Dampak Usahatani Kentang Terhadap Usahatani Kentang

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Tanaman Kentang
Kentang (Solanum tuberosum) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah
satu komoditas sayuran yang banyak mendatangkan keuntungan bagi petani,
mempunyai dampak baik dalam pemasaran dan ekspor, tidak mudah rusak seperti
sayuran lain, dan merupakan sumber kalori, protein dan juga vitamin.
(Setiawati, 2007).
Klasifikasi Tanaman Kentang adalah sebagai berikut:
Kingdoom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdoom

: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super devisi


: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Devisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil)

Sub kelas

: Asteridae

Ordo

: Solanales

Famili


: Solanaceae (Suku terung- terungan)

Genus

: Solanum

Spesies

: Solanum tuberosum L

Meski kentang sudah biasa ditanam petani di dataran tinggi, untuk memperoleh
umbi yang optimal, dalam penanaman kentang di dataran tinggi dibutuhkan
kesiapan yang matang sebelum memulai menaman kentang. Pada dasarnya, untuk

xi
Universitas Sumatera Utara

menanam kentang di dataran tinggi yang harus disiapkan dengan seksama adalah :
(1) Penyiapan lahan; (2) Penyiapan pupuk kandang; (3) Penyediaan benih umbi
bertunas; (4) Penyediaan pupuk buatan dan pestisida; dan (5) Penanaman.

1. Penyiapan Lahan
Lahan untuk bertanam kentang hendaknya bersih dari semak dan sisa-sisa akar
tanaman sebelumnya. Tanah diolah dengan cangkul atau traktor sedalam 30 - 40
cm sampai halus dan bersih dari gulma. Hal ini perlu dilakukan karena tanaman
kentang menghendaki tanah yang gembur dengan aerasi yang baik untuk
berkembangnya umbi. Jika tanahnya keras atau lengket, umbi sulit berkembang
dan kualitas umbi yang dihasilkan tidak baik (Setiawati, 2007).
2. Penyiapan Pupuk Kandang dan Pupuk Kimia
Lahan yang sudah diolah diberi pupuk kandang atau kompos yang matang yang
ditebarkan secara merata atau ditaruh pada tempat penanaman benih kentang.
Meski begitu, sebaiknya pupuk kandang diletakkan dalam garitan atau alur
dangkal selebar ± 15 cm yang dibuat lurus dengan arah Timur - Barat dan jarak
antar garitan 70-80 cm. Pupuk kandang ditaruh dalam alur berjarak 25 - 30 cm.
Setiap satu hektar membutuhkan pupuk kandang/kompos sekitar 20 - 30 ton atau
0,5 - 0,8 kg/tanaman.
Sebelum benih ditanam, siapkan dahulu pupuk kimia N (Urea) , P ( SP-36) dan K
(KCl) karena pemberian pupuk buatan tersebut dilakukan bersamaan dengan
waktu penanaman benih kentang. Banyaknya pupuk yang disiapkan, setiap satu
hektar Urea 300 kg, SP-36 300 kg dan KCl 100 kg. Pupuk buatan yang diberikan
itu diberikan dengan dosis N (90 - 180 kg), P2O5 (60 - 80 kg) dan K2O ( 90 - 140

kg) setiap hektarnya (Setiawati,2007).

xii
Universitas Sumatera Utara

3. Penyediaan Benih
Saat penanaman, sebaiknya gunakan benih kentang bentuk umbi yang sudah
bertunas dan berasal dari varietas bermutu, seperti varietas Granula, Atlantik,
Cosima, Agria dan Desiree yang disesuaikan dengan kondisi lahan yang akan
ditanaman kentang tersebut. Untuk satu hektar membutuhkan benih 1.200 - 2.000
kg dengan berat umbi sekitar 30 - 60 gram/umbi.
Jika umbi kentang yang akan ditanam itu belum bertunas, simpan dulu dalam
tempat/gudang penyimpanan 3 - 4 bulan, tergantung dari varietas kentang. Untuk
mempercepat munculnya tunas dapat diberi Etelen cair (rendite) atau gas CS2
dengan dosis 20 - 25 cc/100 kg umbi kentang (Setiawati,2007).
4. Penyediaan Pestisida
Selain itu disiapkan pula pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit yang
mungkin menyerang tanaman kentang yang sedang ditanam tersebut. Jenis
pestisida yang disiapkan disesuaikan dengan jenis hama dan penyakit yang umum
menyerang pertanaman kentang di daerah tersebut.

OPT penting yang menyerang tanaman kentang antara lain adalah penggerek
umbi kentang, kutu daun persik, lalat pengorok daun, trips, kumbang kentang,
tungau kuning, anjing tanah, hama uret, virus daun menggulung, penyakit busuk
daun, penyakit becak kering alternaria, penyakit layu bakteri, penyakit kudis dan
nematoda. Pengendalian OPT dilakukan tergantung pada OPT yang menyerang.
Beberapa cara pengendalian yang dapat dilakukan antara lain adalah :
- Penggunaan border
- Penggunaan musuh alami

xiii
Universitas Sumatera Utara

- Penggunaan perangkap kuning dan feromon seks
- Penggunaan pestisida nabati
- Penggunaan pestisida kimia sesuai dengan anjuran dan harus dilakukan dengan
benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan
waktu aplikasinya (Setiawati,2007).
Selain dari beberapa pengendalian di atas, ada bebera hal yang tidak kalah penting
untuk mencegah hama, yaitu:
-


Rotasi Tanaman

Ini merupakan salah satu cara untuk memutus penyediaan makanan bagi hama
yaitu dengan tidak menanam jenis tanaman yang sama dari satu musim kemusim
lain dan jenis tanaman itu bukan inang hama yang menyerang tanaman yang
ditanam pada musim sebelumnya. Dengan pemutusan ketersediaan inang pada
musim berikutnya populasi hama yang sudah meningkat pada musim sebelumnya
dapat ditekan pada musim berikutnya.
-

Pemberoan Lahan

Pemberoaan lahan pada suatu tempat bertujuan mengosongkan lahan sehingga
hama tidak menjumpai makanan yang sesuai dan akhirnya populasinya menurun.
Pemberoan juga dilakukan untuk pengawetan tanah. Dalam melakukan
pemberoan perlu diperhatikan sifat biologi dan perilaku hama. Biasanya
pemberoan dilakukan selama 3 musim atau kurang lebih 9 bulan.
(Anonimous, 2011).
5. Penanaman

Setelah pupuk kandang/kompos ditaruh dalam alur, barulah umbi kentang
diletakkan satu per satu di atas pupuk kandang. Jarak penanaman 25 X 80 cm

xiv
Universitas Sumatera Utara

atau 30 X 70 cm. Selanjutnya diberi pupuk buatan sebanyak 14 - 15
gram/tanaman yang terdiri dari campuran Urea, SP-36 dan KCL yang ditaruh di
samping kanan dan kiri umbi yang ditanam itu. Untuk mencegah hama orongorong atau anjingtanah bisa menggunakan Furdan 3 G sebanyak 30 kg/ha yang
ditaburkan pada benih umbi kentang yang ditanam tersebut. Sesudah benih
kentang ditanam, benih segera ditutup/diurug tanah setebal 15 - 20 cm supaya
benih tidak kekeringan kena sinar matahari. Untuk menutup tanah pada umbi itu
bisa dilakukan dengan cara tanah diantara barisan alur benih dikeruk selebar 30
cm dengan kedalaman 30 - 40 cm. Dengan cara ini maka terbentuklah guludan
dan bagian tanah yang dikeruk membentuk selokan yang berguna untuk drainase
dan jalan bagi pekerja sewaktu melakukan pemeliharaan tanaman. Umbi kentang
yang sudah ditanam itu perlu dipelihara sebagaimana mestinya supaya
pertumbuhannya optimal sehingga umbi kentang yang diperoleh nantinya seperti
apa yang diharapkan (Setiawati, 2007).
2.1.2


Pengertian Dampak

Pengertian dampak adalah pengaruh atau efek tidak langsung dari erupsi Gunung
Sinabung atau dari bencana alam. Pengaruh atau efek adalah suatu keadaan
dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang
mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi. (KBBI Online, 2010)
Pengertian dampak lain menurut Hari Sabari adalah sesuatu yang muncul setelah
adanya suatu kejadian. Sedangkan menurut Schemel adalah tingkat perusakan
terhadap tata guna tanah lainya yang ditimbulkan oleh suatu pemamfaatan
lingkungan tertentu.

xv
Universitas Sumatera Utara

2.1.3

Bencana Alam dan Dampaknya

Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar

bagi populasi manusia. Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung berapi,
gempa bumi, tsunami, tanah longsor, badai salju, kekeringan, hujan es, gelombang
panas, hurikan, badai tropis, taifun,tornado, kebakaran liar dan wabah penyakit.
Beberapa bencana alam terjadi tidak secara alami. Contohnya adalah kelaparan,
yaitu kekurangan bahan pangan dalam jumlah besar yang disebabkan oleh
kombinasi faktor manusia dan alam.
Dampak lain dari erupsi Merapi adalah masalah sosial ekonomi masyarakat tani.
Disamping kehilangan sanak saudara, harta benda, mereka juga kehilangan mata
pencarian dari usahataninya (Martini, 2011).
Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada bidang ekonomi,
sosial dan lingkungan. Kerusakan infrastruktur dapat mengganggu aktivitas sosial,
dampak dalam bidang sosial mencakup kematian, luka-luka, sakit, hilangnya
tempat tinggal dan kekacauan komunitas, sementara kerusakan lingkungan dapat
mencakup hancurnya hutan yang melindungi daratan. Salah satu bencana alam
yang paling menimbulkan dampak paling besar, misalnya gempa bumi, selama 5
abad terakhir, telah menyebabkan lebih dari 5 juta orang tewas, 20 kali lebih
banyak daripada korban gunung meletus. Dalam hitungan detik dan menit, jumlah
besar luka-luka yang sebagian besar tidak menyebabkan kematian, membutuhkan
pertolongan medis segera dari fasilitas kesehatan yang seringkali tidak siap, rusak,
runtuh karena gempa. Bencana seperti tanah longsor pun dapat memakan korban

yang signifikan pada komunitas manusia karena mencakup suatu wilayah tanpa

xvi
Universitas Sumatera Utara

ada peringatan terlebih dahulu dan dapat dipicu oleh bencana alam lain terutama
gempa bumi, letusan gunung berapi, hujan lebat dan topan (Wikipedia, 2011).

2.1.4

Erupsi Gunung Sinabung dan Dampaknya

Gunung Sinabung yang berada di Kabupaten Karo, merupakan salah salah satu
gunung penghasil air yang banyak dan strategis, gunung ini di kelilingi oleh
hutan. Gunung Sinabung adalah gunung di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten
Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Sinabung dan Sibayak adalah dua gunung
berapi aktif yang berdekatan di Kabupaten Karo. Ketinggian Gunung Sinabung
2.460 meter. Gunung ini menjadi puncak tertinggi di Sumatera Utara. Gunung ini
belum pernah tercatat meletus sejak tahun 1600. Kordinat puncak Gunung
Sinabung adalah 3˚10’’ LU, 98 ˚23’’ BT.

Peristiwa letusan pertama sejak 27 agustus 2010, gunung ini mengeluarkan asap
dan abu vulkanis. Pada tanggal 29 agustus 2010 sekitar pukul 00.15 WIB Gunung
Sinabung Mengeluarkan Lava. Status gunung dinaikkan menjadi “awas” 28.000
warga disekitarnya dari 29 desa dievakuasi dan ditampung ditempat yang lebih
aman. Abu Gunung Sinabung cenderung meluncur dari barat daya menuju timur
laut. Sebagian kota Medan juga terselimuti abu dari Gunung Sinabung.
(Purba, 2013).
Satu orang dilaporkan meninggal dunia karena gangguan pernapasan ketika
mengungsi dari rumahnya. Pada tanggal 3 September 2010,terjadi 2 letusan.
Letusan pertama terjadi sekitar pukul 04. 45 WIB sedangkan letusan kedua terjadi
sekitar pukul 18.00 WIB. Letusan pertama menyemburkan debu vuklkanis
setinggi 3 kilo meter. Letusan kedua terjadi bersamaan dengan gempa bumi

xvii
Universitas Sumatera Utara

vulkanis yang dapat terasa hingga 25 kilo meter di sekitar gunung ini. Pada
tanggal 7 September 2010, Gunung Sinabung kembali metelus. Ini merupakan
letusan terbesar sejak gunung ini menjadi aktif.
Pada tahun 2013, Gunung Sinabung meletus kembali, dalam bulan September
2013,telah terjadi 4 kali letusan. Letusan pertama terjadi ada tanggal 15
September 2013 dini hari, kemudian terjadi kembali pada sore harinya. Status
Gunung Sinabung dari WASPADA (Level II) menjadi SIAGA (level III). Pada 17
September 2013, terjadi 2 letusan pada siang dan sore hari.
Letusan ini melepaskan awan panas dan abu vulkanik. Tidak ada tanda-tanda
sebelumnya akan peningkatan aktivitas sehingga tidak ada peringatan dini
sebelumnya. Hujan abu mencapai kawasan Sibolangit dan Berastagi. Tidak ada
korban jiwa dilaporkan, tetapi ribuan warga pemukiman sekitar terpaksa
mengungsi ke kawasan aman. Abu vulkanis selain menutupi jalanan, rumahrumah penduduk juga menutupi tanaman. Debu vulkanik berdampak pada 6
(enam) kecamatan di sekitar Gunung Sinabung yaitu Kecamatan Namanteran,
Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Merdeka, Kecamatan Dolat rayat,
Kecamatan Barus Jahe, dan Kecamatan Berastagi. Letusan terkini terjadi pada
tanggal 15 Oktober 2013 dan dilaporkan juga mengeluarkan lava.
Abu vulkanik letusan Gunung Sinabung menyelimuti pemukiman masyarakat di
Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Letusan Gunung yang disertai dengan
gempa itu membuat masyarakat dilanda kepanikan. Sebanyak 17 jiwa meninggal
akibat guguran awan panas sinabung. Akibat letusan gunung berapi, beberapa
material yang keluar dari kepundan gunung tersebut antara lain adalah awan

xviii
Universitas Sumatera Utara

panas, material pijar, hujan abu, kemungkinan gas beracun yang terlempar ke
atmosfer. Semua material tersebut memiliki dampak yang berbeda -

beda

terhadap lingkungan hidup, terdapat dampak negatif dan dampak positif. Gunung
Sinabung mengeluarkan bahan material vulkanik seperti debu dan awan panas
yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan dan jatuh wilayah hingga
mencapai ± 25 km dari kawah ke arah timur karena pengaruh hembusan angin.
Di Beberapa desa mengalami dampak langsung antara lain bangunan/ rumah,
lahan, dan tanaman diselimuti oleh debu dan diperparah lagi selama 3 minggu
pasca erupsi tidak ada turun hujan. Akibat debu dari erupsi Gunung Sinabung
yang menyelimuti atap seng bangunan rumah penduduk terlihat berwarna
kekuningan dijumpai pada desa Sukanalu (5 km), Sadaperarih (10 km) dan Dolat
Rayat

(15km)

diperkirakan

akan

merusak

atas

bangunan

rumah.

(PVMBG, 2013).
Penanganan sayuran yang terkena dampak Erupsi Gunung Sinabung adalah
sebagai berikut:
a.

Perlu penyediaan embung di daerah erupsi gunung Sinabung, karena

tanaman sayuran yang terkena abu vulkanik perlu segera disiram air.
b.

Daun tanaman yang sudah tua terkena abu gunung Sinabung sebaiknya

dipangkas/ dihilangkan (BPTP Sumut, 2013).
Letusan tahun 800 - 1000 dicirikan oleh aliran awan panas (aliran block-dan abu)
tanpa didahului erupsi plinian. Endapannya tersebar di tenggara lereng Gunung
Sinabung. Aliran awan panas ini dihasilkan dari perulangan guguran lava pijar
dari kubah lava. Aliran awan panas saat ini diestimasikan masih sama dengan

xix
Universitas Sumatera Utara

kejadian sebelumnya (800-1000 tahun lalu), namun demikian awan abunya dapat
lebih panjang 1-2 km dari ujung endapan awan panas (PVMBG, 2013).
Material Gunung merapi berpengaruh terhadap pertanian barupa (1) abu vulkanik
yang tersembur ke angkasa, lalu terdeposit di lahan pertanian atau menutupi
pertanaman padi dan paliwija dalam berbagai ketebalan dan luasan; (2) lahar
dingin secara fisik dapat merusak pertanaman pertanian dengan tingkat keparahan
dari luasan yang berbeda; (3) gas ataupun cairan lahar yang keluar dari perut
gunung, biassanya didominasi oleh sulfur yang ditandai oleh baunya yang
menyengat hidung. Diantara ketiga material butir lebih luas dampaknya terhadap
pertanian (Martini, dkk., 2011).
Menurut Nogroho dan Wahyunto (2011), pengelolahan bencana alam gunung
berapi di lahan pertanian, tidak terpisahkan dengan pengelolahan umum daerah
kawasan bencana. Di daerah seperti kawasan bencana gunung merapi lahan
pertanian dan lahan pemukiman merupakan bagian yang palin jelas terkena
dampak suatu kejadian erupsi. Lahan pertanian yang terkena dampak letusan
gunung berapi seperti lahan – lahan disekitar gunung merapi dan gunung merapi
lainnya di Indonesia mengalami perubahan sifat kimia, fisika, serta biologi yang
besarnya bergantung pada sifat kimia dan fisika abu yang menimbun dan
ketebalan timbunan.oleh karena itu perlu suatu tindakan perbaikan yang ditujukan
untuk (1) pemulihan kesuburan tanah, seperti (a) pengurangan tebal timbunan abu
yang tidak subur, atau (b) membenamkan dan mengaduk abu vulkanis yang subur
dengan tanah asal pada saat pengolahan tanah (c) pemberian bahan organik; dan
(2) peningkatan produktivitas tanaman holtikultura melalui budidaya yang sesuai
(Martini, dkk.,2011).
xx
Universitas Sumatera Utara

Pengertian dampak kaitannya dengan erupsi Gunung Sinabung adalah pengaruh
erupsi Gunung Sinabung yang mendatangkan akibat bagi manusia dan
lingkungannya, baik positif maupun negatif. Dampak positif adalah dampak
erupsi yang memberikan pengaruh positif bagi kinerja usahatani, sementara
dampak negatif erupsi adalah dampak yang memberikan pengaruh negatif kepada
kinerja usahatani.
2.1.5 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hilda (2014), dengan judul
“Analisis Kinerja Sistem Agribisnis Tomat Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung
Sinabung”. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gajah, Kecamatan Simpang
Empat, Kabupaten Karo. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis skala likert, analisis usahatani dan analisis komparatif. Metode
analisis skala likert digunakan untuk menghitung skor kinerja petani tomat
sebelum dan sesudah Erupsi Gunung Sinabung. Metode analisis usahatani
digunakan untuk menghitung biaya produksi, penerimaan dan pendapatan petani
tomat sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung. Hasil penelitian antara lain,
perkembangan produksi tomat sebelum dan sesudah Erupsi Gunung Sinabung
adalah meningkat. Kinerja petani dalam sistem agribisnis sebelum erupsi Gunung
Sinabung lebih rendah daripada sesudah erupsi Gunung Sinabung. Pendapatan
petani tomat sebelum erupsi Gunung Sinabung lebih rendah daripada setelah
erupsi Gunung Sinabung.
Bil Bela Ginting (2012) menyoroti masalah dan dampak bencana pasca
meletusnya Gunung Sinabung dan kaitannya dengan kondisi sosial ekonomi
keluarga di Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo, yaitu
xxi
Universitas Sumatera Utara

dengan cara melihat dan menganalisa data penelitian, yang ada pada dasarnya
membandingkan keadaan sosial ekonomi masyarakat sebelum dan sesudah
meletusnya Gunung Sinabung di Tanah Karo. Dalam hal ini, dampak sebelum dan
sesudah meletusnya Gunung Sinabung terhadap sosial ekonomi masyarakat tidak
positip, artinya pasca meletusnya Gunung Sinabung memberikan pengaruh yang
cukup besar terhadap penurunan tingkat sosial ekonomi masyarakat baik dalam
tingkat pendapatan atau penghasilan, sumber pendapatan untuk pendidikan anak,
serta kesehatan, hasil penelitian yang diperoleh yaitu “ H1 : terdapat hubungan
yang signifikan antara bencana pasca meletusnya Gunung Sinabung terhadap
kehidupan sosial ekonomi di Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran
Kabupaten Karo dan Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
bencana pasca meletusnya Gunung Sinabung terhadap kehidupan sosial ekonomi
di Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo” maka H1 diterima
dan Ho ditolak setelah diadakan analisa data melalui uji t maka nilai t hitung
positif yang berarti terdapat hubungan yang signifikan terhadap kehidupan sosial
ekonomi di Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo. Bencana
meletusnya Gunung Sinabung memberikan dampak yang signifikan terhadap
sosial ekonomi di Desa Kuta Rayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.
2.2

Landasan Teori

Usahatani adalah suatu kegiatan yang dilakukan petani kentang dalam
mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efesien untuk tujuan
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila
petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki

xxii
Universitas Sumatera Utara

sebaik – baiknya dan dikatakan efisien bila pemamfaatan sumberdaya tersebut
menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input).
(Soekartawi, 1995).
Produksi adalah suatu proses merubah kombinasi berbagai input menjadi output.
Pengertian produksi tidak hanya terbatas pada proses pembuatan saja, tetapi juga
penyimpanan, distribusi, pengangkutan, pengemasan kembali, hingga pemasaran
hasilnya. Istilah

produksi dipergunakan dalam organisasi yang menghasilkan

keluaran atau output berupa barang dan jasa. Secara umum produksi diartikan
sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan input
menjadi keluaran atau Output (Fuad, 2000).
Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar
tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi
dikenal juga dengan istilah input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang
sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi
lahan, modal, pupuk, obat – obatan, dan tenaga kerja, dan aspek manajemen
adalah faktor produksi yang terpenting (Soekartawi, 1989).
Produktivitas mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai
(output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Dengan kata
lain bahwa produktivitas memiliki dua dimensi. Dimensi pertama adalah
evektivitas yang mengarah kepada pencapaian target berkaitan dengan kualitas,
kuantitas dan waktu. Yang kedua yaitu efesiensi yang berkaitan dengan upaya
membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan
tersebut dilaksanakan (Husien, 2002).

xxiii
Universitas Sumatera Utara

Modal yaitu sumber ekonomi diluar tenaga kerja yang dibuat oleh manusia.
Dalam pengertian luas dan umum merupakan keseluruhan nilai dari sumbersumber ekonomi non manusiawi (Hanafie, 2010).
Menurut Mubyarto (1989), modal adalah barang atau uang yang bersama-sama
faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru
yaitu, dalam hal ini, hasil pertanian. Modal petani berupa barang adalah ternak
beserta kandangnya, cangkul, bajak dan alat-alat pertanian lain, pupuk, bibit, hasil
panen yang belum dijual, tanaman yang masih disawah dan lain-lain.
Menurut sifatnya, modal dibedakan menjadi dua yakni modal tetap yang meliputi
tanah bangunan dan modal tidak tetap yang meliputi alat-alat, bahan, uang tunai,
piutang di bank, tanaman, ternak, ikan di kolam. Penggunaan modal berfungsi
membantu meningkatkan produktivitas dan menciptakan kekayaan serta
pendapatan usahatani.
Manajemen merupakan suatu proses yang melibatkan kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk mencapai
sasaran perusahaan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya. Dalam mencapai tujuannya, selain memanfaatkan sumber-sumber daya
yang ada, manajemen juga menggunakan metode ilmiah dan seni dalam setiap
pendekatan atau penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi (Fuad, 2000).
Tenaga kerja merupakan kemampuan fisik dan mental orang-orang sewaktu
mereka berkontribusi pada produksi di dalam perekonomian (Griffin dan Ebert,
2007). Dalam pertanian Indonesia harus dibedakan ke dalam persoalan tenaga
kerja dalam usahatani kecil-kecilan (Usahatani Pertanian Rayat) dan persoalan
xxiv
Universitas Sumatera Utara

tenaga kerja dalam perusahaan pertanian yang besar-besar yaitu perkebunan,
kehutanan, peternakan dan sebagainya. Dalam usahatani sebagian besar tenaga
kerja berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri atas ayah sebagai kepala
keluarga, isteri, dan anak-anak petani. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga
petani ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara
keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam uang (Mubyarto, 1989).
Biaya merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani, nelayan,
peternak) untuk memperoleh faktor – faktor produksi yang akan digunakan dalam
mengelola usahanya untuk mendapatkan hasil maksimal.
(Rahim dan Hastuti, 2007).
Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed
cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap ini umumnya didefenisikan
sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun
produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Besar biaya tidak tetap atau biaya
variable biasanya didefenisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi
oleh produksi yang diperoleh. Kalau menginginkan produksi yang tinggi, maka
tenaga kerja perlu ditambah, pupuk juga perlu ditambah dan sebagainya, sehingga
biaya ini sifatnya berubah – ubah tergantung besar kecilnya produksi yang
diinginkan (Soekartawi, 1995).
Harga adalah satuan nilai yang diberikan pada suatu komoditi sebagai informasi
kontraprestasi dari produsen/ pemilik komoditi. Dalam teori ekonomi disebutkan
bahwa harga suatu barang atau jasa yang pasarnya kompetitif, maka tinggi
rendahnya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran pasar. Harga

xxv
Universitas Sumatera Utara

merupakan salah satu

faktor yang sulit dikendalikan. Berbagai

upaya telah

dilakukan pemerintah, tetapi sampai saat ini tetap saja harga masi merupakan
masalah. Harga produk pertanian umumnya adalah berfluktuasi. Oleh karena itu,
diperlukan stok yang cukup agar tidak terjadi pembelian bahan baku yang
berulang – ulang pada harga yang tidak pasti (Soekartawi, 2002).
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan
harga jual. Cara menghitung penerimaan usahatani adalah :
TR = P. Q
TC = TFC + TVC
Dimana :
P

= Harga per satuan (Rp)

Q

= Jumlah Produksi (Kg)

TVC

= Total Biaya Variabel

TFC

= Total Biaya Tetap (Rp)

(Suratiyah, 2006).
Pendapatan bersih adalah penerimaan dikurangi biaya produksi. Petani dalam
memperoleh pendapatan bersih yang tinggi maka petani harus mengupayakan
penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah. Jenis hasil yang
pasarnya baik dan mengupayakan biaya produksi yang rendah dengan mengatur
biaya produksi, menggunakan teknologi yang baik, mengupayakan harga input
yang rendah, mengatur skala produksi yang efesien (Simanjuntak, 2004).
Pendapatan usahatani selisih antara penerimaan dan semua biaya. Cara
menghitung pendapatan usahatani adalah :
I = TR – TC

xxvi
Universitas Sumatera Utara

Dimana :
I

= Pendapatan

TR

= Total penerimaan

TC

= Total biaya

(Soekartawi, 2002).

Berdasarkan rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor (variabel) yang
paling mempengaruhi pendapatan adalah jumlah produksi, harga produksi dan
harga input produksi.
2.3 Kerangka Pemikiran
Keberadaan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo mempengaruhi keadaan
pertanian di daerah tersebut. Erupsi Gunung Sinabung berpengaruh nyata terhadap
usahatani di sekitarnya.
Salah satu kegiatan usahatani yang mengalami dampak erupsi Gunung Sinabung
adalah usahatani kentang. Dampaknya berpengaruh dalam menjalankan
usahataninya pada aspek luas tanam, luas panen, produksi, biaya, penerimaan dan
pendapatan usahataninya berpengaruh pada proses produksi dan hasil produksi.
Faktor produksi ini selain mempengaruhi produksi dan hasil produksi juga akan
mempengaruhi biaya produksi. Jumlah produksi yang dihasilkan akan
mempengaruhi penerimaan. Penerimaan juga di pengaruhi oleh harga jual
produksi, dimana penerimaan adalah jumlah produksi dikali harga jual kentang.

xxvii
Universitas Sumatera Utara

Pendapatan suatu usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan total
biaya produksi.

Untuk lebih jelasnya, skema krangka pemikiran dapat di

rumuskan sebagai berikut :

Usahatani Kentang

Erupsi Gunung Sinabung

Luas Panen sebelum
erupsi

Luas Panen sesudah
erupsi

Produksi sebelum
erupsi

Produksi sesudah
erupsi

Produktivitas
sebelum erupsi

Produktivitas sesudah
erupsi

Penerimaan sebelum
erupsi

Penerimaan sesudah
erupsi
Biaya Produksi
sebelum dan sesudah
erupsi
Pendapatan sesudah
erupsi

Pendapatan sebelum
erupsi

Gambar 2.4 Skema Kerangka Pemikiran
xxviii
Universitas Sumatera Utara

Keterangan :
= Menyatakan Hubungan
= Menyatakan Pengaruh

2.4

Hipotesis Penelitian

Sesuai landasan teori yang telah dibangun, maka diajukan hipotesis yang akan
diuji kebenarannya sebagai berikut:
1. Terdapat perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas kentang yang
menurun sesudah erupsi Gunung Sinabung di daerah penelitian dibandingkan
sebelum erupsi Gunung Sinabung di daerah penelitian.
2. Terdapat dampak yang signifikan sesudah erupsi Gunung Sinabung terhadap
luas panen, produksi, produksitivitas, biaya, harga,

penerimaan dan

pendapatan usahatani kentang di daerah penelitian.

xxix
Universitas Sumatera Utara