Pengaruh Jam Kerja Dan Jaminan Kesetan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Stres Kerja Karyawan Pada Pt Karya Tanah Subur Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Jam Kerja

2.1.1. Pengertian Jam Kerja

Jam Kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan
siang hari dan/atau malam hari. Merencanakan pekerjaan-pekerjaan yang akan
datang merupakan langkah-langkah memperbaiki pengurusan waktu. Apabila
perencanaan pekerjaan belum dibuat dengan teliti, tidak ada yang dapat dijadikan
panduan untuk menentukan bahwa usaha yang dijalankan adalah selaras dengan
sasaran yang ingin dicapai.Dengan adanya pengurusan kegiatan-kegiatan yang
hendak dibuat, sesorang itu dapat menghemat waktu dan kerjanya Su’ud,
(2007:132).
Menurut Komaruddin(2006 : 235) analisa jam kerja adalah proses untuk
menetapkan jumlah jam kerja orang yang digunakan atau dibutuhkan untuk
merampungkan suatu pekerjaan dalam waktu tertentu.
Jam kerja merupakan bagian paling umum yang harus ada pada sebuah
perusahaan. Jam kerja karyawan umumnya ditentukan oleh pemimpin perusahaan

berdasarkan kebutuhan perusahaan , peraturan pemerintah, kemampuan karyawan
bersangkutan.
Menurut Darmawan (2006:525),timework (upah menurut waktu) adalah
suatu sistem penentuan upah yang dibayar menurut lamanya / jangka waktu yang
terpakai dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, misalnya per hari, per jam, per
minggu, per bulan, dan lain lain. Menurut Ghani (2003:61) terdapat aturan tentang

Universitas Sumatera Utara

batasan waktu kerja maksimal, dan pemberian waktu istirahat , serta kompensasi
pelampauan dari ketentuan tersebut.
Menurut Su’ud (2007:131), ada kaitan antara psikologi dan pekerjaan.
Pekerjaan pada tingkat bawahan merasakan gaji yang dibayar adalah untuk
membeli waktu mereka.Bagaimanapun, pihak pengurusan pada organisasi besar
mencoba mengadakan kebebasan waktu bekerja kepada pekerjaan bagian
atasan.Cara ini didapati menimbulkan tanggung jawab akibat desakan waktu dan
memberikan pencapaian prestasi kerja yang lebih baik.
Menurut

Su’ud


(2007:134)

mendukung

pandangan

ini

dengan

mengaitkannya dengan aplikasi administrasi bahwa sistem file yang baik dan
mempunyai tempat penyimpanan semua hal-hal yang ada sangkut paut dengan
keperluannya adalah suatu cara untuk menjadi lebih teratur. Susunan kegiatan
yang teratur adalah kunci pengurusan waktu kerja yang baik.
2.1.2. Pengaturan Jam Kerja
Menurut Kosasih (2009:124) menyatakan bahwa pengaturan waktu
termasuk dalam perencanaan tenaga kerja yang berkenaan dengan jadwal kerja
dan jumlah tenaga kerja yang akan dipertahankan. Dalam menentukan jadwal
kerja, perusahaan terikat oleh peraturan ketenagakerjaan yang dikeluarkan ILO

(International

Labor

Organizational)

yang

menetapkan

perusahaan

memperkerjakan pegawainya selama 40 jam/minggu.Bank atau perkantoran
lainnya, waktu kerjanya siang hari selama 8 jam dengan istirahat 1 jam (pukul
08.00 - pukul 16.00) kalau lebih dari 40 jam, maka kelebihan itu harus
dimasukkan sebagai lembur (overtime) dan hari sabtu hanya setengah hari.Jumlah

Universitas Sumatera Utara

tenaga kerja yang dipekerjakan tergantung kepada keperluan, ada yang mengikuti

permintaan pasar atau memelihara tenaga kerja yang konstan.Dua-duanya
menimbulkan konsekwensi terhadap biaya tenaga kerja (labor cost). Untuk tenaga
kerja yang didasarkan pada permintaan produk akan cenderung menjadi biaya
tenaga kerja yang bersifat variabel (variabel cost), sedangkan kebijaksanaan untuk
tenaga kerja yang konstan cenderung menjadi biaya hidup (fixed cost).
Menurut Undang-Undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
khususnya pasal 77 sampai dengan 85.Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003
mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan ketentuan jam kerja.
Ketentuan jam kerja ini telah diatur pasal 77 ayat 2, UU No. 13/2003 yaitu:
1. 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja
dalam satu minggu.
2. 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja
dalam 1 minggu
Pasal 78 ayat 1, UU No.13/2003 mewajibkan pengusaha yang mempekerjakan
pekerja/buruh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat 2
harus memenuhi syarat:
1. Ada persetujuan perkerja/buruh yang bersangkutan
2. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam dalam 1
hari dan 14 jam dalam 1 minggu.
Pasal 79 ayat 1 dan 2, UU No.13/2003 pengusaha wajib memberikan waktu

istirahat dan cuti kepada pekerja atau buruh, meliputi:

Universitas Sumatera Utara

1. Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah
bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut
tidak termasuk jam kerja
2. Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu;
3. Cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah
pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan
secara terus menerus;
4. Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan pada
tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan bagi
pekerja/buruh yang telah bekerja selama 6 (enam) tahun secara terusmenerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh
tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun
berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6
(enam) tahun.
Menurut Su’ud (2007:134) kriteria–kriteria pengurusan waktu kerja yang
efektif sebagai berikut:

1. Memahami sepenuhnya pekerjaan yang akan di laksanakan
2. Memberi keutamaan kerja menurut kepentingan
3.

Mendelegasikan pekerjaan-pekerjaan yang banyak

4. Mengawasi masalah berulah supaya tidak terjadi lagi
5. Menetapkan masa selesainya pekerjaan
6. Kegiatan yang tidak perlu supaya segera disingkirkan

Universitas Sumatera Utara

7. Senantiasa menyadari nilai waktu dalam setiap perkerjaan yang dikerjakan
8. Mencatat hal-hal yang perlu dikerjakan di masa depan
9. Membentuk daftar penggunaan waktu kerja
10. Menilai keberhasilan kerja berdasarkan objektif pekerjaan
11. Mempunyai system arsip penyimpanan informasi yang lengkap
Menurut Su’ud (2007:137),kriteria penggunaan waktu kerja yang efektif
sebagai berikut:
1. Membiasakan diri dengan metode penggunaan waktu yang efektif

2. Semasa rapat-rapat yang diadakan supaya mencoba membuat kesimpulan
tentang:
a. Masalah-masalah yang dibicarakan
b. Keputusan-keputusan yang dibuat
c. anggung jawab yang diberikan
3. Yakin dalam membuat keputusan
4. Menggunakan waktu senggang untuk menyiapkan pekerjaan-pekerjaan
yang belum selesai
5.

Mengatur hal-hal yang hendak dikerjakan sebelumnya memulai suatu
kunjungan atau perjalanan

6. Melibatkan pemimpin setempat dalam kegiatan-kegiatan yang dijalankan.
7. Menggunakan sumber yang tersedia untuk menjalankan kerja
8.

2.2.

Mengkoordinir masa, waktu kegiatan dijalankan.


Jaminan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)

2.2.1. Pengertian Jaminan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)

Universitas Sumatera Utara

Menurut Mathis dan Jackson (2002:245), Keselamatan adalah merujuk
pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang
terkait dengan pekerjaan.Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik,
mental dan stabilitas emosi secara umum.Menurut Mathis dan Jackson
(2006:412), Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kegiatan yang
menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan
mental melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan dan kontrol terhadap
pelaksanaan tugas dari para karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan
aturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana
mereka bekerja.
Menurut

Yuli


(2005:209),menyatakan

bahwa

setiap

perusahaan

mempunyai tugas ganda yakni disamping memperoleh profit bagi perusahaan juga
mempunyai tanggung jawab sosial terhadap lingkungan intern perusahaan.
Lingkungan internal perusahaan antara lain adanya jaminan keamanan dalam
bekerja dan upah yang layak. Bila hal ini telah dapat dicapai maka akan
memberikan peluang bisnis ke depan yang lebih baik sehingga perusahaan akan
lebih survive dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada.
Menurut Husni (2005:139), bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
melindungi pekerja/buruh guna mewujudkan kinerja yang optimal. Upaya tersebut
dilakukan dengan tindakan pencegahan untuk memberantas penyakit dan
kecelakaan akibat kerja, bagaimana upaya pemeliharaan serta peningkatan gizi
dan juga bagaimana mempertinggi efisiensi dan produktivitas manusia sehingga

tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik dengan tidak meninggalkan

Universitas Sumatera Utara

masalah.Kemudian perlindungan terhadap masyarakat di sekitar lingkungan
perusahaan agar terbebas dari polusi dan limbah produksi.
Menurut Yuli(2005:214), apabila perusahaan dapat melaksanakan program
keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik maka perusahaan akan dapat
memperoleh manfaat sebagai berikut :
1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang
hilang.
2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.
3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi
4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah
karena menurunnya pengajuan klaim.
5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi
dan ras kepemilikan.
6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra
perusahaan.
7. Dan kemudian perusahaan juga dapat meningkatkan keuntungannya secara

substansial.
Perwujudan program K3 yang ditujukan sebagai program perlindungan
khusus bagi tenaga kerja adalah Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yaitu suatu
program perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang
sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan
pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja
berupa kecelakaan kerja, sakit hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.

Universitas Sumatera Utara

Program Jamsostek lahir dan dilegitimasi dalam Undang-undang No.3 Tahun
1992 yang meliputi :
1. Jaminan Kecelakaan Kerja
2. Jaminan Kematian
3. Jaminan Hari Tua
4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Jamsostek merupakan instrumen atau alat untuk mencegah dan
mengurangi risiko yang mungkin terjadi pada karyawan. Program Jamsostek
harus diimplementasikan perusahaan karena memiliki konsekuensi hukum apabila
dilanggar.
Menurut Husni (2005 : 131) dalam pasal 86 ayat 1 Undang-undang No.13
Tahun 2003 menyebutkan bahwa setiap pekerja / buruh mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas :
a. Keselamatan dan kesehatan kerja
b.

Moral dan kesusilaan

c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama.
Berdasarkan upaya yuridis formil yang dijabarkan melalui pasal-pasal
tersebut, dapat disimpulkan bahwa aturan penyelenggaraan K3 pada hakikatnya
adalah pengadaan syarat-syarat keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan,
pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan,
pemeliharaan peralatan dalam bekerja serta pengaturan dalam penyimpanan
bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat

Universitas Sumatera Utara

menimbulkan bahaya kecelakaan sehingga potensi bahaya dapat dieliminir.
Ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan
sebagai

ilmu

pengetahuan

dan

penerapannya

dalam

usaha

mencegah

kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja ditempat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) harus diterapkan dan dilaksanakan
di setiap tempat kerja (perusahaan). Tempat kerja adalah setiap tempat yang
didalamnya terdapat 3 (tiga) unsur, yaitu :
1. Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomi maupun usaha
sosial.
2. Adanya sumber bahaya.
3. Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya, baik secara terus-menerus
maupun hanya sewaktu-waktu.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu spesialisasi tersendiri,
karena didalam pelaksanaannya disamping dilandasi oleh peraturan perundangundangan juga dilandasi oleh ilmu-ilmu tertentu, terutama ilmu teknik dan medik.
Demikian pula keselamatan dan kesehatan kerja merupakan masalah yang
mengandung banyak aspek, misalnya ; hukum, ekonomi maupun sosial.
Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan dilakukan
secara bersama-sama oleh pimpinan atau pengurus perusahaan dan seluruh tenaga
kerja.Dalam pelaksanaannya pimpinan atau pengurus dapat dibantu oleh petugas
keselamatan dan kesehatan kerja dari perusahaan yang bersangkutan.Yang
dimaksud petugas keselamatan dan kesehatan kerja adalah karyawan yang
mempunyai pengetahuan atau keahlian di bidang keselamatan dan kesehatan

Universitas Sumatera Utara

kerja, dan ditunjuk oleh pimpinan atau pengurus perusahaan maupun Departemen
Tenaga Kerja. Sedangkan yang bertugas mengawasi atas ditaati atau tidak
peraturan perundang-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja ini
menurut Husni (2005:133)adalah :
1. Pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja yaitu pegawai teknis
berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri
Tenaga Kerja.
2. Ahli keselamatan dan kesehatan kerja yaitu tenaga teknis berkeahlian khusus
dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
2.2.2. Tujuan Jaminan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
Tujuan utama dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk sedapat
mungkin memberikan kondisi kerja yang aman dan sehat kepada setiap karyawan
dan untuk melindungi sumber daya manusia. MenurutYuli (2005:213), kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dibuat dengan tujuan sebagai berikut:
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan hidupnya
2. Menjamin keselamatan kerja dari setiap orang yang berada di tempat
kerja.
3. Menggunakan sumber-sumber produksi dan dipergunakan secara aman
dan efisien.
Sedangkan menurut Mangkunegara(2009:162)tujuan keamanan dan
kesehatan kerja yaitu meliputi:

Universitas Sumatera Utara

1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keamanan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial dan psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja yang digunakan sebaiknya
seefektif mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamananya
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
5. Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja.
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
2.2.3.Faktor-Faktor Yang MempengaruhiJaminan Keselamatan Kesehatan
Kerja (K3)
Sebelum menguraikan usaha-usaha dalam meningkatkan keselamatan dan
kesehatan kerja maka akan diuraikan mengenai penyebab terjadinya kecelakaan
kerja. Menurut Mangkunegara (2001:162) terdapat beberapa hal yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja, yaitu sebagai berikut:
a. Keadaan tempat lingkungan kerja yang terdiri dari:
1. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang
diperhitungkan keamanannya.
2. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
3. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
b. Pengaturan udara yang terdiri dari:

Universitas Sumatera Utara

1. Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor,
berdebu dan berbau tidak en ak)
2. Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.
c. Pengaturan penerangan yang terdiri dari:
1. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat
2. Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.
d. Pemakaian peralatan yang terdiri dari:
1. Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
2. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengamanan yang baik.
e. Kondisi fisik dan mental pegawai yang terdiri dari:
1. Kerusakan alat indera, stamina pegawai yang tidak stabil
2. Emosi pegawai tidak stabil, kepribadian pegawai rapuh, cara berfikir dan
kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap pegawai
ceroboh, kurang cermat dan kurang pengetahuan dalam penggunaan
fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa resiko bahaya.
2.2.3. IndikatorJaminan Keselataman dan Kesehatan kerja
Menurut Sunyoto (2013:240)menyebutkan bahwa indikator dari kesehatan
dan keselamatan kerja adalah sebagai berikut :
1. Pembiayaan kesehatan
2. Pelayanan kesehatan.
3. Perlengkapan.
4. Prosedur.
5. Tempat penyimpanan barang.

Universitas Sumatera Utara

6. Wewenang pekerjaan.
7. Kelalaian.
MenurutMenurut Mathis dan Jackson(2002:259)program manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang efektif biasanya terdiri dari :
a. Tanggung jawab dan komitmen perusahaan
b. Kebijakan dan disiplin keselamatan kerja
c. Komunikasi dan pelatihan keselamatan kerja
d. Komite keselamatan kerja0
e. Inspeksi, penyelidikan kecelakaan kerja, dan riset
f. Evaluasi terhadap usaha-usaha keselamatan kerja
2.3. Stres Kerja
2.3.1. Pengertian Stres Kerja
Menurut Mathis dan Jackson (2002: 22)Stress kerja adalah suatu respon
adaptif, dihubungkan oleh karakteristik dan atau proses psikologi individu yang
merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan eksternal, situasi atau peristiwa
yang menempatkan tuntutan psikologis dan atau fisik khusus pada seseorang.
Menurut (Robbins 2006:3)

menyatakan bahwa stres adalah kondisi

dinamik yang di dalamnya individu menghadapi peluang, kendala (constraints)
atau tuntutan (demands) yang terkait dengan apa yang sangat diinginkannya dan
yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti tetapi penting. Secara lebih
khusus, stres terkait dengan kendala dan tuntutan. Kendala adalah kekuatan yang
mencegah individu dari melakukan apa yang sangat diinginkan sedangkan
tuntutan adalah hilangnya sesuatu yang sangat diinginkan.Menurut (Yager

Universitas Sumatera Utara

2004:132) karyawan dapat menjadi pecandu kerja, yaitu orang yang selalu ingin
sempurna dan berenergi tinggi. Karyawan yang memiliki kemampuan
mengendalikan tingkat stress, akan tetapi mereka membebani. Karyawan lain
dengan tuntutan-tuntutan yang tidak dapat dicapai. Seperti halnya kecanduan
alkohol, kecanduan kerja juga sulit untuk disembuhkan.
Menurut Fathoni (2006:176)mengatakan bahwa jam kerja sebagai faktor
penyebab stres kerja dengan mengatakan bahwa terdapat enam faktor penyebab
stres kerja karyawan antara lain:
1. Beban kerja yang sulit dan berlebihan
2. Tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan tidak wajar
3. Waktu dan peralatan yang kurang
4. Konflik antara pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja
5. Balas jasa yang terlalu rendah, masalah-masalah kerluarga.
MenurutNurhendar (2007:5)“Stres adalah suatu tanggapan adaptif, dibatasi oleh
perbedaan individual dan proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap
kegiatan (lingkungan), situasi atau kejadian eksternal yang membebani tuntutan
psikologis atau fisik yang berlebihan terhadap seseorang”.

2.3.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja
Menurut Robbins (2006:105)menyatakan ada beberapa penyebab stres
dalam pekerjaan, yaitu :
1. Faktor Lingkungan (Ketidakpastian ini meliputi ketidakpastian ekonomi,
ketidakpastian politis, ketidakpastian teknologis)

Universitas Sumatera Utara

2. Faktor Organisasi (tuntutan tugas, tuntutan peran dan tuntutan antar
pribadi, struktur organisasi, kepemimpinan organisasi dan tingkat hidup
organisasi)
3. Faktor Individual (isu keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik
kepribadian yang intern)
Menurut Handoko (2008: 201), mengatakan “ada dua kategori penyebab
stress, yaitu Stress on the job dan Stress of the job”.
Berikut ini penjelasannya :
a. Stress on the job
Adalah suatu kondisi dimana pegawai mengalami suatu tekanan dalam
melaksanakan pekerjaannya. Penyebab stress on the job, adalah:
1) Beban kerja yang berlebihan
2) Tekanan atau desakan waktu
3) Kualitas supervisi yang jelek
4) Iklim politis yang tidak aman
5) Wewenang yang tidak mencukup untuk melaksanakan tanggung jawab
6) Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dengan pegawai
7) Konflik antara pribadi dan antar kelompok
8) Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai
9) Kemenduaan peran (role ambiguity)
10) Berbagai bentuk perubahan
11) Frustasi
b. Stress of the job

Universitas Sumatera Utara

Adalah suatu kondisi dimana pegawai mengalami suatu tekanan dari luar
pekerjaannya. Penyebabnya adalah:
1) Kekhawatiran finansial
2) Masalah-masalah fisik
3) Masalah-masalah perkawinan (misal, perceraian)
4) Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat tinggal
5) Masalah-masalah pribadi lainnya misalnya, kematian sanak saudara
Penyebab stress di tempat kerja dibagi menjadi 4 kategori, menurut
Gibson & Ivanevich, (2003:72)yaitu :
a. Stressor lingkungan fisik
Penyebab-penyebab stress yang bersifat lingkungan fisik sering disebut
stressor kerah biru (blue-collar stressors) karena mereka lebih merupakan
masalah di dalam pekerjaan pekerjaan kasar, misalnya saja mengenai
masalah pencahayaan, suhu, udara, dan lain-lain.
b. Stressor individual
Penyebab-penyebab stress pada tingkat individual diantaranya mengenai
masalah konflik peran, peran ganda, beban kerja berlebihan, tanggung
jawab dan kondisi kerja.
c. Stressor kelompok
Koefisien setiap organisasi dipengaruhi oleh sifat hubungan diantara
kelompokkelompok, karakteristik kelompok dapat menjadi stressor kuat
bagi beberapa individu. Penyebab stress pada tingkat kelompok,

Universitas Sumatera Utara

diantaranya mengenai hubungan yang buruk antara bawahan dengan
atasan dan antara teman sekerja.
d. Stressor organisasional
Penyebab-penyebab stress pada tingkat organisasional diantaranya
masalah desain struktur kerja yang jelek, kondisi politik yang buruk dan
sebagainya
2.3.3. Indikator Stres Kerja
Indikator-indikator stress kerja menurut Robbins (2006:105)yaiu:
1. Indikator pada psikologis, meliputi :
a) Cepat tersinggung.
b) Tidak komunikatif.
c) Banyak melamun.
d) Lelah mental.
2. Indkator pada fisik, meliputi :
a) Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah.
b) Mudah lelah secara fisik..
c) Pusing kepala.
d) Problem tidur (kebanyakan atau kekurangan tidur).
3. Indikator pada prilaku, meliputi :
a) Merokok Berlebihan
b) Menunda atau menghindari pekerjaan.
c) Perilaku sabotase.
d) Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan atau kekurangan).

Universitas Sumatera Utara

2.4

Penelitian Terdahulu

No

Peneliti

1

Syed
Mubasher,
Hussain
Naqvi,
Muhamma
dAsif
Khan,
AftabQadir
Kant,
Shabana
Nawaz
Khan
(2013)

2

Sari,
Amelia
Kartika
(2013)

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Jurnal
Variabel
Penelitian
Job stress and
Lack of financial
employees’
rewards,
productivity:
Inflexibility in
case of azad
work hours,
kashmir public
personal issues,
health sector
Low control over
the work
environment and
management
system
(independen
variabel)
Job stress,
Employees’
productivity
(dependen
variabel)

Pengaruh jam
kerja dan disiplin
kerja terhadap
stres kerja
karyawan PT.
Bank Rakyat
Indonesia
Cabang Iikandar
Muda Medan.

Jam kerja, disiplin
kerja
(variabel bebas)
stress
kerja(variabel
terikat)

Hasil Penelitian
Lack of financial
rewards, Inflexibility
in work hours,
Personal issues, Low
control over the work
environment and
Bureaucratic
management system
are negatively
correlated with
employees’
productivity while
lack of financial
rewards contributed
more in creating job
stress among the
public health sector
employees.TheAJ&K
government and
ministry of health
required to devise
employee oriented
policies to magnify the
productivity and to
mitigate the job stress
among the public
health sector
employees.
Hasil uji parsial (uji-t)
bahwa jam kerja dan
disiplin kerja
berpengaruh secara
positif dan signifikan
terhadap stress kerja
karyawan PT. Bank
Rakyat Indonesia
Cabang Iskandar
Muda.Jember.

Universitas Sumatera Utara

Sambungan hal 19
3

Nasution,
Verenny
Damayanti
(2012)

Pengaruh jam kerja
dan jaminan
keamanan kerja
terhadap stres kerja
karyawan pada PT.
Kuala Jaya Samudra
Kuala Tanjung.

Jam kerja,
jaminan
keamanan kerja
(variabel bebas)
Stress kerja
(Variabel
terikat)

4

Amanda S.
Bell,
Rajendran
Diana,
Theiler
Stephen
(2012)

Job stress, wellbeing,
work-life balance and
work-life conflict
among australian
academics

Job Stress;
Academics;
Wellbeing.
(independent
variabel)
Work-life
balance and
work-life
conflict
(variabel
dependen)

5

Kurniawan Pengaruh program
(2009)
keselamatan dan
kesehatan kerja
terhadap kinerja
karyawan

Program
keselamatan,
program
kesehatan kerja.
(variabel bebas)
Kinerja
karyawan
(variabel
terikat)

Hasil
penelitiannya
membuktikan
bahwa jam kerja
dan jaminan
keamanan kerja
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap stres
kerja karyawan.
Perceived job
threat-typestress
made a stronger
contribution and
was a significant
predictor of worklife balance and
work-life conflict
scores, than
perceived job
pressure-type
stress.
Hasil uji t dapat
membuktikan
bahwa variabel
pelaksanaan
program
keselamtan kerja
(X1) dan
pelaksanaan
program
kesehatan kerja
(X2) secara
parsial
mempunyai
pengaruh yang
signifikan
terhadap kinerja
para karyawan.

Universitas Sumatera Utara

2.5

Kerangka Konseptual
Menurut Robbins (2006:3) Stres adalah kondisi dinamik yang di dalamnya

individu menghadapi peluang, kendala (constraints) atau tuntutan (demands) yang
terkait dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan
sebagai tidak pasti tetapi penting. Secara lebih khusus, stres terkait dengan
kendala dan tuntutan. Kendala adalah kekuatan yang mencegah individu dari
melakukan apa yang sangat diinginkan sedangkan tuntutan adalah hilangnya
sesuatu yang sangat diinginkan.
Menurut Fathoni(2006:176) salah satu faktor penyebab stres kerja adalah
beban kerja yang sulit dan berlebihan, Beban kerja yang sulit dan berlebihan
menyebabkan

karyawan

membutuhkan

waktu

yang

lebih

lama

untuk

menyelesaikannya.Menurut Komaruddin (2006 : 235) analisa jam kerja adalah
proses untuk menetapkan jumlah jam kerja orang yang digunakan atau dibutuhkan
untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam waktu tertentu. Undang-Undang
No.13/2003. Ketentuan waktu kerja diatas hanya mengatur batas waktu kerja
adalah maksimal 8 jam sehari dan 40 jam seminggu. Jika keadaan ini terus
berlanjut maka diindikasikan menimbulkan stres kerja bagi karyawannya.
Mathis dan Jackson (2002:245),Keselamatan adalah merujuk pada
perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait
dengan pekerjaan.Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan
stabilitas emosi secara umum.Menurut Handoko (2008: 201),mengatakan “ada
dua kategori penyebab stress, yaitu Stress on the job dan Stress of the job”.Stress
of the jobadalah suatu kondisi dimana pegawai mengalami suatu tekanan dari luar

Universitas Sumatera Utara

pekerjaannya.Salah

satu

penyebabnya

adalah

kekhawatiran

finansial.

Kekhawatiran finansial salah satunya adalah jaminan K3, yang dimana kesehatan
dan keselamatan karyawan ditanggung perusahaan dengan bekerja sama dengan
perusahaan asuransi sebagai pihak ketiga. Apabila sewaktu-waktu karyawan
mengalami

kecelakaan

kerja,

dan

tidak

terdapat

jaminan

yang

akan

mempertanggungjawabkan kecelakaan dan kesehatan atas dirinya, maka akan
timbul stress kerja pada diri karyawan tersebut.Dari uraian tersebut, secara
skematis dapat digambarkan kerangka konseptual dalam penelitian ini.

Jam Kerja (X1)

Stres Kerja (Y)

Jaminan
keselamatan dan
kesehatankerja(X2)

Gambar 2.1 : Kerangka konseptual
Sumber: Komaruddin (2006 : 235), Mathis dan Jackson (2002:245), Robbins (2006:3),
Fathoni (2006:176), Handoko (2008: 201)

2.6.

Hipotesis
Menurut Sugiyono (2005:306) Hipotesis merupakan jawaban yang

sifatnya sementara berdasarkan rumusan masalah yang kebenarannya akan diuji
dalam pengujian hipotesis. Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis
penelitian adalah :

Universitas Sumatera Utara

1. Jam kerja karyawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap stres kerja
karyawan pada PT Karya Tanah Subur Medan.
2. Jaminan keselamatandan kesehatan kerja karyawan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap stres kerja karyawan pada PT Karya Tanah Subur
Medan
3. Jam kerja karyawan dan jaminan keselamatandan kesehatan kerja
karyawan secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
stres kerja karyawan pada PT Karya Tanah Subur Medan.

Universitas Sumatera Utara