S MAT 1206652 Chapter3
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kuasi eksperimen. Menurut Ruseffendi
(2005) pada penelitian kuasi eksperimen subjek (siswa) tidak dikelompokkan
secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa adanya. Pemilihan
sampel secara tidak acak dilakukan dengan pertimbangan bahwa kelas telah
terbentuk sebelumnya sehingga tidak dilakukan pengelompokan secara acak,
karena pembentukan kelas baru akan menyebabkan kekacauan jadwal pelajaran
yang telah ada di sekolah.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
kelompok kontrol non-ekuivalen (the nonequivalent control group design),
dimana pada desain penelitian ini melibatkan dua kelompok yang tidak dipilih
secara acak. Kelompok pertama memperoleh perlakuan yaitu pembelajaran
berbasis
masalah
sedangkan
kelompok
lainnya
memperoleh
pembelajaran
konvensional. Masing-masing kelompok diberi tes sebanyak dua kali, yaitu
sebelum perlakuan (pretes) dan sesudah perlakuan (posttes). Kemudian dilihat
perbedaan peningkatan kemampuan menyusun dan menguji konjektur matematis
dan Self-Confidence siswa antara kedua kelompok. Dengan demikian maka desain
penelitiannya (Ruseffendi, 2005) adalah sebagai berikut:
O
X
O
O
O
Keterangan:
O
:pretes atau posttes
X
:perlakuan
berupa
pembelajaran
pembelajaran
dengan
berbasis
menggunakan
masalah
25
Yuyun Desfrita Azura, 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN D AN MENGUJI KONJEKTUR MATEMATIS D AN
SELF-CONFID ENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
26
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Pengambilan data dalam penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1
Sungai Apit, Kabupaten Siak, Riau. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Sungai Apit sebanyak 157 siswa yang terbagi ke
dalam 5 kelas. Pertimbangan yang diambil yaitu pola pikir siswa sudah masuk
pada tahap operasi formal. Sedangkan sampel dari penelitian ini adalah siswa
kelas tujuh SMP yang didasarkan pada pertimbangan pengambilan subjek dalam
penelitian ini sesuai dengan Lasmanawati (2011) yang menyebutkan bahwa siswa
SMP merupakan siswa yang sudah dapat menyesuaikan diri dengan kondisi di
lingkungan sekolahnya, dan telah memiliki dasar matematika yang relatif sama.
Siswa SMP berusia sekitar 13-15 tahun, dan dalam rentang usia tersebut siswa
sudah dianggap matang untuk menerima pembaharuan dalam penggunaan model
maupun pendekatan pembelajaran.
Dari beberapa kelas tujuh yang ada di sekolah tersebut yang setiap
kelompok kelasnya memiliki karakteristik yang sama, dipilih dua kelas untuk
dijadikan sampel penelitian. Satu kelas digunakan sebagai kelas eksperimen dan
satu kelas lagi digunakan sebagai kelas kontrol. Dalam penelitian ini kelas
VII-
1 sebagai kelas Ekserimen dan kelas VII-2 sebagai kelas kontrol.
3.3 Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2010) jika dilihat berdasarkan hubungan antar satu
variabel dengan variabel yang lain, maka jenis-jenis variabel dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat
(dependent variable).
A. Variabel Bebas
Sugiyono (2008) berpendapat bahwa variabel bebas merupakan variabel
yang akan mempengaruhi dan dapat dikatakan sebagai sebab timbulnya variabel
terikat. Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi variabel bebas dalam
penelitian ini adalah pembelajaran berbasis masalah.
Yuyun Desfrita Azura, 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN D AN MENGUJI KONJEKTUR MATEMATIS D AN
SELF-CONFID ENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
27
B. Variabel Terikat
Sugiyono (2008) berpendapat bahwa variabel terikat merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari variabel bebas. Berdasarkan
pengertian tersebut, maka yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini
adalah kemampuan menyusun dan menguji konjektur matematis dan SelfConfidence siswa.
3.4 Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan
berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa
(LKS) sedangkan instrumen penelitian berupa instrumen tes dan non tes.
A. Perangkat Pembelajaran
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
merupakan
rencana
pembelajaran yang dikembangkan secara rinci mengacu pada silabus, buku teks
pelajaran, dan buku panduan guru. RPP mencakup: identitas sekolah/madrasah,
mata pelajaran, dan kelas/semester; alokasi waktu; SK, KD, indikator pencapaian
kompetensi; tujuan pembelajaran;
materi pembelajaran; strategi pembelajaran;
kegiatan pembelajaran; penilaian; dan media/alat, bahan, dan sumber belajar.
Dalam penelitian ini, RPP untuk kelas kontrol disesuaikan dengan langkahlangkah pembelajaran konvensional. Sedangkan RPP untuk kelas eksperimen
disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah.
2) Lembar Kerja Kelompok (LKK)
Lembar Kerja Kelompok (LKK) dalam pembelajaran mempunyai peran
untuk mengonstruksi pemahaman konsep siswa. Untuk membuat Lembar Kerja
Kelompok yang baik haruslah mengacu kepada tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai dan dapat membimbing siswa untuk mendapatkan suatu pemahaman yang
baru. LKK yang digunakan berisi tentang permasalahan dan petunjuk yang harus
Yuyun Desfrita Azura, 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN D AN MENGUJI KONJEKTUR MATEMATIS D AN
SELF-CONFID ENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
28
diselesaikan
siswa.
Petunjuk
ini
menuntun
siswa
untuk
menyelesaikan
permasalahan dan mengarahkan pada konsep matematika.
B. Instrumen Penelitian
Instrumen tes adalah suatu alat pengumpulan data untuk mengevaluasi
kemampuan kognitif, afektif, dan psikmotor siswa. Instrumen tes yang digunakan
berupa tes kemampuan menyusun dan menguji konjektur matematis. Dalam
penelitian ini akan dilaksanakan dua kali tes, yaitu pretes untuk mengetahui
kemampuan awal siswa dalam memahami konsep suatu materi matematika yang
dipelajarinya sebelum mendapatkan perlakuan dan posttes untuk mengetahui
sejauh mana variabel bebas berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan
menyusun dan menguji konjektur matematis dan Self-Confidence siswa setelah
mendapatkan perlakuan.
Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dengan
bentuk uraian. Tes uraian dipilih karena dengan tes uraian akan terlihat sejauh
mana siswa dapat mencapai setiap indikator kemampuan menyusun dan menguji
konjektur matematis. Menurut Suherman (2003) penyajian soal tipe subjektif
dalam bentuk uraian ini mempunyai beberapa kelebihan, yaitu: 1) pembuatan soal
bentuk uraian relatif lebih mudah dan bisa dibuat dalam kurun waktu yang tidak
terlalu lama; 2) hasil evaluasi lebih dapat mencerminkan kemampuan siswa
sebenarnya; dan 3) proses pengerjaan tes akan menimbulkan kreativitas dan
aktivitas positif siswa, karena tes tersebut menuntut siswa agar berpikir secara
sistematik, menyampaikan pendapat dan argumentasi, mengaitkan fakta-fakta
yang relevan.
Ruseffendi (2005) mengatakan bahwa suatu instrumen dikatakan valid
bila instrumen itu mampu mengukur apa yang semestinya diukur. Oleh sebab itu,
sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen tes kemampuan menyusun dan
menguji konjektur matematis diujicobakan terlebih dahulu kepada subjek lain
diluar sampel yang telah mempelajari materi yang terdapat pada instrumen
Yuyun Desfrita Azura, 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN D AN MENGUJI KONJEKTUR MATEMATIS D AN
SELF-CONFID ENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
29
tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui validitas,
reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran dari tiap soal pada instrumen
tersebut. Kriteria perhitungannya adalah sebagai berikut:
1) Validitas
Suatu alat evaluasi dapat dikatakan valid apabila alat tersebut mampu
mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Pada penelitian ini digunakan
korelasi produk moment memakai angka kasar (raw score) dalam menentukan
koefisien validitas soal. Untuk validitas soal, dilakukan pengujian validitas tiap
butir dan validitas banding. Dalam penelitian ini untuk mengetahui validitas
instrumen dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson (dalam
Suherman, 2003) sebagai berikut:
√
Keterangan:
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
menyatakan koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y,
menyatakan skor testi pada tiap butir soal,
menyatakan skor total tiap testi,
menyatakan banyak testi.
Kriteria koefisien validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
interpretasi kriteria koefisien validitas menurut Gulford yang diadaptasi oleh
Suherman (2003) sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kriteria Koefisien Validitas
Koefisien Validitas (
0,90
1,00
)
Keterangan
Validitas sangat tinggi
Yuyun Desfrita Azura, 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN D AN MENGUJI KONJEKTUR MATEMATIS D AN
SELF-CONFID ENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
30
0,70
< 0,90
Validitas tinggi
0,40
< 0,70
Validitas sedang
0,20
< 0,40
Validitas rendah
0,00
< 0,20
Validitas sangat rendah
< 0,00
Tidak valid
Hasil pengujian validitas instrumen tes kemampuan menyusun konjektur
matematis yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Data Hasil Uji Validitas Kemampuan Menyusun Konjektur Matematis
No Soal
Koefisien (rxy )
Kategori
Kriteria
1
0,747
Tinggi
Valid
2
0,768
Tinggi
Valid
3
0,745
Tinggi
Valid
4
0,743
Tinggi
Valid
5
0,645
Sedang
Valid
Berdasarkan data dari Tabel 3.2 diperoleh informasi bahwa hasil uji
validitas kemampuan menyusun konjektur matematis untuk butir soal nomor 1
dengan koefisien validitas sebesar 0,747 termasuk pada kategori tinggi dengan
kriteria valid.
Koefisien validitas kemampuan menyusun konjektur matematis
untuk butir soal nomor 2 sebesar 0,768 termasuk pada kategori tinggi dengan
kriteria valid. Koefisien validitas kemampuan menyusun konjektur matematis
untuk butir soal nomor 3 sebesar 0,745 termasuk pada kategori tinggi dengan
kriteria valid. Koefisien validitas kemampuan menyusun konjektur matematis
untuk butir soal nomor 4 sebesar 0,743 termasuk pada kategori tinggi dengan
Yuyun Desfrita Azura, 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN D AN MENGUJI KONJEKTUR MATEMATIS D AN
SELF-CONFID ENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
31
kriteria valid. Koefisien validitas kemampuan menyusun konjektur matematis
untuk butir soal nomor 5 sebesar 0,645 termasuk pada kategori sedang dengan
kriteria valid.
Hasil pengujian validitas instrumen tes kemampuan menguji konjektur
matematis yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Data Hasil Uji Validitas Kemampuan Menguji Konjektur Matematis
No Soal
Koefisien (rxy )
Kategori
Kriteria
1
0,705
Tinggi
Valid
2
0,780
Tinggi
Valid
3
0,803
Tinggi
Valid
4
0,914
Sangat Tinggi
Valid
5
0,900
Tinggi
Valid
Berdasarkan data dari Tabel 3.3 diperoleh informasi bahwa hasil uji
validitas kemampuan menguji konjektur matematis untuk butir soal nomor 1
dengan koefisien validitas sebesar 0,705 termasuk pada kategori tinggi dengan
kriteria valid.
Koefisien validitas kemampuan menguji konjektur matematis untuk
butir soal nomor 2 sebesar 0,780 termasuk pada kategori tinggi dengan kriteria
valid. Koefisien validitas kemampuan menguji konjektur matematis untuk butir
soal nomor 3 sebesar 0,803 termasuk pada kategori tinggi dengan kriteria valid.
Koefisien validitas kemampuan menyusun konjektur matematis untuk butir soal
nomor 4 sebesar 0,914 termasuk pada kategori sangat tinggi dengan kriteria valid.
Koefisien validitas kemampuan menyusun konjektur matematis untuk butir soal
nomor 5 sebesar 0,900 termasuk pada kategori tinggi dengan kriteria valid.
2) Reliabilitas
Yuyun Desfrita Azura, 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN D AN MENGUJI KONJEKTUR MATEMATIS D AN
SELF-CONFID ENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
32
Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu
alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten/ajeg). Hasil pengukuran
itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subjek yang
sama meskipun dilakukan oleh orang
yang berbeda, waktu yang berbeda, dan
tempat yang berbeda pula (Suherman, 2003). Alat ukur yang reliabel adalah alat
ukur yang reliabilitasnya tinggi.
Teknik yang digunakan dalam
menentukan koefisien realibilitas bentuk
uraian adalah dengan menggunakan formula Alpa-Cronbach’s (dalam Suherman,
2003) yaitu:
∑
Keterangan:
menyatakan koefisien reliabilitas,
menyatakan banyak butir soal (item),
∑
menyatakan jumlah varians skor setiap item,
menyatakan varians skor total.
Sedangkan untuk
menghitung varians (Suherman,
2003) digunakan
rumus:
∑
∑
Kriteria
∑
∑
menyatakan jumlah kuadrat skor tiap item
menyatakan jumlah skor tiap item dikuadratkan
menyatakan jumlah responden
koefisien
reliabilitas
alat
evaluasi yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah interpretasi kriteria koefisien reliabilitas menurut Guilford
(dalam Suherman, 2003) sebagai berikut:
Tabel 3.4
Yuyun Desfrita Azura, 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN D AN MENGUJI KONJEKTUR MATEMATIS D AN
SELF-CONFID ENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
33
Kriteria Koefisien Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas (
)
Keterangan
0,90
1,00
Derajat Reliabilitas sangat tinggi
0,70
< 0,90
Derajat Reliabilitas tinggi
0,40
< 0,70
Derajat Reliabilitas sedang
0,20
0,40
Derajat Reliabilitas rendah
< 0,20
Derajat Reliabilitas sangat rendah
Adapun koefisien reliabilitas kemampuan menyusun konjektur matematis
yang diperoleh melalui hasil uji Anates secara keseluruhan adalah 0,78, sehingga
dapat
diinterpretasikan
bahwa
soal
tes
kemampuan
menyusun
konjektur
matematis mempunyai reliabilitas yang tinggi. Sedangkan koefisien reliabilitas
kemampuan menguji konjektur matematis yang diperoleh melalui hasil uji coba
reliabilitas butir soal secara keseluruhan adalah 0,86, hal ini menunjukkan bahwa
soal tes kemampuan menguji konjektur matematis juga mempunyai reliabilitas
yang tinggi.
3) Daya Pembeda
Daya pembeda (DP) dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh
kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang mengetahui
jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut
(atau testi yang menjawab salah) (Suherman, 2003). Daya pembeda dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
̅
̅
Keterangan:
menyatakan daya pembeda,
̅
̅
menyatakan rata-rata skor kelompok atas,
menyatakan rata-rata skor kelompok bawah,
menyatakan skor maksimal ideal (bobot).
Yuyun Desfrita Azura, 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN D AN MENGUJI KONJEKTUR MATEMATIS D AN
SELF-CONFID ENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
34
Klasifikasi daya pembeda yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5
Klasifikasi Daya Pembeda
Daya Pembeda (DP)
Keterangan
0,70 < DP
1,00
Sangat baik
0,40 < DP
0,70
Baik
0,20 < DP
0,40
Cukup
0,00 < DP
0,20
Jelek
DP
0,00
Sangat jelek
Hasil pengujian daya pembeda instrumen tes kemampuan menyusun
konjektur matematis yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
3.6.
Tabel 3.6
Data Hasil Uji Daya Pembeda Kemampuan Menyusun Konjektur Matematis
No Soal
Indeks Daya Pembeda
Keterangan
1
0,35
Cukup
2
0,35
Cukup
3
0,46
Baik
4
0,32
Cukup
5
0,21
Cukup
Berdasarkan Tabel 3.6 diperoleh informasi , dapat dikatakan bahwa butir
soal nomor 1 dengan indeks daya pembeda sebesar 0,35 dengan kriteria cukup, ini
berarti soal diterima namun diperbaiki. Butir soal nomor 2 dengan indeks daya
pembeda sebesar 0,35 dengan kriteria cukup, ini berarti soal diterima dan
diperbaiki. Butir soal nomor 3 dengan indeks daya pembeda sebesar 0,46 dengan
Yuyun Desfrita Azura, 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN D AN MENGUJI KONJEKTUR MATEMATIS D AN
SELF-CONFID ENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
35
kriteria baik, ini berarti soal diterima. Butir soal nomor 4 dengan indeks daya
pembeda sebesar 0,32 dengan kriteria cukup, ini berarti soal diterima dan
diperbaiki. Butir soal nomor 5 dengan indeks daya pembeda sebesar 0,21 dengan
kriteria cukup, ini berarti soal diterima dan diperbaiki.
Sedangkan hasil pengujian daya pembeda instrumen tes kemampuan
menguji konjektur matematis yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7
Data Hasil Uji Daya Pembeda Kemampuan Menguji Konjektur Matematis
No Soal
1
2
3
4
5
Indeks Daya Pembeda
0,39
0,57
0,53
0,67
0,67
Keterangan
Cukup
Baik
Baik
Baik
Baik
Berdasarkan Tabel 3.7 diperoleh informasi bahwa butir soal nomor 1
dengan indeks daya pembeda sebesar 0,39 dengan kriteria cukup, ini berarti soal
diterima namun diperbaiki. Butir soal nomor 2 dengan indeks daya pembeda
sebesar 0,57 dengan kriteria baik, ini berarti soal diterima. Butir soal nomor 3
dengan indeks daya pembeda sebesar 0,53 dengan kriteria baik, ini berarti soal
diterima. Butir soal nomor 4 dengan indeks daya pembeda sebesar 0,67 dengan
kriteria baik, ini berarti soal diterima. Butir soal nomor 5 dengan indeks daya
pembeda sebesar 0,67 dengan kriteria baik, ini berarti soal diterima.
4) Indek Kesukaran
Derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang
disebut indeks kesukaran. Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval
Yuyun Desfrita Azura, 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN D AN MENGUJI KONJEKTUR MATEMATIS D AN
SELF-CONFID ENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
36
0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti
butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran 1,00
berarti
soal
tersebut
terlalu
mudah.
Indeks
kesukaran
dihitung
dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
̅
Keterangan:
menyatakan indeks kesukaran,
̅
menyatakan rata-rata,
menyatakan skor maksimal ideal.
Klasifikasi indeks kesukaran yang digunakan adalah sebagai berikut
(Suherman, 2003):
Tabel 3.8
Klasifikasi Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran (IK)
IK
0,00
Keterangan
Soal terlalu sukar
0,00 < IK < 0,30
Soal sukar
0,30
IK < 0,70
Soal sedang
0,70
IK
Soal mudah
IK
1,00
1,00
Soal terlalu mudah
Adapun hasil pengujian indeks kesukaran instrumen tes kemampuan
menyusun konjektur matematis dapat dilihat pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9
Data Hasil Uji Indeks Kesukaran Kemampuan Menyusun Konjektur
Matematis
No Soal
Indeks Kesukaran (IK)
Keterangan
Yuyun Desfrita Azura, 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN D AN MENGUJI KONJEKTUR MATEMATIS D AN
SELF-CONFID ENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
37
1
0,75
Mudah
2
0,78
Mudah
3
0,73
Mudah
4
0,83
Mudah
5
0,78
Mudah
Berdasarkan Tabel 3.9 diperoleh informasi bahwa indeks kesukaran
untuk butir soal nomer 1 sebesar 0,75 dengan kriteria mudah. Indeks kesukaran
butir soal nomer 2 sebesar 0,78 dengan keriteria mudah. Indeks kesukaran butir
soal nomer 3 sebesar 0,73 dengan kriteria mudah. Indeks kesukaran butir soal
nomer 4 sebesar 0,83 dengan kriteria mudah. Dan indeks kesukaran butir soal
nomer 5 sebesar 0,78 dengan kriteria mudah. Karena secara keseluruhan indeks
kesukaran instrumen tes kemampuan menyusun konjektur matematis memiliki
kriteria mudah, maka instrumen tersebut diperbaiki.
Sedangkan hasil pengujian indeks kesukaran instrumen tes kemampuan
menguji konjektur matematis dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10
Data Hasil Uji Indeks Kesukaran Kemampuan Menguji Konjektur
Matematis
No Soal
Indeks Kesukaran (IK)
Keterangan
1
0,51
Sedang
2
0,46
Sedang
3
0,48
Sedang
4
0,51
Sedang
5
0,48
Sedang
Yuyun Desfrita Azura, 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN D AN MENGUJI KONJEKTUR MATEMATIS D AN
SELF-CONFID ENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
38
Berdasarkan Tabel 3.10 diperoleh informasi bahwa indeks kesukaran
yang diperoleh untuk butir soal nomer 1 sebesar 0,51 berada pada kategori
sedang. Indeks kesukaran butir soal nomer 2 sebesar 0,46 berada pada katgori
sedang. Indeks kesukaran butir soal nomer 3 sebesar 0,48 berada pada kategori
sedang. Indeks kesukaran butir soal nomer 4 sebesar 0,51 berada pada kategori
sedang. Dan indeks kesukaran butir soal nomer 5 sebesar 0,48 berada pada
kategori sedang. Karena secara keseluruhan indeks kesukaran instrumen tes
kemampuan menguji konjektur matematis berada pada kategori sedang maka
instrumen tersebut diperbaiki.
Selain instrumen tes, instrumen non-tes juga digunakan dalam penelitian
ini, yaitu angket, lembar observasi, dan wawancara. Definisi angket menurut
Suherman (2003) adalah sebuah daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus
dijawab oleh responden yang berfungsi sebagai alat pengumpul data. Angket
berfungsi sebagai alat pengumpul data yang berupa keadaan atau data diri,
pengalaman,
pengetahuan,
sikap
dan pendapat mengenai suatu hal. Pada
penelitian ini, angket digunakan sebagai alat pengukur skala Self-Confidence
siswa. Untuk menjawab angket ini siswa diminta untuk menjawab dengan
memberi tanda centang pada jawaban yang telah tersedia yang terdiri dari lima
pilihan, yaitu Sangat Sering (SS), Sering (S), Jarang (J ), Jarang Sekali (JS), dan
Tidak Pernah . Lima pilihan ini digunakan untuk menghindari pilihan ragu-ragu
siswa terhadap pertanyaan yang diberikan.
Selanjutnya, untuk mengukur Self-Confidence siswa perlu dilakukan uji
validitas dan reliabilitas terhadap angket yang akan diberikan agar layak dijadikan
instrumen penelitian. Validitas muka dan validitas isi dilakukan oleh dosen
pembimbing. Kemudian untuk mengukur validitas muka instrumen juga diberikan
kepada beberapa siswa di SMP Negeri 14 Bandung. Berdasarkan hasil yang
deperoleh baik dari dosen pembimbing maupun siswa, instrumen diperbaiki dalam
hal susunan kalimat dan redaksi kata yang digunakan. Selanjutnya dilakukan uji
coba di lapangan untuk uji validitas dan reliabilitas angket tersebut. Selain
Yuyun Desfrita Azura, 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN D AN MENGUJI KONJEKTUR MATEMATIS D AN
SELF-CONFID ENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
39
menggunakan angket untuk mengukur Self-Confidence siswa dalam pembelajaran
matematika, guru juga menggunakan lembar observasi dan melakukan wawancara
terhadap beberapa siswa.
Lembar observasi adalah lembar aktivitas guru dan aktivitas siswa
selama
proses pembelajaran berlangsung.
bertujuan
untuk
mengetahui
kesesuaian
Lembar observasi aktivitas guru
penggunaan
pembelajaran
berbasis
masalah di dalam kelas. Selain itu, lembar observasi ini juga digunakan sebagai
bahan evaluasi bagi guru dengan melihat apakah pembelajaran berlangsung sesuai
dengan langkah pelaksanaan model pembelajaran yang digunakan atau tidak.
Lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengamati sikap siswa
terhadap pembelajaran. Lembar observasi ini diisi oleh observer selama proses
pembelajaran berlangsung pada setiap pertemuan pembelajaran. Adapun hasil uji
instrumen
angket
Self-Confidence
menunjukkan
bahwa
22
dari
jumlah
keseluruhan butir angket sebanyak 20 butir menunjukkan hasil yang valid,
sedangkan 2 butir lainnya tidak valid. Hal ini dilihat dari nilai Pearson
Correlation sebesar 0,219
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kuasi eksperimen. Menurut Ruseffendi
(2005) pada penelitian kuasi eksperimen subjek (siswa) tidak dikelompokkan
secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa adanya. Pemilihan
sampel secara tidak acak dilakukan dengan pertimbangan bahwa kelas telah
terbentuk sebelumnya sehingga tidak dilakukan pengelompokan secara acak,
karena pembentukan kelas baru akan menyebabkan kekacauan jadwal pelajaran
yang telah ada di sekolah.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
kelompok kontrol non-ekuivalen (the nonequivalent control group design),
dimana pada desain penelitian ini melibatkan dua kelompok yang tidak dipilih
secara acak. Kelompok pertama memperoleh perlakuan yaitu pembelajaran
berbasis
masalah
sedangkan
kelompok
lainnya
memperoleh
pembelajaran
konvensional. Masing-masing kelompok diberi tes sebanyak dua kali, yaitu
sebelum perlakuan (pretes) dan sesudah perlakuan (posttes). Kemudian dilihat
perbedaan peningkatan kemampuan menyusun dan menguji konjektur matematis
dan Self-Confidence siswa antara kedua kelompok. Dengan demikian maka desain
penelitiannya (Ruseffendi, 2005) adalah sebagai berikut:
O
X
O
O
O
Keterangan:
O
:pretes atau posttes
X
:perlakuan
berupa
pembelajaran
pembelajaran
dengan
berbasis
menggunakan
masalah
25
Yuyun Desfrita Azura, 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN D AN MENGUJI KONJEKTUR MATEMATIS D AN
SELF-CONFID ENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
26
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Pengambilan data dalam penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1
Sungai Apit, Kabupaten Siak, Riau. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Sungai Apit sebanyak 157 siswa yang terbagi ke
dalam 5 kelas. Pertimbangan yang diambil yaitu pola pikir siswa sudah masuk
pada tahap operasi formal. Sedangkan sampel dari penelitian ini adalah siswa
kelas tujuh SMP yang didasarkan pada pertimbangan pengambilan subjek dalam
penelitian ini sesuai dengan Lasmanawati (2011) yang menyebutkan bahwa siswa
SMP merupakan siswa yang sudah dapat menyesuaikan diri dengan kondisi di
lingkungan sekolahnya, dan telah memiliki dasar matematika yang relatif sama.
Siswa SMP berusia sekitar 13-15 tahun, dan dalam rentang usia tersebut siswa
sudah dianggap matang untuk menerima pembaharuan dalam penggunaan model
maupun pendekatan pembelajaran.
Dari beberapa kelas tujuh yang ada di sekolah tersebut yang setiap
kelompok kelasnya memiliki karakteristik yang sama, dipilih dua kelas untuk
dijadikan sampel penelitian. Satu kelas digunakan sebagai kelas eksperimen dan
satu kelas lagi digunakan sebagai kelas kontrol. Dalam penelitian ini kelas
VII-
1 sebagai kelas Ekserimen dan kelas VII-2 sebagai kelas kontrol.
3.3 Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2010) jika dilihat berdasarkan hubungan antar satu
variabel dengan variabel yang lain, maka jenis-jenis variabel dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat
(dependent variable).
A. Variabel Bebas
Sugiyono (2008) berpendapat bahwa variabel bebas merupakan variabel
yang akan mempengaruhi dan dapat dikatakan sebagai sebab timbulnya variabel
terikat. Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi variabel bebas dalam
penelitian ini adalah pembelajaran berbasis masalah.
Yuyun Desfrita Azura, 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN D AN MENGUJI KONJEKTUR MATEMATIS D AN
SELF-CONFID ENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
27
B. Variabel Terikat
Sugiyono (2008) berpendapat bahwa variabel terikat merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari variabel bebas. Berdasarkan
pengertian tersebut, maka yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini
adalah kemampuan menyusun dan menguji konjektur matematis dan SelfConfidence siswa.
3.4 Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan
berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa
(LKS) sedangkan instrumen penelitian berupa instrumen tes dan non tes.
A. Perangkat Pembelajaran
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
merupakan
rencana
pembelajaran yang dikembangkan secara rinci mengacu pada silabus, buku teks
pelajaran, dan buku panduan guru. RPP mencakup: identitas sekolah/madrasah,
mata pelajaran, dan kelas/semester; alokasi waktu; SK, KD, indikator pencapaian
kompetensi; tujuan pembelajaran;
materi pembelajaran; strategi pembelajaran;
kegiatan pembelajaran; penilaian; dan media/alat, bahan, dan sumber belajar.
Dalam penelitian ini, RPP untuk kelas kontrol disesuaikan dengan langkahlangkah pembelajaran konvensional. Sedangkan RPP untuk kelas eksperimen
disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah.
2) Lembar Kerja Kelompok (LKK)
Lembar Kerja Kelompok (LKK) dalam pembelajaran mempunyai peran
untuk mengonstruksi pemahaman konsep siswa. Untuk membuat Lembar Kerja
Kelompok yang baik haruslah mengacu kepada tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai dan dapat membimbing siswa untuk mendapatkan suatu pemahaman yang
baru. LKK yang digunakan berisi tentang permasalahan dan petunjuk yang harus
Yuyun Desfrita Azura, 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN D AN MENGUJI KONJEKTUR MATEMATIS D AN
SELF-CONFID ENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
28
diselesaikan
siswa.
Petunjuk
ini
menuntun
siswa
untuk
menyelesaikan
permasalahan dan mengarahkan pada konsep matematika.
B. Instrumen Penelitian
Instrumen tes adalah suatu alat pengumpulan data untuk mengevaluasi
kemampuan kognitif, afektif, dan psikmotor siswa. Instrumen tes yang digunakan
berupa tes kemampuan menyusun dan menguji konjektur matematis. Dalam
penelitian ini akan dilaksanakan dua kali tes, yaitu pretes untuk mengetahui
kemampuan awal siswa dalam memahami konsep suatu materi matematika yang
dipelajarinya sebelum mendapatkan perlakuan dan posttes untuk mengetahui
sejauh mana variabel bebas berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan
menyusun dan menguji konjektur matematis dan Self-Confidence siswa setelah
mendapatkan perlakuan.
Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dengan
bentuk uraian. Tes uraian dipilih karena dengan tes uraian akan terlihat sejauh
mana siswa dapat mencapai setiap indikator kemampuan menyusun dan menguji
konjektur matematis. Menurut Suherman (2003) penyajian soal tipe subjektif
dalam bentuk uraian ini mempunyai beberapa kelebihan, yaitu: 1) pembuatan soal
bentuk uraian relatif lebih mudah dan bisa dibuat dalam kurun waktu yang tidak
terlalu lama; 2) hasil evaluasi lebih dapat mencerminkan kemampuan siswa
sebenarnya; dan 3) proses pengerjaan tes akan menimbulkan kreativitas dan
aktivitas positif siswa, karena tes tersebut menuntut siswa agar berpikir secara
sistematik, menyampaikan pendapat dan argumentasi, mengaitkan fakta-fakta
yang relevan.
Ruseffendi (2005) mengatakan bahwa suatu instrumen dikatakan valid
bila instrumen itu mampu mengukur apa yang semestinya diukur. Oleh sebab itu,
sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen tes kemampuan menyusun dan
menguji konjektur matematis diujicobakan terlebih dahulu kepada subjek lain
diluar sampel yang telah mempelajari materi yang terdapat pada instrumen
Yuyun Desfrita Azura, 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN D AN MENGUJI KONJEKTUR MATEMATIS D AN
SELF-CONFID ENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
29
tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui validitas,
reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran dari tiap soal pada instrumen
tersebut. Kriteria perhitungannya adalah sebagai berikut:
1) Validitas
Suatu alat evaluasi dapat dikatakan valid apabila alat tersebut mampu
mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Pada penelitian ini digunakan
korelasi produk moment memakai angka kasar (raw score) dalam menentukan
koefisien validitas soal. Untuk validitas soal, dilakukan pengujian validitas tiap
butir dan validitas banding. Dalam penelitian ini untuk mengetahui validitas
instrumen dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson (dalam
Suherman, 2003) sebagai berikut:
√
Keterangan:
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
menyatakan koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y,
menyatakan skor testi pada tiap butir soal,
menyatakan skor total tiap testi,
menyatakan banyak testi.
Kriteria koefisien validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
interpretasi kriteria koefisien validitas menurut Gulford yang diadaptasi oleh
Suherman (2003) sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kriteria Koefisien Validitas
Koefisien Validitas (
0,90
1,00
)
Keterangan
Validitas sangat tinggi
Yuyun Desfrita Azura, 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN D AN MENGUJI KONJEKTUR MATEMATIS D AN
SELF-CONFID ENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
30
0,70
< 0,90
Validitas tinggi
0,40
< 0,70
Validitas sedang
0,20
< 0,40
Validitas rendah
0,00
< 0,20
Validitas sangat rendah
< 0,00
Tidak valid
Hasil pengujian validitas instrumen tes kemampuan menyusun konjektur
matematis yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Data Hasil Uji Validitas Kemampuan Menyusun Konjektur Matematis
No Soal
Koefisien (rxy )
Kategori
Kriteria
1
0,747
Tinggi
Valid
2
0,768
Tinggi
Valid
3
0,745
Tinggi
Valid
4
0,743
Tinggi
Valid
5
0,645
Sedang
Valid
Berdasarkan data dari Tabel 3.2 diperoleh informasi bahwa hasil uji
validitas kemampuan menyusun konjektur matematis untuk butir soal nomor 1
dengan koefisien validitas sebesar 0,747 termasuk pada kategori tinggi dengan
kriteria valid.
Koefisien validitas kemampuan menyusun konjektur matematis
untuk butir soal nomor 2 sebesar 0,768 termasuk pada kategori tinggi dengan
kriteria valid. Koefisien validitas kemampuan menyusun konjektur matematis
untuk butir soal nomor 3 sebesar 0,745 termasuk pada kategori tinggi dengan
kriteria valid. Koefisien validitas kemampuan menyusun konjektur matematis
untuk butir soal nomor 4 sebesar 0,743 termasuk pada kategori tinggi dengan
Yuyun Desfrita Azura, 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN D AN MENGUJI KONJEKTUR MATEMATIS D AN
SELF-CONFID ENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
31
kriteria valid. Koefisien validitas kemampuan menyusun konjektur matematis
untuk butir soal nomor 5 sebesar 0,645 termasuk pada kategori sedang dengan
kriteria valid.
Hasil pengujian validitas instrumen tes kemampuan menguji konjektur
matematis yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Data Hasil Uji Validitas Kemampuan Menguji Konjektur Matematis
No Soal
Koefisien (rxy )
Kategori
Kriteria
1
0,705
Tinggi
Valid
2
0,780
Tinggi
Valid
3
0,803
Tinggi
Valid
4
0,914
Sangat Tinggi
Valid
5
0,900
Tinggi
Valid
Berdasarkan data dari Tabel 3.3 diperoleh informasi bahwa hasil uji
validitas kemampuan menguji konjektur matematis untuk butir soal nomor 1
dengan koefisien validitas sebesar 0,705 termasuk pada kategori tinggi dengan
kriteria valid.
Koefisien validitas kemampuan menguji konjektur matematis untuk
butir soal nomor 2 sebesar 0,780 termasuk pada kategori tinggi dengan kriteria
valid. Koefisien validitas kemampuan menguji konjektur matematis untuk butir
soal nomor 3 sebesar 0,803 termasuk pada kategori tinggi dengan kriteria valid.
Koefisien validitas kemampuan menyusun konjektur matematis untuk butir soal
nomor 4 sebesar 0,914 termasuk pada kategori sangat tinggi dengan kriteria valid.
Koefisien validitas kemampuan menyusun konjektur matematis untuk butir soal
nomor 5 sebesar 0,900 termasuk pada kategori tinggi dengan kriteria valid.
2) Reliabilitas
Yuyun Desfrita Azura, 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN D AN MENGUJI KONJEKTUR MATEMATIS D AN
SELF-CONFID ENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
32
Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu
alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten/ajeg). Hasil pengukuran
itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subjek yang
sama meskipun dilakukan oleh orang
yang berbeda, waktu yang berbeda, dan
tempat yang berbeda pula (Suherman, 2003). Alat ukur yang reliabel adalah alat
ukur yang reliabilitasnya tinggi.
Teknik yang digunakan dalam
menentukan koefisien realibilitas bentuk
uraian adalah dengan menggunakan formula Alpa-Cronbach’s (dalam Suherman,
2003) yaitu:
∑
Keterangan:
menyatakan koefisien reliabilitas,
menyatakan banyak butir soal (item),
∑
menyatakan jumlah varians skor setiap item,
menyatakan varians skor total.
Sedangkan untuk
menghitung varians (Suherman,
2003) digunakan
rumus:
∑
∑
Kriteria
∑
∑
menyatakan jumlah kuadrat skor tiap item
menyatakan jumlah skor tiap item dikuadratkan
menyatakan jumlah responden
koefisien
reliabilitas
alat
evaluasi yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah interpretasi kriteria koefisien reliabilitas menurut Guilford
(dalam Suherman, 2003) sebagai berikut:
Tabel 3.4
Yuyun Desfrita Azura, 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN D AN MENGUJI KONJEKTUR MATEMATIS D AN
SELF-CONFID ENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
33
Kriteria Koefisien Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas (
)
Keterangan
0,90
1,00
Derajat Reliabilitas sangat tinggi
0,70
< 0,90
Derajat Reliabilitas tinggi
0,40
< 0,70
Derajat Reliabilitas sedang
0,20
0,40
Derajat Reliabilitas rendah
< 0,20
Derajat Reliabilitas sangat rendah
Adapun koefisien reliabilitas kemampuan menyusun konjektur matematis
yang diperoleh melalui hasil uji Anates secara keseluruhan adalah 0,78, sehingga
dapat
diinterpretasikan
bahwa
soal
tes
kemampuan
menyusun
konjektur
matematis mempunyai reliabilitas yang tinggi. Sedangkan koefisien reliabilitas
kemampuan menguji konjektur matematis yang diperoleh melalui hasil uji coba
reliabilitas butir soal secara keseluruhan adalah 0,86, hal ini menunjukkan bahwa
soal tes kemampuan menguji konjektur matematis juga mempunyai reliabilitas
yang tinggi.
3) Daya Pembeda
Daya pembeda (DP) dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh
kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang mengetahui
jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut
(atau testi yang menjawab salah) (Suherman, 2003). Daya pembeda dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
̅
̅
Keterangan:
menyatakan daya pembeda,
̅
̅
menyatakan rata-rata skor kelompok atas,
menyatakan rata-rata skor kelompok bawah,
menyatakan skor maksimal ideal (bobot).
Yuyun Desfrita Azura, 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN D AN MENGUJI KONJEKTUR MATEMATIS D AN
SELF-CONFID ENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
34
Klasifikasi daya pembeda yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5
Klasifikasi Daya Pembeda
Daya Pembeda (DP)
Keterangan
0,70 < DP
1,00
Sangat baik
0,40 < DP
0,70
Baik
0,20 < DP
0,40
Cukup
0,00 < DP
0,20
Jelek
DP
0,00
Sangat jelek
Hasil pengujian daya pembeda instrumen tes kemampuan menyusun
konjektur matematis yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
3.6.
Tabel 3.6
Data Hasil Uji Daya Pembeda Kemampuan Menyusun Konjektur Matematis
No Soal
Indeks Daya Pembeda
Keterangan
1
0,35
Cukup
2
0,35
Cukup
3
0,46
Baik
4
0,32
Cukup
5
0,21
Cukup
Berdasarkan Tabel 3.6 diperoleh informasi , dapat dikatakan bahwa butir
soal nomor 1 dengan indeks daya pembeda sebesar 0,35 dengan kriteria cukup, ini
berarti soal diterima namun diperbaiki. Butir soal nomor 2 dengan indeks daya
pembeda sebesar 0,35 dengan kriteria cukup, ini berarti soal diterima dan
diperbaiki. Butir soal nomor 3 dengan indeks daya pembeda sebesar 0,46 dengan
Yuyun Desfrita Azura, 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN D AN MENGUJI KONJEKTUR MATEMATIS D AN
SELF-CONFID ENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
35
kriteria baik, ini berarti soal diterima. Butir soal nomor 4 dengan indeks daya
pembeda sebesar 0,32 dengan kriteria cukup, ini berarti soal diterima dan
diperbaiki. Butir soal nomor 5 dengan indeks daya pembeda sebesar 0,21 dengan
kriteria cukup, ini berarti soal diterima dan diperbaiki.
Sedangkan hasil pengujian daya pembeda instrumen tes kemampuan
menguji konjektur matematis yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7
Data Hasil Uji Daya Pembeda Kemampuan Menguji Konjektur Matematis
No Soal
1
2
3
4
5
Indeks Daya Pembeda
0,39
0,57
0,53
0,67
0,67
Keterangan
Cukup
Baik
Baik
Baik
Baik
Berdasarkan Tabel 3.7 diperoleh informasi bahwa butir soal nomor 1
dengan indeks daya pembeda sebesar 0,39 dengan kriteria cukup, ini berarti soal
diterima namun diperbaiki. Butir soal nomor 2 dengan indeks daya pembeda
sebesar 0,57 dengan kriteria baik, ini berarti soal diterima. Butir soal nomor 3
dengan indeks daya pembeda sebesar 0,53 dengan kriteria baik, ini berarti soal
diterima. Butir soal nomor 4 dengan indeks daya pembeda sebesar 0,67 dengan
kriteria baik, ini berarti soal diterima. Butir soal nomor 5 dengan indeks daya
pembeda sebesar 0,67 dengan kriteria baik, ini berarti soal diterima.
4) Indek Kesukaran
Derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang
disebut indeks kesukaran. Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval
Yuyun Desfrita Azura, 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN D AN MENGUJI KONJEKTUR MATEMATIS D AN
SELF-CONFID ENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
36
0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti
butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran 1,00
berarti
soal
tersebut
terlalu
mudah.
Indeks
kesukaran
dihitung
dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
̅
Keterangan:
menyatakan indeks kesukaran,
̅
menyatakan rata-rata,
menyatakan skor maksimal ideal.
Klasifikasi indeks kesukaran yang digunakan adalah sebagai berikut
(Suherman, 2003):
Tabel 3.8
Klasifikasi Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran (IK)
IK
0,00
Keterangan
Soal terlalu sukar
0,00 < IK < 0,30
Soal sukar
0,30
IK < 0,70
Soal sedang
0,70
IK
Soal mudah
IK
1,00
1,00
Soal terlalu mudah
Adapun hasil pengujian indeks kesukaran instrumen tes kemampuan
menyusun konjektur matematis dapat dilihat pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9
Data Hasil Uji Indeks Kesukaran Kemampuan Menyusun Konjektur
Matematis
No Soal
Indeks Kesukaran (IK)
Keterangan
Yuyun Desfrita Azura, 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN D AN MENGUJI KONJEKTUR MATEMATIS D AN
SELF-CONFID ENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
37
1
0,75
Mudah
2
0,78
Mudah
3
0,73
Mudah
4
0,83
Mudah
5
0,78
Mudah
Berdasarkan Tabel 3.9 diperoleh informasi bahwa indeks kesukaran
untuk butir soal nomer 1 sebesar 0,75 dengan kriteria mudah. Indeks kesukaran
butir soal nomer 2 sebesar 0,78 dengan keriteria mudah. Indeks kesukaran butir
soal nomer 3 sebesar 0,73 dengan kriteria mudah. Indeks kesukaran butir soal
nomer 4 sebesar 0,83 dengan kriteria mudah. Dan indeks kesukaran butir soal
nomer 5 sebesar 0,78 dengan kriteria mudah. Karena secara keseluruhan indeks
kesukaran instrumen tes kemampuan menyusun konjektur matematis memiliki
kriteria mudah, maka instrumen tersebut diperbaiki.
Sedangkan hasil pengujian indeks kesukaran instrumen tes kemampuan
menguji konjektur matematis dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10
Data Hasil Uji Indeks Kesukaran Kemampuan Menguji Konjektur
Matematis
No Soal
Indeks Kesukaran (IK)
Keterangan
1
0,51
Sedang
2
0,46
Sedang
3
0,48
Sedang
4
0,51
Sedang
5
0,48
Sedang
Yuyun Desfrita Azura, 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN D AN MENGUJI KONJEKTUR MATEMATIS D AN
SELF-CONFID ENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
38
Berdasarkan Tabel 3.10 diperoleh informasi bahwa indeks kesukaran
yang diperoleh untuk butir soal nomer 1 sebesar 0,51 berada pada kategori
sedang. Indeks kesukaran butir soal nomer 2 sebesar 0,46 berada pada katgori
sedang. Indeks kesukaran butir soal nomer 3 sebesar 0,48 berada pada kategori
sedang. Indeks kesukaran butir soal nomer 4 sebesar 0,51 berada pada kategori
sedang. Dan indeks kesukaran butir soal nomer 5 sebesar 0,48 berada pada
kategori sedang. Karena secara keseluruhan indeks kesukaran instrumen tes
kemampuan menguji konjektur matematis berada pada kategori sedang maka
instrumen tersebut diperbaiki.
Selain instrumen tes, instrumen non-tes juga digunakan dalam penelitian
ini, yaitu angket, lembar observasi, dan wawancara. Definisi angket menurut
Suherman (2003) adalah sebuah daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus
dijawab oleh responden yang berfungsi sebagai alat pengumpul data. Angket
berfungsi sebagai alat pengumpul data yang berupa keadaan atau data diri,
pengalaman,
pengetahuan,
sikap
dan pendapat mengenai suatu hal. Pada
penelitian ini, angket digunakan sebagai alat pengukur skala Self-Confidence
siswa. Untuk menjawab angket ini siswa diminta untuk menjawab dengan
memberi tanda centang pada jawaban yang telah tersedia yang terdiri dari lima
pilihan, yaitu Sangat Sering (SS), Sering (S), Jarang (J ), Jarang Sekali (JS), dan
Tidak Pernah . Lima pilihan ini digunakan untuk menghindari pilihan ragu-ragu
siswa terhadap pertanyaan yang diberikan.
Selanjutnya, untuk mengukur Self-Confidence siswa perlu dilakukan uji
validitas dan reliabilitas terhadap angket yang akan diberikan agar layak dijadikan
instrumen penelitian. Validitas muka dan validitas isi dilakukan oleh dosen
pembimbing. Kemudian untuk mengukur validitas muka instrumen juga diberikan
kepada beberapa siswa di SMP Negeri 14 Bandung. Berdasarkan hasil yang
deperoleh baik dari dosen pembimbing maupun siswa, instrumen diperbaiki dalam
hal susunan kalimat dan redaksi kata yang digunakan. Selanjutnya dilakukan uji
coba di lapangan untuk uji validitas dan reliabilitas angket tersebut. Selain
Yuyun Desfrita Azura, 2016
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN D AN MENGUJI KONJEKTUR MATEMATIS D AN
SELF-CONFID ENCE SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
39
menggunakan angket untuk mengukur Self-Confidence siswa dalam pembelajaran
matematika, guru juga menggunakan lembar observasi dan melakukan wawancara
terhadap beberapa siswa.
Lembar observasi adalah lembar aktivitas guru dan aktivitas siswa
selama
proses pembelajaran berlangsung.
bertujuan
untuk
mengetahui
kesesuaian
Lembar observasi aktivitas guru
penggunaan
pembelajaran
berbasis
masalah di dalam kelas. Selain itu, lembar observasi ini juga digunakan sebagai
bahan evaluasi bagi guru dengan melihat apakah pembelajaran berlangsung sesuai
dengan langkah pelaksanaan model pembelajaran yang digunakan atau tidak.
Lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengamati sikap siswa
terhadap pembelajaran. Lembar observasi ini diisi oleh observer selama proses
pembelajaran berlangsung pada setiap pertemuan pembelajaran. Adapun hasil uji
instrumen
angket
Self-Confidence
menunjukkan
bahwa
22
dari
jumlah
keseluruhan butir angket sebanyak 20 butir menunjukkan hasil yang valid,
sedangkan 2 butir lainnya tidak valid. Hal ini dilihat dari nilai Pearson
Correlation sebesar 0,219