Hubungan Antara Adversity Intelligence Dengan Perilaku Inovatif Pada Wirausaha Etnis Tionghoa

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia
dimana terletak di garis katulistiwa ujung dari Sumatera hingga Papua. Salah
satu keunikan dari Indonesia adalah banyaknya suku dan etnis yang ada di
Indonesia. Kebanyakan pulau terdiri dari beberapa multi etnis baik yang
berjumlah besar maupun yang berjumlah kecil pada setiap geografis lokasi.
Sebuah kota besar terdiri dari beberapa multi etnis baik yang pribumi maupun
non-pribumi yang datang dari negara lain, sehingga menghadapi keberagaman
ini menjadi sebuah aktivitas sehari-hari dalam kalangan masyarakat Indonesia
(Kompas, 2012).
Etnis Tionghoa atau etnis China merupakan populasi terbesar di dunia
saat ini, dan secara tradisional merupakan pemilik usaha yang berhasil di
belahan bumi manapun. Bisnis usaha Tionghoa di Asia diperkirakan mencapai
80% perusahaan, baik yang berskala menengah sampai berskala besar. Hampir
setiap bidang usaha yang dimiliki individu dengan etnis Tionghoa berjalan
dengan baik dan sukses bahkan ada juga yang gagal dalam usaha tersebut,
tetapi tidak banyak dibandingkan dengan usaha etnis Tionghoa yang berjalan
baik dan sukses. Seorang wirausaha etnis Tionghoa tersebut memiliki

karakteristik personal, gaya manajerial serta nilai-nilai sosial dan kultural yang

Universitas Sumatera Utara

memberikan kontribusi kepada wirausaha Tionghoa secara umum (Nasir,
2008).
Banyak orang Tionghoa yang ada di Indonesia relatif lebih sukses
dalam berwirausaha, karena umumnya mereka memiliki motivasi yang positif
dan tinggi, karakteristik mengembangkan sikap serta perilaku bisnis tertentu
yang merupakan kunci sukses mereka, yang pada dasarnya usaha mereka
sangat mendominasi perekonomian Indonesia pada hampir semua sektor
bisnis (Riyanti, 2003).
Sampai sekarang kita bisa melihat bahwa peran orang Tionghoa di
Indonesia dalam bidang ekonomi dan bisnis sangatlah tinggi. Mereka adalah
orang-orang Indonesia yang memiliki jumlah kekayaan terbesar (Wulandari,
2010). Salah satu cara etnis Tionghoa memperoleh kekayaannya adalah
dengan cara berwirausaha. Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri
dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan
inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif. Seorang wirausahawan adalah
orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatankesempatan bisnis, mengumpulkan sumberdaya-sumberdaya yang dibutuhkan

untuk mengambil tindakan yang tepat, mengambil keuntungan serta memiliki
sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia
nyata secara kreatif dalam rangka meraih sukses atau meningkatkan
pendapatan (Soetadi, 2011).

Universitas Sumatera Utara

Salah satu yang mengakibatkan etnis Tionghoa mampu menguasai
perekonomian secara global adalah etos kerja yang menekankan keuletan dan
kerajinan (Tjoe, 2008). Selain itu, orang-orang Tionghoa juga diketahui
memiliki beberapa karakteristik tingkah laku yang dianggap identik dengan
ciri entrepreneur, yaitu: berani mengambil resiko, mencari keuntungan, jeli
dalam melihat kesempatan, memiliki inisiatif, praktis, berani menghadapi
kegagalan, percaya diri, motivasi tinggi, berfikir positif, sabar, memiliki
komitmen, kreatif, asertif, memiliki rasa dan energi yang berlimpah, serta
mengikuti perkembangan teknologi (Riyanti, 2003).
Berwirausaha tidak selalu memberikan hasil yang sesuai dengan
harapan dan keinginan setiap pengusaha. Tidak sedikit pengusaha yang
mengalami kegagalan sehingga mengalami kerugian dan kebangkrutan
(Kasmir, 2006). Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan

perubahan maka ia tidak ada jaminan untuk menjadi wirausaha yang berhasil.
Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani
mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu. Berani
mengadakan perubahan dalam usahanya disebut sebagai inovasi.
Menurut Suryana (2006), inovasi merupakan kemampuan menerapkan
kreativitas dalam rangka memecahkan masalah dan menemukan peluang
(doing new thinks). Inovasi merupakan kemampuan untuk melakukan suatu
hal yang baru dan berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda tersebut dapat
dalam bentuk hasil seperti barang dan jasa, dan bisa pula dalam bentuk proses
seperti ide, metode dan cara sesuatu yang baru dan berbeda yang diciptakan

Universitas Sumatera Utara

melalui proses berfikir kreatif dan bertindak inovatif merupakan nilai
tambahan (value added) dan merupakan keunggulan yang berharga. Nilai
tambah yang berharga adalah sumber peluang bagi wirausaha, ide kreatif akan
muncul apabila wirausaha “look at old think something new or different”.
Kreatif dan inovatif menjadi hal yang tak bisa dilepaskan dari
kesuksesan berwirausaha (Hidayat, 2012). Untuk menciptakan sesuatu
diperlukan suatu kreativitas dan jiwa inovasi yang tinggi. Seseorang yang

memiliki kreativitas dan jiwa inovasi tentu berpikir untuk mencari atau
menciptakan peluang yang baru agar lebih baik dari sebelumnya (Kasmir,
2006).
Faktor penting dalam mengembangkan inovasi adalah dengan
berperilaku inovatif. Perilaku inovatif adalah keseluruhan tindakan individu
yang mengarah pada pemunculan, pengenalan, dan penerapan dari sesuatu
yang baru dan menguntungkan (Kleysen & Street, 2001). Bryd & Bryman
(2003) mengatakan bahwa ada dua dimensi yang mendasari perilaku inovatif
yaitu kreativitas dan pengambilan resiko. Demikian halnya dengan pendapat
Amabile dkk (dalam de Jong & Kamp, 2003) bahwa semua inovasi diawali
dari ide yang kreatif.

Tujuan semula mengadakan inovasi adalah untuk

kemanfaatan perusahaan, jika tidak dikelola dengan baik dapat menjadi
boomerang bagi perusahaan itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Kesuksesan etnis Tionghoa dalam berinovasi juga dapat menjadi

masukan untuk memahami seperti apa model inovasi saat ini dan juga masa
depan. Salah satunya adalah inovasi di bidang otomotif. Menurut President &
Managing Director General Motors Cina, Kevin Wale, pasar otomotif yang
dimiliki etnis Tionghoa berkembang sangat pesat karena inovasi yang
dihasilkan tidak semata sempurna secara teori, namun juga ampuh secara
komersial. Tak hanya itu, pusat-pusat riset di Cina menjadi koneksi para
talenta terbaik dalam mengembangkan beragam proyek (Rofi, 2013).

Inovasi di industri semikonduktor juga tumbuh pesat di Cina. Hasilhasil produknya telah dikibarkan oleh Lenovo, ZTE, Huawei, dan ribuan
manufaktur lainnya ke seluruh dunia melalui produk smartphone dan produk
elektronik lainnya. Salah satu kunci suksesnya adalah kapasitas mentransfer
teknologi dalam skala besar serta kemampuan dalam menangkap pergeseran
pasar. Inovasi lain yang berkembang cepat dengan model yang sama di Cina
adalah industri farmasi. Industri ini berkembang karena mampu memahami
kebutuhan pasar serta secara efektif membuka model riset yang inovatif (Rofi,
2013).

Berdasarkan pernyataan di atas diketahui bahwa etnis Tionghoa telah
banyak melakukan inovasi, namun bukan berarti mereka selalu berhasil karena
akan banyak rintangan, hambatan serta persaingan yang akan dihadapi setiap

wirausahawan. Kemungkinan gagal dalam bisnis adalah ancaman yang selalu
ada bagi wirausaha dalam mencapai kesuksesan (Kandiyatna, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Kegagalan yang mereka alami akan menjadi pendorong untuk mencapai
keberhasilan selanjutnya.
Menurut Stoltz (2000), suksesnya pekerjaan dan hidup terutama
ditentukan oleh adversity intelligence.

Adversity intelligence adalah

kecerdasan daya juang, sebuah kecerdasan yang dimiliki seseorang yang tidak
menyerah ketika terdapat hambatan atau kesulitan (Stoltz, 2000). Dikatakan
juga bahwa adversity intelligence berakar pada bagaimana kita merasakan dan
menghubungkan dengan tantangan- tantangan. Orang yang memiliki adversity
intelligence lebih tinggi tidak menyalahkan pihak lain atas kemunduran yang
terjadi dan mereka bertanggungjawab untuk menyelesaikan masalah. Ia juga
mengemukakan konsep adversity intelligence, merupakan faktor yang paling
penting dalam meraih kesuksesan. Seseorang dengan adversity intelligence

tinggi ini adalah individu yang merasa berdaya, optimis, tabah, teguh dan
memiliki kemampuan bertahan terhadap kesulitan.
Adversity intelligence telah banyak dikaitkan dengan perilaku
kewirausahaan. Salah satunya adalah Stoltz (2000), yang meneliti pola sukses
diantara wirausahawan dan mahasiswa dengan prestasi tinggi. Dari penelitian
tersebut diketahui bahwa adversity intelligence merupakan faktor penentu
terhadap kesuksesan wirausahawan dan mahasiswa yang memiliki prestasi
tinggi.

Universitas Sumatera Utara

Penelitian yang dilakukan oleh Markman (2000) menunjukkan hasil
bahwa individu yang berprofesi sebagai wirausaha memiliki tingkat adversity
quotient yang lebih tinggi daripada masyarakat non-wirausaha (tidak
berprofesi sebagai wirausaha). Selain itu penelitian yang dilakukan Suwarno
(2012) menyatakan bahwa adversity quotient merupakan modal dasar
wirausaha sukses.
Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti
tertarik untuk melihat hubungan antara adversity intelligence dengan perilaku
inovasi pada wirausaha etnis Tionghoa.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: “Apakah terdapat hubungan antara adversity
intelligence dengan perilaku inovatif pada wirausaha etnis Tionghoa?”.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara adversity
intelligence dengan perilaku inovatif pada wirausaha etnis Tionghoa.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat, yaitu:
1. Manfaat Teoritis

Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi yang
bermanfaat bagi pengembangan dan pengetahuan ilmu Psikologi,
khususnya di bidang Psikologi Industri dan Organisasi dan juga dapat
menjadi masukan yang berguna bagi penelitian yang lebih lanjut,

terutama yang berkaitan dengan adversity intelligence dan perilaku
inovatif pada wirausaha.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi wirausahawan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi bagi para wirausahawan bahwa adversity intelligence
dan perilaku inovatif dibutuhkan dalam berwirausaha untuk
mencapai keberhasilan di dunia kewirausahaan.
b. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran khusus mengenai adversity intelligence dan perilaku
inovatif pada wirausaha.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.

Universitas Sumatera Utara


BAB II: Landasan Teori
Bab ini berisi teori yang digunakan sebagai landasan penelitian.
Teor-iteori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
tentang adversity intelligence, perilaku inovatif, kewirausahaan,
dan etnis Tionghoa.
BAB III: Metodologi Penelitian
Bab ini berisi uraian yang menjelaskan mengenai identifikasi
variabel penelitian, definisi operasional, populasi, sampel dan
metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data, validitas
dan reliabilitas alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian, dan
metode analisis data untuk melakukan pengujian hipotesis yang
digunakan oleh peneliti dalam penelitian.
BAB IV: Analisa dan Interpretasi Data
Berisi uraian gambaran subjek penelitian, hasil penelitian, dan
deskripsi data penelitian.
BAB V: Kesimpulan dan Diskusi
Berisi hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan dan diskusi
terhadap data-data yang tidak dapat dijelaskan dengan teori atau
penelitian sebelumnya karena merupakan hal yang baru, serta

saran-saran praktis sesuai hasil dan masalah-masalah penelitian,
serta saran-saran metodologis untuk penyempurnaan penelitian
lanjutan.

Universitas Sumatera Utara