Pengaruh Pengetahuan, Sikap Dan Keterampilan Perawat Terhadap Pelaksanaan Promosi Kesehatan Di Ruang Rawat Inap Terpadu B2 Bedah RSUP H.Adam Malik Tahun 2013

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan itu
sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat
hubunganya dengan pendidikan, di mana diharapkan bahwa dengan pendidikan
yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya, namun
bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah akan mutlak berpengetahuan
rendah pula, sebab pengetahuan tidak mutlak diperoleh melalui pendidikan formal
saja melainkan dapat diperoleh melalui pendidikan non formal.
Menurut Andersen dan Krathwohl dalam Notoatmodjo (2003), dimensi
pengetahuan terdiri dari empat jenis pngetahuan, yaitu: pengetahuan faktual,
pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedur, dan pengetahuan metakognitif.
a. Pengetahuan Faktual
Pengetahuan faktual meliputi elemen-elemen dasar yang para ahli gunakan dalam
menyampaikan disiplin ilmu akademis mereka, memahaminya dan mengaturnya
secara sistematis. Elemen-elemen ini biasanya dapat diberikan pada orang-orang
yang bekerja pada beragam bentuk disiplin antara elemen-elemen tersebut
disajikan, mereka memerlukan sedikit atau tidak ada perubahan dari elemen atau

penerapan yang digunakan pada elemen lainnya.

11
Universitas Sumatera Utara

12

b. Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan konseptual meliputi skema-skema, model-model, mental dan teoriteori eksplisit dan implisit dalam model-model psikologis kognitif yang berbeda,
skema-skema, model-model dan teori-teori ini menunjukkan pengetahuan yang
seseorang miliki.
c. Pengetahuan Prosedur
Pengetahuan prosedur meliputi nama-nama dan simbol-simbol verbal dan non
verbal tertentu (contohnya: kata-kata, angka-angka, tanda-tanda, dan gambargambar) setiap pokok bahasan berisi sejumlah besar nama-nama dan simbol, baik
verbal maupun non verbal, yang memiliki rujukan tertentu, mereka berada pada
bahasan disiplin dasar jalan pintas yang digunakan para ahli untuk
mengungkapkan apa yang mereka ketahui.
d. Pengetahuan Metakognitif
Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan yang detail dan elemen yang
spesifik mengacu pada pengetahuan peristiwa-peristiwa, tempat, orang-orang,

tanggal, sumber informasi dan semacamnya. Hal ini dapat melibatkan informasi
yang sangat tepat dan spesifik, seperti tanggal yang tepat dari suatu peristiwa atau
besarnya fenomena dengan tepat. Hal ini dapat juga meliputi informasi perkiraan
seperti periode waktu dimana suatu peristiwa terjadi atau besarnya tata cara yang
dapat terpisah, elemen terpisah berlawanan dengan elemen-elemen yang hanya
dapat diketahui dalam konteks yang lebih jelas.

Universitas Sumatera Utara

13

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Pengetahuan
mempunyai 6 tingkat yaitu:
1) Tahu
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Yang termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah di terima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang


apa

yang dipelajari

antara

lain

menyebutkan,

menguraikan,

mengidentifikasi serta menyatakan.
2) Memahami
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan di mana dapat menginterprestasikan secara
benar.
3) Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi ataupun kondisi sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks
atau situasi yang lain.

Universitas Sumatera Utara

14

4) Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis
Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru atau dengan
kata lain merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi yang ada.
6) Evaluasi
Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap

suatu materi atau objek berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.2 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Allport dalam Notoatmodjo (2010)
menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok : (1) kepercayaan
(keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek, (2) kehidupan emosional atau evaluasi
terhadap suatu objek dan (3) kecenderungan untuk bertindak.
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :
a. Menerima diartikan bahwa orang memperhatikan stimulus yang diberikan.

Universitas Sumatera Utara

15

b. Merespon, yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai, yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung Jawab, yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.3 Keterampilan
Menurut Gordon (1994), keterampilan
mengoperasikan
cenderung

pada

pekerjaan
aktivitas

merupakan

secara mudah dan cermat.
psikomotor.

Selain


itu

kemampuan untuk

Pengertian ini biasanya
pengertian

keterampilan

menurut Nadler (1986) keterampilan (skill) merupakan kegiatan yang memerlukan
praktek atau dapat diartikan sebagai implikasi dari aktivitas. Iverson (2001)
menambahkan bahwa selain latihan yang diperlukan

untuk mengembangkan

keterampilan

(basic

juga membutuhkan


kemampuan

dasar

ability)

untuk

melakukan pekerjaan secara mudah dan tepat.
Robbins (2000) menyatakan bahwa ketrampilan dapat dikategorikan menjadi
empat, yaitu:
a. Basic Literacy Skill, yaitu keterampilan dasar seseorang yang pasti dan wajib
dimiliki oleh kebanyakan orang, seperti membaca, menulis dan mendengar.
b. Technical Skill, yaitu keterampilan teknik seseorang dalam pengembangan teknik
yang dimiliki, seperti menghitung secara tepat, mengoperasikan komputer.

Universitas Sumatera Utara

16


c. Interpersonal Skill, yaitu keterampilan interpersonal seseorang secara efektif untuk
berinteraksi dengan orang lain maupun dengan rekan kerja, seperti pendengar yang
baik, menyampaikan pendapat secara jelas dan bekerja dalam satu tim.
d. Problem Solving, yaitu keterampilan menyelesaikan

masalahsebagai proses

aktivitas menajamkan logika, beragumentasi dan menyelesaikan masalah

.

2.4 Promosi Kesehatan
2.4.1 Pengertian Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatakan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat agar
dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan (Depkes RI, 2005).
Berdasarkan WHO (dalam Maulana, 2009), promosi kesehatan adalah suatu

proses yang bertujuan memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap
kesehatan dan mengingkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai
pemberdayaan diri sendiri (self empowerment). Promosi kesehatan adalah kombinasi
berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan
perundang-undangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan
kesehatan.
Menurut Ewles dan Simnett (dalam Hartono, 2010), promosi kesehatan adalah
memperbaiki kesehatan atau mendorong untuk menempatkan kesehatan sebagai

Universitas Sumatera Utara

17

kebutuhan yang lebih tinggi pada agenda individu ataupun dalam masyarakat.Aspek
promosi kesehatan yang mendasar bertujuan untuk melakukan pemberdayaan
sehingga orang memiliki keinginan lebih besar terhadap aspek kehidupan yang
memengaruhi kesehatan. Dengan peningkatan pengetahuan maka informasi masalah
kesehatan akan membantu individu maupun masyarakat untuk tanggap dengan
masalah kesehatannya dan cepat bertindak untuk mencari tahu ke tempat pelayanan
kesehatan atau untuk mendapatkan pengobatan.

2.4.2 Promosi Kesehatan Rumah Sakit
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) merupakan bagian dari pendidikan
kesehatan dengan memberi informasi tentang kesehatan kepada pasien, keluarga
pasien juga petugas yang bekerja di rumah sakit. PKRS adalah upaya
memperdayakan

individu,kelompok

dan

masyarakat

untuk

memelihara,

meningkatkan dan melindungi kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan, kemauan
dan kemampuan, serta mengembangkan iklim yang mendukung, yang dilakukan dari,
oleh dan untuk masyarakat, sesuai dengan sosial budaya dan kondisi setempat. Dalam
pengertian tersebut terkandung beberapa prinsip sebagai berikut :
a. Fokus penyuluhan kesehatan adalah individu, kelompok dan masyarakat
b. Memberdayakan adalah membangun daya, atau mengembangkan kemandirian,
sehingga mampu memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya sendiri
dan lingkungannya

Universitas Sumatera Utara

18

c. Upaya tersebut dilakukan dengan menimbulkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat serta mengembangkan iklim yang medukung
d. Masyarakat aktif berbuat, karena upaya pemberdayaan tersebut adalah upayadari,
oleh dan untuk masyarakat (Depkes R.I, 1999).
Dewasa ini promosi kesehatan (health promotion) menjadi bidang yang
semakin penting dari tahun ke tahun.Dalam tiga dekade terakhir, telah terjadi
perkembangan yang signifikan dalam hal perhatian dunia mengenai masalah promosi
kesehatan.Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan mengombinasikan
berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor kesehatan belaka, melainkan
lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur dalam masyarakat. Hal ini didasari
pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah suatu filosofi umum yang menitik
beratkan pada gagasan bahwa kesehatan yang baik merupakan usaha individu
sekaligus kolektif (Taylor, 2003).
Bagi individu, promosi kesehatan terkait dengan pengembangan program
kebiasaan kesehatan yang baik sejak muda hingga dewasa dan lanjut usia (Taylor,
2003). Secara kolektif, berbagai sektor, unsur, dan profesi dalam masyarakat seperti
praktisi medis, psikolog, media massa, para pembuat kebijakan publik dan perumus
perundang-undangan dapat dilibatkan dalam program promosi kesehatan. Praktisi
medis termasuk perawat dapat mengajarkan kepada masyarakat mengenai gaya hidup
yang sehat dan membantu mereka memantau atau menangani risiko masalah
kesehatan (Taylor, 2003).

Universitas Sumatera Utara

19

Promosi kesehatan mencakup baik kegiatan promotif, preventif, pengobatan
kuratif maupun rehabilitasi.Dalam hal ini, orang-orang yang sehat maupun mereka
yang terkena penyakit, semuanya merupakan sasaran kegiatan promosi kesehatan.
Kemudian, promosi kesehatan dapat dilakukan di berbagai ruang kehidupan, dalam
keluarga, sekolah, tempat kerja, tempat-tempat umum, dan tentu saja kantor-kantor
pelayanan kesehatan. Dalam melaksanakan program promosi kesehatan diperlukan
suatu tahapan yang sistematis guna pencapaian tujuan program yang ditetapkan.
Tahapan promosi kesehatan meliputi tahap pengkajian, perencanaan, implementasi
dan evaluasi hasil (Taylor, 2003).
2.4.3 Pinsip Dasar Promosi Kesehatan Rumah Sakit
Promosi kesehatan bukan hanya diperlukan dalam pelayanan preventif dan
promotif saja, melainkan juga diperlukan pada pelayanan kuratif dan rehabilitatif atau
pelayanan rumah sakit. Memang secara konsep, promosi kesehatan di rumah sakit
adalah sama dengan promosi kesehatan pada pelayanan preventif dan promotif atau
yang disebut dengan pelayanan kesehatan masyarakat. Perbedaannya hanya terletak
pada sasarannya saja.Sasaran promosi kesehatan masyarakat adalah kelompok orang
yang sehat, sedangkan sasaran promosi kesehatan di rumah sakit utamanya adalah
orang yang sakit (pasien) dan juga orang yang sehat atau keluarga pasien.Ditinjau
dari tempat pelaksanaan atau tatanan promosi kesehatan seperti telah diuraikan
sebelumnya,

rumah

sakit

adalah

termasuk

tatanan

institusi

pelayanan

kesehatan.dengandemikian maka promosi kesehatan ini adalah promosi kesehatan

Universitas Sumatera Utara

20

yang dikembangkan di rumah sakit dalam rangka untuk membantu orang sakit atau
pasien dan keluarganya agar mereka dapat mengatasi masalah kesehatannya,
khususnya mempercepat kesembuhan dari penyakitnya. Dari segi psikososial orang
yang sedang sakit atau keluarga dari orang yang sakit adalah dalam kondisi
ketidakenakan: rasa sakit, kekhawatiran, kecemasan, kebingungan, dan sebagainya.
Oleh sebab itu, mereka ini sangat memerlukan bantuan bukan saja pengobatan, tetapi
bantuan lain seperti informasi, nasihat, dan petunjuk-petunjuk dari para petugas
rumah sakit berkaitan dengan masalah kesehatan atau penyakit yang mereka alami
(Kemenkes RI, 2012).
Dalam mengembangkan promosi kesehatan rumah sakit, beberapa prinsip
dasar yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Promosi kesehatan di rumah sakit dikhususkan untuk individu-individu yang
sedang memerlukan pengobatan dan/atau perawatan di rumah sakit. Di samping
itu, promosi kesehatan di rumah sakit juga ditujukan kepada pengunjung rumah
sakit, baik pasien rawat jalan, maupun keluarga pasien yang mengantar atau
menemani pasien di rumah sakit (Kemenkes RI, 2012). Keluarga pasien juga perlu
diperhatikan dalam promosi kesehatan di rumah sakit, karena keluarga pasien
diharapkan dapat membantu atau menunjang proses penyembuhan dan pemulihan
keluarganya yang sakit.
b. Promosi kesehatan di rumah sakit pada prinsipnya adalah pengembangan
pengertian atau pemahaman pasien dan keluarganya terhadap masalah kesehatan

Universitas Sumatera Utara

21

atau penyakit yang dideritanya (Kemenkes RI, 2012). Pasien dan keluarganya
harus mengetahui hal-hal yang terkait dengan penyakit yang dideritanya seperti:
penyebab penyakit tersebut, cara penularan penyakit (bila penyakit menular), cara
pencegahannya, proses pengobatan yang tepat dan sebagainya. Apabila pasien atau
keluarga pasien memahami penyakit yang dideritanya, diharapkan akan membantu
mempercepat proses penyembuhan, dan tidak akan terserang oleh penyakit yang
sama.
c. Promosi kesehatan di rumah sakit juga mempunyai prinsip pemberdayaan pasien
dan keluarganya dalam kesehatan (Kemenkes RI, 2012). Hal ini dimaksudkan,
apabila pasien sudah sembuh dan kembali ke rumahnya, mereka mampu
melakukan upaya-upaya preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan)
kesehatannya, utamanya terkait dengan penyakit yang telah dialami.
d. Promosi kesehatan di rumah sakit pada prinsipnya adalah penerapan “proses
belajar” kesehatan di rumah sakit (Kemenkes RI, 2012). Artinya semua
pengunjung rumah sakit, baik pasien maupun keluarga pasien memperoleh
pengalaman atau “pembelajaran” dari rumah sakit, bukan saja melalui informasi
atau nasihat-nasihat dari para petugas rumah sakit, tetapi juga dari apa yang
dialami, didengar, dan dilihat di rumah sakit. Penampilan rumah sakit yang bersih,
nyaman, aman, dan teduh, serta penampilan para petugas rumah sakit, terutama
dokter dan perawat, yang bersih dan rapi, ramah, murah senyum, dan sebagainya,
rumah sakit yang membelajarkan pasien atau keluarga pasien tentang kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

22

2.4.4 Sasaran Promosi Kesehatan di Rumah Sakit
Menurut Kemenkes RI (2012) sasaran promosi kesehatan rumah sakit adalah
masyarakat rumah sakit, yang dikelompokkan menjadi kelompok orang sakit
(pasien), kelompok orang yang sehat (keluarga pasien dan pengunjung rumah sakit),
dan petugas rumah sakit. Secara rinci sasaran promosi kesehatan di rumah sakit ini
diuraikan sebagai berikut:
a. Penderita (Pasien) pada Berbagai Tingkatan Penyakit
Pasien yang datang ke rumah sakit sangat bervariasi, baik dilihat dari latar
belakang sosioekonominya, maupun dilihat dari tingkat keparahan penyakit dan
jenis pelayanan yang diperlukan (Kemenkes RI, 2012). Dari sudut tingkat
penyakitnya, dibedakan menjadi pasien dengan penyakit akut, dan pasien dengan
penyakit kronis. Dari jenis pelayanan yang diperlukan, dibedakan dengan adanya
pasien rawat jalan yang tidak memerlukan rawat inap, dan pasien rawat inap
dengan indikasi memerlukan perawatan inap. Promosi kesehatan dengan berbagai
jenis sasaran pasien ini dengan sendirinya dijadikan dasar untuk menentukan
motode dan strategi promosi dan penyuluhannya.
b. Kelompok atau Individu yang Sehat
Pengunjung rumah sakit yang sehat antara lain keluarga pasien yang mengantarkan
atau menemani pasien, baik pasien rawat jalan maupun rawat inap (Kemenkes RI,
2012). Di samping itu, para tamu rumah sakit lain yang tidak ada kaitannya
langsung dengan pasien juga merupakan kelompok sasaran yang sehat bagi

Universitas Sumatera Utara

23

promosi kesehatan di rumah sakit. Teknik dan metode promosi kesehatan untuk
kelompok sasaran ini tentu berbeda dengan promosi kesehatan bagi orang sakit
atau pasien. Kelompok sasaran orang sehat di rumah sakit ini penting untuk
dijadikan sasaran promosi kesehatan, karena mereka ini akan dapat menunjang
proses penyembuhan pasien baik pada waktu masih dalam perawatan di rumah
sakit, maupun bila sudah pulang ke rumah.
c. Petugas Rumah Sakit
Petugas rumah sakit secara fungsional dapat dibedakan menjadi: petugas medis,
para medis, dan non-medis. Sedangkan secara struktural dapat dibedakan menjadi:
pimpinan, tenaga administrasi, dan tenaga teknis (Kemenkes RI, 2012). Apapun
fungsi dan strukturnya, semua petugas rumah sakit mempunyai kewajiban untuk
melakukan promosi atau penyuluhan kesehatan untuk pengunjung rumah sakit,
baik pasien maupun keluarganya, di samping tugas pokok mereka.Oleh sebab itu,
sebelum mereka melakukan promosi dan penyuluhan kepada pasien dan keluarga
pasien,

mereka

harus

dibekali

kemampuan

promosi

dan

penyuluhan

kesehatan.Agar mereka mempunyai kemampuan tersebut, maka harus diberikan
pelatihan tentang promosi dan pendidikan kesehatan.
2.4.5 Tujuan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit
Dalam Petunjuk Teknis PKRS disebutkan bahwa promosi kesehatan di
rumah sakit mempunyai bermacam-macam tujuan sesuai dengan sasaran-sasaran

Universitas Sumatera Utara

24

tersebut, yakni tujuan bagi pasien, keluarga pasien, dan tujuan bagi rumah sakit itu
sendiri (Kemenkes RI, 2012).
a. Bagi Pasien
(1) Mengembangkan Perilaku Kesehatan (Healthy Behavior)
Promosi kesehatan di rumah sakit mempunyai tujuan untuk mengembangkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku (praktik) tentang kesehatan, khususnya yang
terkait dengan masalah atau penyakit yang diderita oleh pasien yang
bersangkutan (Kemenkes RI, 2012). Pengetahuan atau pengertian yang perlu
diberikan atau dikembangkan untuk pasien adalah pengetahuan tentang
penyakit yang diderita pasien, mencakup: jenis penyakit, tandatanda atau
gejala penyakit, penyebab penyakit atau bagaimana proses terjadinya
penyakit, bagaimana cara penularan penyakit (bila penyakit tersebut
menular), dan bagaimana cara mencegah penyakit tersebut. Dari segi perilaku
atau praktik yang harus dilakukan atau dianjurkan kepada pasien adalah
tindakan yang harus dilakukan untuk terhindar atau mencegah penyakit
tersebut. Apabila pengetahuan, sikap, dan perilaku ini dipunyai oleh pasien,
maka pengaruhnya, antara lain: 1) Mempercepat kesembuhan dan pemulihan
pasien. 2) Mencegah terserangnya penyakit yang sama atau mencegah
kekambuhan penyakit.3) Mencegah terjadinya penularan penyakit kepada
orang lain, terutama keluarganya. 4) Menyebarluaskan pengalamannya

Universitas Sumatera Utara

25

tentang proses penyembuhan kepada orang lain, sehingga orang lain dapat
belajar dari pasien tersebut.
(2) Mengembangkan Perilaku Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan (Health Seeking
Behavior)
Pengetahuan, sikap, dan praktik (perilaku) pemanfaatan secara tepat oleh
pasien akan mempercepat proses penyembuhan (Kemenkes RI, 2012). Bagi
pasien yang kurang pengetahuan tentang penyakit yang diderita, kadangkadang mencari pengobatan yang tidak tepat misalnya ke dukun atau paranormal, sehingga dapat memperpanjang proses penyembuhan. Oleh sebab itu,
promosi kesehatan terhadap pasien dengan memberikan pengetahuan yang
benar tentang penyakit, terutama cara penyembuhannya maka pasien akan
mencari penyembuhan dengan tepat.
b. Bagi Keluarga
Keluarga adalah merupakan lingkungan sosial yang paling dekat dengan pasien.
Proses penyembuhan dan terutama pemulihan terjadi bukan hanya semata-maka
karena faktor rumah sakit, tetapi juga faktor keluarga. Oleh sebab itu, promosi
kesehatan bagi keluarga pasien penting karena dapat:
(1) Membantu Mempercepat Proses Penyembuhan Pasien
Dalam proses penyembuhan penyakit, bukan hanya faktor obat dan terapi lain
saja, tetapi juga faktor psikologis dari pasien (Kemenkes RI, 2012). Lebihlebih penyakit tidak menular seperti jantung koroner, hipertensi, diabetes

Universitas Sumatera Utara

26

mellitus, penyakit jiwa, dan sebagainya, faktor psikososial sangat berperan.
Dalam mewujudkan lingkungan psikososial ini, keluarga sangat penting
peranannya. Oleh karena itu, promosi kesehatan perlu dilakukan juga bagi
keluarga pasien.
(2) Keluarga tidak Terserang atau Tertular Penyakit
Dengan melakukan promosi kesehatan kepada keluarga pasien, mereka akan
mengetahui dan mengenal penyakit yang diderita oleh anggota keluarganya
(pasien), cara penularan, dan cara pencegahannya (Kemenkes RI, 2012).
Keluarga pasien tentunya akan berusaha untuk menghindar agar tidak terkena
penyakit atau tertular penyakit seperti yang diderita oleh anggota keluarga
yang sakit tersebut.
(3) Membantu Agar tidak Menularkan Penyakitnya ke Orang Lain: Keluarga
pasien yang telah memperoleh pengetahuan tentang penyakit dan cara-cara
penularannya, maka keluarga tersebut diharapkan dapat membantu pasien atau
keluarganya yang sakit untuk tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain,
terutama kepada tetangga atau teman dekatnya (Kemenkes RI, 2012).
c. Bagi Rumah Sakit
Banyak pendapat bahwa promosi kesehatan di rumah sakit dapat merugikan rumah
sakit itu sendiri.Alasannya karena promosi kesehatan di rumah sakit merepotkan,
menambah tenaga, waktu, dan biaya. Di samping itu apabila pasien cepat sembuh
karena promosi kesehatan maka pendapatan rumah sakit akan menurun. Memang

Universitas Sumatera Utara

27

ini logika yang mungkin benar, tetapi terlalu sederhana. Pengalaman-pengalaman
dari rumah sakit yang telah melaksanakan promosi kesehatan justru membuktikan
bahwa promosi kesehatan di rumah sakit ini mempunyai keuntungan bagi rumah
sakit itu sendiri antara lain:
(1). Meningkatkan Mutu Pelayanan Rumah Sakit
Dengan meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan,
khususnya rumah sakit, maka pasien mengunjungi rumah sakit tidak sekedar
untuk memperoleh perawatan atau pengobatan saja, tetapi juga ingin
pelayanan yang berkualitas, yang nyaman dan yang ramah.Pasien ingin
pelayanan yang holistik bukan hanya pelayanan fisik, tetapi juga pelayanan
psikososial. Promosi kesehatan pada prinsipnya adalah salah satu bentuk
pelayanan psikososial.Oleh sebab itu, penerapan promosi kesehatan di rumah
sakit adalah merupakan upaya meningkatkan mutu rumah sakit (Kemenkes
RI, 2012).
(2) Meningkatkan Citra Rumah Sakit
Penerapan promosi kesehatan di rumah sakit diwujudkan dalam memberikan
informasi-informasi tentang berbagai masalah kesehatan atau penyakit dan
masing-masing dengan jenis pelayanannya (Kemenkes RI, 2012). Di masingmasing titik pelayanan rumah sakit disediakan atau diinformasikan tentang
hal-hal yang berkaitan dengan proses penyembuhan pasien. Di tempat loket
pendaftaran, di ruang tunggu, di tempat pemeriksaan, di tempat pengambilan

Universitas Sumatera Utara

28

obat, di ruang perawatan, dan sebagainya, selalu dilakukan penjelasan atau
pemberian informasi terkait dengan apa yang harus diketahui dan dilakukan
oleh pasien. Oleh sebab itu, promosi kesehatan ini dapat memberikan kesan
kepada pasien dan keluarga pasien bahwa rumah sakit tersebut pelayanannya
baik.
(3) Meningkatkan Angka hunian Rumah Sakitatau Bed Occupancy Rate (BOR)
dari pengalaman rumah sakit yang telah melaksanakan promosi kesehatan,
menyatakan bahwa kesembuhan pasien menjadi lebih pendek dari sebelumnya
(Kemenkes RI, 2012).Hal ini berarti bahwa promosi kesehatan dapat
memperpendek hari rawat pasien.Dengan menurunnya hari rawat pasien ini
dapat membawa dampak bahwa rumah sakit yang bersangkutan baik, karena
pasien yang dirawatnya cepat sembuh, yang berarti meningkatkan pamor
rumah sakit tersebut. Selanjutnya akan berakibat meningkatkan angka hunian
rumah sakit tersebut, sebagai salah satu indikator pelayanan rumah sakit yang
baik.
2.4.6 Tempat dan Kesempatan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit
Pada waktu pasien akan menjalani perawatan di rumah sakit atau pasien yang
akan berobat jalan di rumah sakit, sudah tentu pasien akan melewati serangkaian
prosedur yang telah ditentukan oleh rumah sakit tersebut. Misalnya, untuk pasien
rawat jalan prosedur yang dilalui sekurang-kurangnya adalah: pendaftaran, masuk ke
ruang tunggu, masuk ke ruang pemeriksaan, ke apotek atau tempat pengambilan obat,

Universitas Sumatera Utara

29

pembayaran di kasir, dan seterusnya. Di tempat-tempat atau bagian-bagian tersebut
idealnya merupakan tempattempat untuk dilaksanakan promosi atau penyuluhan
kesehatan, terkait dengan pelayanan yang diberikan (Kemenkes RI, 2012).
Namun demikian tidak semua titik pelayanan tersebut efektif untuk dilakukan
promosi kesehatan. Tempat-tempat atau bagian-bagian pelayanan rumah sakit yang
potensial dilakukan promosi kesehatan, antara lain sebagai berikut:
a. Ruang Tunggu
Ruang tunggu adalah tempat yang baik untuk melakukan promosi dan penyuluhan
kesehatan (Kemenkes RI, 2012). Karena pada umumnya di ruang itulah pasien
atau para pengantar berkumpul dalam waktu yang ralatif lama untuk menunggu
giliran pemeriksaan atau memperoleh obat. Di ruang ini dapat dilakukan
penyuluhan kesehatan langsung atau ceramah kesehatan, ataupun penyuluhan
kesehatan tidak langsung misalnya menggunakan rekaman radio kaset atau video
kaset. Pasien atau para pengantar pasien umumnya merasa jenuh pada saat
menunggu giliran, sehingga waktu tersebut sangat baik bila digunakan untuk
memberikan informasi-informasi atau pesan-pesan kesehatan agar mencegah
kegelisahan dan kejenuhan pasien atau keluarga pasien. Di samping itu, di ruang
tunggu juga disediakan leaflet-leaflet atau selebaranselebaran yang dapat dibaca
oleh pasien atau keluarga pasien. Leaflet atau selebaran berisikan pesan-pesan
atau informasi-informasi terkait dengan penyakit-penyakit tertentu. Demikian

Universitas Sumatera Utara

30

pula dinding-dinding ruang tunggu perlu ditempel poster-poster yang berisikan
pesan-pesan kesehatan.
b. Kamar Periksa
Kamar periksa dokter, dokter gigi atau bidan, merupakan tempat dan kesempatan
yang baik memberikan pesan-pesan kesehatan, khususnya yang terkait dengan
masalah kesehatan ataupun penyakit pasien (Kemenkes RI, 2012). Sambil
memeriksa pasien atau setelah selesai memeriksa pasien, petugas kesehatan atau
dokter dapat menjelaskan tentang penyakit yang diderita pasien, penyebabnya,
perjalanan penyakitnya, cara penularannya, cara pencegahannya, dan pengobatan
yang diberikan. Pasien dalam kondisi sakit dan ingin segera sembuh dari
penyakitnya, apabila diberikan pesan-pesan, informasi-informasi, atau anjurananjuran yang berkaitan dengan penyakitnya, akan lebih mudah mematuhi atau
menjalankannya dibanding mereka yang dalam keadaan sehat. Untuk menunjang
promosi dan penyuluhan kesehatan pada kesempatankesempatan tersebut,
seyogyanya ruang periksa dilengkapi dengan alat-alat peraga atau gambar-gambar
terkait dengan penyakit tertentu. Misalnya: kerangka manusia, pantom, gambargambar anatomi tubuh, gambar jenis-jenis makanan bergizi, skema perjalanan
suatu penyakit, dan sebagainya.
c. Ruang Perawatan
Ruang perawatan peran perawat sangat penting karena di tempat ini, perawat
mempunyai waktu yang relatif banyak untuk berkomunikasi dengan pasien,

Universitas Sumatera Utara

31

dibanding dengan petugas yang lain (Kemenkes RI, 2012). Perawat di ruang
rawat berkewajiban untuk memberikan obat, melayani kebutuhan pasien yang lain
seperti makan, minum, membantu ke kamar mandi, dan sebagainya. Pada
kesempatan-kesempatan itulah, perawat dapat menyampaikan pesan-pesan dan
atau

anjuran-anjuran

yang

harus

dipatuhi

oleh

pasien

dalam

rangka

penyembuhannya.Seorang perawat pada waktu mengambil sampel darah, pada
waktu mengukur tekanan darah pasien, dan sebagainya, dapat sekaligus
memberikan penyuluhan kesehatan terkait dengan yang dihadapi oleh pasien
tersebut.
2.4.7 Materi Promosi Kesehatan di Rumah Sakit
Materi atau isi promosi kesehatan di rumah sakit adalah mencakup pesanpesan dan informasi-informasi kesehatan yang disampaikan kepada pasien atau
keluarga pasien. Materi promosi kesehatan di rumah sakit ini dapat dikelompokkan
menjadi 3 yakni: (Kemenkes RI, 2012)
a. Pesan kesehatan yang terkait dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan:
Pesan-pesan kesehatan yang terkait dengan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan ini mencakup perilaku hidup sehat.
b. Pesan-pesan kesehatan yang terkait dengan pencegahan serangan penyakit: Pasien
yang sudah sembuh dari penyakit, bias saja terserang penyakit yang sama
(kambuh). Di samping itu, apabila penyakit itu menular maka kemungkinan
penyakit itu tertularkan kepada orang lain. Oleh sebab itu pesan-pesan tentang

Universitas Sumatera Utara

32

pencegahan berbagai macam penyakit perlu dikemas dalam media leaflet
mencakup: (a) gejala atau tanda-tanda penyakit,(b) penyebab penyakit, (c) cara
penularan penyakit dan (d) cara pencegahan penyakit.
c. Pesan-pesan kesehatan yang terkait dengan proses penyembuhan dan pemulihan:
Pasien yang datang ke rumah sakit, baik untuk rawat jalan atau rawat inap, tujuan
akhirnya adalah agar sembuh dari sakit dan pulih kesehatannya. atau poster.
Pesan-pesan tersebut sekurang-kurangnya Masing-masing penyakit mempunyai
proses penyembuhan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, informasi atau pesanpesan kesehatan yang terkait dengan proses penyembuhan dan pemulihan itu
adalah merupakan isi promosi kesehatan di rumah sakit.
2.4.8 Bentuk Metode Promosi Kesehatan di Rumah Sakit
Promosi kesehatan rumah sakit seyogyanya menciptakan kesan rumah sakit
tersebut menjadi tempat yang menyenangkan, tempat untuk beramah tamah, dan
sebagainya (Kemenkes RI, 2012).Untuk mengubah kesan tersebut maka bentuk atau
pola promosi kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Pemberian Contoh
Tahap pertama yang diperlukan untuk mengubah kesan rumah sakit yang
menyeramkan tersebut adalah dengan menampilkan bangunan fisik dan fasilitas
rumah sakit itu antara lain sebagai berikut: (1) Bangunan dan lingkungan rumah
sakit yang bersih dan rapi. (2) Kamar mandi dan WC harus bersih dan tidak
menimbulkan bau tidak enak dan air bersih seharusnya mengalir dengan lancar

Universitas Sumatera Utara

33

dan cukup. (3) Tersedianya tempat sampah baik di luar ruangan maupun di dalam
ruangan, rumah sakit yang kurang menyediakan tempat sampah yang cukup,
berarti tidak menjadikan rumah sakit itu kondusif untuk berperilaku bersih bagi
pasien dan pengunjung lainnya. (4) Tersedianya taman hidup atau kebun di
sekitar rumah sakit. (5) Petugas atau karyawan rumah sakit sangat penting untuk
menimbulkan kesan kesehatan, kebersihan, dan kesan keramahtamahan
(Kemenkes RI, 2012). Oleh sebab itu, kebersihan dan cara berpakaian petugas
rumah sakit, terutama dokter dan perawat yang secara langsung berkontak dengan
pasien adalah perlu dijaga dan dipertahankan supaya tetap bersih dan rapi.
b. Penggunaan Media
Media promosi atau penyuluhan kesehatan di rumah sakit merupakan alat bantu
dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada para pasien dan pengunjung
rumah sakit lainnya (Kemenkes RI, 2012). Media promosi yang layak digunakan
di rumah sakit diantaranya dalam bentuk cetakan: leaflet, flyer, selebaran, poster,
dan spanduk, serta dalam bentuk media elektronik, yakni radio kaset dan video
kaset. Leaflet dan selebaran didistribusikan atau disediakan di ruang-ruang
tunggu, atau di lobi rumah sakit, agar mudah dijangkau oleh para pengunjung
rumah sakit. Media elektronik, baik radio kaset maupun video kaset yang berisi
pesan kesehatan bagi pasien dan keluarga pasien dapat digunakan di ruang-ruang
tunggu atau ruang rawat inap. Khusus media elektronik yang digunakan di ruang
rawat inap antara lain penggunaan sound system yang dikendalikan dari ruang

Universitas Sumatera Utara

34

tertentu dapat menyampaikan pesan-pesan dalam rangka proses penyembuhan
pasien di ruang rawat inap. Di samping itu, melalui media elektronik ini juga
dapat digunakan untuk program musik, dan siraman rohani untuk menghibur dan
memperkuat iman para penderita atau pasien..
c. Promosi dan Penyuluhan Langsung
Penyuluhan langsung dapat dilakukan secara terstruktur atau terprogram, tetapi
juga dapat dilakukan secara tidak terstruktur atau terprogram.Penyuluhan
langsung secara terprogram harus direncanakan secara baik, dan ditangani oleh
petugas yang khusus mempunyai kemampuan bidang promosi kesehatan,
khususnya media.Bentuk program promosi langsung tidak terprogram dapat
dilakukan oleh para petugas medis dan paramedis yang langsung berhadapan
dengan pasien(Kemenkes RI, 2012).
Berdasarkan sasaran promosi kesehatan, bentuk promosi kesehatan dapat
dilaksanakan pada:
(a) Individual
Penyuluhan atau promosi kesehatan secara individual dilakukan dalam bentuk
konseling.Konseling dilakukan oleh dokter, perawat, atau petugas gizi
terhadap pasien atau keluarga pasien yang mempunyai masalah kesehatan
khusus, atau penyakit yang dideritanya (Kemenkes RI, 2012).

Universitas Sumatera Utara

35

(b) Kelompok
Promosi atau penyuluhan langsung dengan sasaran kelompok dilakukan di
ruang tunggu bagi penyakit-penyakit sejenis. Penyuluhan langsung kelompok
juga dapat dilaksanakan dengan mengumpulkan pasien dengan kasus sejenis
di ruangan tertentu. Metode penyuluhan kelompok, seperti ceramah, diskusi
kelompok, simulasi, dan bermain peran (role play) tepat digunakan dalam
promosi kesehatan ini (Kemenkes RI, 2012).
(c) Massa
Bagi seluruh pengunjung rumah sakit, baik pasien maupun keluarga pasien
dan tamu rumah sakit, adalah sasaran promosi kesehatan dalam bentuk ini.
Promosi kesehatan dengan sasaran semacam ini perlu penyesuaian bentuk
promosi kesehatannya adalah dengan menggunakan metode penyuluhan
massa, seperti penggunaan poster dan spanduk (Kemenkes RI, 2012).
Promosi kesehatan di rumah sakit menggunakan metode langsung dan metode
tidak langsung.
a. Secara Langsung
Metode penyuluhan langsung digunakan pada waktu penyuluhan langsung, yakni
apabila antara sasaran (pasien dan keluarga pasien) bertatap muka dengan petugas
kesehatan sebagai promotor kesehatan. Oleh sebab itu, metode yang digunakan
adalah ceramah, diskusi kelompok, simulasi, dan bermain peran(Kemenkes RI,
2012).

Universitas Sumatera Utara

36

b. Secara tidak Langsung
Promosi atau penyuluhan secara tidak langsung berarti menggunakan media, dan
antara petugas promosi kesehatan tidak dapat bertatap muka dengan pasien atau
keluarga pasien sebagai clients. Oleh sebab itu, maka metode promosi secara tidak
langsung ini selalu menggunakan media atau alat bantu pendidikan atau promosi,
misalnya: leaflet, booklet, selebaran, poster, radio kaset, video kaset, dan
sebagainya (Kemenkes RI, 2012).
2.4.9 Indikator Keberhasilan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit
Indikator keberhasilan dirumuskan untuk keperluan pemantauan dan evaluasi
PKRS (Kemenkes RI, 2012). Indikator keberhasilan mencakup indikator masukan
(input), indikator proses, indikator (output), dan indikator dampak.
a. Indikator Masukan
Masukan yang perlu diperhatikan adalah yang berupa komitmen, sumber daya
manusia, sarana/peralatan, dan dana. Menurut Kemenkes RI (2012) indikator
masukan ini dapat mencakup ada atau tidak ada :
a. Komitmen direksi yang tercermin dalam rencana umum PKRS.
b. Komitmen seluruh jajaran yang tercermin dalam rencana operasional PKRS
c. Unit dan petugas rumah sakit yang ditunjuk sebagai koordinator PKRS dan
mengacu kepada standar
d. Petugas koordinator PKRS dan petugas-petugas lain yang sudah dilatih.
e. Sarana dan peralatan promosi kesehatan yang mengacu pada standar.

Universitas Sumatera Utara

37

f. Dana yang mencukupi untuk penyelenggaraan PKRS
b. Indikator Proses
Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan PKRS yang meliputi PKRS
untuk pasien (rawat inap, rawat jalan, pelayanan penunjang), PKRS untuk pasien
sehat dan PKRS diluar gedung rumah sakit. Menurut Kemenkes RI (2012) Indikator
yang digunakan meliputi :
a. Kegiatan (pemasangan poster, konseling dan lainlain) dan atau frekuensinya.
b. Kondisi media komunikasi yang digunakan (poster, leaflet, giant banner, spanduk,
neon box, dan lain-lain) yaitu masih bagus atau sudah rusak.
c. Indikator Keluaran
Keluaran yang dipantau adalah keluaran dari kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan baik secara umum maupun secara khusus. Menurut Kemenkes RI
(2012)indikator yang digunakan disini adalah berupa cakupan kegiatan, yaitu:
a. Apakah semua bagian rumah sakit sudah tercakup PKRS
b. Jumlah pasien yang sudah terlayani oleh berbagai kegiatan PKRS (konseling,
biblioterapi, senam, dan lain-lain)
d. Indikator Dampak
Indikator dampak mengacu pada tujuan dilaksanakannya PKRS, yaitu
berubahnya pengetahuan, sikap dan perilaku pasien rumah sakit serta terpeliharanya
lingkungan rumah sakit dan dimanfaatkannya dengan baik semua pelayanan yang
disediakan rumah sakit. Kondisi ini sebaiknya di nilai melalui observasi, dan kondisi

Universitas Sumatera Utara

38

pemanfaatan pelayanan dapat di nilai dari pengolahan terhadap catatan/data pasien
rumah sakit.Sedangkan kondisi pengetahuan, sikap, perilaku pasien hanya dapat
diketahui dengan menilai diri pasien tersebut. Data untuk indikator ini biasanya
didapat melalui survey. Survei pasien yang berada di rumah sakit maupun mereka
yang tidak berada di rumah sakit pernah menggunakan rumah sakit (Kemenkes RI,
2012).

2.5 Perawat
2.5.1 Definisi Perawat
Perawat adalah orang yang mengasuh, merawat dan melindungi, yang
merawat orang sakit, luka dan usia lanjut (Priharjo, 1995). Perawat adalah karyawan
rumah sakit yang mempunyai dua tugas yaitu merawat pasien dan mengatur bangsal
(Hadjam, 2001).
Lokakarya Keperawatan Nasional dalam Hidayat (2004), mendefinisikan
keperawatan sebagai suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif kepada individu,
keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus
kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan di sini adalah bagaimana perawat
memberikan dukungan emosional kepada pasien dan memperlakukan pasien sebagai
manusia.

Universitas Sumatera Utara

39

Pada hakekatnya keperawatan merupakan suatu ilmu dan kiat, profesi yang
berorientasi pada pelayanan, memiliki empat tingkatan pasien (individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat) serta pelayanan yang mencakup seluruh rentang
pelayanan kesehatan secara keseluruhan (Hidayat, 2004). Dari berbagai definisi di
atas dapat disimpulkan bahwa perawat adalah orang yang memberikan pelayanan
dalam mengasuh, merawat dan menyembuhkan pasien.
2.5.2 Peran Perawat
Peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dan sistem, dimana dapat dipengaruhi
oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan
yang bersifat menetap. Peran perawat menurut Hidayat (2004) terdiri dari :
a. Peran sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan
dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan.
b. Peran sebagai Advokat Pasien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu pasien dan keluarganya dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi
lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasien. Juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi

Universitas Sumatera Utara

40

hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas
informasi tentang penyakitnya dan hak atas privasi.
c. Peran Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga
terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
d. Peran Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan
dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan pasien.
e. Peran Kolaborator
Peran perawat di sini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau
tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
f. Peran Konsultan
Di sini perawat berperan sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan.Peran ini dilakukan atas
permintaan pasien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan.

Universitas Sumatera Utara

41

g. Peran Pembaharu
Peran ini dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama,
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan.
2.5.3 Asuhan Keperawatan
Menurut Nursalam (2007) standar asuhan keperawatan telah dijabarkan oleh
Persatuan Perawat Nasional Indonesia yang mengacu dalam tahapan proses
keperawatan, meliputi : (1) pengkajian, (2) diagnosis keperawatan, (3) perencanan,
(4) implementasi, (5) evaluasi.
1. Pengkajian Keperawatan
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan pasien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan, meliputi:
a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesis, observasi, pemeriksaan fisik,
serta dari pemeriksaan penunjang.
b. Sumber data adalah pasien, keluarga, atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam
medis, dan catatan lain.
c. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi: status kesehatan
pasien masa lalu, status kesehatan pasien masa kini, status biologis-psikologissosial-spiritual, respons terhadap terapi, harapan terhadap tingkat kesehatan yang
optimal dan risiko-risiko tinggi masalah.

Universitas Sumatera Utara

42

d. Kelengkapan data dasar mengandung unsur LARB (Lengkap, Akurat, Relevan, dan
Baru).
2. Diagnosis Keperawatan
Perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosis
keperawatan. Kriteria proses :
a. Proses diagnosis terdiri atas analisis, interpretasi data, identifikasi masalah pasien,
dan perumusan diagnosis keperawatan.
b. Diagnosis keperawatan terdiri atas: masalah, penyebab, dan tanda atau gejala,
atau terdiri atas masalah dan penyebab.
c. Bekerjasama dengan pasien, dan petugas kesehatan lain untuk memvalidasi
diagnosis keperawatan.
d. Melakukan pengkajian ulang, dan merevisi diagnosis berdasarkan data terbaru.
3. Perencanaan Keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
dan meningkatkan kesehatan pasien, meliputi:
a. Perencanaan terdiri atas penetapan prioritas masalah, tujuan, dan rencana
tindakan keperawatan.
b. Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.
c. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan pasien.
d. Mendokumentasi rencana keperawatan.

Universitas Sumatera Utara

43

4. Implementasi Keperawatan
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam
rencana asuhan keperawatan, meliputi:
a. Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
b. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien.
d. Memberikan

pendidikan

pada

pasien

dan

keluarga

mengenai

konsep,

keterampilan asuhan diri serta membantu pasien memodifikasi lingkungan yang
digunakan.
e. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan
respons pasien.
5. Evaluasi Keperawatan
Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan keperawatan dalam
pencapaian tujuan, dan merevisi data dasar dan perencanaan, meliputi:
a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat
waktu, dan terus-menerus.
b. Menggunakan data dasar dan respons pasien dalam mengukur perkembangan ke
arah percapaian tujuan.
c. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat.
d. Bekerjasama dengan pasien keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.

Universitas Sumatera Utara

44

e. Mendokumentasi hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.
Konsep keperawatan Neuman dalam Nursalam (2007) menyatakan bahwa
asuhan keperawatan meliputi pelayanan primer, sekunder dan tertier. promosi
kesehatan

dan

pemeliharaan

kesehatan merupakan

bagian dari

pelayanan

keperawatan primer. Pendidikan kesehatan atau edukasi kepada pasien dan keluarga
pasien merupakan strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan
dalam perawatan kesehatan masyarakat kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan
cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada
hubungannya dengan kesehatan.

2.6 Rumah Sakit
2.6.1 Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit dalam bahasa Inggris disebut hospital. Kata hospital berasal dari
kata bahasa latin hospital yang berarti tamu. Secara lebih luas kata itu bermakna
menjamu para tamu.Memang menurut sejarahnya, hospital atau rumah sakit adalah
suatu lembaga yang bersifat kedermawanan (charitable), untuk merawat pengungsi
atau memberikan pendidikan bagi orang-orang yang kurang mampu atau miskin,
berusia lanjut, cacat, atau para pemuda(Kemenkes RI, 2012).
Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan secara merata dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya

Universitas Sumatera Utara

45

peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta
dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga dan penelitian.Rumah sakit juga
merupakan institusi yang dapat memberi keteladanan dalam budaya hidup bersih dan
sehat serta kebersihan lingkungan (Depkes RI, 2009).
2.6.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Menurut Depkes RI (2009) rumah sakit mempunyai tugas memberikan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas rumah
sakit mempunyai fungsi :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan
yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan
2.6.3 Klasifikasi Rumah Sakit
Permenkes RI No 340 tahun 2010 tentang klasifikasi rumah sakit dibedakan
berdasarkan : pelayanan, sumber daya manusia, peralatan, sarana dan prasarana dan
administrasi dan manajemen. Adapun klasifikasi rumag sakit umum adalah :

Universitas Sumatera Utara

46

a. Rumah Sakit Umum Kelas A
Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar yaitu: pelayanan penyakit dalam, kesehatan
anak, bedah, obstetri dan ginekologi, 5 (lima) spesialis penunjang medik yaitu:
pelayanan anestesiologi, radiologi, rehabilitasi medik, patologi klinik dan patologi
anatomi, 12 (dua belas) spesialis lain yaitu: mata, telinga hidung tenggorokan,
syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru,
orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan kedokteran forensik dan 13
(tiga belas) subspesialis yaitu: bedah, penyakit dalam, kesehatan anak, obstetri dan
ginekologi, mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh
darah, kulit dan kelamin, jiwa, paru, onthopedi dan gigi mulut.
b. Rumah Sakit Umum Kelas B
Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar yaitu: pelayanan penyakit dalam, kesehatan
anak, bedah, obstetri dan ginekologi, 4 (empat) spesialis penunjang medik yaitu
:pelayanan anestesiologi, radiologi, rehabilitasi medik dan patologi klinik.
Sekurang-kurangnya 8 (delapan) dari 13 (tiga belas) pelayanan spesialis lain yaitu
: mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan
kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan
kedokteran forensik: mata, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin,
kedokteran jiwa, paru, urologi dan kedokteran forensik. Pelayanan Medik

Universitas Sumatera Utara

47

Subspesialis 2 (dua) dari 4 (empat) subspesialis dasar yang meliputi :Bedah,
Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Obstetri dan Ginekologi.
c. Rumah Sakit Umum Kelas C
Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar :pelayanan penyakit dalam, kesehatan
anak, bedah, obstetri dan ginekologi dan 4 (empat) spesialis penunjang medik
yaitu : pelayanan anestesiologi, radiologi, rehabilitasi medik dan patologi klinik.
d. Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) dari 4 (empat) spesialis
dasar yaitu: pelayanan penyakit dalam, kesehat

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan, Sikap Dan Keterampilan Penyuluh Terhadap Keberhasilan Promosi Kesehatan Pada Pasien Di Instalasi Rehabilitasi Medik Rsup H.Adam Malik Medan

4 84 125

Profil Pasien Sirosis Hati Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan

0 62 68

Infeksi Nosokomial Melalui Pemasangan Infus Dan Manfaat Pelatihan Keterampilan Perawat Terhadap Pengendaliannya Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2001

1 43 93

Pelaksanaan Discharge Planning oleh Perawat di Ruang Rawat Inap Anak RSUP H. Adam Malik Medan

14 98 78

Pengaruh Pengetahuan, Sikap Dan Keterampilan Perawat Terhadap Pelaksanaan Promosi Kesehatan Di Ruang Rawat Inap Terpadu B2 Bedah RSUP H.Adam Malik Tahun 2013

0 0 19

Pengaruh Pengetahuan, Sikap Dan Keterampilan Perawat Terhadap Pelaksanaan Promosi Kesehatan Di Ruang Rawat Inap Terpadu B2 Bedah RSUP H.Adam Malik Tahun 2013

0 0 2

Pengaruh Pengetahuan, Sikap Dan Keterampilan Perawat Terhadap Pelaksanaan Promosi Kesehatan Di Ruang Rawat Inap Terpadu B2 Bedah RSUP H.Adam Malik Tahun 2013

0 0 10

Pengaruh Pengetahuan, Sikap Dan Keterampilan Perawat Terhadap Pelaksanaan Promosi Kesehatan Di Ruang Rawat Inap Terpadu B2 Bedah RSUP H.Adam Malik Tahun 2013

0 0 4

Pengaruh Pengetahuan, Sikap Dan Keterampilan Perawat Terhadap Pelaksanaan Promosi Kesehatan Di Ruang Rawat Inap Terpadu B2 Bedah RSUP H.Adam Malik Tahun 2013

0 0 37

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETERAMPILAN PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RS LABUANG BAJI MAKASSAR

0 0 19