Pengaruh Struktur Modal dan Corporate Governance terhadap Voluntary Disclosure Laporan Tahunan pada Sektor Industri Dasar dan Kimia pada tahun 2014-2015 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka
panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal
sendiri (Darmadji dan Fakhruddin 2011:1). Pasar modal menjembatani hubungan
di antara pemilik modal (investor) dan pihak yang membutuhkan dana. Sebelum
investor berinvestasi di pasar modal, investor memerlukan informasi yang dapat
dipercaya agar keputusan yang dibuatnya benar dan dapat mengurangi risiko yang
dihadapi. Informasi tersebut harus disediakan oleh perusahaan di pasar modal agar
para investor memperoleh informasi secara merata. Keterbukaan perusahaan
terhadap laporan keuangan juga akan meningkatkan kepercayaan investor dan
juga akan meminimalkan ketidakpastian yang dihadapi oleh investor. Laporan
keuangan tahunan merupakan media bagi manajemen perusahaan untuk
memberikan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan merupakan
sarana pertanggung-jawaban kepada publik atas sumber daya yang dikelolanya.
Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa
informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan
informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan
keuangan. Publikasi terhadap informasi akuntansi memungkinkan pasar modal
berfungsi teratur sebagai lembaga yang menyediakan dana bagi perusahaan.

Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan
informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik
9
Universitas Sumatera Utara

puhak dalam maupun pihak luar. Semua investor memerlukan informasi untuk
mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan
diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang
diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka
perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan
transparan.
Informasi

merupakan

kunci

sukses

berinvestasi


di

pasar

modal

(Anoraga,2001:6). Tujuan utama suatu laporan tahunan adalah memberikan
informasi bagi pembuatan keputusan baik pihak internal maupun eksternal.
Disclosure dalam laporan keuangan merupakan suatu informasi yang penting bagi
investor. Dengan adanya informasi atas perusahaan dari laporan keuangan, maka
investor dapat menganalisa tingkat resiko dan kepastian untuk berinvestasi di
perusahaan tersebut.
2.1.1 Voluntary Disclosure
Voluntary disclosure merupakan pengungkapan yang dilakukan secara
sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh lembaga yang berwenang.
Pengungkapan sukarela yang dilakukan perusahaan yang satu dengan yang lain
akan berbeda. Hal ini dikarenakan belum adanya peraturan mengenai luas
pengungkapan sukarela. Sehingga perusahaan bebas memilih jenis informasi yang
akan diungkapkan, yang dipandang manajemen relevan dalam membantu

pengambilan keputusan. (Revsine Larence, et all. 2004:24)
Keputusan perusahaan untuk melakukan pengungkapan informasi selain
yang diwajibkan oleh peraturan yang berlaku juga dipengaruhi oleh beberapa

10
Universitas Sumatera Utara

motif. Healy dan Palepu (2001) menyatakan bahwa terdapat enam motif yang
mempengaruhi perusahaan dalam membuat keputusan voluntary disclosure:
1. Capital Market Transaction
Motif pertama yang mempengaruhi perusahaan untuk melakukan
voluntary disclosure adalah rencana perusahaan untuk menerbitkan saham,
surat hutang, atau instrumen modal lainnya. Sebelum pelaksanaan rencana
tersebut, penting bagi perusahaan untuk menciptakan persepsi yang bagus
tentang kondisi perusahaan di mata investor. Hal ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Healy dan Palepu (1993, 1995), bahwa persepsi
investor sangat penting bagi perusahaan yang hendak menerbitkan saham,
surat hutang, ataupun rencana pendanaan lainnya. Dalam kondisi
demikian, penting bagi perusahaan untuk membangun kepercayaan
investor. Myers dan Majluf (1984) menyebutkan bahwa tantangan utama

bagi perusahaan adalah mengatasi munculnya asimetri informasi yang
sering menghilangkan kepercayaan investor terhadap manajemen. Ketika
hal tersebut terjadi, maka biaya atas pendanaan eksternal akan meningkat.
Hal tersebut memotivasi perusahaan untuk melakukan voluntary
disclosure. Dengan voluntary disclosure., diharapkan dapat meminimalkan
asimetri informasi sehingga pada akhirnya mampu menurunkan biaya atas
pendanaan eksternal.
2. Corporate Control Contest
Motif kedua dari voluntary disclosure oleh perusahaan adalah adanya
persaingan untuk mengelola perusahaan. Dewan komisaris dan para

11
Universitas Sumatera Utara

pemilik modal menyerahkan tanggung jawab kinerja saham perusahaan
kepada manajemen. Warner dan Wruck (1988) menyebutkan bahwa
pergantian CEO berhubungan dengan kinerja saham perusahaan. Harga
saham

yang rendah


menjadi

pemicu terjadinya

pengambilalihan

pengelolaan perusahaan oleh pihak lain. Ketika hal tersebut terjadi, maka
kemungkinan pergantian CEO cukup besar.
Risiko hilangnya pekerjaan sebagai akibat buruknya kinerja saham
perusahaan memotivasi manajemen untuk melakukan pengungkapan
sukarela. Pengung-kapan tersebut diharapkan mampu menjadi media
untuk menjelaskan alasan mengapa harga saham memburuk dan
mengurangi penilaian yang buruk terhadap kinerja manajemen.
3. Stock Compensation
Dalam prakteknya, banyak perusahaan yang menawarkan bentuk
kompensasi lain kepada jajaran manajer dan karyawan. Salah satunya
adalah pemberian hak untuk memberi saham perusahaan pada tingkat
harga tertentu. Kompensasi saham tersebut membuat manajer mamiliki
peran ganda, yaitu sebagai pihak yang menjalankan fungsi eksekutif

perusahaan sekaligus sebagai pemilik saham perusahaan, meskipun dalam
jumlah yang kecil. Hal tersebut yang mempengaruhi manajer dalam
membuat keputusan terkait dengan tingkat pengungkapan informasi
perusahaan.

12
Universitas Sumatera Utara

Manajer yang mendapat kompensasi saham memiliki kecenderungan
untuk melakukan voluntary discolsure. Terdapat dua alasan dilihat dari
sudut pandang yang berbeda, yaitu:
a) Sudut pandang manajer sebagai pihak yang berniat melakukan jual beli
saham yang diperolehnya. Adanya larangan insider trading yang
semakin diperketat, memotivasi manajer untuk melakukan voluntary
disclosure. Dengan voluntary disclosure, diharapkan dapat mengoreksi
nilai saham yang undervalued dan meningkatkan likuiditas saham
perusahaan sehingga manajer dapat memperoleh keuntungan dari jual
beli saham perusahaan pada nilai yang sebenarnya. Meskipun demikian,
praktek insider trading masih terjadi. Praktek ini sebenarnya
menguntungkan manajer karena manajer dapat membeli saham pada

tingkat harga yang lebih rendah. Pada kondisi yang seperti ini, manajer
akan memilih untuk tidak melakukan pengungkapan sukarela.
b) Sudut pandang manajer sebagai pemegang saham perusahaan. Dalam
hal ini manajer akan meningkatkan voluntary disclosure dengan
maksud untuk menurunkan biaya kontrak terkait dengan kompensasi
saham yang diberikan kepada karyawan baru. Kompensasi saham
merupakan salah satu alternatif kompensasi yang menarik bagi manajer
dan karyawan ketika harga saham yang ditentukan benar-benar
mencerminkan nilai perusahaan.

13
Universitas Sumatera Utara

Oleh karena itu, voluntary disclosure tersebut dapat mencegah penilaian
yang salah terhadap saham perusahaan, sehingga pada akhirnya biaya
kontrak atas pemberian kompensasi saham tersebut dapat ditekan.
4. Litigation Cost
Aspek hukum turut berpengaruh dalam keputusan pengungkapan oleh
manajer. Pengaruh pertama adalah ketika hukum atau peraturan yang
berlaku menuntut perusahaan untuk melakukan pengungkapan pada

tingkat dan waktu yang tepat. Ketika hal tersebut terjadi, maka terdapat
kecenderungan bagi manajer untuk meningkatkan voluntary disclosure,
terlebih ketika terdapat informasi negatif tentang perusahaan. Manajer
meningkatkan pengungkapannya dengan maksud untuk menurunkan risiko
terkena tuntutan hukum, karena ketika informasi negatif tersebut ditunda
untuk diungkapkan akan berpotensi memunculkan kerugian terhadap
beberapa pihak, yang pada akhirnya meningkatkan risiko perusahaan
terganjal masalah hukum.
Pengaruh kedua bersifat kebalikan dari pengaruh pertama. Aspek
hukum justru menurunkan kecenderungan manajer untuk melakukan
voluntary disclosure. Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan yakin bahwa
perusahaan tidak melakukan kesalahan yang disengaja, ternasuk dalam
pengungkapan informasi kepada stakeholder dan perusahaan yakin bahwa
sistem hukum dapat membedakan kesalahan manajemen yang benar-benar
disengaja dengan yang tidak disengaja.

14
Universitas Sumatera Utara

5. Management Talent Signaling

Trueman (1986) menyatakan bahwa manajer dengan kemampuan yang
baik memiliki kecenderungan untuk mengungkapkan forecast pendapatan
perusahaan dengan sukarela. Alasan utama yang melatarbelakangi
pernyataan tersebut adalah bahwa nilai perusahaan sangat tergantung
kepada persepsi investor mengenai kemampuan manajer mengelola
perusahaan, terutama dalam menghadapi perubahan di masa mendatang.
Ketika manajer melakukan voluntary disclosure terutama forecast
pendapatan di masa datang, maka investor akan menginterpretasikan
bahwa manajer memiliki strategi dalam menghadapi perubahan di masa
mendatang. Pada akhirnya hal tersebut akan meningkatkan nilai
perusahaan.
6. Propietary Cost
Beberapa

penelitian

sebelumnya

menyatakan


bahwa

tingkat

pengungkapan perusahaan dipengaruhi oleh tingkat persaingan antar
perusahaan adalah Verrechia (1983), Darrough dan Stoughton (1990), dan
Gigler (1994). Hasil dari penelitian-penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa perusahaan memiliki insentif untuk tidak mengungkapkan suatu
informasi jika informasi tersebut dianggap akan membahayakan posisi
persaingannya. Teori ini dikaji lebih jauh oleh Verrechia (2001). Tidak
seperti kelima motif voluntary disclosure lainnya, proprietary cost
hypothesis mengasumsikan bahwa tidak ada konflik kepentingan antara
manajer

dan

pemegang

saham.


Sebagai

hasilnya,

hipotesis

ini

15
Universitas Sumatera Utara

memprediksikan bahwa pengungkapan sukarela akan selalu kredibel. Hal
ini karena fokus dari hipotesis ini adalah economic forces yang membatasi
pengungkapan penuh.
Penelitian Hayes dan

Lundhlom

(1996) membuktikan bahwa

perusahaan-perusahaan yang tingkat kinerjanya relatif sama dengan dalam
bidang industri yang sama cenderung akan mengungkapkan lebih sedikit
informasi dibanding dengan perusahaan yang bergerak dalam industri
lintas bisnis (melakukan diversifikasi).
Menurut Ardi dan Lana (2007) Voluntary Disclosure dalam laporan
tahunan dapat dipengaruhi oleh karakteristik perusahaan dan corporate
governance. Karakteristik tersebut antara lain dapat berupa struktur
permodalan, pemilik saham, profitabilitas, dan ukuran perusahaan. Corporate
governance dapat berupa aktivitas dewan, rapat umum pemegang saham,
dewan direksi, dewan komisarin, dan komite audit.
2.1.2 Struktur Modal
Struktur modal adalah pembiayaan ekuitas dan utang bagi perusahaan.
Pembiayaan dapat berkisar dari modal yang relatif permanen untuk sumber
pendanaan jangka pendek lebih berisiko atau sementara. Setelah perusahaan
memperoleh pembiayaan, itu kemudian berinvestasi dalam berbagai aset. Hal
ini sering diukur dengan seberapa besar sumber pendanaan. Stabilitas
keuangan sebuah perusahaan dan risiko kebangkrutan tergantung pada
sumber-sumber pembiayaan dan jenis dan jumlah dari berbagai aset yang
dimilikinya. (Wild, John J. et all, 2007)
16
Universitas Sumatera Utara

Untuk mengukur struktur modal digunakan ratio struktur modal yang
disebut leverage ratio. Rasio leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan
untuk mengukur sampai sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang
(Riyanto, 1995). Rasio leverage mencakup total debt to equity ratio, total
debt to total capital assets, long term debt to equity rtio, longible assets debt
coverage, dan times interest earned ratio. Rasio ini membandingkan total
utang dengan total modal pemilik (ekuitas). Perusahaan yang menggunakan
dana eksternal lebih banyak daripada modal sendiri dituntut untuk
mengungkapkan informasi lebih banyak dalam laporan keuangannya.
Hal ini sesuai dengan teori signaling yang menyatakan bahwa
perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi memiliki kewajiban untuk
melakukan pengungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan
leverage rendah. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan
rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak
informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal yang
seperti itu lebih tinggi (Marwata, 2001:26).
Debt to equity ratio merupakan proporsi total hutang terhadap ratarata ekuitas pemegang saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan
gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat
dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang.
2.1.3 Corporate Governance
Organization for Economic Co-operation and Development (OECD)
menjelaskan mengenai corporate governance yaitu “sekumpulan hubungan

17
Universitas Sumatera Utara

antara pihak manajemen perusahaan, dewan komisaris dan pemegang saham,
dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan”. Sedangkan
itu,

Forum

Corporate

Governance

in

Indonesia

(FCGI)

(2000)

mendefiniskan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara pemegang saham,

pengurus (pengelola)

perusahaan, pihak kreditur, pemerintahan, karyawan serta para pemegang
kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan
kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan.
OECD mengembangkan lima prinsip Good Corporate Corporate,
yaitu:
1. Hak-hak para pemegang saham (shareholders) dan perlindungannya.
2. Peran

para

karyawan

dan

pihak-pihak

yang

berkepentingan

(stakeholders) lainnya.
3. Pengungkapan (disclosure) yang akurat dan tepat waktu serta
transparansi sehubungan dengan struktur dan operasi korporasi.
4. Tanggung jawab dewan (dewan komisaris maupun direksi) terhadap
perusahaan, pemegang saham dan pihak-pihak berkepentingan lainnya.
Dasar untuk membahas corporate governance adalah teori agensi.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah
sebuah kontrak antara agen (manajer) dengan principal (investor). Konflik
kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak
selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya

18
Universitas Sumatera Utara

keagenan (agency cost). Karena teori keagenan merupakan konsep dasar dari
corporate governance, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk
memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima
return atas dana yang telah mereka investasikan.
Corporate governance berkaitan dengan bagaimana mereka
(investor) yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka,
yakin

bahwa

manajer

tidak

akan

mencuri,

menggelapkan

atau

menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan
berkaitan dengan dana atau kapital yang telah ditanamkan oleh investor, dan
berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer
(Sam’ani, 2008). Dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan corporate
governance dapat menekan atau menurunkan biaya keagenan (agency cost).
Penelitian ini didukung oleh Ho dan Wong (2001) yang menyatakan
corporate governance memiliki dampak yang luas pada pengungkapan
perusahaan. Salah satu unsur corporate governance yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kepemilikan manejrial dan kepemilikan saham publik.
2.1.3.1 Kepemilikan manjerial
Kepemilikan

manajerial

merupakan

persentase

kepemilikan

manajerial perusahaan (jumlah kepemilikan saham oleh komisaris dan
direktur) terhadap total saham beredar. Luo et al. (2006) dalam Darus et al.
(2008) mengemukakan bahwa ketika kepemilikan manajerial meningkat,
maka terdapat peningkatan risk averse untuk kesejahteraan boards itu sendiri
dan dapat menyebabkan pengambilan keputusan yang tidak konsisten dengan

19
Universitas Sumatera Utara

kepentingan pemegang saham eksternal. Sejalan dengan hal ini, boards
tersebut akan cenderung melakukan pengungkapan yang kurang atau
seadanya untuk menghindari pengawasan pemegang saham eksternal.
Warfield et al. (1995) Darus et al. (2008) melihat hubungan
kepemilikan manajerial dan pengungkapan dalam perspektif substitusi. Dari
perspektif ini, manajemen memiliki insentif untuk melakukan kegiatankegiatan yang memaksimalkan nilai perusahaan ketika terdapat kepemilikan
manajerial yang cukup tinggi dalam perusahaan. Kegiatan-kegiatan ini
membuat kepentingan manajemen dan pemegang saham eksternal semakin
sejalan, dan membuat permintaan pemegang saham eksternal terhadap
pengungkapan perusahaan yang lebih detail dalam rangka memonitor
kegiatan manajemen menjadi berkurang.
2.1.3.2 kepemilikan Saham Publik
Kepemilikan saham publik diukur dengan rasio jumlah saham yang
dimiliki masyarakat (publik) dengan total saham. Rasio ini menunjukkan
seberapa besar saham perusahaan yang dimiliki oleh publik. Perusahaan yang
sahamnya banyak dimiliki publik menunjukkan perusahaan tersebut memiliki
kredibilitas yang tinggi dimata masyarakat dalam memberikan imbalan
(deviden) yang layak dan dianggap mampu beroperasi terus menerus (going
concern).merupakan Alasan yang dapat dikemukakan bahwa semakin besar
jumlah saham yang dimiliki masyarakat akan semakin besar informasi yang

20
Universitas Sumatera Utara

dapat diungkapkan adalah tuntutan dari publik terhadap transparansi
perusahaan seluas-luasnya.
Ainun dan Fuad (2000) mengemukakan bahwa adanya perbedaan
dalam proporsi saham yang dimiliki oleh masyarakat dapat mempengaruhi
kelengkapan pengungkapan oleh perusahaan. Hal ini karena semakin banyak
pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, semakin banyak
pula detail-detail butir yang dituntut untuk dibuka dan dengan demikian
pengungkapan perusahaan semakin luas.
2.2 Penelitian Terdahulu
Alhazameih (2013) melakukan penelitian mengenai pengaruh
corporate governance dan struktur kepemilikan terhadap voluntary disclosure
laporan keuangan tahunan perusanaan di

Yordania. Penelitian ini

menghasilkan kesimpulan bahwa dewan kompensasi, kepemilikan asing,
kepemilikan pemerintah, dan kepemilikan pemegang blok memiliki pengaruh
terhadap voluntary disclosure laporan keuangan perusahaan di Yordania.
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa lebih besar perusahaan
mengungkapkan informasi lebih dari perusahaan yang lebih kecil di
Yordania.
Gantyowati (2012) melakukan penelitian menggunakan variabel
independen proporsi struktur kepemilikan yaitu kepemilikan publik di luar
manajerial dan institusional, dan aktivitas dewan yaitu frekuensi pertemuan
dewan eksekutif, frekuensi dari pertemuan dewan non-eksekutif, dan
frekuensi pertemuan komite audit. Variabel kontrol menggunakan ukuran
21
Universitas Sumatera Utara

perusahaan diwakili oleh logaritma perusahaan aktiva. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa frekuensi pertemuan dewan eksekutif, frekuensi
pertemuan dewan non eksekutif, dan ukuran perusahaan mempengaruhi
pengungkapan sukarela perusahaan. Proporsi kepemilikan publik dan
frekuensi pertemuan komite audit tidak berpengaruh pada pengungkapan
sukarela. Sementara struktur kepemilikan, variabel aktivitas dewan, serta
ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol, bersama-sama mempengaruhi
voluntary disclosure.
Simanjuntak
mempengaruhi

(2004)

kelengkapan

yang

meneliti

pengungkapan

faktor-faktor

laporan

keuangan

yang
pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ pada periode 2002. Variabel
independen yang digunakan adalah leverage, likuiditas, profitabilitas, saham
publik, dan umur perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
simultan, seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Secara parsial, hanya
leverage, profitabilitas, saham publik yang berpengaruh signifikan terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
Sudarmadji (2007) meneliti tentang Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan terhadap Luas
Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas dan saham
publik tidak berpengaruh terhadap luas voluntary disclosure.

22
Universitas Sumatera Utara

Yunita (2012) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Corporate
Governance terhadap Voluntary Disclosure dan Biaya Hutang. Kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap cost of debt dan voluntary
disclosure. Proporsi kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan
terhadap cost of debt tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap voluntary
disclosure. Proporsi komisaris independen tidak berpengaruh signifikan
terhadap cost of debt dan voluntary disclosure. Dan, kualitas audit
berpengaruh signifikan negatif terhadap cost of debt, tetapi tidak berpengaruh
signifikan terhadap voluntary disclosure. Selain itu voluntary disclosure juga
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap cost of debt.

23
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No

Penel
iti/
Tahu
n

1.

Amer
Alha
zaime
h,
Ravi
ndran
Palan
iappa
n,
Mah
moud
Alms
afir /
2013

2.

Evi
Gant
yowa
ti,
dan
Ayu
Nur
Fitria
/
2012

Judul
Penelitian

The Impact
of
Corporate
Governance
and
Ownership
Structure on
Voluntary
Disclosure
in Annual
Reports
among
Listed
Jordanian
Companies
Influence
Of
Ownership
Structure
And Board
Activity To
Voluntary
Disclosure
For
Manufactur
ing
Companies
In
Indonesian
Stock
Exchange

Variabel
Penelitian

Variabel
dependen :
voluntary
disclosure
Variabel
independen:
dewan
kompensasi,
kepemilikan
asing,
kepemilikan
pemerintah, dan
kepemilikan
pemegang blok.

Teknik
Analisis

Hasil Penelitian

Regresi
Linear
Bergand
a

Hasil menunjukkan
beberapa faktor secara
bersamaan
mempengaruhi
pengungkapan, seperti
dewan kompensasi,
kepemilikan asing,
kepemilikan pemerintah,
dan kepemilikan
pemegang blok.
Pemegang blok
kepemilikan negatif dan
secara signifikan
mengurangi
pengungkapan sukarela.
Variabel
Regresi Hasil penelitian
dependen :
Linear
menunjukkan bahwa
voluntary
Bergand jumlah dewan eksekutif,
disclosure
a
jumlah dewan nonVariabel
eksekutif, dan ukuran
independen:
perusahaan
proporsi struktur
mempengaruhi
kepemilikan
pengungkapan sukarela
kepemilikan
perusahaan. Proporsi
publik di luar
kepemilikan publik dan
manajerial dan
jumlah komite audit
institusional,
memiliki tidak
frekuensi
berpengaruh pada
pertemuan dewan
pengungkapan sukarela.
eksekutif,
Sementara struktur
frekuensi
kepemilikan, variabel
pertemuan dewan
dewan aktivitas, serta
non-eksekutif,
ukuran perusahaan
dan frekuensi
sebagai kontrol variabel,
pertemuan
diambil bersama-sama
komite audit.
mempengaruhi
Variabel kontrol :
pengungkapan sukarela.
ukuran
perusahaan

24
Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No

Penel
iti/
Tahu
n

Judul
Penelitian

Variabel
Penelitian

Tekn
ik
Anal
isis

Hasil Penelitian

3.

Nancy
Yunita
/ 2012

Pengaruh
Corporate
Governance
terhadap
Voluntary
Disclosure
dan Biaya Hutang

Variabel dependen :
voluntary disclosure,
dan cost of debt
Variabel independen :
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan
institusional,
komisaris
independen, kualitas
audit,

Regre
si
Linear
Berga
nda

Kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh signifikan terhadap
cost of debt dan voluntary
disclosure. Proporsi
kepemilikan institusional
berpengaruh
positif signifikan terhadap cost
of debt tetapi tidak berpengaruh
signifikan terhadap voluntary
disclosure. Proporsi komisaris
independen tidak berpengaruh
signifikan terhadap cost of debt
dan voluntary disclosure.
Terakhir, kualitas audit
berpengaruh signifikan negatif
terhadap cost of debt, tetapi
tidak berpengaruh signifikan
terhadap voluntary
disclosure. Selain itu voluntary
disclosure juga tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap
cost of debt.

4.

Ardi
Murdo
ko
Sudar
madji,
dan
Lana
Sulart
o/
2007

Variabel dependen:
luas voluntary
disclosure.
Variabel independen:
ukuran perusahaan,
leverage,
profitabilitas, dan
saham publik.

Regre
si
Linear
Berga
nda

Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan,
leverage, profitabilitas dan
saham publik tidak berpengaruh
terhadap
luas
voluntary
disclosure.

5.

Binsar
H.
Simanj
untak /
2004

Pengaruh Ukuran
Perusahaan,
Profitabilitas,
Leverage, dan
Tipe
Kepemmilikan
Perusahaan
terhadap Luas
Voluntary
Disclosure
Laporan
Keuangan
Tahunan
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Kelengkapan
Pengungkapan
Laporan
Keuangan pada
Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta

Variabel dependen :
kelengkapan
pengungkapan
laporan
tahunan.
Variabel independen :
Leverage, likuiditas,
profitabilitas, saham
publik, dan umur
perusahaan.

Regre
si
Linea
r
Berga
nda

Secara simultan, seluruh
variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap
kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan. Secara
parsial, hanya leverage,
profitabilitas, saham publik
yang berpengaruh signifikan
terhadap kelengkapan
pengungkapan laporan
keuangan.

25
Universitas Sumatera Utara

2.3 Kerangka Konseptual
Tingkat

voluntary

disclosure

pada

laporan

tahunan

perusahaan

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hal yang mempengaruhi voluntary disclosure
laporan tahunan perusahaan adalah karakteristik perusahaan dan corporate
governance. Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah struktur modal dan
corporate governance.
Struktur permodalan perusahaan biasanya terdiri dari modal internal dan
eksternal. Modal yang diperoleh dari pihak eksternal berupa pinjaman dari
kreditor.

Penggunaan

pinjaman

tersebut

tentunya

menuntut

adanya

pertanggungjawaban perusahaan baik dalam pemakaian maupun pengembalian
pinjaman. Pihak kreditor akan selalu memantau dan memerlukan informasi
mengenai keadaan finansial debitor untuk meyakinkan bahwa debitor akan dapat
memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Seiring dengan tuntutan kreditor
akan informasi tersebut, maka perusahaan dengan rasio hutang (leverage) yang
tinggi akan melakukan disclosure yang lebih luas (Naim dan Rakhman, 2000;
Gunawan, 2001).
Struktur modal perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rasio
leverage dengan perhitungan ratio debt to equity (DER). Rasio debt to equity
(DER) menunjukkan proporsi pendanaan yang dibiayai lewat hutang. Debt to
equity ratio yang semakin tinggi mengindikasikan bahwa semakin tinggi pula
ketergantungan perusahaan terhadap kreditnya. Hal ini sesuai dengan agency
theory, yaitu hubungan keagenan antara principal (kreditur) dengan agent
(perusahaan). Perusahaan akan berusaha memberika informasi yang seluas-

26
Universitas Sumatera Utara

luasnya mengenai kondisi perusahaan kepada kreditur dengan harapan kreditur
lebih mengetahui dan memahami perusahaan berkaitan dengan kredit yang
diberikan. Perusahaan dengan leverage tinggi lebih dipercaya oleh para kreditur
dan dianggap lebih berkesempatan dalam menghasilkan laba, dengan demikian
perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan semakin tinggi pula
kelengkapan pengungkapan laporan keuangannya.
Kualitas penerapan corporate governance di perusahaan perlu diuji bukan
hanya terhadap adanya pedoman corporate governance yang dimiliki perusahaan
tetapi juga terhadap efektivitas pelaksanaan pedoman tersebut untuk menciptakan
nilai bagi pemegang saham tanpa merugikan kepentingan para pemangku
kepentingan lainnya. Maka dari itu suatu analisis atas kajian mengenai praktik
corporate governance diperlukan untuk membantu investor dalam memperoleh
gambaran yang jelas mengenai governance di suatu perusahaan. Sistem
pemeringkatan dengan skor atau indeks corporate governance dapat memberikan
informasi tentang sebaik apa perusahaan-perusahaan menerapkan corporate
governance karena indeks tersebut dapat merepresentasikan tingkat penerapan CG
yang komprehensif di perusahaan. Pada penelitian ini corporate governance
diproksikan pada kepemilikan manajerial dan kepemilikan saham publik.

27
Universitas Sumatera Utara

Struktur Modal
Leverage (X1)

Corporate Governance

Voluntary
disclosure
(Y)

Kepemilikan manjerial (X2)
Kepemilikan saham publik (X3)

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diungkapkan sebelumnya,
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
a. Struktur modal berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap
voluntary disclosure laporan tahunan perusahaan sektor industri dasar dan
kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014.
b. Corporate governance berpengaruh secara parsial maupun simultan
terhadap voluntary disclosure laporan tahunan perusahaan sektor industri
dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014.

28
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Struktur Modal dan Corporate Governance terhadap Voluntary Disclosure Laporan Tahunan pada Sektor Industri Dasar dan Kimia pada tahun 2014-2015 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 5 96

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN VOLUNTARY DISCLOSURE TERHADAP COST OF DEBT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 31

Pengaruh Struktur Modal dan Corporate Governance terhadap Voluntary Disclosure Laporan Tahunan pada Sektor Industri Dasar dan Kimia pada tahun 2014-2015 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

Pengaruh Struktur Modal dan Corporate Governance terhadap Voluntary Disclosure Laporan Tahunan pada Sektor Industri Dasar dan Kimia pada tahun 2014-2015 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Struktur Modal dan Corporate Governance terhadap Voluntary Disclosure Laporan Tahunan pada Sektor Industri Dasar dan Kimia pada tahun 2014-2015 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Pengaruh Struktur Modal dan Corporate Governance terhadap Voluntary Disclosure Laporan Tahunan pada Sektor Industri Dasar dan Kimia pada tahun 2014-2015 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 4

Pengaruh Struktur Modal dan Corporate Governance terhadap Voluntary Disclosure Laporan Tahunan pada Sektor Industri Dasar dan Kimia pada tahun 2014-2015 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 15

Pengaruh Struktur Dewan Terhadap Voluntary Disclosure Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 100

PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI DASAR DAN KIMIA SUB SEKTOR KIMIA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) -

0 1 103

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SEKTOR INDUSTRI DASAR DAN KIMIA TAHUN 2010-2014 - POLSRI REPOSITORY

0 0 13