurut BAN-PT,
lembaga akreditasi/sertifikasi internasional, dan lembaga
pemeringkatan perguruan tinggi internasional. Selain itu,
indikator kinerja IPB juga dirumuskan dengan berpedoman pada
standar mutu akademik dan non akademik yang ditetapkan oleh

IPB. Setiap unit kerja yang terkait dengan indikator kinerja
melakukan pemutakhiran data secara langsung kedalam sistem.
Selama ini dalam beberapa kali rapat koordinasi, paparan
kemajuan kinerja oleh pimpinan unit kerja dilakukan dengan
menayangkan sistem tersebut secara langsung. Dengan demikian,
Simaker IPB diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan
data mutakhir yang lengkap untuk berbagai keperluan sekaligus.
Dengan standar-standar menurut BAN-PT dan berbagai lembaga

akreditasi/sertifikasi internasional dalam Simaker IPB maka
penyusunan borang usulan akreditasi dapat dipersiapkan dengan
lebih mudah. Walaupun pemeringkatan bukan merupakan segalagalanya bagi IPB namun berbagai indikator dalam pemeringkatan
digunakan dalam Simaker IPB karena sangat bermanfaat sebagai
acuan dalam peningkatan mutu dan relevansi program akademik.
Simaker IPB meliputi 81 indikator kinerja yang mewakili
keseluruhan program kerja dalam mencapai Visi IPB 2018. Dari
81 indikator kinerja tersebut, beberapa indikator kinerja terkait
erat dengan tema reputasi inovasi. Dalam perspektif stakeholders
Simaker IPB ada dua indikator kinerja yang terkait dengan
reputasi inovasi sebagai tema road map tahun 2016 yaitu jumlah
inovasi, serta paten dan HKI yang dihasilkan. Selain itu, ada
beberapa indikator kinerja dalam perspektif research and
academic excellent yang terkait dengan reputasi inovasi yaitu
antara lain jumlah artikel pada jurnal internasional maupun
nasional, jumlah kumulatif pusat unggulan IPTEKS, jumlah inovasi
yang dikomersialisasikan, jumlah inovasi yang dimanfaatkan oleh
masyarakat, dan jumlah teaching farm model. Dua indikator
kinerja dalam perspektif capacity building yang terkait dengan
reputasi inovasi adalah jumlah penghargaan internasional yang

diperoleh dosen dan jumlah laboratorium layanan sains yang
mendapatkan sertifikasi ISO 17025.
Tema roadmap program kerja tahun 2016 yaitu reputasi inovasi
merupakan milestone untuk memasuki tahapan terakhir dari
roadmap tahunan dalam Rencana Strategis 2014-2018 yaitu
pengarusutamaan pertanian pada tahun 2017 dan 2018. Selain
inovasi, peran IPB juga selalu diharapkan dalam pembangunan
pertanian. Oleh karena itu, berbagai kegiatan lapangan dan kajian
di bidang pembangunan pertanian terus dilakukan oleh IPB untuk
langsung memberikan layanan kepakaran, menghasilkan model
2

pembangunan, dan menghasilkan policy notes. Beberapa indikator
kinerja yang terkait dengan solusi atas masalah yang dihadapi
bangsa kita menjadi bagian dari keseluruhan indikator kinerja
dalam Simaker IPB, yaitu antara lain jumlah desa/kelompok
masyarakat produktif binaan, jumlah petani, peternak, nelayan
yang diadvokasi, jumlah rekomendasi kebijakan dan telaah
kebijakan bidang pertanian yang diberikan kepada stakeholders,
jumlah artikel/berita yang dipublikasikan di media massa, dan

jumlah kegiatan lapangan dalam rangka pengarusutamaan
pertanian.
Angka-angka target kinerja dalam Simaker IPB ditentukan dengan
mengacu kepada standar nasional dan internasional maupun
capaian kinerja tahun sebelumnya. Dengan demikian, target
kinerja tersebut berguna dalam upaya memacu peningkatan
kinerja secara nyata tetapi juga realistis untuk dicapai. Setelah
target kinerja IPB pada tahun 2016 ditetapkan maka dilakukan
cascading target kinerja. Proses cascading target kinerja IPB ke
seluruh unit kerja di lingkungan IPB baik pengelola akademik
maupun non-akademik dimaksudkan agar program kerja seluruh
unit kerja selaras dengan target kinerja IPB tersebut. Dengan
demikian, tumbuh semangat bekerja di seluruh unit kerja untuk
bahu membahu dalam mencapai target dan berperan nyata dalam
membangun budaya manajemen berbasis kinerja yang
transparan. Proses penentuan target kinerja bersifat dinamis,
kontinyu, dan senantiasa ditingkatkan sejalan dengan
pemutakhiran standar mutu. Selanjutnya, concern terhadap
manajemen kinerja di kalangan para dosen dan tenaga
kependidikan diharapkan akan semakin baik. Pada akhirnya,

manajemen kinerja yang efektif diharapkan akan mendorong
peningkatan mutu akademik secara berkelanjutan.
Empat organ IPB yang menjalankan Tata Kelola IPB adalah Majelis
Wali Amanat, Rektor, Senat Akademik, dan Dewan Guru Besar.
Seluruh indikator kinerja yang menjadi ukuran kinerja IPB dalam
lima perspektif berbasis BSC merupakan perangkat evaluasi
kinerja yang menjadi acuan empat organ IPB tersebut. Sesuai
kewenangannya, empat organ IPB terus menerus bersinergi
dalam pelaksanaan program kerja untuk mencapai target kinerja
IPB secara keseluruhan. Selanjutnya, segenap stakeholders dapat
memperoleh informasi tentang kinerja IPB secara komprehensif
3

dan terukur. Walaupun keterukuran kinerja adalah hal yang
penting, tetapi IPB tetap menjaga jati dirinya sebagai institusi
pendidikan yaitu sebagai perguruan tinggi pertanian dengan
kompetensi utama di bidang pertanian, kelautan, dan biosains
tropika.

4

Overview Kebijakan Strategis
Capaian kinerja IPB tahun 2016 merupakan collective
contributions dari seluruh unit kerja di lingkungan IPB. Capaian
kinerja itu tidaklah berdiri sendiri tetapi merupakan satu
kesatuan dengan rangkaian collective achievements IPB pada
rentang waktu sebelumnya. Selain ditentukan oleh hasil
pelaksanaan program kerja dalam suatu tahun tertentu, kinerja
IPB juga ditentukan oleh akumulasi pengalaman dan budaya kerja
yang terbentuk dari capaian kinerja pada tahun-tahun
sebelumnya. Program kerja tahun 2016 dilaksanakan berdasarkan
Rencana Kerja dan Anggaran Tahun 2016 yang disusun
menggunakan Rencana Strategis 2014-2018 digunakan sebagai
panduan.
Ada capaian yang merupakan resultante dari berbagai program
dan kegiatan. Selain itu, ada juga capaian yang merupakan hasil
dari kebijakan yang diambil sebagai upaya allignment program
dan kegiatan dalam perjalanan IPB tahun demi tahun. Berikut ini
disajikan highlight beberapa kebijakan yang telah diambil sebagai
upaya allignment program dan kegiatan untuk membentuk
epicentrum perubahan bagi peningkatan kinerja kegiatan-kegiatan
terkait lainnya. Sekurang-kurangnya ada tujuh kebijakan strategis
yang menjadi epicentrum perubahan, merupakan terobosan, atau
bersifat sangat strategis dan totok nadi yang telah atau
diharapkan akan memberi dampak positif terhadap peningkatan
kinerja secara nyata, yaitu antara lain:
Kebijakan Peningkatan Mutu dan Perluasan Akses
Mutu pendidikan di IPB ditingkatkan antara lain melalui kegiatan
yang difokuskan pada pengembangan sistem manajemen mutu
dan peningkatan sarana/prasarana. Peningkatan mutu
pendidikan secara tajam memerlukan dana yang lebih besar.
Tetapi, mengandalkan penyediaan dana yang lebih besar melalui
penggalangan dana dari para mahasiswa tidaklah bijaksana
karena akan mempersempit akses pendidikan bagi calon
mahasiswa baru. Oleh karena itu, IPB menerapkan kebijakan
5

peningkatan mutu dan perluasan akses secara seimbang dengan
prinsip quality education dan education for all. Tidaklah mudah
menerapkan kebijakan tersebut karena tantangannya adalah
bagaimana selalu meningkatkan mutu dan mencapai prestasi
dalam keterbatasan dana.
Besaran biaya pendidikan yang ditanggung para mahasiswa di IPB
ditentukan secara bijak sehingga masih terjangkau tetapi tetap
memungkinkan untuk menjaga mutu pendidikan bahkan
meningkatkannya. Sejak beberapa tahun terakhir, IPB telah
menerapkan kebijakan subsidi silang biaya pendidikan program
sarjana yaitu dengan menetapkan biaya yang ditanggung para
mahasiswa berdasarkan kemampuan ekonomi. Mereka yang
kurang mampu menanggung biaya pendidikan yang lebih kecil
dibanding mereka yang lebih mampu. Bantuan secara khusus bagi
mereka yang betul-betul membutuhkan bantuan pendidikan juga
telah diberikan dengan menanganinya kasus per kasus.
Pembinaan minat, bakat, dan penalaran telah terus diupayakan
untuk mendorong para mahasiswa sesuai dengan talenta dan
kemampuannya sehingga dapat meraih prestasi yang tinggi. IPB
terus menerus melakukan penggalangan dana beasiswa bagi para
mahasiswa yang memerlukan. Selain itu, berbagai upaya untuk
mendapatkan dana riset melalui kerjasama digarap dengan sangat
sungguh-sungguh dan efektif. Selain itu, komunikasi yang baik dan
edukatif dengan para mahasiswa telah terus dijaga untuk
membangun suasana yang kondusif bagi pembentukan budaya
berprestasi di kalangan para mahasiswa. Dengan penerapan
kebijakan tersebut maka telah lahir sangat banyak prestasi
mahasiswa di bidang akademik dan kemahasiswaan.
Sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi yang menggariskan bahwa Perguruan
Tinggi Negeri (PTN) mencari sekurang-kurangnya 20% dari
mahasiswa baru yang diterima dalam setiap program studi adalah
berasal dari keluarga kurang mampu maka dikembangkanlah pola
seleksi calon mahasiswa baru program sarjana untuk
mendapatkan calon mahasiswa baru yang mempunyai
kemampuan akademik baik sekaligus memungkinkan IPB
memenuhi ketentuan tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir
proporsi mahasiswa baru yang berasal dari keluarga kurang
6

mampu selalu di atas ketentuan sekurang-kurangnya 20% bahkan
pada tahun 2016 mencapai 25,6%.
Kebijakan Fasilitasi Akreditasi/Sertifikasi/Indexing
Akreditasi/sertifikasi program studi merupakan salah satu
indikator mutu yang penting. Oleh karena itu, IPB memberikan
fasilitasi kepada semua pengelola program studi di lingkungan
IPB untuk menyusun dokumen, melakukan perbaikan,
mempersiapkan visitasi, dan sebagainya melalui upaya
membangun kekompakan dan memperkuat modal sosial sehingga
memperoleh akreditasi BAN PT. Semua program studi yang dinilai
siap untuk mengajukan akreditasi/sertifikasi internasional
difasilitasi sesuai dengan kebutuhan tanpa pembatasan jumlah
program studi. Setelah memperoleh akreditasi BAN PT maupun
akreditasi/sertifikasi internasional, setiap program studi
melaksanakan pendidikan dengan mempertahankan standar yang
telah dicapai dan bahkan meningkatkannya.
Kebijakan fasilitasi akreditasi/sertifikasi telah mendorong
pengelola program studi untuk lebih fokus mengelola program
studi sehingga memberikan dampak positif bagi peningkatan
mutu
pendidikan
secara
berkelanjutan.
Fasilitasi
akreditasi/sertifikasi internasional telah diberikan kepada
beberapa program studi yang dinilai siap sehingga memperoleh
akreditasi/sertifikasi internasional. Beberapa program studi telah
difasilitasi untuk mulai menyelenggarakan kelas internasional.
Perolehan akreditasi/sertifikasi internasional pada beberapa
program studi telah menjadi milestone penting dalam perjalanan
IPB menjadi perguruan tinggi bertaraf internasional.
Fasilitasi juga telah diberikan bagi jurnal ilmiah yang diterbitkan
oleh fakultas/departemen di lingkungan IPB dengan atau tanpa
kerjasama bersama pihak lain agar terindeks oleh salah satu
lembaga database indexing tingkat internasional, yaitu Scopus.
Publikasi pada jurnal ilmiah yang terindeks Scopus menjadi salah
satu target kinerja yang ditentukan oleh Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Walaupun indexing criteria oleh
Scopus tergolong tidak mudah untuk dipenuhi tetapi dengan
kebijakan fasilitasi tersebut, jurnal Media Peternakan telah
terindeks Scopus sementara Jurnal Hayati masih dalam proses.

7

Beberapa jurnal lainnya sedang dalam proses mempersiapkan diri
untuk mengikuti database indexing oleh Scopus.
Kebijakan Manajemen Riset, Inovasi, dan Diseminasi
Pada masa sekarang dan yang akan datang, PTN badan hukum
dituntut untuk memberikan solusi atas berbagai masalah yang
dihadapi oleh bangsa kita pada khususnya maupun umat manusia
pada umumnya. PTN badan hukum harus selalu meningkatkan
relevansi program akademik yang dijalankannya. Oleh karena itu,
IPB telah menetapkan agenda riset yang meliputi pangan, energi,
ekologi, penanggulangan kemiskinan dan biomedis. Dengan
agenda riset tersebut, IPB dapat lebih mudah mengarahkan tema
penelitian sehingga konvergen untuk menghasilkan inovasi dan
rekomendasi kebijakan yang berguna dalam memberikan solusi
yaitu antara lain dengan mengadakan skema Penelitian Institusi.
Selain itu, dengan adanya agenda riset tersebut kebijakan alokasi
dana dapat dilakukan dengan lebih mudah.
Kebijakan manajemen riset di IPB dijalankan secara konsisten
untuk memberikan dorongan dan fasilitasi bagi para peneliti agar
menghasilkan karya ilmiah bermutu dan publikasi pada jurnal
ilmiah internasional dan inovasi yang prospektif. IPB memberikan
reward kepada para dosen yang karya ilmiahnya dimuat pada
jurnal internasional bereputasi. Kebijakan ini telah ikut
membangun suasana kondusif bagi peningkatan kinerja riset
sehingga IPB menjadi PTN dengan jumlah publikasi internasional
peringkat ke empat terbanyak pada tahun 2016. Keterbatasan
dana untuk pembelian peralatan laboratorium penelitian diatasi
dengan memperkuat jejaring kerjasama internasional di bidang
riset yang memungkinkan IPB memperoleh peralatan
laboratorium dan dengan kerjasama riset yang dilakukan di
tempat mitra kerjasama luar negeri.
Dorongan dan fasilitasi diberikan secara penuh dan terus menerus
sehingga IPB selalu menjadi perguruan tinggi yang mencatatkan
inovasi paling banyak dalam daftar inovasi paling prospektif yang
dikeluarkan oleh Business Innovation Center (BIC) dan
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dalam
sembilan berturut-turut. Dalam mempromosikan hasil inovasinya,
IPB menyelenggarakan event strategis secara nasional,

8

mempunyai daya tarik sangat kuat bagi para pemangku
kepentingan, dan berpotensi besar memberikan solusi bagi
bangsa kita. Setelah event tersebut berhasil diselenggarakan, IPB
menindaklanjutinya dengan berbagai upaya penguatan jejaring
dan pembentukan trust sehingga gagasan IPB dalam
mengantarkan inovasi yang prospektif mendapat tanggapan
positif. Dengan kebijakan tersebut varitas baru padi IPB3S,
gagasan Revolusi Oranye untuk Buah Nusantara, dan Science and
Techno Park mendapat tanggapan positif dalam bentuk adanya
pendanaan APBN dan mitra kerjasama yang baru.
IPB juga konsisten memberi apresiasi terhadap inovasi yang
prospektif dan mengawal proses komersialisasinya. Kebijakan ini
dijalankan agar para dosen selalu bersemangat menghasilkan
inovasi, antara lain dengan melakukan seleksi dan memberi
penghargaan inovasi sangat prospektif dan inovasi prospektif.
Promosi hasil inovasi juga dilakukan melalui wahana business
meeting dari jejaring komponen Academic-Business-GovernmentCommunity (ABGC). Melalui PT. Bogor Life Science and Technology
sebagai holding company IPB, berbagai inovasi IPB telah berhasil
memasuki tahapan komersialisasi dan dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat serta mulai memberikan keuntungan. Percepatan
komersialisasi inovasi IPB diharapkan akan dapat dilakukan
melalui Taman Kencana Science and Techno Park.
Kebijakan Zero Percent Management Fee
Kebijakan zero percent management fee pada kegiatan riset
dengan dana dari APBN dan APBD diambil karena alokasi dana
tersebut dalam anggaran biaya tidak dikenal dalam APBN dan
APBD. Selain itu, kebijakan zero percent management fee juga
diberlakukan pada kerjasama riset dengan dana dari mitra luar
negeri yang tidak mengenal alokasi management fee. Namun, bagi
kegiatan riset dengan dana dari BUMN maupun swasta yang
memungkinkan adanya management fee, IPB mendorong untuk
adanya management fee yang secara resmi dinyatakan dalam
perjanjian. Management fee dari kerjasama dengan BUMN
maupun swasta yang dinyatakan dalam perjanjian menjadi
pendapatan sah IPB.

9

Kebijakan zero percent management fee diambil sebagai bagian
dari upaya untuk membangun sistem manajemen yang akuntabel
dan membentuk trust sehingga menghapus keraguan pihak lain
yang akan bekerjasama dengan IPB. Dari sisi internal, kebijakan
ini telah meningkatkan rasa percaya diri para pejabat rektorat,
pimpinan unit kerja, dan para dosen IPB ketika bermitra dengan
pihak lain, terutama dengan mitra dari luar negeri. Dampak positif
yang diperoleh dari kebijakan ini sangat jauh lebih berharga
dibanding dengan jumlah dana yang terhimpun seandainya saja
dikenakan management fee.
Kebijakan zero percent management fee telah mendorong tumbuh
berkembangnya kerjasama internasional di bidang riset antara
lain karena para pejabat rektorat, pimpinan unit kerja, dan para
dosen IPB segera mencapai kesepakatan dengan mitranya dari
luar negeri karena tidak harus melakukan negosiasi tentang
management fee. Dengan demikian, para pejabat rektorat,
pimpinan unit kerja, dan para dosen IPB dapat lebih fokus pada
substansi riset dan berada setara dengan mitranya. Dengan
kebijakan tersebut para pejabat rektorat, pimpinan unit kerja, dan
para dosen IPB dapat menyelesaikan kegiatan riset dengan baik,
menghasilkan publikasi yang bermutu, dan terbebas dari
kesulitan untuk mempertanggungjawabkan komponen dana
management fee yang tidak ada dalam rincian anggaran biaya.
Kebijakan Transformasi PTN Badan Hukum
Sejak menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara
(PTBHMN) mulai tahun 2000 sampai dengan saat ini maupun
pada tahun-tahun yang akan datang, IPB mengimplementasikan
otonomi perguruan tinggi sejalan dengan perkembangan
terbitnya peraturan perundang-undangan yang terkait dan
kebijakan pemerintah. Sebagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN)
badan hukum, IPB mengimplementasikan otonomi perguruan
tinggi untuk secara bertahap menyelenggarakan pendidikan tinggi
unggul pada tingkat global di bidang pertanian, kelautan, dan
biosains tropika sebagaimana termaktub dalam rumusan visi pada
Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Statuta IPB.

10

Untuk itu, IPB secara terus menerus dan konsisten menjalankan
agenda-agenda transformasi dan melakukan continuous
improvement.
Dengan
demikian,
IPB
dapat
selalu
menyelenggarakan program akademik yang bermutu dan
meningkatkan reputasinya. Dalam konteks ini, program akademik
yang bermutu tercermin dalam keberhasilan transformasi IPB
menjadi perguruan tinggi berbasis riset. Selanjutnya, reputasi IPB
terbentuk melalui pengakuan yang diperoleh atas kinerja bertaraf
nasional maupun internasional.
Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menjalankan
transformasi menjadi perguruan tinggi berbasis riset dan bertaraf
internasional dengan dana yang sangat terbatas dan peraturan
perundang-undangan yang tidak hanya belum komprehensif
tetapi terus mengalami perubahan sejak sebagai PTBHMN lalu
berubah menjadi PTN-BLU, dan akhirnya menjadi PTN badan
hukum. Transformasi tersebut dilakukan dengan selalu
mempertimbangkan realita yang IPB hadapi yaitu antara lain
komposisi keilmuan yang belum komprehensif, sebaran keilmuan
dan usia dosen yang belum ideal, kompetensi sebagian tenaga
kependidikan yang belum mumpuni, infrastruktur dalam kampus
dan sekitarnya yang belum memadai, alokasi dana pengembangan
sarana prasarana dari APBN yang sangat terbatas dan sulit
diperkirakan, serta kontribusi dana pendidikan dari masyarakat
yang sulit ditingkatkan.
Transformasi IPB dijalankan dengan mengutamakan konsistensi
dalam membangun dan memperbaiki
sistem secara
berkelanjutan. Kecepatan transformasi diatur sesuai dengan
kesiapan untuk berubah yaitu diperlambat ketika segenap unsur
IPB belum siap dan dipercepat ketika segenap unsur IPB sudah
siap untuk berubah. Dengan selalu memperhatikan kesiapan
segenap unsur IPB untuk berubah maka berbagai komponen dari
sistem manajemen telah berhasil dibangun dan siap untuk selalu
diperbaiki.
Pembentukan kebiasaan menyusun Kerangka Acuan Kerja
bersama antar unit kerja dalam Musyawarah Perencanaan dan
Pengembangan (Musrenbang) berperan dalam menghindari
perbedaan standard biaya yang berpotensi menimbulkan
masalah. Sistem Manajemen Kinerja (Simaker) telah berperan
11

penting dalam alignment program kerja dan kegiatan terhadap
sasaran kinerja yang hendak dicapai sehingga collective
achievements dapat terdokumentasi dengan lebih baik dan lebih
sistematis. Organisasi dan Tata Kerja IPB yang telah ditetapkan
oleh Majelis Wali Amanat (MWA) telah digunakan sebagai dasar
operasional dalam mengatur hubungan antar unit kerja dan dapat
menjadi acuan dalam penyempurnaan organisasi dan tata kerja
IPB selanjutnya.
Kebijakan Penerapan Sistem Imbal Jasa
Pasal 75 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2013
tentang Statuta IPB menyatakan bahwa setiap pegawai berhak
memperoleh remunerasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dalam hubungan ini, para pimpinan dan
perwakilan dari tujuh PTN badan hukum telah melakukan
beberapa kali rapat koordinasi untuk membahas remunerasi pada
PTN badan hukum atau Sistem Imbal Jasa (SIJ) dalam rangka
pemenuhan hak pegawai sebagaimana dimaksud dalam peraturan
pemerintah tersebut. SIJ dikembangkan di IPB untuk mengatur
pemberian remunerasi bagi dosen dan tenaga kependidikan IPB
yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Selama ini, IPB menghadapi beberapa masalah dalam pemberian
insentif bagi PNS yaitu antara lain keragaman yang lebar antar
unit kerja dalam pembayaran insentif, kesulitan dalam mengakses
informasi besaran insentif setiap pegawai, kesulitan dalam
pengendalian belanja pegawai, dan kesulitan dalam melakukan
konsolidasi pertanggungjawaban. Dengan penerapan SIJ, masalahmasalah tersebut akan dapat diatasi dan pemberian insentif akan
dapat dilakukan secara tersistem. Dengan tersistemnya
pemberian insentif maka perhitungan besarnya dana yang
dibutuhkan untuk peningkatan remunerasi dapat dilakukan
dengan lebih mudah. Selanjutnya, pelaksanaan pembayaran, dan
pengawasannya dapat dilakukan dengan lebih baik karena
komponen dan jenis belanja pegawai tidak terlalu beragam.
SIJ dikembangkan berlandaskan prinsip-prinsip meritokratik,
berkeadilan, mendorong peningkatan kinerja, realistis, dan mudah
disesuaikan. Melalui penerapan SIJ sesungguhnya IPB juga sedang
merangsang dosen dan tenaga kependidikan untuk menggeser

12

fokus kegiatan sehingga sebagai bagian dari kesatuan tim IPB
setiap individu semakin berperan nyata dan berkontribusi dalam
peningkatan kinerja institusi. SIJ mengapresiasi kegiatan dosen
sebagai
pendidik
profesional
dan
ilmuwan
yang
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. SIJ juga mengapresiasi kegiatan
dosen dan tenaga kependidikan yang mendukung peningkatan
kinerja sebagaimana tercantum dalam target kinerja baik sebagai
bagian dari kontrak kinerja dengan Kementerian Riset, Teknologi,
dan Pendidikan Tinggi maupun target kinerja yang ditentukan
oleh IPB sendiri. SIJ mengapresiasi kecakapan ekstra dan prestasi
tenaga kependidikan pada jabatan fungsional tertentu. Agar SIJ
semakin mendekati prinsip-prinsip pengembangannya dan
membangkitkan semangat berprestasi maka penyempurnaan
sistem maupun struktur imbal jasa bagi dosen dan tenaga
kependidikan PNS di lingkungan IPB selalu dilakukan secara
berkala.
Pemberian remunerasi dilakukan berdasarkan hasil penilaian
kinerja. Dalam hubungan ini, Peraturan Pemerintah Nomor 66
Tahun 2013 tentang Statuta IPB menegaskan agar IPB mempunyai
sistem penilaian kinerja pegawai yaitu pada Pasal 77 dengan
menerapkan prinsip obyektif, adil, transparan, dan akuntabel
yang mampu memberikan umpan balik bagi peningkatan kinerja
individu dan institusi. Penilaian kinerja pegawai tersebut diatur
oleh IPB sendiri dengan Peraturan Rektor serta dilakukan secara
berkala dan berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan IPB dan
ketentuan yang berlaku. Dalam merumuskan Peraturan Rektor
maupun Keputusan Rektor tentang SIJ tersebut, dipilih metoda
iterasi dengan standar biaya yang ditetapkan secara cermat dan
hati-hati (prudent). Hal ini dipilih karena adanya kesulitan dalam
mengkonsolidasi seluruh data pembayaran insentif selama ini dan
tingginya risiko apabila standar biaya ditetapkan terlalu tinggi
sehingga membebani IPB secara berlebihan.
Penerapan SIJ sejak bulan Mei 2016 telah memperkuat concern
para pimpinan unit kerja, dosen dan tenaga kependidikan
mengenai kinerja dan remunerasi sehingga terbangun atmosfer
positif bagi perubahan kearah terbentuknya reward system yang
lebih baik. Dengan penerapan SIJ secara keseluruhan tercatat ada
27 buah Peraturan/Keputusan Rektor yang diperbaiki atau
13

diterbitkan.
Diskusi
dan
pembahasan
dalam
rangka
penyempurnaan SIJ terus dilakukan. Masukan yang diterima
digunakan dalam perbaikan SIJ pada dua kali iterasi yang
dilakukan sampai dengan bulan Desember 2016. Pada dua kali
iterasi tersebut dilakukan perubahan insentif kinerja sehingga
lebih proporsional sesuai dengan level jabatan dan beban kerja.
Selanjutnya, perbaikan SIJ akan terus dilakukan secara berkala
setiap tiga bulan.
SIJ juga dikembangkan untuk menjadi bagian penting dari Sistem
Informasi Manajemen (SIM) terintegrasi. Hal ini dilakukan dengan
membangun link dengan aplikasi lain seperti Sistem Informasi
Akademik (Simak), Beban Kinerja Dosen (BKD), Sistem Informasi
Karya Ilmiah (Sipakaril), KRS Online, Kehadiran Online,
Penugasan, maupun aplikasi lainnya. Setelah link antara SIJ
dengan Simak terbangun maka manfaat Simak menjadi semakin
dirasakan dan Surat Keputusan Pelaksanaan Mengajar dapat
diterbitkan secara lebih akurat dan tepat waktu. Pada saat ini,
sedang dilakukan penyempurnaan sistem untuk memastikan
bahwa data kinerja dan insentif yang ada dalam SIJ dapat selalu
dimutakhirkan oleh unit kerja berwenang sehingga setiap dosen
maupun tenaga kependidikan dapat mengakses datanya masingmasing secara real time. Selanjutnya, kebijakan penerapan SIJ
akan meliputi peningkatan alokasi dana insentif bagi dosen
maupun tenaga kependidikan.
Kebijakan Manajemen Keuangan
Mengingat pentingnya mengamankan pendanaan untuk kegiatan
akademik dalam situasi dimana belanja non akademik
memerlukan dana yang besar tetapi perolehan pendapatan secara
keseluruhan masih jauh di bawah kebutuhan maka IPB
menerapkan kebijakan manajemen keuangan yang cermat dan
hati-hati (prudent) dengan sistem audit yang baik. Pendapatan IPB
yang berasal dari APBN dan Dana Masyarakat (DM) dibelanjakan
secara disiplin sesuai dengan peruntukannya sebagaimana
ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran yang disahkan
oleh MWA. Untuk menjalankan fungsi pengawasan internal Rektor
menugaskan Kantor Audit Internal. Dalam pada itu, untuk
menjalankan fungsi audit MWA mempunyai Komite Audit yang
dipimpin oleh anggota MWA dari unsur masyarakat dengan
14

semua anggota berasal dari luar IPB. Dalam beberapa tahun
terakhir, Laporan Keuangan IPB selalu memperoleh opini Wajar
Tanpa Pengecualian dari Kantor Akuntan Publik.
Dana dari APBN yang diperoleh IPB dialokasikan untuk gaji dan
tunjangan bagi PNS, kegiatan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, belanja operasional, pelaksanaan penugasan khusus
dari pemerintah, maupun pengadaan sarana prasarana. DM yang
berasal dari mahasiswa digunakan untuk kegiatan belajar
mengajar dan peningkatan mutu pendidikan, sedangkan DM
kerjasama bersifat terikat dan dibelanjakan sesuai dengan
perjanjian kerjasama. Selain itu, DM yang berasal dari Satuan
Usaha Akademik (SUA), Satuan Usaha Penunjang (SUP), dan
Satuan Usaha Komersial (SUK) terus menerus ditingkatkan untuk
menambah pendapatan IPB, selain fungsi pelayanan yang harus
diperankan dengan baik oleh SUA, SUP, dan SUK.
Di sisi lain, upaya penertiban belanja untuk meningkatkan
efisiensi terus menerus dilakukan sebagai bagian dari penerapan
kebijakan manajemen keuangan yang cermat dan hati-hati
(prudent). Belanja modal berupa pengadaan sarana prasarana
yang memerlukan dana besar dalam beberapa tahun terakhir ini
dibatasi pada belanja dengan dana APBN. Revitalisasi Kampus
Taman Kencana dalam rangka pengembangan Science and Techno
Park dibatasi pada tingkat yang masih dapat dibiayai
menggunakan dana keuntungan PT. Bogor Life Science and
Technology. Belanja operasional pada kegiatan yang kurang
terkait dengan pencapaian kinerja ditekan secara konsisten.
Selain itu, audit keuangan unit kerja terus dilakukan untuk
meningkatkan efisiensi belanja operasional.
Banyaknya peralatan laboratorium pendidikan dan penelitian
yang rusak membutuhkan alokasi dana besar untuk pengadaan
peralatan yang baru. Mengingat pentingnya peralatan
laboratorium tersebut maka dana untuk pengadaan peralatan
yang baru selalu dialokasikan dalam beberapa tahun terakhir
walaupun jumlahnya hanya Rp 10 sampai 12 milyar setiap tahun.
Pengadaan bahan praktikum mendapat prioritas tinggi dan
dilakukan dengan mekanisme yang memungkinkan untuk
memperoleh bahan praktikum lebih tepat sesuai dengan
kebutuhan.
15

Pengembangan Sistem Informasi Manajemen (SIM) terintegrasi
sangat penting dalam meningkatkan akurasi dan kecepatan dalam
memproses data akademik maupun non akademik terpaksa
hanya mendapat alokasi dana yang tidak memungkinkan untuk
membiayai pengembangan SIM secara lengkap dan sekaligus oleh
konsultan. Hal ini karena IPB lebih memprioritaskan alokasi dana
untuk kegiatan akademik yang langsung terkait dengan kinerja
dibandingkan pengembangan SIM. Karena keterbatasan dana
tersebut, IPB mengambil kebijakan bahwa pengembangan SIM
dilakukan secara swakelola disertai harapan agar dapat
menerapkan continuous improvement dan penyesuaian sejalan
dengan proses tranformasi IPB sebagai PTN badan hukum.
Kebijakan manajemen keuangan yang cermat dan hati-hati
(prudent) juga diterapkan untuk pembiayaan kebutuhankebutuhan lain. Dengan kebijakan manajemen keuangan yang
cermat dan hati-hati (prudent) IPB dapat terus menjaga
kesehatan keuangan dan bahkan IPB telah mampu melunasi
hutang ke Bank BNI untuk pembangunan Asrama Mahasiswa TPB
yang pada tahun 2008 pernah mencapai Rp 49,9 milyar. Setelah
melalui negosiasi yang cukup panjang, IPB dibebaskan dari bunga
dan denda sebesar Rp 19,9 milyar (2008) dan selanjutnya juga
dibebaskan dari bunga sehingga kredit investasi sebesar Rp 30
milyar dapat dilunasi pada tanggal 13 Januari 2017, hampir 2
tahun lebih cepat dari seharusnya 31 Desember 2018.

16

Perspektif Stakeholders
Pada perspektif stakeholders Simaker IPB menggariskan dua
sasaran kinerja sebagai berikut: (1) meningkatnya peran dan citra
institusi, dan (2) meluasnya akses masyarakat terhadap
pemanfaatan IPTEKS. Pada tahun 2016, capaian kinerja IPB pada
perspektif stakeholders mencapai 98,65% dari target kinerja yang
ditetapkan.
Meningkatnya Peran dan Citra Institusi
Proses panjang diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan
reputasi IPB. Hal ini dicapai melalui peran dan citra yang
dibangun secara konsisten, dengan komitmen penuh, serta adanya
dukungan sumberdaya yang memadai. Untuk menuju reputasi IPB
sebagai World Class University disusun Grand Design melalui
pendekatan sebagai berikut: (a) membangun reputasi
internasional melalui penguatan keunggulan akademik (academic
excellence) yang ditunjukkan oleh kinerja riset berkualitas tinggi,
hilirisasi paten, publikasi bereputasi, peningkatan graduate
employability, peningkatan mahasiswa asing, penyempurnaan
kualitas pengajaran dan proses pendidikan, (b) eksposur sivitas
akademika terhadap atmosfir internasional yang dilakukan
melalui penguatan jejaring dan kerjasama internasional; (c)
membangun persepsi dengan mengintensifkan promosi dan
eksposur berbagai kegiatan internasional, dan (d) internalisasi
atmosfir internasional di unit kerja, termasuk fasilitasi program
internasionalisasi. Berbagai kegiatan tersebut difasilitasi melalui
program dan kegiatan Pengembangan Mobilitas Dosen Berbasis
Kepakaran serta International Faculty Program, yaitu berupa
pemberian dana mobilitas dosen untuk mengikuti kegiatan
akademik di luar negeri maupun bagi akademisi asing di IPB.
Sasaran kinerja meningkatnya peran dan citra institusi
diwujudkan dengan beberapa kegiatan dengan indikator kinerja
sebagai berikut: (1) jumlah mobilitas outbound dosen IPB ke luar
negeri, (2) jumlah mobilitas inbound akademisi dari luar negeri ke
17

IPB, (3) persentase dosen IPB yang aktif dalam
asosiasi/organisasi profesi sekurang-kurangnya dua aktivitas per
tahun, (4) jumlah mobilitas outbound mahasiswa IPB ke luar
negeri, dan (5) jumlah mobilitas inbound mahasiswa asing dari
luar negeri ke IPB.
Dukungan bagi dosen IPB untuk berpartisipasi dan berperan aktif
pada berbagai forum akademik seperti international conference,
seminar, workshop, sabbatical leave, post-doctoral research, visiting
professor and lecturer, serta tindak lanjut rintisan dan perjanjian
kerjasama
internasional
diberikan
melalui
Program
Pengembangan Mobilitas Dosen Berbasis Kepakaran. Jumlah
mobilitas outbound dosen IPB ke luar negeri hingga bulan
Desember 2016 telah mencapai 716 orang kali atau 143% dari
500 orang kali yang ditargetkan, sedangkan jumlah mobilitas
inbound akademisi dari luar negeri ke IPB telah mencapai 484
orang kali atau 121% dari target 400 orang kali. Tercapainya
target mobilitas outbond dosen tersebut antara lain karena
keberhasilan program tersebut dan adanya berbagai
aktivitas mobilitas outbound dosen dari seluruh unit di IPB
sebagai bagian dari kegiatan kerjasama internasional yang sedang
berlangsung. Kerjasama internasional juga sangat berperan dalam
mendukung tercapainya target mobilitas inbound akademisi asing
ke IPB.
Berbagai bentuk fasilitasi telah diberikan selama tahun 2016
untuk meningkatkan partisipasi dosen dalam asosiasi/organisasi
profesi bertaraf nasional maupun internasional. Fasilitasi tersebut
telah menunjukkan luaran yang sangat baik. Persentase dosen
yang aktif di asosiasi/organisasi profesi sekurang-kurangnya dua
aktivitas per tahun melebihi target yang ditetapkan yaitu 89,3%
dari target 80%. Bentuk fasilitasi yang diberikan meliputi bantuan
biaya pendaftaran dan iuran keanggotaan dosen dalam
asosiasi/organisasi profesi yang sesuai dengan bidang
keilmuannya, dan biaya keikutsertaan dalam pertemuan tahunan.
Diharapkan bahwa fasilitasi tersebut dapat dipertahankan bahkan
ditingkatkan untuk meningkatkan peran dan citra IPB di
lingkungan asosiasi/organisasi profesi baik nasional maupun
internasional.

18

Selama tahun 2016 tercatat 928 orang kali mobilitas outbound
mahasiswa atau 134,49% dari target 690 orang kali, dan 643
orang kali mobilitas inbound mahasiswa atau 133,96% dari target
480 orang kali. Selama tahun 2016, IPB telah melakukan berbagai
upaya untuk meningkatkan jumlah mahasiswa yang mendapatkan
kesempatan keluar negeri. Upaya tersebut antara lain mencarikan
informasi kesempatan bagi mahasiswa IPB mengikuti kegiatan
atau kompetisi bidang minat, bakat dan penalaran di luar negeri,
serta pemberian bantuan pendanaan bagi mahasiswa yang
mendapatkan kesempatan mengikuti kegiatan di luar negeri.
Untuk memastikan keberhasilan outbond mobility bagi para
mahasiswa, Direktorat Kemahasiswaan melakukan seleksi
terhadap kegiatan-kegiatan di luar yang layak untuk diikuti dan
mahasiswa yang akan mengikutinya. Selanjutnya, kepada para
mahasiswa yang akan mengikuti kegiatan di luar negeri diberikan
pembinaan untuk meningkatkan kesiapan mahasiswa, khususnya
terkait dengan kemampuan berbahasa Inggris/bahasa asing
lainnya, penguasaan materi, serta tehnik presentasi. Selain
bantuan dana dari IPB, keberangkatan mahasiswa ke luar negeri
juga memanfaatkan bantuan dana dari berbagai sponsor.
Di sisi lain, berbagai upaya terus dilakukan agar jumlah
mahasiswa asing yang datang ke IPB terus meningkat. Selain
menyelenggarakan berbagai kegiatan bertaraf internasional,
upaya meningkatkan berbagai kemudahan dan kenyamanan terus
dilakukan. IPB mengambil kesempatan untuk menjadi
penyelenggara beberapa kegiatan internasional yang menarik
bagi mahasiswa asing untuk berpartisipasi sehingga
meningkatkan exposure mahasiswa asing terhadap IPB sekaligus
meningkatkan inbound mobility. Peningkatan mobilitas
mahasiswa dari dan ke luar negeri dilakukan melalui dukungan
pengelolaan bentuk pelayanan selama mereka tinggal di
Indonesia, pre-departure information, dan pengurusan visa.
Seperti tahun sebelumnya, Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) telah mengumumkan
klaster kualitas perguruan tinggi di Indonesia untuk tahun 2016.
Berdasarkan kualitas penelitian dan publikasi, sumberdaya
manusia, kegiatan kemahasiswaan, dan akreditasi, IPB menempati
peringkat keempat setelah ITB, UGM dan UI. Pada pemeringkatan
tersebut, total skor IPB mengalami peningkatan yaitu dari skor
19

3,49 pada tahun 2015 menjadi 3,54 pada tahun 2016. Sama
seperti tahun sebelumnya untuk kriteria kualitas sumberdaya
manusia, IPB masih menduduki peringkat pertama. IPB berada
dalam klaster yang sama dengan ITB, UGM dan UI dalam skor total
kualitas perguruan tinggi, yaitu >3,5. Skor perguruan tinggi urutan
berikutnya adalah 3,24.
IPB beserta 4 PTN unggulan lainnya, yaitu UI, ITB, UGM dan Unair,
telah mendapat mandat dari Kemenristekdikti untuk
meningkatkan reputasinya menuju Top 500 QS World University
Ranking (QS WUR). Dalam QS WUR by Subject on Agriculture and
Forestry maupun tingkat Asia, peringkat IPB tahun 2016 naik
dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut QS WUR by Subject on
Agriculture and Forestry, peringkat IPB naik dari 101 – 150 pada
tahun 2015 menjadi 51 – 100 (Top 100) pada tahun 2016.
Demikian pula halnya dengan QS Asia University Ranking (QS
AUR), peringkat IPB naik dari 201 – 250 pada tahun 2015 menjadi
191 pada tahun 2016. IPB masih bertahan di QS WUR yaitu tetap
di kelompok peringkat 700+ tetapi dengan skor yang meningkat
pada beberapa kriteria. Peringkat IPB naik dari urutan ke 5
menjadi ke 4 diantara 9 perguruan tinggi di Indonesia yang masuk
dalam daftar pemeringkatan QS WUR.
Meluasnya Akses Masyarakat terhadap Pemanfaatan
IPTEKS
Meluasnya akses masyarakat terhadap pemanfaatan IPTEKS
sangat penting bagi IPB. Karena itu, dalam perspektif stakeholders
Simaker IPB juga meliputi sasaran kinerja meluasnya akses
masyarakat terhadap pemanfaatan IPTEKS. Dalam Simaker IPB
sasaran kinerja tersebut dicerminkan oleh dua indikator kinerja
sebagai berikut: (1) jumlah inovasi yang prospektif, dan (2)
jumlah pendaftaran paten dan HKI lainnya.
Tema program kerja Tahun 2016 adalah reputasi inovasi.
Program kerja Tahun Reputasi Inovasi dicirikan oleh fasilitasi
riset bagi dihasilkannya inovasi yang prospektif maupun
komersialisasi inovasi. Penerbitan daftar karya 108 Inovasi
Indonesia Paling Prospektif Tahun 2016 oleh Business Innovation
Center (BIC) bekerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) merupakan agenda tahunan yang mencerminkan

20

kinerja riset dalam menghasilkan inovasi. Secara rutin IPB
mengidentifikasi judul-judul penelitian yang dapat menghasilkan
inovasi prospektif dan mengusulkannya. Untuk seleksi tahun
2016 IPB mengajukan usulan 136 inovasi untuk mengikuti seleksi,
sebanyak 33 inovasi diantaranya atau 30,6% dari total 108
inovasi berhasil masuk kedalam “Daftar Inovasi Indonesia Paling
Prospektif Tahun 2016”. Tahun 2016 adalah tahun kesembilan
setelah delapan tahun berturut-turut sebelumnya IPB menjadi
perguruan tinggi yang mencatat jumlah terbanyak dalam daftar
inovasi paling prospektif. Dibandingkan dengan target inovasi
yang prospektif sebanyak 30 inovasi, capaian tersebut merupakan
110% dari target tahun 2016. Selain inovasi prospektif tersebut,
para dosen dan mahasiswa IPB juga menghasilkan 34 inovasi baru
lainnya dari riset yang mereka lakukan.
Sampai dengan akhir tahun 2016, jumlah pendaftaran paten dan
HKI lainnya mencapai 27 judul invensi dengan dua skema
pendanaan, yaitu Kemenristekdikti dan IPB. Sebanyak 13
proposal mendapatkan pendanaan dari Kemenristekdikti melalui
program UBER HKI, RAIH HKI, dan Bantuan Penyusunan
Dokumen Paten, sedangkan sisanya sebanyak 17 invensi lolos
seleksi oleh reviewer internal IPB untuk mendapatkan Bantuan
Pendaftaran Paten.
Hingga akhir Tahun 2016, beberapa dosen maupun IPB sebagai
institusi menerima berbagai penghargaan nasional. Diantaranya,
pada tanggal 18 Juli 2016, dosen IPB menerima Anugerah
Kekayaan Intelektual Nasional dari Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia, untuk karya hak cipta berjudul
Sistem Informasi Kelayakan Usaha Hortikultura (SIKUH).
Selanjutnya, pada acara Peringatan Harteknas di Solo, tanggal 10
Agustus 2016, IPB mendapatkan Penghargaan Kekayaan
Intelektual Tahun 2016 dari Kemenristekdikti untuk kategori: (1)
Penghargaan Sentra Kekayaan Intelektual Terproduktif dan (2)
Penghargaan Kerja Sama Peneliti Asing. Selain itu, dalam ajang
Anugerah Inovasi dan Prakarsa Jawa Barat pada tanggal 15
Agustus 2016, para dosen IPB kembali mendapatkan berbagai
penghargaan, yaitu i) Pakan ternak Indigofera, ii) Rumput laut
coklat untuk bahan pencerah kulit, dan iii) Helm ramah
lingkungan, serta satu anugerah prakarsa berjudul Sistem

21

Penunjang Keputusan Spasial untuk Kebijakan Ketahanan Pangan
di Provinsi Jawa Barat.
Ajang National Innovation Competition 2016 – Tangerang Selatan
Global Innovation Forum (TGIF) yang diselenggarakan oleh World
Technopolis Association (WTA) bekerja sama dengan UNESCO
pada tanggal 20 – 22 September 2016 memberikan penghargaan
kepada tiga inovasi hasil karya dosen IPB, yaitu i) kentang jala
IPAM, ii) surfaktan untuk Enhanced Oil Recovery (EOR), dan iii)
biskuit Clarias diantara 10 inovasi lainnya (30%). Pada tanggal 21
September 2016 dalam rangkaian kegiatan TGIF forum tersebut
bersama dengan keynote presentations dari Korea dan USA, IPB
memperoleh kesempatan untuk menyampaikan keynote
presentation berjudul Innovation Based on the Role of University to
Increase Competitiveness: IPB’s Lessons Learned. Diperolehnya
kesempatan ini merupakan bukti diakuinya reputasi IPB dalam
mengembangkan inovasi di Indonesia.
Agar inovasi yang dihasilkan berguna bagi masyarakat maka perlu
dilakukan pengawalan komersialisasi terutama melalui program
pemerintah atau IPB sendiri. Dalam Tahun 2016, IPB berhasil
mendapatkan competitive funding dari Kemenristekdikti sebesar
Rp 9,8 milyar guna membangun start up seed industry dan seed
center khususnya produksi benih padi IPB 3S. Varietas padi IPB 3S
telah