Analisis Pengaruh Tegangan Kerja Terhadap Kinerja Dan Temperatur Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan Chapter III V
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian untuk pengambilan data, akan dilakukan di Laboratorium Dasar
Konversi Energi Listrik DTE. FT-USU, pada tanggal 14 - 16 September 2016,
pukul 14.00 s/d 18.00 WIB.
3.2 Langkah-Langkah Penelitian
Adapun langkah-langkah penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini
meliputi :
-
Tahap Persiapan
Tujuan dari tahap persiapan penelitian adalah untuk mengkoordinasikan agar
saat penelitian dapat berjalan dengan lancar. Langkah-langkah yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
a) Mempersiapkan alat dan bahan untuk penelitian, semua alat dan bahan
yang akan digunakan harus dipersiapkan terlebih dahulu.
b) Mengkondisikan obyek penelitian.
Obyek penelitian yang dimaksudkan disini adalah pengaruh suplai
variasi tegangan kerja terhadap kinerja (torsi-putaran) dan temperatur
motor induksi tiga fasa rotor belitan. Adapun langkah mengkondisikan
obyek penelitian ini meliputi:
1) Memastikan bahwa motor induksi dapat beroperasi dan melihat
pengaruh suplai variasi tegangan kerja terhadap kinerja motor dan
temperatur motor induksi rotor belitan.
29
Universitas Sumatera Utara
2) Memeriksa Power Supply dan Multimeter apakah sudah disetting
dengan benar.
c) Mengkondisikan alat ukur.
Alat ukur sebagai alat pengambil data harus memiliki validitas yang
baik. Untuk mendapatkan validitas yang baik alat ukur harus disetting
sesuai dengan keadaan seperti skala operasi.
-
Tahap Pengambilan Data
Tujuan dari tahap ini untuk memperoleh data penelitian yang meliputi torsi,
kecepatan putaran, dan temperatur motor induksi.
3.3 Bahan & Peralatan
Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan peralatan dan
bahan yang tersedia pada Laboratorium Dasar Konversi Energi Listrik DTE. FTUSU. Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu:
1. Motor induksi 3 fasa
Tipe : rotor belitan
Spesifikasi :
- AEG Typ C AM 112MU 4RI
- Δ / Υ 220/ 380 V ; 10,7/ 6,2 A
- 2,2 Kw, cos ϕ 0,67
- Kelas Isolasi : B
2. Power Suplai (AC dan DC)
3. Tachometer
4. Amperemeter
30
Universitas Sumatera Utara
5. Voltmeter
6. Thermometer Infrared
7. Stopwatch
8. Kabel secukupnya
3.4 Variabel yang diamati
Pada penelitian ini variabel yang diamati adalah
1.
Persentasi batas tegangan kerja berdasarkan SPLN
yang mencatu motor
2.
Lamanya waktu operasi motor
3.
Perubahan Temperatur yang terukur oleh thermometer infrared untuk setiap
perubahan persentasi batas tegangan kerja dan beban yang dipikul
4.
Beban (tahanan) yang dipikul
5.
Perubahan putaran yang terukur oleh tachometer untuk setiap perubahan
persentasi batas tegangan kerja dan beban yang dipikul
6.
Arus Irotor, Istator, dan Ibeban
31
Universitas Sumatera Utara
3.5 Percobaan untuk mendapatkan parameter-parameter motor induksi
tiga phasa.
3.5.1 percobaan Tahanan DC
A. Percobaan Tahanan DC Pada Belitan stator
A
+
U
Ru
Rv
V
-
V
VDC Variable
Rw
W
Gambar 3.1 Rangkaian Percobaan Tahanan DC pada Belitan Stator
Adapun prosedur percobaan sebagai berikut :
1. Belitan pada stator dibuat hubungan Y, diukur dua dari ketiga belitan
stator.
2. Tegangan DC dicatu/disuplai pada rangkaian belitan stator.
3. Tegangan DC suplai dinaikkan perlahan sampai pada nilai tertentu.
4. Ketika tegangan menunjukkan pada besaran 12,6 Volt, penunjukan alat
ukur voltmeter dan amperemeter dicatat
5. Percobaan selesai, rangkaian dilepas.
B. Percobaan Tahanan DC Pada Belitan rotor
A
K
Rk
Rm
+
M
V
-
VDC Variable
Rl
L
Gambar 3.2 Rangkaian Percobaan Tahanan DC pada Belitan Rotor
32
Universitas Sumatera Utara
Adapun prosedur percobaan sebagai berikut :
1. Belitan pada rotor dibuat hubungan Y, diukur dua dari ketiga belitan
rotor.
2. Tegangan DC dicatu / disuplai pada rangkaian belitan rotor.
3. Tegangan DC suplai dinaikkan perlahan sampai pada nilai tertentu.
4. Saat tegangan menunjukkan pada besaran 4,2 Volt, penunjukkan alat
ukur voltmeter dan amperemeter dicatat
5. Percobaan selesai, rangkaian dilepas.
3.6 Percobaan pengaruh tegangan kerja terhadap kinerja dan temperatur
motor induksi tiga phasa.
Gambar 3.3 Rangkaian Percobaan Tegangan Kerja terhadap kinerja dan
Temperatur
Adapun prosedur percobaan sebagai berikut :
1. Rangkaian pengujian dibuat seperti yang sudah ditentukan.
2. Tahanan luar dibuat dalam hubungan Y.
3. Tutup S1 yang menghubungakan PT AC1 dengan terminal stator lalu
naikkan PT AC1 sampai tegangan nominal yang ditentukan.
33
Universitas Sumatera Utara
4. Tutup S3 switch lalu naikkan PT DC1 sampai A3 menunjukan arus
penguat nominal.
5. Tahanan R dibuat konstan sesuai data yang ditentukan Kemudian ubah –
ubah tegangan secara bertahap, dari terendah ke tertinggi sesuai
tegangan kerja yang berdasarkan SPLN (+5 ; -10 % dari V nominal
motor) sesuai data yang diinginkan dan tahanan R atau beban yang
konstan, kemudian catat I1,I2,I3 dan serta n.
6. Catat kondisi temperatur motor tiap kenaikan waktu 6 menit, sampai
30 menit beroperasinya motor, saat tiap 1 tegangan kerja yang disuplai.
7. Percobaan selesai.
34
Universitas Sumatera Utara
3.7 Pelaksanaan Penelitian
3.7.1 Proses Pengumpulan Data
Adapun diagram alur dari proses pengambilan data terlihat pada
gambar 3.4
MULAI
MEMPERSIAPKAN ALAT,
BAHAN, & RANGKAIAN
PERCOBAAN
TEGANGAN KERJA( 10 s/d +5 )% DARI
TEGANGAN
NOMINAL
MELAKUKAN PERCOBAAN
(SUPLAI TEGANGAN KERJA)
PUTARAN
TORSI
TEMPERATUR
`
TIDAK
LAKUKAN
ANALISIS
APAKAH SUDAH
DILAKUKAN TIAP
TEGANGAN KERJA
YA
`
MENAMPILKAN
HASIL
PENGUKURAN &
PERHITUNGAN
SELESAI
Gambar 3.4 Diagram alur proses pengambilan data
35
Universitas Sumatera Utara
3.7.2
Melakukan analisa data terhadap data yang telah diperoleh
Dalam melakukan penelitian, diperlukan suatu analisa data.
Kegunaan dari analisa data ini adalah untuk mendapatkan atau menarik
suatu kesimpulan dari hasil data-data yang didapatkan lewat penelitian
yang telah dilakukan. Adapun teknik analisis data yang dipakai pada
penelitian ini yaitu dengan analisis matematis. Analisis ini dengan
perhitungan-perhitungan berdasarkan rumus yang berlaku di dalam
perhitungan torsi dan parameter tahanan DC.
Untuk menghitung parameter dari percobaan tahanan DC ada dua
hubungan yaitu hubungan Y dan hubungan Δ yang dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Hubungan Y
Rdc =
=
Faktor koreksi = 1,1 – 1,5 (skin efek)
= fk .
Hubungan Δ
Rdc =
⁄
36
Universitas Sumatera Utara
R
Rdc
fasa
2
Persamaan umum torsi pada motor induksi :
Tind
s
Pconv
Rumus torsi terhadap tegangan output :
Pconv 3I 22
Te
Te
R2
s
2
3I 2 R2 s
s
3I 22 R2 s
n
2 s
60
Atau
Te
3I 22 R2 60
s 2n s
Maka untuk menghitung torsi digunakan rumus sebagai berikut :
3I 22 R2 60
Te
s 2n s
37
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum
Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik yang sering menjadi
pilihan dalam dunia industri. Hal ini dikarenakan motor induksi sangat mudah
dalam pengoperasian dan perawatannya juga minimum.
Dalam bab ini akan dibahas pengaruh suplai variasi tegangan kerja sesuai
dengan SPLN 1 tahun 1995 (+5% ; -10% ) Vnom , terhadap kinerja (putaran-torsi)
dan temperatur motor induksi tiga phasa rotor belitan. Yang dimaksud kinerja
motor disini adalah kecepatan putaran dan torsi. Sedangakan metode untuk
pengukuran kondisi temperatur motor induksi tiga phasa, menggunakan satu
metode yaitu dengan metode pengukuran menggunakan thermometer infrared.
4.2 Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian di Laboratorium Konversi Energi Listrik Departemen
Teknik Elektro Fakultas Teknik USU diperoleh data pengujian sebagai berikut:
4.2.1 Percobaan Untuk Mendapatkan Paremeter-Parameter Motor
Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan
Tabel 4.1 Percobaan tahanan DC pada belitan stator
Phasa
V (Volt)
I (Ampere)
U-V
3,4
1,76
38
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Percobaan tahanan DC pada belitan rotor
Phasa
V (Volt)
I (Ampere)
K-M
1,1
1,65
Analisis Data
-
Hasil Perhitungan Percobaan tahanan DC pada belitan stator
Untuk data di atas diperoleh:
Rdc =
=
= 1,93 Ω
Karena hubungan pada stator adalah hubungan Y, maka:
Rdc =
= 0,965 Ω
Rac = 1,2 x 0,965
= 1,158 Ω
Maka tahanan stator adalah
Rs= 1,158 Ω
- Hasil Perhitungan Percobaan tahanan DC pada belitan rotor
Untuk data di atas diperoleh:
39
Universitas Sumatera Utara
Rdc =
Rdc =
= 0,66 Ω
Karena hubungan pada rotor adalah hubungan Y, maka:
Rdc =
= 0,33 Ω
Rac = 1,2 x 0,33
= 0,39 Ω
Maka tahanan rotor adalah
Rr = 0,39 Ω
40
Universitas Sumatera Utara
4.2.2 Percobaan Pengaruh suplai variasi Tegangan kerja Terhadap Kinerja
(putaran-torsi) Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan
Tabel 4.3 Data hasil pengujian pengaruh suplai variasi tegangan kerja pada
motor induksi saat kondisi berbeban konstan
If = 0,2 Volt
Vturun
Vkerja (Volt)
V(L-L)
Vnom
R = 20 Ohm
Istator (A)
Irotor (A)
ns = 1500 rpm f = 50 Hz
Ibeban
(A)
nr
slip
(rpm)
342
3,54
2,12
4,23
1460
0,026
350
3,78
2,23
3,98
1466
0,022
360
4,03
2,27
3,65
1472
0,018
370
4,31
2,35
3,45
1477
0,015
380
4,64
2,46
3,13
1480
0,013
390
4,88
2,58
3,02
1483
0,011
398
5,42
2,61
2,91
1486
0.009
Vnaik
Keterangan : Tabel yang berwarna biru didapat dari hasil pengukuran,
sedangkan Tabel yang berwarna merah didapat dari hasil
perhitungan.
Analisis Data
Dari data yang didapat pada Tabel 4.3, maka dilakukan perhitungan
untuk mendapatkan nilai Torsi dari tiap Tegangan kerja, sebagai berikut
:
41
Universitas Sumatera Utara
1. Tegangan kerja = 342 Volt
Te
3I 22 R2 60
s 2n s
3 2,12 2 0,39 60
=
0,026 23,14 1500
=
3 4,49 0,39 60
244,92
Te = 1,28 Nm
2. Tegangan kerja = 350 Volt
Te
=
=
3I 22 R2 60
s 2n s
3 2,23 2 0,39 60
0,022 23,14 1500
3 4,97 0,39 60
207,24
Te = 1,68 Nm
3. Tegangan kerja = 360 Volt
Te
3I 22 R2 60
s 2n s
3 2,27 2 0,39 60
=
0,018 23,14 1500
=
3 5,15 0,39 60
169,56
Te = 2,13 Nm
4. Tegangan kerja = 370 Volt
Te
3I 22 R2 60
s 2n s
42
Universitas Sumatera Utara
=
=
3 2,35 2 0,39 60
0,015 23,14 1500
3 5,52 0,39 60
141,3
Te = 2,74 Nm
5. Tegangan kerja = 380 Volt
Te
3I 22 R2 60
s 2n s
3 2,46 2 0,39 60
=
0,013 23,14 1500
=
3 6,05 0,39 60
122,46
Te = 3,46 Nm
6. Tegangan kerja = 390 Volt
3I 22 R2 60
Te
s 2n s
=
=
3 2,58 2 0,39 60
0,011 23,14 1500
3 6,65 0,39 60
103,62
Te = 4,50 Nm
7. Tegangan kerja = 398 Volt
Te
3I 22 R2 60
s 2n s
3 2,612 0,39 60
=
0,009 23,141500
43
Universitas Sumatera Utara
=
3 6,81 0,39 60
84,78
Te = 5,64 Nm
Dengan melakukan perhitungan seperti di atas pada berbagai besar
tegangan, maka akan diperoleh nilaitorsi seperti pada Tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4
Hasil analisis data pengaruh suplai variasi tegangan kerja pada
kondisi berbeban konstan.
If = 0,2 Volt
Vturun
Vkerja
(Volt)
V(L-L)
Vnom
R = 20 Ohm
Istator
(A)
Irotor
(A)
ns = 1500 rpm f = 50 Hz
Ibeban
(A)
nr
slip
(rpm)
T
(Nm)
342
3,54
2,12
4,23
1460
0,026
1,27
350
3,78
2,23
3,98
1466
0,022
1,68
360
4,03
2,27
3,65
1472
0,018
2,13
370
4,31
2,35
3,45
1477
0,015
2,74
380
4,64
2,46
3,13
1480
0,013
3,46
390
4,88
2,58
3,02
1483
0,011
4,50
398
5,42
2,61
2,91
1486
0.009
5,64
Vnaik
Keterangan : Tabel yang berwarna biru didapat dari hasil pengukuran,
sedangkan Tabel yang berwarna merah didapat dari hasil
perhitungan.
44
Universitas Sumatera Utara
Grafik Hasil Pengujian
Grafik yang menunjukkan hubungan antara pengaruh suplai tegangan
kerja terhadap kecepatan motor induksi ditunjukan pada Gambar 4.1.
putaran (rpm)
Tegangan Kerja vs Kecepatan
Rotor
1490
1480
1470
1460
1450
1440
342
350
360
370
380
390
398
Tegangan Kerja (Volt)
Gambar 4.1 Grafik Tegangan kerja vs Kecepatan Motor Induksi
Grafik yang menunjukkan hubungan antara pengaruh tegangan
kerja terhadap torsi motor induksi ditunjukkan pada Gambar 4.2.
Torsi (Nm)
Tegangan Kerja Vs Torsi
6
5
4
3
2
1
0
342
350
360
370
380
390
398
Tegangan Kerja (volt)
Gambar 4.2 Grafik Tegangan kerja vs Torsi Motor Induksi
45
Universitas Sumatera Utara
4.2.3 Percobaan Pengaruh variasi Tegangan kerja Terhadap temperatur
Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan
Tabel 4.5 Data hasil pengukuran temperatur motor dengan thermometer infrared
Vkerja = 342 volt (VL-L),
= 1460 rpm ,f= 50 Hz
Stator = Y
t (menit)
suhu (0C)
0
29,8
6
32,8
12
35,2
18
36,6
24
37,7
30
38,6
Menurut data yang diperoleh dari tabel 4.5, dapat diketahui bahwa
kenaikan rata-rata temperatur motor induksi tiga fasa saat disuplai tegangan kerja
sebesar 342 V, melalui pengukuran menggunakan thermometer infrared adalah
sebagai berikut:
0
C/m
46
Universitas Sumatera Utara
Dari perhitungan yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kenaikan temperatur motor induksi tiga phasa saat disuplai tegangan kerja sebesar
342 V, setiap kenaikan waktu satu menit yang diukur dengan menggunakan
thermometer infrared, adalah sebesar 0.293 0C/m.
suhu °C
t (menit) vs Suhu(°C)
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0
6
12
18
24
30
t (menit)
Gambar 4.3 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan
kerja 342 V pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared
Tabel 4.6 Data hasil pengukuran temperatur motor dengan thermometer infrared
Vkerja = 350 volt (VL-L),
= 1466 rpm, f= 50 Hz
Stator = Y
t (menit)
suhu (0C)
0
30
6
33,1
12
34,8
18
37,5
24
38,7
30
40,1
47
Universitas Sumatera Utara
Menurut data yang diperoleh dari tabel 4.6, dapat diketahui bahwa
kenaikan rata-rata temperatur motor induksi tiga fasa saat disuplai tegangan kerja
sebesar 350 V, melalui pengukuran menggunakan thermometer infrared adalah
sebagai berikut:
0
C/m
Dari perhitungan yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kenaikan temperatur motor induksi tiga phasa saat disuplai tegangan kerja sebesar
350 V, setiap kenaikan waktu satu menit yang diukur dengan menggunakan
thermometer infrared, adalah sebesar 0,33 0C/m.
suhu °C
t (menit) vs Suhu(°C)
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0
6
12
18
24
30
t (menit)
Gambar 4.4 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan
kerja 350 V pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared
48
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Data hasil pengukuran temperatur motor dengan thermometer infrared
Vkerja = 360 volt (VL-L),
= 1472 rpm ,f=50 Hz
Stator = Y
t (menit)
suhu (0C)
0
30,2
6
34,1
12
36,8
18
38,7
24
41,2
30
42,7
Menurut data yang diperoleh dari tabel 4.7, dapat diketahui bahwa
kenaikan rata-rata temperatur motor induksi tiga fasa saat disuplai tegangan kerja
sebesar 360 V, melalui pengukuran menggunakan thermometer infrared adalah
sebagai berikut:
0
C/m
Dari perhitungan yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kenaikan temperatur motor induksi tiga phasa saat disuplai tegangan kerja sebesar
360 V, setiap kenaikan waktu satu menit yang diukur dengan menggunakan
thermometer infrared, adalah sebesar 0.416 0C/m.
49
Universitas Sumatera Utara
suhu °C
t (menit) vs Suhu(°C)
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0
6
12
18
24
30
t (menit)
Gambar 4.5 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan
kerja 360 V pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared
Tabel 4.8 Data hasil pengukuran temperatur motor dengan thermometer infrared
Vkerja = 370 volt(VL-L),
= 1477 rpm , f= 50 Hz
Stator = Y
t (menit)
suhu (0C)
0
30,4
6
34,6
12
38,6
18
40,9
24
42,4
30
43,3
Menurut data yang diperoleh dari tabel 4.8, dapat diketahui bahwa
kenaikan rata-rata temperatur motor induksi tiga fasa saat disuplai tegangan kerja
sebesar 370 V, melalui pengukuran menggunakan thermometer infrared adalah
sebagai berikut:
50
Universitas Sumatera Utara
0
C/m
Dari perhitungan yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kenaikan temperatur motor induksi tiga phasa saat disuplai tegangan kerja sebesar
370 V, setiap kenaikan waktu satu menit yang diukur dengan menggunakan
thermometer infrared, adalah sebesar 0,43 0C/m.
suhu °C
t (menit) vs Suhu(°C)
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0
6
12
18
24
30
t (menit)
Gambar 4.6 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan
kerja 370 V pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared
51
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Data hasil pengukuran temperatur motor dengan thermometer infrared
Vkerja = 380 volt (VL-L),
= 1480 rpm , f= 50 Hz
Stator = Y
t (menit)
suhu (0C)
0
29,7
6
35,6
12
38,4
18
41,8
24
43,7
30
44,4
Menurut data yang diperoleh dari tabel 4.9, dapat diketahui bahwa
kenaikan rata-rata temperatur motor induksi tiga fasa saat disuplai tegangan kerja
sebesar 380 V, melalui pengukuran menggunakan thermometer infrared adalah
sebagai berikut:
0
C/m
Dari perhitungan yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kenaikan temperatur motor induksi tiga phasa saat disuplai tegangan kerja sebesar
380 V, setiap kenaikan waktu satu menit yang diukur dengan menggunakan
thermometer infrared, adalah sebesar 0.49 0C/m.
52
Universitas Sumatera Utara
suhu °C
t (menit) vs Suhu(°C)
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0
6
12
18
24
30
t (menit)
Gambar 4.7 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan
kerja 380 V pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared
Tabel 4.10 Data hasil pengukuran temperatur motor dengan thermometer infrared
Vkerja = 390 volt (VL-L),
= 1483 rpm, f =50 Hz
Stator = Y
t (menit)
suhu (0C)
0
29,8
6
35,3
12
39,6
18
43,1
24
45,4
30
47,8
Menurut data yang diperoleh dari tabel 4.10, dapat diketahui bahwa
kenaikan rata-rata temperatur motor induksi tiga fasa saat disuplai tegangan kerja
sebesar 390 V, melalui pengukuran menggunakan thermometer infrared adalah
sebagai berikut:
53
Universitas Sumatera Utara
0
C/m
Dari perhitungan yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kenaikan temperatur motor induksi tiga phasa saat disuplai tegangan kerja sebesar
390 V, setiap kenaikan waktu satu menit yang diukur dengan menggunakan
thermometer infrared, adalah sebesar 0.6 0C/m.
t (menit) vs Suhu(°C)
60
suhu °C
50
40
30
20
10
0
0
6
12
18
24
30
t (menit)
Gambar 4.8 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan
kerja 390 V pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared
54
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11 Data hasil pengukuran temperatur motor dengan thermometer infrared
Vkerja = 398 volt (VL-L),
= 1486 rpm, f=50 Hz
Stator = Y
t (menit)
suhu (0C)
0
29,4
6
36,6
12
40,7
18
43,7
24
47,2
30
48,3
Menurut data yang diperoleh dari tabel 4.11, dapat diketahui bahwa
kenaikan rata-rata temperatur motor induksi tiga fasa saat disuplai tegangan kerja
sebesar 398 V, melalui pengukuran menggunakan thermometer infrared adalah
sebagai berikut:
0
C/m
Dari perhitungan yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kenaikan temperatur motor induksi tiga phasa saat disuplai tegangan kerja sebesar
398 V, setiap kenaikan waktu satu menit yang diukur dengan menggunakan
thermometer infrared, adalah sebesar 0.63 0C/m.
55
Universitas Sumatera Utara
t (menit) vs Suhu(°C)
60
suhu °C
50
40
30
20
10
0
0
6
12
18
24
30
t (menit)
Gambar 4.9 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan
kerja 398 V pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared
56
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Semakin besar tegangan kerja yang disuplai ke motor pada beban yang
konstan, maka semakin besar kecepatan putaran (rpm) motor tersebut .
Nilai kecepatan putaran terbesar didapat saat tegangan kerja tertinggi,
yaitu +5% dari Vnom (398 V) sebesar 1486 rpm, dan terkecil saat
tegangan kerja terendah, yaitu -10 % dari Vnom (342 V) sebesar 1460
rpm.
2. Berdasarkan analisis perhitungan, semakin besar nilai tegangan kerja
yang disuplai ke motor, maka semakin besar pula nilai torsi motor
tersebut. Nilai Torsi terbesar didapat saat tegangan kerja tertinggi, yaitu
+5% dari Vnom (398 V) sebesar 5,64 Nm , dan terkecil saat tegangan kerja
terendah, yaitu -10 % dari Vnom (342 V) sebesar 1,28 Nm.
3. Motor induksi rotor belitan mengalami perubahan kondisi temperatur
saat disuplai variasi tegangan kerja. Semakin besar tegangan kerja yang
disuplai pada motor, maka terjadi kenaikan temperatur pada motor
tersebut. Kenaikan temperatur dalam tiap satu menitnya saat disuplai
variasi tegangan kerja (pelayanan) berdasarkan SPLN adalah sebagai
berikut:
57
Universitas Sumatera Utara
- Saaat tegangan turun/tegangan kerja terendah, yaitu -10 % dari
tegangan nominal motor (342 V) sebesar 0,2930C/menit.
- Saat tegangan nominal motor (380 V) sebesar 0,49 0C/menit.
- Saat tegangan Naik/tegangan kerja tertinggi, yaitu +5 % dari tegangan
nominal motor (398 V) sebesar 0,63 0C/menit.
5.2 Saran
Adapun saran dari penulis sebagai pengembangan dari tugas akhir ini
adalah sebagai berikut :
1. Dalam
penelitian selanjutnya disarankan unutk menggunakan motor
jenis rotor sangkar.
2. Pada penelitian selanjutnya disarankan beban yang dipikul motor tidak
konstan atau dibuat berubah-ubah.
58
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian untuk pengambilan data, akan dilakukan di Laboratorium Dasar
Konversi Energi Listrik DTE. FT-USU, pada tanggal 14 - 16 September 2016,
pukul 14.00 s/d 18.00 WIB.
3.2 Langkah-Langkah Penelitian
Adapun langkah-langkah penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini
meliputi :
-
Tahap Persiapan
Tujuan dari tahap persiapan penelitian adalah untuk mengkoordinasikan agar
saat penelitian dapat berjalan dengan lancar. Langkah-langkah yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
a) Mempersiapkan alat dan bahan untuk penelitian, semua alat dan bahan
yang akan digunakan harus dipersiapkan terlebih dahulu.
b) Mengkondisikan obyek penelitian.
Obyek penelitian yang dimaksudkan disini adalah pengaruh suplai
variasi tegangan kerja terhadap kinerja (torsi-putaran) dan temperatur
motor induksi tiga fasa rotor belitan. Adapun langkah mengkondisikan
obyek penelitian ini meliputi:
1) Memastikan bahwa motor induksi dapat beroperasi dan melihat
pengaruh suplai variasi tegangan kerja terhadap kinerja motor dan
temperatur motor induksi rotor belitan.
29
Universitas Sumatera Utara
2) Memeriksa Power Supply dan Multimeter apakah sudah disetting
dengan benar.
c) Mengkondisikan alat ukur.
Alat ukur sebagai alat pengambil data harus memiliki validitas yang
baik. Untuk mendapatkan validitas yang baik alat ukur harus disetting
sesuai dengan keadaan seperti skala operasi.
-
Tahap Pengambilan Data
Tujuan dari tahap ini untuk memperoleh data penelitian yang meliputi torsi,
kecepatan putaran, dan temperatur motor induksi.
3.3 Bahan & Peralatan
Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan peralatan dan
bahan yang tersedia pada Laboratorium Dasar Konversi Energi Listrik DTE. FTUSU. Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu:
1. Motor induksi 3 fasa
Tipe : rotor belitan
Spesifikasi :
- AEG Typ C AM 112MU 4RI
- Δ / Υ 220/ 380 V ; 10,7/ 6,2 A
- 2,2 Kw, cos ϕ 0,67
- Kelas Isolasi : B
2. Power Suplai (AC dan DC)
3. Tachometer
4. Amperemeter
30
Universitas Sumatera Utara
5. Voltmeter
6. Thermometer Infrared
7. Stopwatch
8. Kabel secukupnya
3.4 Variabel yang diamati
Pada penelitian ini variabel yang diamati adalah
1.
Persentasi batas tegangan kerja berdasarkan SPLN
yang mencatu motor
2.
Lamanya waktu operasi motor
3.
Perubahan Temperatur yang terukur oleh thermometer infrared untuk setiap
perubahan persentasi batas tegangan kerja dan beban yang dipikul
4.
Beban (tahanan) yang dipikul
5.
Perubahan putaran yang terukur oleh tachometer untuk setiap perubahan
persentasi batas tegangan kerja dan beban yang dipikul
6.
Arus Irotor, Istator, dan Ibeban
31
Universitas Sumatera Utara
3.5 Percobaan untuk mendapatkan parameter-parameter motor induksi
tiga phasa.
3.5.1 percobaan Tahanan DC
A. Percobaan Tahanan DC Pada Belitan stator
A
+
U
Ru
Rv
V
-
V
VDC Variable
Rw
W
Gambar 3.1 Rangkaian Percobaan Tahanan DC pada Belitan Stator
Adapun prosedur percobaan sebagai berikut :
1. Belitan pada stator dibuat hubungan Y, diukur dua dari ketiga belitan
stator.
2. Tegangan DC dicatu/disuplai pada rangkaian belitan stator.
3. Tegangan DC suplai dinaikkan perlahan sampai pada nilai tertentu.
4. Ketika tegangan menunjukkan pada besaran 12,6 Volt, penunjukan alat
ukur voltmeter dan amperemeter dicatat
5. Percobaan selesai, rangkaian dilepas.
B. Percobaan Tahanan DC Pada Belitan rotor
A
K
Rk
Rm
+
M
V
-
VDC Variable
Rl
L
Gambar 3.2 Rangkaian Percobaan Tahanan DC pada Belitan Rotor
32
Universitas Sumatera Utara
Adapun prosedur percobaan sebagai berikut :
1. Belitan pada rotor dibuat hubungan Y, diukur dua dari ketiga belitan
rotor.
2. Tegangan DC dicatu / disuplai pada rangkaian belitan rotor.
3. Tegangan DC suplai dinaikkan perlahan sampai pada nilai tertentu.
4. Saat tegangan menunjukkan pada besaran 4,2 Volt, penunjukkan alat
ukur voltmeter dan amperemeter dicatat
5. Percobaan selesai, rangkaian dilepas.
3.6 Percobaan pengaruh tegangan kerja terhadap kinerja dan temperatur
motor induksi tiga phasa.
Gambar 3.3 Rangkaian Percobaan Tegangan Kerja terhadap kinerja dan
Temperatur
Adapun prosedur percobaan sebagai berikut :
1. Rangkaian pengujian dibuat seperti yang sudah ditentukan.
2. Tahanan luar dibuat dalam hubungan Y.
3. Tutup S1 yang menghubungakan PT AC1 dengan terminal stator lalu
naikkan PT AC1 sampai tegangan nominal yang ditentukan.
33
Universitas Sumatera Utara
4. Tutup S3 switch lalu naikkan PT DC1 sampai A3 menunjukan arus
penguat nominal.
5. Tahanan R dibuat konstan sesuai data yang ditentukan Kemudian ubah –
ubah tegangan secara bertahap, dari terendah ke tertinggi sesuai
tegangan kerja yang berdasarkan SPLN (+5 ; -10 % dari V nominal
motor) sesuai data yang diinginkan dan tahanan R atau beban yang
konstan, kemudian catat I1,I2,I3 dan serta n.
6. Catat kondisi temperatur motor tiap kenaikan waktu 6 menit, sampai
30 menit beroperasinya motor, saat tiap 1 tegangan kerja yang disuplai.
7. Percobaan selesai.
34
Universitas Sumatera Utara
3.7 Pelaksanaan Penelitian
3.7.1 Proses Pengumpulan Data
Adapun diagram alur dari proses pengambilan data terlihat pada
gambar 3.4
MULAI
MEMPERSIAPKAN ALAT,
BAHAN, & RANGKAIAN
PERCOBAAN
TEGANGAN KERJA( 10 s/d +5 )% DARI
TEGANGAN
NOMINAL
MELAKUKAN PERCOBAAN
(SUPLAI TEGANGAN KERJA)
PUTARAN
TORSI
TEMPERATUR
`
TIDAK
LAKUKAN
ANALISIS
APAKAH SUDAH
DILAKUKAN TIAP
TEGANGAN KERJA
YA
`
MENAMPILKAN
HASIL
PENGUKURAN &
PERHITUNGAN
SELESAI
Gambar 3.4 Diagram alur proses pengambilan data
35
Universitas Sumatera Utara
3.7.2
Melakukan analisa data terhadap data yang telah diperoleh
Dalam melakukan penelitian, diperlukan suatu analisa data.
Kegunaan dari analisa data ini adalah untuk mendapatkan atau menarik
suatu kesimpulan dari hasil data-data yang didapatkan lewat penelitian
yang telah dilakukan. Adapun teknik analisis data yang dipakai pada
penelitian ini yaitu dengan analisis matematis. Analisis ini dengan
perhitungan-perhitungan berdasarkan rumus yang berlaku di dalam
perhitungan torsi dan parameter tahanan DC.
Untuk menghitung parameter dari percobaan tahanan DC ada dua
hubungan yaitu hubungan Y dan hubungan Δ yang dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Hubungan Y
Rdc =
=
Faktor koreksi = 1,1 – 1,5 (skin efek)
= fk .
Hubungan Δ
Rdc =
⁄
36
Universitas Sumatera Utara
R
Rdc
fasa
2
Persamaan umum torsi pada motor induksi :
Tind
s
Pconv
Rumus torsi terhadap tegangan output :
Pconv 3I 22
Te
Te
R2
s
2
3I 2 R2 s
s
3I 22 R2 s
n
2 s
60
Atau
Te
3I 22 R2 60
s 2n s
Maka untuk menghitung torsi digunakan rumus sebagai berikut :
3I 22 R2 60
Te
s 2n s
37
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum
Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik yang sering menjadi
pilihan dalam dunia industri. Hal ini dikarenakan motor induksi sangat mudah
dalam pengoperasian dan perawatannya juga minimum.
Dalam bab ini akan dibahas pengaruh suplai variasi tegangan kerja sesuai
dengan SPLN 1 tahun 1995 (+5% ; -10% ) Vnom , terhadap kinerja (putaran-torsi)
dan temperatur motor induksi tiga phasa rotor belitan. Yang dimaksud kinerja
motor disini adalah kecepatan putaran dan torsi. Sedangakan metode untuk
pengukuran kondisi temperatur motor induksi tiga phasa, menggunakan satu
metode yaitu dengan metode pengukuran menggunakan thermometer infrared.
4.2 Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian di Laboratorium Konversi Energi Listrik Departemen
Teknik Elektro Fakultas Teknik USU diperoleh data pengujian sebagai berikut:
4.2.1 Percobaan Untuk Mendapatkan Paremeter-Parameter Motor
Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan
Tabel 4.1 Percobaan tahanan DC pada belitan stator
Phasa
V (Volt)
I (Ampere)
U-V
3,4
1,76
38
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Percobaan tahanan DC pada belitan rotor
Phasa
V (Volt)
I (Ampere)
K-M
1,1
1,65
Analisis Data
-
Hasil Perhitungan Percobaan tahanan DC pada belitan stator
Untuk data di atas diperoleh:
Rdc =
=
= 1,93 Ω
Karena hubungan pada stator adalah hubungan Y, maka:
Rdc =
= 0,965 Ω
Rac = 1,2 x 0,965
= 1,158 Ω
Maka tahanan stator adalah
Rs= 1,158 Ω
- Hasil Perhitungan Percobaan tahanan DC pada belitan rotor
Untuk data di atas diperoleh:
39
Universitas Sumatera Utara
Rdc =
Rdc =
= 0,66 Ω
Karena hubungan pada rotor adalah hubungan Y, maka:
Rdc =
= 0,33 Ω
Rac = 1,2 x 0,33
= 0,39 Ω
Maka tahanan rotor adalah
Rr = 0,39 Ω
40
Universitas Sumatera Utara
4.2.2 Percobaan Pengaruh suplai variasi Tegangan kerja Terhadap Kinerja
(putaran-torsi) Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan
Tabel 4.3 Data hasil pengujian pengaruh suplai variasi tegangan kerja pada
motor induksi saat kondisi berbeban konstan
If = 0,2 Volt
Vturun
Vkerja (Volt)
V(L-L)
Vnom
R = 20 Ohm
Istator (A)
Irotor (A)
ns = 1500 rpm f = 50 Hz
Ibeban
(A)
nr
slip
(rpm)
342
3,54
2,12
4,23
1460
0,026
350
3,78
2,23
3,98
1466
0,022
360
4,03
2,27
3,65
1472
0,018
370
4,31
2,35
3,45
1477
0,015
380
4,64
2,46
3,13
1480
0,013
390
4,88
2,58
3,02
1483
0,011
398
5,42
2,61
2,91
1486
0.009
Vnaik
Keterangan : Tabel yang berwarna biru didapat dari hasil pengukuran,
sedangkan Tabel yang berwarna merah didapat dari hasil
perhitungan.
Analisis Data
Dari data yang didapat pada Tabel 4.3, maka dilakukan perhitungan
untuk mendapatkan nilai Torsi dari tiap Tegangan kerja, sebagai berikut
:
41
Universitas Sumatera Utara
1. Tegangan kerja = 342 Volt
Te
3I 22 R2 60
s 2n s
3 2,12 2 0,39 60
=
0,026 23,14 1500
=
3 4,49 0,39 60
244,92
Te = 1,28 Nm
2. Tegangan kerja = 350 Volt
Te
=
=
3I 22 R2 60
s 2n s
3 2,23 2 0,39 60
0,022 23,14 1500
3 4,97 0,39 60
207,24
Te = 1,68 Nm
3. Tegangan kerja = 360 Volt
Te
3I 22 R2 60
s 2n s
3 2,27 2 0,39 60
=
0,018 23,14 1500
=
3 5,15 0,39 60
169,56
Te = 2,13 Nm
4. Tegangan kerja = 370 Volt
Te
3I 22 R2 60
s 2n s
42
Universitas Sumatera Utara
=
=
3 2,35 2 0,39 60
0,015 23,14 1500
3 5,52 0,39 60
141,3
Te = 2,74 Nm
5. Tegangan kerja = 380 Volt
Te
3I 22 R2 60
s 2n s
3 2,46 2 0,39 60
=
0,013 23,14 1500
=
3 6,05 0,39 60
122,46
Te = 3,46 Nm
6. Tegangan kerja = 390 Volt
3I 22 R2 60
Te
s 2n s
=
=
3 2,58 2 0,39 60
0,011 23,14 1500
3 6,65 0,39 60
103,62
Te = 4,50 Nm
7. Tegangan kerja = 398 Volt
Te
3I 22 R2 60
s 2n s
3 2,612 0,39 60
=
0,009 23,141500
43
Universitas Sumatera Utara
=
3 6,81 0,39 60
84,78
Te = 5,64 Nm
Dengan melakukan perhitungan seperti di atas pada berbagai besar
tegangan, maka akan diperoleh nilaitorsi seperti pada Tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4
Hasil analisis data pengaruh suplai variasi tegangan kerja pada
kondisi berbeban konstan.
If = 0,2 Volt
Vturun
Vkerja
(Volt)
V(L-L)
Vnom
R = 20 Ohm
Istator
(A)
Irotor
(A)
ns = 1500 rpm f = 50 Hz
Ibeban
(A)
nr
slip
(rpm)
T
(Nm)
342
3,54
2,12
4,23
1460
0,026
1,27
350
3,78
2,23
3,98
1466
0,022
1,68
360
4,03
2,27
3,65
1472
0,018
2,13
370
4,31
2,35
3,45
1477
0,015
2,74
380
4,64
2,46
3,13
1480
0,013
3,46
390
4,88
2,58
3,02
1483
0,011
4,50
398
5,42
2,61
2,91
1486
0.009
5,64
Vnaik
Keterangan : Tabel yang berwarna biru didapat dari hasil pengukuran,
sedangkan Tabel yang berwarna merah didapat dari hasil
perhitungan.
44
Universitas Sumatera Utara
Grafik Hasil Pengujian
Grafik yang menunjukkan hubungan antara pengaruh suplai tegangan
kerja terhadap kecepatan motor induksi ditunjukan pada Gambar 4.1.
putaran (rpm)
Tegangan Kerja vs Kecepatan
Rotor
1490
1480
1470
1460
1450
1440
342
350
360
370
380
390
398
Tegangan Kerja (Volt)
Gambar 4.1 Grafik Tegangan kerja vs Kecepatan Motor Induksi
Grafik yang menunjukkan hubungan antara pengaruh tegangan
kerja terhadap torsi motor induksi ditunjukkan pada Gambar 4.2.
Torsi (Nm)
Tegangan Kerja Vs Torsi
6
5
4
3
2
1
0
342
350
360
370
380
390
398
Tegangan Kerja (volt)
Gambar 4.2 Grafik Tegangan kerja vs Torsi Motor Induksi
45
Universitas Sumatera Utara
4.2.3 Percobaan Pengaruh variasi Tegangan kerja Terhadap temperatur
Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan
Tabel 4.5 Data hasil pengukuran temperatur motor dengan thermometer infrared
Vkerja = 342 volt (VL-L),
= 1460 rpm ,f= 50 Hz
Stator = Y
t (menit)
suhu (0C)
0
29,8
6
32,8
12
35,2
18
36,6
24
37,7
30
38,6
Menurut data yang diperoleh dari tabel 4.5, dapat diketahui bahwa
kenaikan rata-rata temperatur motor induksi tiga fasa saat disuplai tegangan kerja
sebesar 342 V, melalui pengukuran menggunakan thermometer infrared adalah
sebagai berikut:
0
C/m
46
Universitas Sumatera Utara
Dari perhitungan yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kenaikan temperatur motor induksi tiga phasa saat disuplai tegangan kerja sebesar
342 V, setiap kenaikan waktu satu menit yang diukur dengan menggunakan
thermometer infrared, adalah sebesar 0.293 0C/m.
suhu °C
t (menit) vs Suhu(°C)
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0
6
12
18
24
30
t (menit)
Gambar 4.3 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan
kerja 342 V pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared
Tabel 4.6 Data hasil pengukuran temperatur motor dengan thermometer infrared
Vkerja = 350 volt (VL-L),
= 1466 rpm, f= 50 Hz
Stator = Y
t (menit)
suhu (0C)
0
30
6
33,1
12
34,8
18
37,5
24
38,7
30
40,1
47
Universitas Sumatera Utara
Menurut data yang diperoleh dari tabel 4.6, dapat diketahui bahwa
kenaikan rata-rata temperatur motor induksi tiga fasa saat disuplai tegangan kerja
sebesar 350 V, melalui pengukuran menggunakan thermometer infrared adalah
sebagai berikut:
0
C/m
Dari perhitungan yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kenaikan temperatur motor induksi tiga phasa saat disuplai tegangan kerja sebesar
350 V, setiap kenaikan waktu satu menit yang diukur dengan menggunakan
thermometer infrared, adalah sebesar 0,33 0C/m.
suhu °C
t (menit) vs Suhu(°C)
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0
6
12
18
24
30
t (menit)
Gambar 4.4 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan
kerja 350 V pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared
48
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Data hasil pengukuran temperatur motor dengan thermometer infrared
Vkerja = 360 volt (VL-L),
= 1472 rpm ,f=50 Hz
Stator = Y
t (menit)
suhu (0C)
0
30,2
6
34,1
12
36,8
18
38,7
24
41,2
30
42,7
Menurut data yang diperoleh dari tabel 4.7, dapat diketahui bahwa
kenaikan rata-rata temperatur motor induksi tiga fasa saat disuplai tegangan kerja
sebesar 360 V, melalui pengukuran menggunakan thermometer infrared adalah
sebagai berikut:
0
C/m
Dari perhitungan yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kenaikan temperatur motor induksi tiga phasa saat disuplai tegangan kerja sebesar
360 V, setiap kenaikan waktu satu menit yang diukur dengan menggunakan
thermometer infrared, adalah sebesar 0.416 0C/m.
49
Universitas Sumatera Utara
suhu °C
t (menit) vs Suhu(°C)
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0
6
12
18
24
30
t (menit)
Gambar 4.5 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan
kerja 360 V pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared
Tabel 4.8 Data hasil pengukuran temperatur motor dengan thermometer infrared
Vkerja = 370 volt(VL-L),
= 1477 rpm , f= 50 Hz
Stator = Y
t (menit)
suhu (0C)
0
30,4
6
34,6
12
38,6
18
40,9
24
42,4
30
43,3
Menurut data yang diperoleh dari tabel 4.8, dapat diketahui bahwa
kenaikan rata-rata temperatur motor induksi tiga fasa saat disuplai tegangan kerja
sebesar 370 V, melalui pengukuran menggunakan thermometer infrared adalah
sebagai berikut:
50
Universitas Sumatera Utara
0
C/m
Dari perhitungan yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kenaikan temperatur motor induksi tiga phasa saat disuplai tegangan kerja sebesar
370 V, setiap kenaikan waktu satu menit yang diukur dengan menggunakan
thermometer infrared, adalah sebesar 0,43 0C/m.
suhu °C
t (menit) vs Suhu(°C)
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0
6
12
18
24
30
t (menit)
Gambar 4.6 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan
kerja 370 V pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared
51
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Data hasil pengukuran temperatur motor dengan thermometer infrared
Vkerja = 380 volt (VL-L),
= 1480 rpm , f= 50 Hz
Stator = Y
t (menit)
suhu (0C)
0
29,7
6
35,6
12
38,4
18
41,8
24
43,7
30
44,4
Menurut data yang diperoleh dari tabel 4.9, dapat diketahui bahwa
kenaikan rata-rata temperatur motor induksi tiga fasa saat disuplai tegangan kerja
sebesar 380 V, melalui pengukuran menggunakan thermometer infrared adalah
sebagai berikut:
0
C/m
Dari perhitungan yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kenaikan temperatur motor induksi tiga phasa saat disuplai tegangan kerja sebesar
380 V, setiap kenaikan waktu satu menit yang diukur dengan menggunakan
thermometer infrared, adalah sebesar 0.49 0C/m.
52
Universitas Sumatera Utara
suhu °C
t (menit) vs Suhu(°C)
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0
6
12
18
24
30
t (menit)
Gambar 4.7 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan
kerja 380 V pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared
Tabel 4.10 Data hasil pengukuran temperatur motor dengan thermometer infrared
Vkerja = 390 volt (VL-L),
= 1483 rpm, f =50 Hz
Stator = Y
t (menit)
suhu (0C)
0
29,8
6
35,3
12
39,6
18
43,1
24
45,4
30
47,8
Menurut data yang diperoleh dari tabel 4.10, dapat diketahui bahwa
kenaikan rata-rata temperatur motor induksi tiga fasa saat disuplai tegangan kerja
sebesar 390 V, melalui pengukuran menggunakan thermometer infrared adalah
sebagai berikut:
53
Universitas Sumatera Utara
0
C/m
Dari perhitungan yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kenaikan temperatur motor induksi tiga phasa saat disuplai tegangan kerja sebesar
390 V, setiap kenaikan waktu satu menit yang diukur dengan menggunakan
thermometer infrared, adalah sebesar 0.6 0C/m.
t (menit) vs Suhu(°C)
60
suhu °C
50
40
30
20
10
0
0
6
12
18
24
30
t (menit)
Gambar 4.8 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan
kerja 390 V pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared
54
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11 Data hasil pengukuran temperatur motor dengan thermometer infrared
Vkerja = 398 volt (VL-L),
= 1486 rpm, f=50 Hz
Stator = Y
t (menit)
suhu (0C)
0
29,4
6
36,6
12
40,7
18
43,7
24
47,2
30
48,3
Menurut data yang diperoleh dari tabel 4.11, dapat diketahui bahwa
kenaikan rata-rata temperatur motor induksi tiga fasa saat disuplai tegangan kerja
sebesar 398 V, melalui pengukuran menggunakan thermometer infrared adalah
sebagai berikut:
0
C/m
Dari perhitungan yang diperoleh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kenaikan temperatur motor induksi tiga phasa saat disuplai tegangan kerja sebesar
398 V, setiap kenaikan waktu satu menit yang diukur dengan menggunakan
thermometer infrared, adalah sebesar 0.63 0C/m.
55
Universitas Sumatera Utara
t (menit) vs Suhu(°C)
60
suhu °C
50
40
30
20
10
0
0
6
12
18
24
30
t (menit)
Gambar 4.9 Grafik Suhu vs menit untuk motor induksi saat suplai tegangan
kerja 398 V pengukuran suhu menggunakan thermometer infrared
56
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Semakin besar tegangan kerja yang disuplai ke motor pada beban yang
konstan, maka semakin besar kecepatan putaran (rpm) motor tersebut .
Nilai kecepatan putaran terbesar didapat saat tegangan kerja tertinggi,
yaitu +5% dari Vnom (398 V) sebesar 1486 rpm, dan terkecil saat
tegangan kerja terendah, yaitu -10 % dari Vnom (342 V) sebesar 1460
rpm.
2. Berdasarkan analisis perhitungan, semakin besar nilai tegangan kerja
yang disuplai ke motor, maka semakin besar pula nilai torsi motor
tersebut. Nilai Torsi terbesar didapat saat tegangan kerja tertinggi, yaitu
+5% dari Vnom (398 V) sebesar 5,64 Nm , dan terkecil saat tegangan kerja
terendah, yaitu -10 % dari Vnom (342 V) sebesar 1,28 Nm.
3. Motor induksi rotor belitan mengalami perubahan kondisi temperatur
saat disuplai variasi tegangan kerja. Semakin besar tegangan kerja yang
disuplai pada motor, maka terjadi kenaikan temperatur pada motor
tersebut. Kenaikan temperatur dalam tiap satu menitnya saat disuplai
variasi tegangan kerja (pelayanan) berdasarkan SPLN adalah sebagai
berikut:
57
Universitas Sumatera Utara
- Saaat tegangan turun/tegangan kerja terendah, yaitu -10 % dari
tegangan nominal motor (342 V) sebesar 0,2930C/menit.
- Saat tegangan nominal motor (380 V) sebesar 0,49 0C/menit.
- Saat tegangan Naik/tegangan kerja tertinggi, yaitu +5 % dari tegangan
nominal motor (398 V) sebesar 0,63 0C/menit.
5.2 Saran
Adapun saran dari penulis sebagai pengembangan dari tugas akhir ini
adalah sebagai berikut :
1. Dalam
penelitian selanjutnya disarankan unutk menggunakan motor
jenis rotor sangkar.
2. Pada penelitian selanjutnya disarankan beban yang dipikul motor tidak
konstan atau dibuat berubah-ubah.
58
Universitas Sumatera Utara