LAPORAN TRIWULAN IV TAHUN 2016 FINAL

KATA PENGANTAR
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan yang
diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, yang didasarkan
pada data dan informasi yang sudah dipublikasikan oleh Kementerian/Lembaga, dan instansi
internasional, maupun hasil dari Round Table Discussion yang dilakukan bersama dengan
beberapa Kementerian/Lembaga, pengamat, dan praktisi ekonomi.
Publikasi triwulan IV tahun 2016 ini memberikan gambaran dan analisa mengenai
perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia hingga triwulan IV tahun 2016. Dari sisi
perekonomian dunia, publikasi ini memuat perkembangan ekonomi Amerika Serikat dan
negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi regional Asia. Dari sisi perekonomian
nasional, publikasi ini membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan IV tahun 2016
dari sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan, perkembangan investasi dan kerja sama
internasional, industri dalam negeri, serta perekonomian daerah. Dalam publikasi ini juga
tersaji Policy Brief terkait kebijakan pemerintah dan kondisi ekonomi terkini.
Sangat disadari bahwa publikasi ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan banyak
perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu, masukan dan saran yang membangun dari
pembaca tetap sangat diharapkan, agar tujuan dari penyusunan dan penerbitan publikasi ini
dapat tercapai.
Jakarta, Maret 2017

Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS


Ringkasan Eksekutif
Pada triwulan IV tahun 2016, perekonomian negara-negara di berbagai kawasan
mulai membaik namun masih moderat. Perekonomian Amerika Serikat (AS) tumbuh
sebesar 1,9 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan triwulan III tahun 2016 yang
tumbuh sebesar 3,5 persen (YoY). Penurunan ini disebabkan oleh kinerja sektor
perdagangan, yaitu ekspor menurun sebesar 4,3 persen (YoY) dari triwulan III tahun
2015 yang mencapai 10,0 persen (YoY). Perekonomian Uni Eropa mulai mengalami
perbaikan secara bertahap dengan pertumbuhan sektor industri yang mencapai 3,2
persen (YoY) sampai bulan November 2016. Namun demikian, secara keseluruhan
tahun 2016, pertumbuhan ekonomi Uni Eropa menurun menjadi 1,6 persen (YoY)
dari tahun 2015 yang tumbuh sebesar 2,0 persen (YoY), disebabkan oleh ekspor dan
permintaan domestik yang menurun.
Pada triwulan IV tahun 2016, perekonomian Tiongkok tumbuh diatas ekspektasi
yaitu sebesar 6,8 persen (YoY), didukung oleh peningkatan konsumsi rumah tangga
sebesar 64,6 persen (YoY), pertumbuhan investasi properti sebesar 6,9 persen (YoY),
serta peningkatan fiskal dan stimulus kredit. Akan tetapi, investasi swasta
mengalami penurunan, jumlah utang rumah tangga melebihi 40 persen dari PDB,
dan depresiasi mata uang akibat terjadinya capital outflow.
Sementara itu, Perekonomian Indonesia tumbuh lebih rendah pada triwulan IV

tahun 2016, yaitu sebesar 4,9 persen (YoY). Namun secara kumulatif, pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2016 sebesar 5,0 persen (YoY), sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar 4,9 persen (YoY). Pertumbuhan
tersebut dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global yang sudah menunjukkan
perbaikan walaupun pertumbuhannya belum merata. Dari sisi domestik,
pertumbuhan ekonomi didorong oleh membaiknya ekspor dan terjaganya
permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga yang tumbuh cukup kuat,
namun realisasi belanja pemerintah APBN lebih rendah dibandingkan triwulan yang
sama tahun sebelumnya akibat pemotongan anggaran. Sementara itu, inflasi hingga
akhir triwulan IV tahun 2016 sebesar 3,02 persen (YoY), dengan IHK 126,7 basis poin,
menurun dibandingkan triwulan sebelumnya.
Pada triwulan IV tahun 2016, seluruh pulau mengalami pertumbuhan positif dengan
rata-rata pertumbuhan ekonomi paling tinggi di Maluku dan Papua. Sementara itu,
perkembangan kontribusi daerah terhadap PDB dari tahun ke tahun relatif tidak
banyak berubah. Kontribusi terbesar terhadap PDB dari triwulan I tahun 2010

ii

sampai dengan triwulan IV tahun 2016 masih didominasi pulau Jawa, yaitu sebesar
58,0 persen.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV tahun 2016 mengalami suplus
sebesar USD4,9 miliar. Peningkatan kinerja tersebut didukung oleh menurunnya
defisit pada neraca transaksi berjalan dan surplus neraca transaksi modal dan
finansial yang cukup besar. Secara keseluruhan tahun 2016, NPI mengalami surplus
sebesar USD12,1 miliar atau meningkat signifikan dari tahun 2015 yang defisit
sebesar USD1,1 miliar.
Total ekspor Indonesia pada sampai dengan akhir triwulan IV tahun 2016 sebesar
USD144,4 miliar, mengalami penurunan sebesar 3,9 persen jika dibandingkan
dengan periode yang sama tahun 2015. Total impor sebesar USD135,7 miliar atau
menurun sebesar 4,9 persen (YoY). Sementara itu, cadangan devisa Indonesia pada
triwulan IV tahun 2016 mencapai sebesar USD116,4 miliar atau setara dengan 8,4
bulan impor.
Realisasi penerimaan perpajakan sampai akhir tahun 2016 sebesar 83,4 persen dari
target APBN-P, lebih rendah dibandingkan rata-ratanya selama 2011-2015 yang
mencapai 93,2 persen. Sejalan dengan hal tersebut, realisasi belanja negara juga
mengalami penurunan, yaitu mencapai Rp1.859,4 triliun atau 89,3 persen dari
target APBN-P. Penurunan tersebut karena diterapkannya kebijakan pemotongan
anggaran pada tahun 2016. Sementara itu, realisasi pinjaman luar negeri (neto)
selama 2016 mencapai negatif Rp14,6 triliun, lebih rendah dibandingkan realisasi
2015.

Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) triwulan IV tahun
2016 sebesar Rp58,1 triliun, tumbuh sebesar 25,8 persen dari realisasi triwulan IV
tahun 2015. Sementara itu, realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) triwulan IV
2016 sebesar USD7,5 miliar mengalami penurunan dibandingkan triwulan IV tahun
2015, atau mengalami pertumbuhan negatif sebesar 5,5 persen (YoY).
Penjualan mobil pada triwulan IV tahun 2016 mencapai 280.994 unit atau tumbuh
sebesar 13,0 persen dibandingkan triwulan IV tahun 2015. Pertumbuhan penjualan
mobil yang cukup tinggi tersebut disebabkan oleh peluncuran beberapa mobil tipe
baru dari produsen utama di Indonesia serta terjaganya daya beli masyarakat
Indonesia, terutama kalangan menengah atas. Secara kumulatif, penjualan mobil
pada tahun 2016 mengalami pertumbuhan sebesar 5,0 persen dibandingkan tahun
2015.

iii

Sementara itu, penjualan motor pada triwulan IV tahun 2016 sebesar 1,5 juta atau
menurun 4,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2015, seiring dengan
daya beli masyarakat menengah bawah yang lebih rendah. Penjualan semen pada
triwulan IV tshun 2016 mencapai 17,3 juta ton, atau menurun sebesar 3,2 persen
(YoY). Keseluruhan tahun 2016, penjualan semen mencapai 62 juta ton atau

meningkat 1,3 persen (YoY) dibandingkan tahun 2015. Kondisi sektor yang
oversupply ditambah dengan persaingan sengit antar produsen semen Tier 1 dan
Tier 2, seperti Semen Indonesia dan Semen Conch, menjadi salah satu penyebab
penurunan pada triwulan IV. Selain itu, adanya cuaca buruk yang terjadi pada
sebagian wilayah Indonesia menjadikan pertumbuhan semen pada triwulan ini
menjadi semakin terkontraksi.

iv

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .........................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................xi
POLICY BRIEF.............................................................................................................. 3
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA ....................................................................... 14
Pertumbuhan Ekonomi........................................................................ 14
Tingkat Pengangguran ......................................................................... 16
Perkiraan Ekonomi Dunia .................................................................... 18
PERKEMBANGAN KEUANGAN INTERNASIONAL ............................................ 24
Nilai Tukar Mata Uang terhadap USD ................................................. 24

Inflasi ................................................................................................... 25
Suku Bunga Kebijakan ......................................................................... 27
Cadangan Devisa ................................................................................. 29
PERKEMBANGAN HARGA KOMODITAS INTERNASIONAL .............................. 30
Perkembangan Harga Internasional .................................................... 30
Harga Minyak Dunia dan Gas Alam ..................................................... 31
Harga Komoditas Utama Pangan......................................................... 34
ISU TERKINI KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL ................................... 35
Amerika Serikat Menarik Diri dari Trans Pasific Patnership (TPP) ...... 35
KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL ....................................................... 36
Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia ............. 36
Perkembangan Perjanjian Ekspor Berdasarkan Surat
Keterangan Asal (SKA) ......................................................................... 37
Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia dengan
Negara-Negara Mitra FTA.................................................................... 38
PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA ............................................................... 47
PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA......................................................... 47
PERKEMBANGAN EKONOMI DAERAH ........................................................... 54
PERKEMBANGAN HARGA KEBUTUHAN POKOK............................................. 59
Perkembangan Harga Domestik .......................................................... 59

Indeks Harga Bahan Pokok Nasional ................................................... 61
INDEKS TENDENSI KONSUMEN...................................................................... 62
INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN ................................................................... 63
PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI ............................................................. 65
v

Kondisi Bisnis Indonesia ...................................................................... 65
Pertumbuhan Industri Pengolahan ..................................................... 67
Data Penjualan Komoditas Industri Utama ......................................... 74
Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja Industri ................................ 77
Manufacturing Purchasing Manager Index......................................... 78
KEUANGAN NEGARA ............................................................................................... 81
PENDAPATAN NEGARA .................................................................................. 81
BELANJA PEMERINTAH .................................................................................. 82
PEMBIAYAAN PEMERINTAH .......................................................................... 84
Posisi Utang Pemerintah ..................................................................... 85
Surat Berharga Negara (SBN) .............................................................. 86
Pinjaman Luar Negeri .......................................................................... 88
PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN ............................................................. 93
TRANSAKSI BERJALAN .................................................................................... 95

Perkembangan Ekspor ......................................................................... 95
Perkembangan Impor .......................................................................... 99
Perkembangan Neraca Perdagangan ................................................ 103
NERACA MODAL DAN FINANSIAL ................................................................ 111
CADANGAN DEVISA ..................................................................................... 112
PERKEMBANGAN INVESTASI................................................................................. 116
ISU TERKINI PERKEMBANGAN INVESTASI .................................................... 116
Indonesia Meluncurkan Inovasi Layanan Investasi 3 Jam
Sektor ESDM ...................................................................................... 116
PERKEMBANGAN INVESTASI........................................................................ 117
REALISASI INVESTASI.................................................................................... 117
Realisasi Per Sektor ........................................................................... 118
Realisasi Per Lokasi ............................................................................ 120
Realisasi per Negara .......................................................................... 122
PERKEMBANGAN MONETER DAN KEUANGAN .................................................... 126
PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER..................................................... 126
Tingkat Inflasi..................................................................................... 126
Nilai Tukar Rupiah ............................................................................. 129
Jumlah Uang Beredar ........................................................................ 130
Respon Kebijakan Moneter ............................................................... 131

SEKTOR PERBANKAN.................................................................................... 133

vi

Kredit Usaha Rakyat .......................................................................... 136
Sektor Perbankan Syariah ................................................................. 137
Lampiran 1: Inflasi Domestik ................................................................................ 141
Lampiran 1: Inflasi Domestik ................................................................................ 142
Lampiran 2: Nilai Tukar Mata Uang ...................................................................... 143
Lampiran 3: Harga Komoditas Internasional ........................................................ 144
Lampiran 4: Harga Bahan Pokok Nasional ........................................................... 145

vii

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kontribusi Sektoral Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja di
Indonesia (%) .............................................................................................. 5
Tabel 2. Hasil Regresi Model dan Data Panel............................................................ 7
Tabel 3. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF ............................................. 18
Tabel 4. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Menurut ADB (YoY) ....................... 22

Tabel 5. Tingkat Inflasi Global Triwulan IV Tahun 2016 (% YoY) ............................. 26
Tabel 6. Suku Bunga Kebijakan Beberapa Negara (persen) .................................... 28
Tabel 7. Posisi Cadangan Devisa Beberapa Bank Sentral (miliar USD) ................... 29
Tabel 8. Perkembangan Harga untuk Komoditas terpilih Periode Bulan
Januari-Desember Tahun 2016................................................................. 30
Tabel 9. Perkembangan Harga Minyak dan Gas Dunia .......................................... 32
Tabel 10. Status Perjanjian Ekonomi Internasional (per Desember 2016) .............. 36
Tabel 11. Presentase Penggunaan SKA terhadap Total Ekspor Indonesia............... 37
Tabel 12. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra
FTA di Kawasan Oseania (juta USD).......................................................... 39
Tabel 13. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra
FTA di Kawasan Asia Selatan (juta USD) ................................................... 39
Tabel 14. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra
FTA di Kawasan Asia Tenggara (juta USD) ................................................ 40
Tabel 15. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra
FTA di Kawasan Timur Tengah (juta USD) ................................................ 42
Tabel 16. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra
FTA di Kawasan Asia Timur (juta USD) ..................................................... 42
Tabel 17. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra
FTA di Kawasan Afrika (juta USD) ............................................................. 43

Tabel 18. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara-Negara Mitra
FTA di Kawasan Eropa (juta USD) ............................................................. 44
Tabel 19.Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2014 –
Triwulan IV Tahun 2016 Menurut Lapangan Usaha (YoY) ........................ 50
Tabel 20. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2014 –
Triwulan IV Tahun 2016 (Persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY) ....... 53
Tabel 21. Koefisien Variasi Harga Antar Waktu Periode Bulan JanuariDesember Tahun 2016 ............................................................................. 59
Tabel 22. Koefisien Variasi Harga Antar Wilayah Bulan Januari-Desember
Tahun 2016 ............................................................................................... 60
Tabel 23. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan IV
Tahun 2016 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya...................... 62

viii

Tabel 24. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia April 2016 – Januari 2017 ......... 64
Tabel 25. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan IV Tahun 2016 ............ 66
Tabel 26. Perkembangan Komposisi Realisasi Pendapatan Negara dan
Hibah Tahun 2011 – 2016 (triliun rupiah) ................................................ 81
Tabel 27. Komposisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa,
Tahun 2011-2016 (triliun rupiah) ............................................................. 83
Tabel 28. Perkembangan Realisasi Komposisi Pembiayaan APBN,
Tahun 2011-2016 (Rp triliun) ................................................................... 85
Tabel 29. Posisi Utang Pemerintah Pusat Tahun 2011-2016 (Rp triliun) ................. 85
Tabel 30. Perkembangan Realisasi Pembayaran Pokok dan Bunga Utang
Pemerintah Pusat ..................................................................................... 86
Tabel 31. Posisi Kepemilikan SBN Rupiah yang Diperdagangkan,
Tahun 2011 – 2016 (triliun Rupiah) .......................................................... 86
Tabel 32. Posisi Outstanding Surat Berharga Negara
Tahun 2011 – 2016 (triliun Rupiah) .......................................................... 87
Tabel 33. Posisi Pinjaman Luar Negeri berdasarkan Kreditur (Rp Triliun) ............... 88
Tabel 34. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2015 –
Triwulan IV Tahun 2016 (Miliar USD) ....................................................... 94
Tabel 35. Perkembangan Ekspor Tahun 2016.......................................................... 95
Tabel 36. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Nilai Ekspor
Nonmigas Terbesar Sepanjang Januari-Desember Tahun 2016 ............... 97
Tabel 37. Golongan Barang dengan Volume Ekspor Nonmigas Terbesar
Bulan Januari-Desember Tahun 2016 ...................................................... 98
Tabel 38. Perkembangan Ekspor Nonmigas ke Negara Tujuan Utama
Sepanjang Tahun 2016 ............................................................................. 98
Tabel 39. Perkembangan Impor Hingga Tahun 2016............................................. 100
Tabel 40. Perkembangan Impor Nonmigas Menurut Golongan Barang
Terpilih Hingga Tahun 2016 .................................................................... 101
Tabel 41. Perkembangan Volume Impor Nonmigas Menurut Golongan
Barang Terpilih Hingga tahun 2016 ........................................................ 102
Tabel 42. Negara Utama Asal Impor Nonmigas Hingga Tahun 2016 ..................... 103
Tabel 43. Neraca Perdagangan Indonesia Hingga Tahun 2016 ............................. 103
Tabel 44. Neraca Perdagangan Indonesia-Tiongkok Hingga Tahun 2016.............. 104
Tabel 45. Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika Hingga Tahun 2016 ............... 104
Tabel 46. Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang Hingga Tahun 2016 ................. 105
Tabel 47. Neraca Perdagangan Indonesia-India Hingga Tahun 2016 .................... 105
Tabel 48. Neraca Perdagangan Indonesia-Thailand Hingga Tahun 2016 .............. 106
Tabel 49. Neraca Perdagangan Indonesia-Singapura Hingga Tahun 2016 ............ 106
Tabel 50. Pertumbuhan dan Share PMTB Triwulan IV Tahun 2016 (persen) ........ 117
ix

Tabel 51. Realisasi PMA dan PMDN Tahun 2010- Triwulan IV Tahun 2016 .......... 117
Tabel 52. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN dan PMA
Triwulan IV Tahun 2016 Berdasar Sektor ............................................... 119
Tabel 53. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2016 .............. 119
Tabel 54. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN Triwulan IV
Tahun 2016 Berdasarkan Lokasi (Rp Triliun) .......................................... 120
Tabel 55. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMA Triwulan IV
Tahun 2016 Berdasarkan Lokasi (USD Milyar) ....................................... 121
Tabel 56. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2016 .............. 121
Tabel 57. Lima Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA Triwulan IV
Tahun 2016 ............................................................................................. 122
Tabel 58. Tingkat Inflasi Domestik Triwulan IV Tahun 2016 .................................. 126
Tabel 59. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen ................................. 127
Tabel 60. Share Inflasi Kelompok Pengeluaran terhadap Pembentukan
Inflasi Bulanan ........................................................................................ 127
Tabel 61. Struktur Suku Bunga Operasi Moneter Bank Indonesia......................... 132

x

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Angka Kemiskinan Absolut ........................ 3
Gambar 2. Presentase Tenaga Kerja Miskin Berdasarkan Sektor
Tahun 2013 (%)...................................................................................... 6
Gambar 3. Distribusi pendapatan Pekerja di Sektor Pertanian dan
Konstruksi Tahun 2011 .......................................................................... 8
Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV Tahun 2016 di Beberapa
Negara (YoY) ........................................................................................ 14
Gambar 5. Tingkat Pengangguran di Beberapa Negara ......................................... 17
Gambar 6. Apresiasi dan Depresiasi Nilai Tukar Mata Uang terhadap USD
per akhir Oktober-Desember 2016 (% YtD) ........................................ 25
Gambar 7. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Pangan Global ..................... 34
Gambar 8. Persentase Penggunaan SKA Preferensi terhadap Total SKA
Preferensi ............................................................................................ 38
Gambar 9. Persentase Penggunaan SKA Nonpreferensi terhadap Total SKA
Nonpreferensi...................................................................................... 38
Gambar 10. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2014 –
Triwulan IV Tahun 2016 (Persen) ........................................................ 47
Gambar 11. Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi di Enam Pulau Besar di
Indonesia pada Triwulan I Tahun 2015 - Triwulan IV Tahun 2016
(Persen) ............................................................................................... 55
Gambar 12. Kontribusi di Enam Pulau Besar Indonesia terhadap PDB Pada
Triwulan I Tahun 2013 - Triwulan IV Tahun 2016................................ 56
Gambar 13. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Bahan Makanan .................. 62
Gambar 14. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I
Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2016 ................................................ 63
Gambar 15. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2012 –
Triwulan IV Tahun 2016....................................................................... 65
Gambar 16. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas (YoY, persen) ............. 67
Gambar 17. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non Migas
Tahun 2016 (YoY, persen) ................................................................... 68
Gambar 18. Komposisi Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan
Non-Migas ........................................................................................... 70
Gambar 19. Ekspor Produk Industri ......................................................................... 71
Gambar 20. Nilai Investasi PMDN Sektor Industri (Rp miliar) ................................. 71

xi

Gambar 21. Nilai Investasi PMA Sektor Industri (USD juta)..................................... 72
Gambar 22. Tenaga Kerja Sektor Industri ................................................................ 73
Gambar 23. Penjualan Mobil Triwulan IV Tahun 2016 ............................................ 74
Gambar 24. Penjualan Motor Triwulan Tahun IV 2016 ........................................... 75
Gambar 25. Penjualan Semen Triwulan Tahun IV 2016 (Ton) ................................. 76
Gambar 26. Kredit Modal Kerja Dan Investasi Triwulan IV Tahun 2016 .................. 77
Gambar 27. Prompt Manufacturing Index Indonesia .............................................. 78
Gambar 28. Perkembangan Penerimaan Uang Tebusan dan Deklarasi
Aset dari Tax Amnesty, ........................................................................ 81
Gambar 29. Perkembangan Komposisi Realisasi Belanja Negara,
Tahun 2011-2016 (triliun rupiah) ........................................................ 82
Gambar 30. Perkembangan Komposisi Realisasi Belanja Pemerintah
Pusat Tahun 2015 – 2016 .................................................................... 83
Gambar 31. Perkembangan Realisasi Defisit APBN, Tahun 2011 – 2017
(Rp Triliun) ........................................................................................... 84
Gambar 32. Komposisi Kepemilikan SBN oleh Asing berdasarkan Tenor
(% Total SBN) ....................................................................................... 88
Gambar 33. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2014 –
Triwulan III Tahun 2016 (Miliar USD) .................................................. 93
Gambar 34. Nilai dan Volume Ekspor Hingga Desember 2016................................ 95
Gambar 35. Nilai dan Volume Impor Hingga Desember 2016 ................................. 99
Gambar 36. Neraca Perdagangan Jasa Triwulan I Tahun 2015Triwulan IV Tahun 2016 (Miliar USD) ................................................ 107
Gambar 37. Neraca Perdagangan Jasa Perjalanan dan Transportasi
Triwulan I Tahun 2015-Triwulan IV Tahun 2016 ............................... 108
Gambar 38. Neraca Pendapatan Primer Triwulan I Tahun 2014Triwulan IV Tahun 2016 (USD Miliar) ................................................ 109
Gambar 39. Sebaran Tenaga Kerja Indonesia Berdasarkan Kawasan
Pada Tahun 2016 (dalam ribu jiwa) ................................................... 110
Gambar 40. Pendapatan Sekunder Triwulan I Tahun 2014-Triwulan IV
Tahun 2016 (Miliar USD) ................................................................... 111
Gambar 41. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I
Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2016 (Miliar USD) ......................... 111
Gambar 42. Nilai Tukar Rupiah terhadap USD (Rp/USD) ....................................... 129
Gambar 43. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100).......................... 129
Gambar 44. Nominal Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100) ................... 130
Gambar 45. Perkembangan Uang Beredar Triwulan IV Tahun 2016 ..................... 131

xii

Gambar 46. Perkembangan Kinerja Bank Umum di Indonesia.............................. 133
Gambar 47. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit di Indonesia ............... 134
Gambar 48. Perkembangan Kredit Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya ............... 135
Gambar 49. Penyaluran KUR berdasarkan Sektor Ekonomi .................................. 136
Gambar 50. Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia ................... 137
Gambar 51. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan di Indonesia ..... 138
Gambar 52. Perkembangan Pembiayaan Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya ..... 139

xiii

xiv

1

2

POLICY BRIEF
Dampak Pertumbuhan Sektoral terhadap Pengurangan Kemiskinan
Oleh: Rufita Sri Hasanah, SE
Perencana Pertama – Direktorat Perencanaan Makro dan Analisis Statistik
Studi ini bertujuan untuk mengetahui dampak pertumbuhan ekonomi sektoral
terhadap pengurangan kemiskinan dengan menggunakan analisis data panel pada
tingkat provinsi tahun 2001 hingga 2013. Selain itu, data Sakernas dan Susenas juga
digunakan untuk memperkaya hasil temuan. Hasil studi ini menunjukan bahwa cara
paling efektif dalam menanggulangi kemiskinan adalah fokus untuk mencari sumber
pertumbuhan di sektor pertanian dan konstruksi. Dalam kaitannya dengan besaran
elastisitas, pertumbuhan di sektor konstruksi memiliki dampak yang lebih besar
dibandingkan dengan sektor pertanian. Dalam jangka panjang, fokus pertumbuhan
dapat bergeser kepada sektor lain yang memiliki penyerapan tenaga kerja yang
besar di perekonomian dan tenaga kerja miskin yang terkonsentrasi, seperti sektor
perdagangan. Sehingga diharapkan pertumbuhan dapat dengan efektif bekerja
sebagai mesin untuk mengurangi kemiskinan dan mencapai pertumbuhan yang
berkualitas.
Pendahuluan
Krisis Keuangan Asia pada tahun 1998 memberikan pelajaran penting bahwa
pertumbuhan ekonomi merupakan syarat utama dalam mencapai kesejahteraan
masyarakat. Ketika pertumbuhan ekonomi pada tahun 1998 mengalami kontraksi
yang cukup dalam (13,3 persen, YoY), jumlah orang miskin meningkat hingga 49,5
juta jiwa dari 22,5 juta pada tahun 1996.
Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Angka Kemiskinan Absolut

Sumber: BPS, diolah

3

Studi dari Easterly dan Kraay (1999) dengan menggunakan regresi lintas negara
mengungkapkan bahwa kunci utama dalam mencapai pertumbuhan yang tinggi
adalah tercapainya stabilitas makroekonomi. Kestablian makroekonomi tidak hanya
penting untuk pertumbuhan, tetapi juga berpengaruh pada tingkat kemiskinan
suatu negara. Ketika terjadi ketidakstabilan makroekonomi, seperti tingginya tingkat
inflasi, orang miskin cenderung tidak dapat melindungi nilai riil pendapatan dan aset
mereka dari inflasi karena orang miskin cenderung untuk memegang aset keuangan
dalam bentuk tunai daripada aktiva berbunga. Sehingga ketika harga naik secara
terus menerus, secara tidak langsung akan mengikis upah riil dan aset mereka yang
pada akhirnya akan berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat miskin.
Walaupun pertumbuhan ekonomi merupakan mesin untuk mengurangi tingkat
kemiskinan, namun beberapa situasi berbeda dapat mempengaruhi efektivitas
penurunan kemiskinan. Ames dan Brown dalam laporan Macroeconomic Policy and
Poverty Reduction (2001) mengungkapkan dua faktor kunci yang menentukan
dampak pertumbuhan pada tingkat kemiskinan, yaitu pola distribusi pendapatan
dan pertumbuhan sektoral. Dalam kaitannya dengan distribusi pendapatan, jika
manfaat pertumbuhan ekonomi memiliki dampak pada pengurangan kemiskinan,
maka secara tidak langsung pertumbuhan ekonomi juga akan memperkecil
ketimpangan. Faktor lainnya, yaitu terkait dengan pertumbuhan sektoral. Teori
konvensional menjelaskan bahwa pertumbuhan di sektor-sektor ekonomi dimana
orang miskin terkonsentrasi akan memiliki dampak yang lebih besar pada
pengurangan kemiskinan daripada di sektor lain.
Berangkat dari gagasan teori tersebut, studi ini berusaha mengevaluasi efektivitas
pertumbuhan sektoral terhadap pengurangan kemiskinan di Indonesia dan
menganalisis lebih lanjut bagaimana pertumbuhan sektoral berkontribusi pada
pengurangan kemiskinan.
Pertumbuhan Ekonomi Sektoral dan Profil Sosial Ekonomi Indonesia
Komposisi distribusi sektoral Indonesia mengalami perubahan dari tahun 2000
hingga 2014. Pada tahun 2000, konstribusi sektor manufaktur terhadap
perekonomian Indonesia sebesar 27,8 persen, terus menurun hingga tahun 2014
menjadi sebesar 23,7 persen. Penurunan kontribusi industri terhadap PDB
merupakan hasil akhir dari berbagai penyebab menurunnya pertumbuhan industri
di Indonesia, salah satunya daya saing. Dalam laporan UNIDO (United Nations
Industrial Development Organization), daya saing industri manufaktur Indonesia
mengalami stagnasi dalam 20 tahun terakhir. Pada tahun 2013, Indonesia berada
pada posisi ke 42 dalam peringkat Competitive Industri Performance (CIP), menurun

4

jika dibandingkan pada tahun 2000 yang berada di posisi 38. Hal yang sama juga
terlihat pada sisi penyerapan tenaga kerja. Tingkat penyerapan tenaga kerja di
sektor manufaktur pada tahun 2000 mencapai 13,0 persen menurun menjadi 12,1
persen di tahun 2013.
Sebaliknya, kontribusi sektor konstruksi terus menunjukan peningkatan hingga dua
kali lipat. Sektor kontruksi telah berkembang secara signifikan didorong oleh
pesatnya pertumbuhan pasar properti dalam negeri, investasi swasta, dan belanja
Pemerintah pada proyek infrastruktur. Berkembangnya sektor konstruksi ini serta
merta diikuti oleh meningkatnya penyerapan tenaga kerja pada sektor tersebut.
Perubahan komposisi sektoral terjadi pada sektor perdagangan dan pertanian. Pada
tahun 2000, sektor perdagangan memiliki kontribusi yang lebih besar daripada
sektor pertanian, namun pada tahun 2013 kontribusi sektor pertanian menjadi lebih
besar daripada sektor perdagangan. Kedua sektor tersebut menunjukan penurunan
kontribusi ekonomi dalam perekonomian. Berbeda dengan sektor pertanian,
penurunan kontribusi tidak serta merta menurunkan penyerapan tenaga kerja di
sektor perdagangan.
Tabel 1. Kontribusi Sektoral Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia (%)
Pertanian
Tahun
2000
2004
2007
2009
2011
2013

Share
PDB
15,6
14,3
13,7
15,3
14,7
14,4

Tenga
Kerja
45,3
43,3
44,5
43,7
41,8
41,2

Manufaktur
Rasio
0,3
0,3
0,3
0,4
0,4
0,4

Share
PDB
27,8
28,1
27,1
26,4
24,3
23,7

Tenga
Kerja
13,0
11,8
12,2
12,4
12,2
12,1

Konstruksi
Rasio
2,1
2,4
2,2
2,1
2,0
2,0

Share
PDB
5,51
6,6
7,7
9,9
10,2
10,0

Tenga
Kerja
3,9
4,8
4,6
4,5
4,6
4,4

Perdagangan
Rasio
1,4
1,4
1,7
2,2
2,2
2,3

Share
PDB
16,2
16,1
15,0
13,3
13,8
14,3

Tenga
Kerja
20,6
20,4
19,5
19,9
20,3
20,9

*Share PDB menggunakan SNA 1993 dengan tahun dasar 2000
Sumber: BPS, diolah

Tingkat kemiskinan menunjukan tren penurunan dari tahun 2001 hingga 2013.
Penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan selama periode 12 tahun, yaitu
sebesar 7,0 persen. Kemiskinan di Indonesia merupakan suatu fenomena yang
terjadi khususnya di sektor pertanian. Pada tahun 2013, sebanyak 41, 2 persen
masyarakat Indonesia bekerja di sektor pertanian dan 59,8 persen tergolong miskin.
Umumya masyarakat miskin tersebut tinggal di daerah pedesaan.

5

Rasio
0,8
0,8
0,8
0,7
0,7
0,7

Gambar 2. Presentase Tenaga Kerja Miskin Berdasarkan Sektor Tahun 2013 (%)
Perdagangan;
21,8
Konstruksi; 1,2
Pertanian; 59,8
Manufaktur; 7,9

Sumber: Sakernas, diolah

Bukti Empiris: Sektor Pertanian dan Konstruksi memiliki Dampak yang Signifikan
terhadap Pengurangan Kemiskinan
Model yang digunakan untuk mengestimasi dampak pertumbuhan ekonomi
sektoral terhadap pengurangan kemiskinan adalah sebagai berikut:
logdp = α + β1Logypertanian + β2logypertambangan + β3logymanufaktur + β4logykonstruksi +
β5yperdagangan + β6logyTransportasi + β7logypengangkutan + β8logykeuangan + β9logyjasa + ε
dimana dp merupakan perubahan tingkat kemiskinan dari tahun sebelumnya, yi
adalah pe tu uha di sekto da ε e upaka e o . U tuk e gesti asi i i,
digunakan data panel dengan level provinsi dengan metode fixed effect.
Hasil regresi data panel ini menunjukan bahwa sektor pertanian dan konstruksi
memiliki dampak yang signifikan terhadap pengurangan kemiskinan. Kimenyi (2002)
menjelaskan bahwa terdapat dua kanal bagaimana pertumbuhan di sektor
pertanian memiliki dampak yang siginifkan dalam pengurangan kemiskinan.
Pertama, melalui keterkaitan produksi di sektor pertanian dan manufaktur.
Pertumbuhan di sektor pertanian akan menciptakan lapangan kerja dan pendapatan
yang lebih tinggi melalui penyediaan input untuk industri. Kedua, melalui
keterkaitan konsumsi. Peningkatan pendapatan dari pekerja di sektor pertanian
akan meningkatkan permintaan untuk produk non-pertanian.
Namun, penggunaan analisis data panel level provinsi pada model ini memerlukan
penyesuaian dalam analisis lebih lanjut. Datt dan Ravallion (1998) mengungkapkan
bahwa efek migrasi antar provinsi dan kondisi awal dari masing-masing provinsi
dapat mempengaruhi perubahan tingkat kemiskinan di setiap provinsi. Korelasi
antara pertumbuhan dan penurunan kemiskinan dapat saja tidak sesuai dengan

6

hipotesis awal. Hal ini dkarenakan jika suatu provinsi memiliki pertumbuhan yang
tinggi untuk jangka waktu yang lama yang kemudian menarik banyak orang miskin
ke Provinsi tersebut untuk bekerja di suatu sektor tertentu, tanpa
mempertimbangkan efek migrasi hasil regresi akan menghasilkan korelasi yang
positif antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan. Dengan kata lain, ada
kemungkinan bahwa efek dari pertumbuhan memiliki dampak migrasi yang lebih
besar dibandingkan dengan dampak kenaikan pendapatan. Hal ini sekaligus dapat
menjelaskan mengapa sektor manufaktur dalam regresi ini memiliki dampak yang
siginifikan (dengan tingkat keyakinan 90%), namun tidak serta merta menurunkan
kemiskinan. Selain itu, jauh lebih baik jika analisis dampak sektor manufaktur
terhadap kemiskinan menggunakan uji granger causality untuk mengetahui variabel
mana yang menggerakan variabel lain.
Tabel 2. Hasil Regresi Model dan Data Panel
Fixed-effects (within) regression
Group variable: kodeprovinsi

Number of obs
Number of groups

=
=

47
23

R-sq:

Obs per group: min =
avg =
max =

1
2.0
3

within = 0.5506
between = 0.0111
overall = 0.1291

corr(u_i, Xb)

F(9,15)
Prob > F

= -0.7678

logPovrate

Coef.

logGDPAgri~h
logGDPMini~h
logGDPManu~h
logGDPUtil~s
LogGDPCons~h
logGDPTrad~h
logGDPTran~h
logGDPFina~h
logGDPServ~h
_cons

-1.173082
.7254251
1.598098
-.1839193
-2.045286
1.038067
-1.252337
-.6739203
-.1253816
5.368977

sigma_u
sigma_e
rho

2.0505602
1.1736374
.75324792

F test that all u_i=0:

Std. Err.
.5499688
.4561443
.7560251
.634415
.9319923
1.347573
1.186218
.5803242
.6400978
3.001235

t
-2.13
1.59
2.11
-0.29
-2.19
0.77
-1.06
-1.16
-0.20
1.79

P>|t|
0.050
0.133
0.052
0.776
0.044
0.453
0.308
0.264
0.847
0.094

=
=

2.04
0.1065

[95% Conf. Interval]
-2.345313
-.2468235
-.0133316
-1.536143
-4.031781
-1.834216
-3.780701
-1.910852
-1.489718
-1.028005

-.0008516
1.697674
3.209527
1.168304
-.0587915
3.91035
1.276027
.5630115
1.238955
11.76596

(fraction of variance due to u_i)
F(22, 15) =

1.62

Prob > F = 0.1701

Elastisitas pertumbuhan terhadap kemiskinan mengukur perubahan persentase
pada tingkat kemiskinan jika terdapat kenaikan sebesar satu persen pada
pertumbuhan sektoral ekonomi. Berdasarkan hasil regresi tersebut, satu persen
pertumbuhan pada sektor pertanian akan mengurangi kemiskinan sebesar 1,2
persen. Di sektor konstruksi, elastisitas pertumbuhan terhadap kemiskinan lebih
besar dimana satu persen pertumbuhan akan memberikan dampak pengurangan
kemiskinan sebesar 2,0 persen. Jika dilihat dari distribusi pendapatan, sektor
pertanian memiliki jumlah pekerja miskin 20 persen terbawah lebih banyak
dibandingkan dengan pekerja miskin di sektor konstruksi. Hal ini menjelaskan
mengapa elastisitas pertumbuhan terhadap kemiskinan di sektor konstruksi lebih
7

besar dibandingkan dengan sektor pertanian. Kenaikan satu persen di pertanian
memiliki dampak yang lebih kecil karena kenaikan pendapatan memiliki efek yang
lebih kecil bagi para pekerja miskin di sektor pertanian untuk keluar dari garis
kemiskinan dibandingkan dengan sektor konstruksi.
Gambar 3. Distribusi pendapatan Pekerja di Sektor Pertanian dan Konstruksi Tahun 2011
Sektor Pertanian

Sektor Konstruksi

%

%

20
15

20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

Garis Kemiskinan
Nasional

14,4 14,4

10
5
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Garis Kemiskinan
Nasional

3,73 4,63

1

Desil

2

3

4

5

6

7

8

Desil

Sumber: Sakernas 2011

Kesimpulan dan Rekomendasi Kebijakan
Studi singkat ini menunjukan pertumbuhan pada sektor konstruksi dan pertanian
dapat membantu mengurangi kemiskinan. Hasil studi ini menyarankan bahwa
sumber daya akan jauh lebih baik jika dialokasikan pada sektor yang memiliki
elastisitas pertumbuhan terhadap kemiskinan yang tinggi. Dalam jangka pendek,
pemerintah harus memprioritaskan kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan
produktivitas terbesar pada sektor konstruksi dan pertanian. Sementara dalam
jangka menengah dan panjang, kebijakan dapat bergeser untuk mencari sumber
pertumbuhan pada sektor yang banyak menyerap tenaga kerja dan pekerja miskin
terkonsentrasi, seperti sektor perdagangan sehingga diharapakan pertumbuhan
menjadi lebih berkualitas dan inklusif.

8

9

10

Referensi
Datt, Gaurav, da Ma ti Ra allio .
. Why Have some Indian States Done
Better than Others at Reducing Rural Po e ty . E o o i a : 17-38.
Easterly dan Kray. 1999. Small States, Small Problems? Income, Growth, and
Volatility in S all “tates . World Development Vol. 28: 2013-2027.
Iz uie do, A es, et al.
. Ma oe o o i Poli y a d Po e ty Redu tio .
International Monetary Fund.
Ki e yi da M a gi.
. Agriculture, Economic Growth and Poverty Reduction .
KIPPRA Occasional Paper No. 3. Kenya Institute for Public Policy Research and
Analysis: Nairobi.
“u yahadi, “u yada a, da “u a to.
. E o o i G o th a d Po e ty
Reduction in Indonesia: The Effects of Location and Sectoral Components of
Growth . “MERU Wo ki g Pape .

9

10

11

12

Perekonomian global
membaik seiring dengan
perbaikan pertumbuhan
ekonomi yang moderat di
negara-negara maju dan
beberapa negara emerging
market, serta harga
komoditas khususnya energi
yang mulai membaik.

Harga komoditas energi
mulai membaik dengan
adanya perjanjian
pengurangan jumlah
produksi minyak oleh
negara-negara OPEC dan
Non OPEC.

Perekonomian global mulai mengalami perbaikan
seiring perbaikan pertumbuhan ekonomi negaranegara maju seperti Inggris dan Jepang, serta
beberapa negara emerging market seperti Tiongkok,
negara-negara Amerika Latin seperti Argentina dan
Brazil, dan Rusia. Pertumbuhan ekonomi dunia
masih didorong oleh pertumbuhan ekonomi negaranegara berkembang serta pertumbuhan volume
perdagangan dunia yang meningkat yang didukung
oleh mulai membaiknya harga komoditas dunia
khususnya harga energi. Namun, walaupun
perekonomian global ini mengalami perbaikan,
tetapi pertumbuhannya masih lebih rendah 0,1
persen dari pertumbuhan tahun 2015 yang sebesar
3,1 persen (YoY).
Harga minyak dunia meningkat pada akhir
November dan awal Desember 2016 setelah negaranegara OPEC melakukan kerja sama untuk
mengurangi produksi minyak hingga 1,2 juta barel
per hari. Negara Non-OPEC juga melakukan
perjanjian untuk mengurangi produksi minyak
hingga 558 ribu barel per hari. Harga minyak Brent
rata-rata mencapai 54,1 USD/barel pada Desember
2016, minyak WTI rata-rata mencapai 52,0
USD/barel dan harga minyak mentah Indonesia
meningkat mengikuti tren harga minyak mentah
dunia, rata-rata mencapai 50,1 USD/barel.
Harga gas alam mengalami peningkatan 8 persen
pada triwulan IV tahun 2016 karena tingginya
permintaan dan adanya pengurangan produksi
seperti Gorgon Project di Australia. Selain itu suhu
udara yang lebih dingin dari biasanya menyebabkan
permintaan gas alam semakin tinggi sehingga
mendorong peningkatan harga. Komoditas batu
bara mengalami peningkatan sebesar 38 persen
pada triwulan IV tahun 2016, seiring dengan
13

pengetatan penawaran oleh pemerintah Tiongkok
melalui menurunkan kapasitas produksinya.

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA
Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian negara-negara di berbagai kawasan
pada triwulan IV tahun 2016 mulai tumbuh membaik
namun masih moderat. Amerika Serikat (AS)
tumbuh sebesar 1,9 persen (YoY), lebih rendah
dibandingkan triwulan III tahun 2016 yang tumbuh
sebesar 3,5 persen (YoY). Penurunan ini disebabkan
oleh kinerja perdagangan ekspor Amerika Serikat
yang menurun menjadi 4,3 persen setelah
sebelumnya mencapai 10,0 persen pada triwulan III.
Hal ini terutama disebabkan oleh penurunan ekspor
kedelai. Sementara itu, impor Amerika Serikat
mengalami peningkatan 8,3 persen. Namun
demikian, pengeluaran konsumsi masih menguat
seiring dengan peningkatan upah dan rendahnya
tingkat pengangguran. Investasi tetap swasta
nonresidensial juga mengalami peningkatan
mencapai 2,4 persen sepanjang Oktober hingga
Desember 2016. Pada keseluruhan tahun 2016,
pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mencapai
1,6 persen (Gambar 4).

Perekonomian Amerika
Serikat tumbuh sebesar 1,9
persen (YoY) lebih rendah
dari triwulan sebelumnya
tumbuh sebesar 3,5 persen
akibat kinerja perdagangan
yaitu adanya penurunan
ekspor dan peningkatan
impor.

Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV Tahun 2016 di Beberapa Negara (YoY)
8,0

7,0

7,0

6,9

6,8

6,7

6,7

6,7

6,8

Persentase (%)

6,0
4,0

2,0
0,0
-2,0

2,7

2,0
1,3

2,8

2,4
2,6
2,1
2,0
1,8
1,8
1,6
1,7
1,8
1,6

3,5
1,7
0,9

2,1
2,1
1,8
1,7
1,6
2,0
1,7
1,8
0,9
1,1
1,4
0,3
0,8

2,2
2,2 1,9
1,8
1,7
1,2
1,7
1,1

1,6

-0,1

I

II

III

IV

I

II

2015
Amerika Serikat

Uni Eropa

III

IV

2016
Tiongkok

Sumber: Bloomberg (diolah)

14

Jepang

Singapura

Inggris

Perekonomian Uni Eropa
mulai tumbuh perlahan
menjadi 1,7 persen (YoY)
pada triwulan IV tahun
2016 karena sektor
industri, PMI manufaktur,
dan peningkatan indeks
keyakinan konsumen.

Ekonomi Tiongkok tumbuh
diluar ekspektasi menjadi
6,8 persen pada triwulan IV
tahun 2016 karena adanya
peningkatan konsumsi
rumah tangga melalui kredit
dan investasi.

Perekonomian Jepang
tumbuh lebih tinggi dari
perkiraan didorong oleh
perbaikan kinerja ekspor dan
investasi perumahan.

Di sisi lain, perekonomian Uni Eropa mulai
mengalami perbaikan secara bertahap dimana
sektor industri tumbuh mencapai 3,2 persen pada
bulan November 2016 (YoY) dengan meningkatnya
output industri di negara-negara Uni Eropa. Namun
demikian pertumbuhan ekonomi Uni Eropa
mengalami perlambatan dari tahun 2015 sebesar
2,0 persen menjadi 1,6 persen pada tahun 2016
karena ekspor dan permintaan domestik yang
menurun. Peningkatan harga-harga komoditas
mempengaruhi pendapatan riil rumah tangga dan
pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang semakin
menurun dan sejalan dengan penurunan
permintaan domestik.
Perekonomian Tiongkok mengalami pertumbuhan
diatas ekspektasi yaitu sebesar 6,8 persen pada
triwulan IV tahun 2016. Hal ini karena adanya
peningkatan kontribusi konsumsi rumah tangga
terhadap PDB sebesar 64,6 persen dan meningkat
4,9 persen (YoY), serta konsumsi per kapita
meningkat sebesar 8,9 persen. Investasi properti
juga menyumbang peningkatan pertumbuhan
sebesar 6,9 persen. Selain itu, fiskal dan stimulus
kredit menyumbang pertumbuhan ekonomi
terutama infrastruktur dan kredit rumah tangga.
Namun, jumlah utang rumah tangga mencapai lebih
dari 40 persen dari PDB atau meningkat 10 persen
dalam tiga tahun terakhir. Capital outflow di
Tiongkok memberikan dampak pada depresiasi
mata uang. Selama tahun 2016, mata uang Renminbi
mengalami depresiasi sebesar 7 persen terhadap
USD.
Sementara itu, perekonomian Jepang pada triwulan
IV tahun 2016 tumbuh sebesar 1,7 persen (YoY)
didorong oleh ekspor dan belanja modal. Ekspor
Jepang tumbuh 2,6 persen terutama ekspor mobil ke
15

Tiongkok dan Amerika Serikat serta ekspor barangbarang elektronik ke Asia. Hal ini juga didukung
dengan pelemahan mata uang Yen terhadap USD
semenjak pemilihan umum Amerika Serikat bulan
November 2016. Konsumsi rumah tangga
mengalami perlambatan yang disebabkan oleh
adanya peningkatan harga terutama sayuran serta
kebijakan fiskal abenomics ya g e i gkatka
pajak penjualan mulai tahun 2014, dari 5,0 persen
menjadi 8,0 persen. Selain itu peningkatan juga
terjadi pada investasi perumahan karena adanya
relaksasi moneter dan belanja modal yang
meningkat masing-masing 0,2 persen (QoQ) dan 0,9
persen (QoQ).

Tingkat Pengangguran
Tingkat pengangguran di
beberapa negara mulai
menurun seperti di Amerika
Serikat, negara-negara EU,
dan Inggris.

Pertumbuhan ekonomi dunia yang mulai membaik
pada triwulan IV tahun 2016 berdampak pada
penurunan tingkat pengangguran di beberapa
negara, meskipun masih fluktuatif. Tingkat
pengangguran di Amerika Serikat mengalami
penurunan menjadi 4,7 persen (Gambar 5) karena
peningkatan sebesar 156.000 pekerjaan non-farm
payroll dan tingkat upah yang meningkat.
Pengangguran di Singapura mengalami peningkatan
seiring dengan peningkatan jumlah angkatan kerja.
Penurunan jumlah tenaga kerja terjadi pada sektor
konstruksi dan kelautan.

16

Gambar 5. Tingkat Pengangguran di Beberapa Negara
14,0
12,0

12,0

10,0

9,6

Percentage (%)

Brazil
8,0

United Kingdom
Euro Area 10.93

6,0
4,7

4,0
2,0

5,8
4,8

Japan

3,1
2,2

Australia
Singapore

0,0

I

II III IV I

II III IV I

II III IV I

II III IV I II III IV

2012

2013

2014

2015

United States

2016

Sumber: Bloomberg (diolah)

Tingkat pengangguran
di EU menurun karena
adanya reformasi
tenaga kerja
mengurangi
pengangguran

Tingkat pengangguran di negara-negara EU (EU28)
pada triwulan IV tahun 2016 secara umum
mengalami penurunan menjadi sebesar 9,60 persen.
Hal ini karena reformasi tenaga kerja untuk
mengurangi pengangguran struktural di negaranegara anggota EU. Tingkat pengangguran di Jerman
sebesar 4,1 persen sedangkan pengangguran di
Italia meningkat diluar ekspektasi menjadi 11,9
persen. Pengangguran di Brazil masih mengalami
peningkatan pada triwulan IV tahun 2016 menjadi
12,0 persen atau 12,3 juta orang. Hal ini disebabkan
resesi di Brazil yang menyebabkan banyak
perusahaan memberhentikan pekerja lebih dari 2,8
juta orang. Sedangkan pengangguran di Inggris
masih se