Pengaruh Pemberian Cacing Sutera (Tubifex sp.) dan Keong Sawah (Pila ampullacea) Terhadap Pertumbuhan Ikan Patin (Pangasius sp.)

22

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Ikan Patin
Ikan patin adalah ikan asli perairan Indonesia yang telah berhasil
didomestikasi, sebagai ikan unggul dan ekonomis, serta pengembangan budidaya
yang cukup prospektif. Dukungan untuk pengembangan ikan inipun cukup
tersedia, mulai dari luas lahan, petani ikan/tenaga kerja, penguasaan teknologi
budidaya dan pasar. Untuk budidaya patin, media/lingkungan yang dibutuhkan
tidaklah rumit karena patin termasuk golongan catfish yang mampu bertahan pada
lingkungan perairan yang jelek misalnya keadaan kekurangan oksigen. Umumnya
ikan patin jantan pertumbuhannya lebih cepat daripada ikan patin betina (Adria
dan Jenny, 2006).
Ikan patin mempunyai bentuk tubuh yang panjang. Mulutnya berada agak
di sebelah bawah (sub-terminal) dengan dua pasang kumis. Selain sirip ekor
yan€g bentuknya seperti gunting. Ikan ini juga memiliki sirip dada dan sirip
punggung. Warna tubuhnya kelabu kehitaman, sedangkan warna perut dan
sekitarnya putih. Kepalanya lebar dan pipih, yang hampir mirip dengan ikan lele.
Nama lain ikan ini adalah ikan jambal (Hernowo, 2001).
Pada dasarnya ikan merupakan ikan yang berjenis omnivora, ikan

omnivora memakan tanaman maupun hewan air lainya. Usus ikan omnivora
berukuran sedang, lebih pendek dari usus ikan herbivora tetapi lebih panjang dari
usus ikan karnivora. Pada ikan patin diketahui sebagai pemakan segala namun
lebih cenderung bersifat karnivora hal ini dilihat dari prilaku hidupnya yang
bersifat nocturnal dan berasal dari jenis catfish (Susanto dan Amri, 1999).

Universitas Sumatera Utara

23

Berikut ini adalah Sistematika ikan patin dan morfologis. Dilihat pada
gambar 2.

Gambar 2. Sistematika ikan patin dan morfologis
Saanin (1984) diacu oleh Hernowo (2001) mengklasifikasikan ikan patin
(Pangasius sp), sebagai berikut :
Filum

: Chordata


Kelas

: Pisces

Sub-Kelas

: Teleostei

Ordo

: Ostariophysi

Sub-Ordo

: Siluroidea

Famili

: Pangasidae


Genus

: Pangasius

Spesies

: Pangasius sp

ikan ini dapat dijumpai dialam yaitu danau, sungai, maupun rawa, daerah
distribusi (penyebaran) ke daerah-daerah yang beriklim tropis yaitu : Thailand,
Kamboja, Myanmar, Laos, Vietnam, dan Indonesia. Diketahui bahwa Ikan patin
bersifat nocturnal (melakukan aktivitas di malam hari) sebagaimana umumnya
ikan catfish lainya. Selain itu, patin suka bersembunyi di dalam liang-liang di tepi
sungai habitat hidupnya. Hal ini membedakan ikan patin denga ikan-ikan catfish

Universitas Sumatera Utara

24

lainya yang umumnya sifat patin yang termasuk omnivora atau golongan ikan

pemakan segala. Di alam , makanan ikan ini antara lain ikan-ikan kecil lainnya,
cacing, detritus, serangga, biji-bijian, udang- udangan kecil, dan molusca (Susanto
dan Amri, 1999).
Ikan patin (Pangasius sp.) cukup banyak terdapat di perairan umum
Indonesia. Ikan patin merupakan ikan air tawar berukuran besar dan mempunyai
nilai ekonomis yang cukup tinggi sebagai ikan konsumsi. Ikan ini cukup popular
dan banyak diminati oleh konsumen terutama dari daerah Sumatera dan
Kalimantan. Ikan patin mempunyai bentuk tubuh memanjang, agak pipih, tidak
bersisik, dan panjang tubuhnya dapat mencapai 120 cm. Pada sa at ukuran masih
kedl (5-12cm) ikan patin dapat dipajang di akuarium sebagai ikan hias. Ikan patin
tergolong ikan yang cukup jinak dan .mudah pemeliharaannya. Ikan patin sudah
dapat dikonsumsi setelah mencapai ukuran tubuh 300-1000 gram
(Andria dan Jenny, 2006).
Cacing Sutera (Tubifex sp.)
Klasifikasi Cacing Sutera Menurut Barnes (1974) dalam Hariati (2010)
Klasifikasi cacing sutera:
Phylum

: Annelida


Kelas

: Oligochaeta

Ordo

: Haplotaxida

Famili

: Tubificidae

Genus

: Tubifex

Spesies

: Tubifex sp.


Universitas Sumatera Utara

25

Menurut Khariuman (2008) diacu oleh Hariati (2010), cacing sutra
memiliki warna tubuh yang dominan kemerah – merahan. Ukuran tubuhnya
sangat ramping dan halus dengan panjang 1 – 2 cm. cacing ini sangat senang
hidup berkelompok atau bergerombolan karena masing – masing

individu

berkumpul menjadi koloni yang sulit diurai dan saling berkaitan satu sama lain.
Bentuk cacing sutera dapat disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Keong sawah ( Tubifex sp)
Cacing sutera (Tubifex
dibutuhkan oleh
Keberhasilan

para


sp.) merupakan pakan alami yang sangat

pembenih

usaha pembenihan

ikan
ikan

dan
masih

pembudidaya
sangat

ikan

hias.


bergantung

pada

ketersediaan pakan jenis ini. Kebutuhan pakan alami cacing sutera cukup tinggi,
khususnya untuk pembenihan (Adlan, 2014).
Menurut Khariuman (2008) diacu oleh Hariati (2010), Selain cacing tanah,
cacing tubifex juga dikenal sebagai pakan alami untuk ikan. Cacing sutra (Tubifex
sp) merupakan cacing yang bersifat hermaprodit, pada satu organisme mempunyai
2 alat kelamin. Cacing ini dapat dibudidayakan dan digunakan langsung untuk

Universitas Sumatera Utara

26

larva ikan. Cacing ini dapat juga di simpan dalam bentuk beku (fresh) maupun
kering (oven).
Tabel 1. Kandungan nutrisi pada cacing sutera
No


Cacing Sutera (Tubifex sp)

Nutrisi

1

Protein

57 %

2

Lemak

13 %

3

Karbohidrat


4,86 %

4

Kadar air

9,76 %

Sumber : Ghufron dan Kordi (2012).
Pada dasarnya hampir semua jenis ikan menyukai cacing sutra sebagai
pakan terutama ikan–ikan yang bersifat karnivora (pemakan daging) dan ikan
omnivora (pemakan segalanya), ikan–ikan dewasa pun menyukai cacing sutra.
Kandungan nutrisi yang terdapat pada cacing sutra yaitu protein 57%, karbohidrat
2,04%, lemak 13,30%, air 87,19% dan kadar abu 3,60% (Hariati, 2010).
Keong Sawah (Pila ampullacea)
Klasifikasi keong sawah menurut Riyanto (2003) sebagai berikut:
Filum : Moluska
Kelas : Gastropoda
Ordo : Pulmolata
Familia : Ampullaridae

Genus : Pomacea
Species : Pila ampullacea
Keong sawah merupakan siput yang hidup di habitat air tawar Amerika
Selatan. Keong sawah mulai dikenal di Indonesia tahun 1986. Keong sawah
bersifat herbivora yang pemakan tumbuhan, tanaman yang disukai adalah

Universitas Sumatera Utara

27

tanaman yang masih muda dan lunak seperti bibit padi, tanaman sayuran, dan
enceng gondok. Daging keong sawah dapat digunakan sebagai pakan ikan. habitat
keong sawah apabila dalam keadaan kekurangan air akan membenamkan diri pada
lumpur yang dalam, hal ini dapat bertahan selama 6 bulan. Tempat keong sawah
hidup biasanya di kolam, rawa, sawah dan tempat-tempat yang selalu tergenang
oleh air. (Kuswanto, 2013).
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Keong sawah
No

Keong Sawah (Pila ampullacea)

Nutrisi

1

Protein

54 %

2

Lemak

4,18 %

3

Karbohodrat

4,07 %

4

Kadar air

7,01 %

Sumber : Ghufron dan Kordi (2012).
Bentuk cangkang keong sawah hampir mirip dengan siput sawah yang
disebut gondang, bedanya cangkang keong sawah berwarna kuning keemasan
hingga coklat transparan serta lebih tipis. Dagingnya lembut berwarna krem
keputihan sampai merah keemasan atau oranye kekuningan, besarnya kurang
lebih 10 cm dengan diameter cangkang 4-5 cm. Bertelur di tempat yang kering
10-13 cm dari permukaan air, kelompok telur memanjang dengan warna merah
jambu seperti buah murbai karena itu disebut siput murbai, panjang kelompok
telur 3 cm lebih, lebarnya 1-3 cm, dalam kelompok besarnya 4,5-7,7 mg ukuranya
2,0 mm (Balai Informasi Pertanian, 1991). Cacing keong sawah dapat disajikan
pada Gambar 4.

Universitas Sumatera Utara

28

Gambar 4. Keong sawah (Pila ampullacea)
Menurut Halimah dan Ismail (1989) dalam Riyanto (2003), ciri-ciri keong
sawah secara garis besar adalah sebagai berikut: cangkangnya berbentuk bulat
mencapai tinggi lebih dari 10 cm, berwarna kekuningan. Pada mulut cangkang
keong sawah terdapat operculum yang bentuknya bulat berwarna coklat
kehitaman pada baian luarnya dan coklat kekuningan pada bagian dalamnya. Pada
bagian kepala terdapat dua buah tentakel sepasang terletak dekat dengan mata
lebih panjang dari pada dekat mulut. Kaki lebar berbentuk segitiga dan mengecil
pada bagian belakangnya, mereka dapat hidup pada perairan yang deras dengan
komponen utama tumbuhan air dan bangkai.
Pakan
Peningkatkan efisiensi usaha,sebagian besar petani telah mengadopsi
teknologi budidadya ikan secara intensif atau semi intensif dimana petani memacu
pertumbuhan ikan dengan menggunakan benih ikan yang unggul dan pakan
buatan yang mengandung nutrisi lengkap. Namun demikian, mahalnya harga
Pakan buatan serta kurangnya pengetahuan petani ikan akan manfaat penggunaan

Universitas Sumatera Utara

29

pakan buatan yang mengandung nutrisi lengkap hal ini, sering kali menjadi
kendala dalam pengembangan budidaya ikan sehingga perlu penelitian lebih lanjut
mengenai pakan yang baik bagi ikan ( Setiawan dan Komariyah, 2009).
Pakan merupakan material yang setelah ditelan oleh hewan air dapat
dicerna, diserap dan digunakan untuk kehidupanya. Dalam pengertian umum
pakan adalah sesuatu yang dapat dimakan. Kata “pakan” digunakan sebagai
pengertian umum, sedangkan komponen-komponen yang dapat dicerna dan
digunakan oleh hewan air disebut sebagai “nutrisi”. Kata nutrisi berasal dari
bahasa inggris nutrient. Sedangkan pengertian ransum pada dasarnya adalah
campuran berbagai bahan pakan yang diberikan pada hewan air, misalnya ikan
sesuai dengan jenis dan masa pertumbuhan ikan selam 24 jam (Yuwono dan
Sukardi, 2008).
Pada umumnya pakan harus mengandung nutrisi yang lengkap dan pakan
yang diberikan harus mudah dicerna. Walaupun jumlah pakan yang dimakan oleh
ikan telah mencukupi, namun pakan yang diberikan sebaiknya sesuai dengan daya
cerna ikan, hal ini bertujuan untuk mencegah banyaknya sisa pakan yang tidak
dimanfaatkan oleh ikan. Disamping itu, pakan yang diberikan harus sesuai dengan
bukaan mulut ikan. hal ini sangat diperlukan untuk memudahkan ikan untuk
“memakan” pakan yang diberikan ( Hernowo, 2001).
Pemberian pakan dilakukukan tiga kali sehari, yaitu pada padgi, siang, dan
sore hari. Khususnya pada ikan patin, dosis pakan yang diberikan pada pagi dan
siang hari tidak sama dengan dosis pakan yang diberikan pada sore hari.
Pemberian pakan pada sore hari haru lebih banyak karena patin bersifat nocturnal
(aktif mencari makan pada malam hari). Bila jumlah pakan yang diberikan per

Universitas Sumatera Utara

30

hari itu sebesar 5 % dari berat total maka porsi pemberiannya 1 % untuk pagi hari,
2 % untuk siang hari dan 3 % untuk sore hari ( Susanto dan Amri, 1999).
Menurut Khairuman dan Sudenda (2002) dalam Komariah dan Setiawan
(2009), kandungan gizi dari ikan patin adalah protein 68 %, lemak 5,8 %, abu 3,5
%, dan 5,1 % kadar air. Selain rasa dagingnya yang lezat, ikan patin memiliki
berberapa manfaat yang baik bagi tubuh manusia.Daging ikan patin memeliki
rendah sodium sehingga sangat cocok bagi penderita obesitas serta mengandung
kalsium, zat besi dan mineral yang sangat baik untuk kesehatan.
Berdasarkan kandungannya, pakan hewan air meliputi protein, lemak,
karbohidrat, selulosa, vitamin dan mineral. Hewan air memperoleh senyawa
organik dan vitamin dari pakan yang dikonsumsi. Mineral dapat diperoleh dari
tempat hidupnya. Pada umumnya hewan yang hidup di perairan tawar memiliki
kemampuan absorbsi ion onorganik yang lebih tinggi daripada hewan air yang
hidup di laut (Yuwono dan Sukardi, 2008).
Untuk memacu pertumbuhan ikan dengan cepat diperlukan perhatian
khusus pada pakan yang diberikan. Dalam memacu pertumbuhan pakan yang
digunakan harus meliputi nutrisi yang lengkap, meliputi protein, karbohidrat,
lemak, mineral, dan vitamin. Dalam hal ini nutrisi merupakan zat pembentuk
tubuh untuk ikan, sehingga asupannya harus dijaga untuk meningkatkan laju
petumbuhan serta menjamin kesehatan ikan (Hernowo, 2001).
Pada dasarnya untuk menciptakan suatu laju pertumbuhan yang baik maka
pada pemberian pakan ikan harus disertakan, pakan alami yang memiliki tingan
nutrisi yang baik. Menurut Suprayitno (1986) diacu oleh Hamdhani (2013),
ketersediaan pakan alami merupakan faktor yang berperan penting dalam mata

Universitas Sumatera Utara

31

rantai budidaya ikan. Dibandingkan pakan buatan, pakan alami mengandung
nutrisi yang relatif lebih tinggi, di samping mudah dibudidayakan dengan biaya
relatif murah, memiliki ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut ikan (terutama
ukuran benih), memiliki gerakan yang memberikan rangsangan bagi ikan untuk
memangsanya, dan memiliki kemampuan berkembangbiak dengan cepat dalam
waktu yang relatif singkat.
Protein
keberhasilan pembesaran ikan pada suatu kegiatan pembudidayaan berasal
dari pakan yang diberikan, sebaiknya pakan yang diberikan harus mengandung
protein, yang dimana nutrisi ini adalah kandungan yang harus dimiliki untuk
menghasilkan berat ikan yang proporsional. Protein merupakan komponen pakan
terpenting bagi hewan air, akan tetapi kelebihan protein dalam pakan dapat
mengakibatkan kematian karena gejala kelebihan protein (excessive protein
syndrom). Ikan dapat menerima protein tinggi karena mempunyai kemampuan
tambahan untuk melepaskan nitrogen yang berlebihan melalui insangnya. Ikan
dapat mengeluarkan sebagian besar sisa-sisa protein sebagai ammonia secara
cepat dan terus menerus (Yuwono dan Sukardi, 2008).
Tubuh mensintesa suatu protein tertentu bila semua asam amino yang
diperlukan untuk struktur protein tersebut tersedia lengkap dalam jumlah masing masing yang cukup. Bila ada yang kurang tetapi dari jenis non-eseensial, maka
asam amino ini akan disintesa lebih dahulu agar menjadi lengkap dan baru protein
itu dapat disusun. Tetapi bila tidak ada itu asam amino esensial, maka tubuh tidak
dapat mensintesanya dan protein tersebut tidak dapat disusun. Dapat atau tidaknya

Universitas Sumatera Utara

32

semua asam amino esensial secara lengkap dan dalam kwantum yang dibutuhkan
masing-masing ( Sediaoetama, 1996).
Protein merupakan bagian terpenting dari protoplasma, bersama-sama
dengan lemak dan zat-zat anorganik merupakan pembentuk tubuh binatang dan
manusia dalam tumbuh-tumbuhan terdapat dalam biji-bijian dan dalam biji
kacang-kacangan, putih telur, daging, dan ikatan mengandung banyak protein.
Berbagai jenis ikan mengandung protein dengan mengandung protein dengan nilai
gizi yang tinggi ( Polling.,dkk, 1989).
Dalam molekul protein, asam-asam amino saling dirangkaikan melalui
reaksi gugusan karboksil asam amino yang satu dengan gugusan amino dari asam
amino yang lain, sehingga terjadi ikatan yang disebut ikatan peptida. Ikatan
peptida ini merupakan ikatan tingkat primer. Dua molekul asam amino yang
saling dikaitkan dengan cara demikian disebut ikatan dipeptida. Bila tiga molekul
asam amino, disebut tripeptida dan bila lebih banyak lagi disebut polypeptida.
Polypeptida yang hanya terdiri dari sejumlah berberapa molekul asam amino
disebut oligopeptida. Molekul protein adalah suatu polypeptida, dimana sejumlah
besar sekali asam-asam amino saling dipertautkan dengan ikatan peptida
( Sediaoetama, 1996).
Protein dapat mengalami suatu proses yang dikenal sebagai denaturasi jika
struktur sekundernya berubah tetapi struktur primernya tetap. Bentuk molekul
mengalami perubahan, biasanya karena terpecah atau terbentuknya ikatan-ikata
silang tanpa mengganggu urutan asam aminonya. Proses ini biasanya tidak dapat
berlangsung baik (Irreversible), sehingga tidak mungkin untuk mendapatkan

Universitas Sumatera Utara

33

kembali struktur asal protein itu. Denaturasi dapat menyebabkan protein menjadi
lebih kental dan suka larut (Gaman dan Sherrington, 1992).
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan nutrisi yang diperlukan untuk menstimulasi kerja
organ tubuh pada makhluk hidup, baik makhluk hidup daratan maupun yang
terdapat diperairan. Karbihidrat adalah golongsn senyawa yang terdiri dari unsur unsur C, H dan O mempunyai rumusan umum Cm (H2 O)n. Karbohidrat sangat
banyak terdapat di alam, baik dalam tumbuh-tumbuhan (Polling., dkk, 1989).
Karbohidrat di dalam makanan pada umumnya hanya tiga jenis, ialah
monosakarida, disakarida dan polisakarida. Mono dan disakarida terasa manis,
sedangkan polisakarida tidak mempunyai rasa (tawar). Di dalam bahan makanan
nabati terdapat dua jenis polisakarida, yaitu yang dapat dicerna dan yang tidak
dapat dicerna. Karbohidrat yang dapat dicerna ialah zat tepung (amilum) dan
dekstrin. Yang tidak dapat dicerna ialah selulosa, pentosa dan galaktan. Polikarida
di dalam bahan makanan hewani dapat dicerna dan disebut glikogen (
Sediaoetama, 1996).
Sumber utama karbohidrat di dalam makanan banyak berasal dari tumbuh
– tumbuhan dan hanya sedikit saja yang termasuk pada bahan makanan hewani.
Di dalam tumbuhan karbohidrat mempunyai dua fungsi utama, ialah sebagai
simpanan energi dan sebagai penguat suatu struktur pada tumbuhan. Bahan
makanan hewani pada umumnya sedikit sekali kandungannya akan karbohidrat
dan terutama terdapat dalam bentuk glikogen. Glikogen didalam daging di dalam
daging dipecah setelah setelah suatu hewan mengalami kematian.

Universitas Sumatera Utara

34

Pengaruh peranan karbohidrat cenderung lebih kecil jika dibandingkan
dengan perananya pada hewan daratan. Bahkan jika karbohidrat terlalu tinggi
dapat berakibat buruk bagi ikan. sebagai contoh, pada ikan mas (Cyprinus carpio)
pakan yang kandungan karbohidrat pakan terlalu tinggi menyebabkan
pertumbuhananya terhadap. Karbohidrat tidak begitu penting bagi ikan karena
hewan air ini memperoleh energi unuk berenang dari oksidasi lemak atau dari
glukosa

yang

sederhana

dari

asam-asam

amino

melalui

glikogenesis

(Yuwono dan Sukardi, 2008).
Lemak
lemak adalah sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur – unsur
Carbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O). Lemak di dalam makanan yang
memegang peranan penting ialah yang disebut lemak netral, atau triglycerida,
yang molekulnya terdiri atas satu molekul glycerol (glycerin) dan tiga molekul
asam lemak, yang di ikatkan pada glycerol tersebut dengan ikatan ester
(Sediaoetama, 1996).
Menurut sifatnya lemak merupakan senyawa organik yang tidak larut
dalam air tetapi larut dalam pelarut organik seperti kloroform, eter dan benzen.
Lemak merupakan konstituen pakan yang merupakan sember kalori tinggi dan
mengandung vitamin yang larut dalam lemak serta mengandung asam-asam lemak
esensial. Perbedaan antara lemak pada hewan berdarah panas dan lemak pada
hewan berdarah dingin adalah karena rendahnya temperatur lingkungan yang
digunakan sebagai media hidup ikan dan kebutuhan lemak yang lebih lembut
untuk menjaga plastisitas selaput sel yang kaya akan fosfolipid (Yuwono dan
Sukardi, 2008).

Universitas Sumatera Utara

35

Menurut Sediaoetama (1996), Lemak pada dasarnya mempunyai titik lebur
tinggi bersifat padat pada suhu kamar, sedangkan yang mempunyai titik lebur
rendah, bersifat cair. Lemak yang mempunyai tekstur padat pada suhu kamar
disebut dengan gajih, sedangkan tekstur lemak yang cair pada suhu kamar disebut
juga minyak (oil)
a. Lemak menurut struktur kimiawinya:
1. lemak netral (triglycerida)
2. phospholipida
3. lecithine
4. sphyngomyeline
b. Menurut sumbernya:
1. lemak hewani, berasal dari hewan
2. lemak nabati, berasal dari tumbuhan
c. Menurut Konsistensinya:
1. lemak padat: lemak atau gajih
2. lemak cair: minyak
d. Menurut wujudnya:
1. lemak tak terlihat (invisible fat)
2. lemak terlihat (visible fat)
Vitamin
Dalam kaedahnya, vitamin didefinisikan sebagai suatu zat gizi yang
diperlukan tubuh dalam jumlah – jumlah kecil dan harus didatangkan dari luar,
karena tidak dapat disintesa di dalam tubuh. Dikatakan bahwa pada umumnya
vitamin tidak dapat disintesa di dalam tubuh, sehingga harus disediakan dari luar

Universitas Sumatera Utara

36

biasanya dengan makanan pada manusia dan pakan pada hewan air. Namun, hal
ini tidak semuanya benar. Ada berberapa vitamin yang dapat dibuat di dalam
tubuh, dengan mengubahnya dari ikatan organik lain. Ikatan organik yang tidak
bersifat vitamin, tetapi dapat diubah menjadi vitamin setelah dikonsumsi, disebut
provitamin ( Sediaoetama, 1996).
Dalam kaitanya, vitamin yang dibutuhkan oleh hewan air yang terdapat di
alam maupun pada lingkungan terkontrol meliputi thiamine, riboflavin, asam
piridoksin, pantotenat, inositol, biotin, asam folat, kolin, asam nikotinat, vitamin
B12 asam askorbat dan asam p-aminobensoat. Defisiensi vitamin dapat
mengakibatkan terjadinya berbagai sindrom. Kebutuhan vitamin yang dibutuhkan
pada hewan air berbeda dengan hewan daratan. Defisiensi berberapa jenis vitamin
mengakibatkan timbulnya gejala-gejala seperti insang meunpuk atau lengket yang
disebabkan oleh defisiensi tekoferol (Yuwono dan Sukardi, 2008).
Kebutuhan hewan air akan ketersedianya thiamine pada pakan yang
diberikan sangat penting, sebab kekurangan tiamin pada manusia dan hewan
mempengaruhi sistem kardiovaskuler, otot, saraf., dan gastrointestinal. Gangguan
jantung, kelemahan otot, neuropati perifer dan sentral, dan kurang berfungsinya
gastrointestinal (Nasoetion dan Karyadi, 1991).
Selain vitamin, berberapa unsur mineral penting bagi ikan dan hewan air
lainya. Empat unsur yang paling umum pada hewan air adalah oksigen, karbon,
hidrogen dan nitrogen. Mineral yang penting pada ikan adalah Fe ++ dan Ca ++. Ion
– ion sodium, kalium, klorida dan bikarbonat yang juga penting bagi hewa air.
Konsentrasi Na+, dan Cl+ harus dipelihara konsentrasi normalnya agar
keseimbangan kosmotik terjaga ( Yuwono dan Sukardi, 2008).

Universitas Sumatera Utara

37

Kualitas Air
Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman
dan hewan di dalam air. Kehidupan makhluk hidup di dalam air tersebut
tergantung dari kemampuan air untuk memperahankan konsentrasi oksigen
minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya. Ikan merupakan makhluk air yang
memerlukan oksigen tertinggi, kemudian invertebrata, dan yang terkecil
kebutuhan oksigen tertinggi, kemudian invertebrata, dan yang terkecil kebutuhan
oksigennya adalah bakteri. Biota air hangat emerlukan oksigen terlarut mendekati
jenuh. Konsentrasi oksigen terlarut minimal untuk kehidupan biota tidak boleh
kurang dari 6 ppm (Fardiaz, 1991).
Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam
ekosistem air, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian
besar organisme air. Umumnya kelarutan oksigen dalam air sangat terbatas.
Dibandingkan dengan kadar oksigen di udara yang mempunyai konsentrasi
sebanyak 21 % volume air hanya mampu menyerap oksigen sebanyak 1 volum
saja. Apabila oksigen di dalam air terdapat dalam bentuk terlarut, disebut keadaan
aerob, apabila terdapat dalam bentuk tidak terlarut tetapi berikatan dengan unsur
lainnya seperti NO2 dan NO3, disebut keadaan anoksik, sedangkan apabila tidak
terdapat sama sekali oksigen dalam air, baik yang terlarut maupun yang
membentuk ikatan dengan unsur lain, disebut keadaan anaerob,kelarutan oksigen
di dalam air sangat di pengaruhi terutama oleh faktor temperatur dan oleh jumlah
garam terlarut dalam air ( Barus, 2004).

Universitas Sumatera Utara

38

Oksigen dapat merupakan faktor pembatas dalam penentuan kehadiran
makhluk hidup dalam air. Oksigen dalam danau misalnya berasal dari udara dan
fotosintesis organisme yang hidup di danau. Jika respirasi terjadi lebih cepat dari
pergantian yang larut. Maka terjadi defisit oksigen. Sebaliknya dasar danau
dijenuhkan dengan oksigen ( Sastrawijaya, 1991).
pH
Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hidrogen dalam suatu larutan,
didefinisikan sebagai logaritma dari resiprokal aktivitas ion hidrogen dan secara
matematis dinyatakan sebagai pH = log 1/H+, dimana H+ adalah kebanyakan ion
hidrogen dalam mol per liter larutan. Kemampuan air untuk mengikat atau
melepaskan sejumlah ion hidrogen akan menunjukkan apakah larutan tersebut
bersifat asam atau basa. Peningkatan ion hidrogen akan menyebabkan nilai pH
turun dan disebut sebagai larutan asam. Sebaliknya apabila ion hidrogen
berkurang akan menyebabkan nilai pH naik dan keadaan ini disebut sebagai
larutan basa ( Barus, 2004).
Organisme hidup yang bersifat aerobik membutuhkan oksigen untuk
berberapa reaksi biokimia, yaitu untuk mengoksidasi bahan organik, sintesa sel,
dan oksidasi sel. Komponen organik yang engandung senyawa nitrogen dapat
pula dioksidasi menjadi nitrat, sedangkan komponen organik yang mengandung
senyawa sulfur dapat dioksidasi menjadi sulfat. Konsumsi oksigen dapat diketahui
dengan mengoksidasi air pada suhu 200 C selama 5 hari,dan nilai BOD yang
menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi dapat diketahui dengan
menghitung selisih konsentrasi oksigen terlarut sebelum dan setelah inkubasi
( Fardiaz, 1992).

Universitas Sumatera Utara

39

Suhu
Suhu mempunyai pengaruh yang besar terhadap kelaruta oksigen. Populasi
termal pada organisme air terjadi pada suhu tinggi. Setiap spesies mempunyai
suhu optimumnya. Ada ikan yang mempunyai suhu optimum, 150C, ada yang
240C, dan ada yang 320C. Ikan ini dapat menegang perbedaan suhu sedikit,
bahkan dapat mengaklimatisasi diri. Tetapi jika suhu berbeda jauh dari
optimumnya. Hewan ini itu akan mati atau bermigrasi ke daerah baru. Selisih 50C
sudah cukup untuk ikan mengakhiri hidupnya, terutama apabila terjadi serentak
karena limbah panas dan pabrik. Kenaikan suhu secara bertahap diketahui masih
dapat ditahan oleh ikan, keadaan ini disebabkan oleh adanya sifat adaptasi oleh
ikan terhadap perubahan lingkungan hidupnya ( Sastrawijaya, 1991).

Universitas Sumatera Utara