Respon Pedagang Kaki Lima (PKL) Tentang Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Studi Kasus PKL di Jalan Dr. Mansyur Depan Kampus USU Kota Medan

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Bahan Bakar Minyak (BBM) memiliki peran sangat penting dalam kehidupan masyarakat. BBM merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat desa maupun kota, baik sebagai kebutuhan rumah tangga maupun kebutuhan produksi dan distribusi pengusaha, terutama dalam menunjang operasional industri dan transportasi. Sebagai salah satu bagian dalam operasional industri dan transportasi, tentu saja kestabilan harga BBM juga turut ambil peran dalam mempengaruhi stabilitas ekonomi, dan berimbas hampir disegala sektor kehidupan masyarakat.

Jika harga BBM dinaikkan maka akan menimbulkan permasalahan disegala bidang. Hal ini akan memberikan dampak yang sangat signifikan ketika harga dari bahan bakar minyak (BBM) ini naik terutama dibidang ekonomi masyarakat. Kenaikan harga BBM secara umum akan memberikan pengaruh terhadap inflasi melalui dua tahap. Tahap pertama merupakan dampak langsung terhadap inflasi dari komoditas BBM dan tarif angkutan. Inflasi ini merupakan dampak dari komoditas bensin dan solar yang mengalami kenaikan serta tarif angkutan dalam dan antar kota yang mengalami penyesuaian tarif sesuai dengan kenaikan harga tersebut. Akibatnya modal produksi juga akan meningkat, seiring dengan kenaikan ongkos produksi dalam penyediaan bahan baku. Tahap kedua merupakan tahap lanjutan yang terdiri dari dua yaitu dampak terhadap kenaikan harga komoditas dan jasa lainnya seiring dengan meningkatnya biaya transportasi dan distribusi. Akibatnya harga barang dan jasa yang dipasarkan dimasyarakat mengalami peningkatan dan penyesuaian baik dari segi hargayang akan mempengaruhi biaya hidup masyarakat, yang akhirnya akan berujung pada kemampuan daya beli masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut maka para pekerja baik


(2)

2

karyawan maupun buruh perusahaan akan meminta kenaikan upah atau gaji. Kondisi tersebut akhirnya dapat memicu konflik antara pekerja dan pengusaha.

Di Indonesia kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM sebenarnya bukanlah hal yang baru. Bahkan jika dilihat dari data yang ada, menaikkan harga BBM sudah dilakukan sejak zaman Presiden Soekarno. Setidaknya dimasa kepemimpinan Soekarno sedikitnya telah terjadi 12 kali kenaikan harga BBM. Meski tak ada angka pasti berapa kenaikan dan kapan kenaikan itu, namun dokumen pada Biro Perancang Negara tahun 1965 menyebutkan jika kenaikan BBM di masa itu untuk membantu pemerintah dalam membangun sektor pendidikan, kesehatan,danperumahan.Di era Orde Baru atau saat Soeharto memimpin, kenaikan harga BBM juga beberapa kali terjadi. Catatan Kementerian ESDM menujukkan sedikitnya terjadi 18 kali kenaikan harga diera ini. Kali ini masyarakat sedang digoncangkan oleh isu kenaikan oleh pemerintah.

Pada masa pemerintahan Presiden kenaikan. Pada liter. Dua tahun kemudian, pada 1993, Soeharto kembali menaikkan harga BBM dari menjadi Rp 700 per liter. Hingga akhirnya saat krisis ekonomi menghantam Indonesia, harga BBM naik menjadi Rp 1.200 per liter pada 5 Mei 1998. Setelah rezim Soeharto runtuh dan digantikan Habibie, tidak ada catatan kenaikan harga BBM. Hal ini cukup wajar mengingat masa kepemimpinan Habibie yang hanya 18 bulan menjadi presiden atau terhitung sejak 21 Mei 1998 hingga 20 Oktober 1999. Selama masa kepemimpinannya, Habibie justru menurunkan harga BBM dari Rp 1.200 menjadi Rp 1.000 per liter.

Memasuki tahun 2000 tepatnya April 2000 atau dimasa-masa awal kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, harga BBM diturunkan menjadi Rp 600 per liter.


(3)

3

Tidak berselang lama tepatnya Oktober 2000, harga BBM dinaikkan menjadi Rp 1.150 per liter. Pada Juni 2011, Gus Dur kembali menaikkan harga BBM menjadi Rp 1.450 per liter. Ketika menjadi presiden Indonesia kelima, putri mengambil kebijakan serupa. Pada Maret 2002, Megawati menaikkan harga BBM dari Rp 1.450 menjadi menjadi Rp 1.550 per liter. Mega kembali menaikkan harga BBM menjadi Rp 1.810 per

liter diawal Januari 2003

Selama dua periode kepemimpinannya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tercatat tiga kali menaikkan harga BBM dan tiga kali pula menurunkan harga bensi harga BBM menjadi Rp 2.400 per liter pada Maret 2005. Harga BBM kembali naik menjadi Rp 4.500 per liter pada Oktober 2005. liter pada 23 Mei 2008. Dipenghujung 2008 atau menjelang Pemilu 2009, SBY menurunkan harga BBM menjadi Rp 5.500 per liter. Harga BBM kembali turun menjadi Rp 5.000 per liter pada 15 Desember 2008. SBY kembali menurunkan harga BBM menjadi Rp 4.500 per liter pada 15 Januari 2009.Setahun jelang lengser, pemerintahan SBY kembali menaikkan harga BBM menjadi Rp 6.500 per liter. Tepatnya pada 21 Juni 2013. SBY sudah beberapa kali menjelaskan alasannya mengambil kebijakan yang tidak populis ini. Salah satunya karena tidak ingin

membebani presiden periode berikutnya.

Pada masa kepemimpinan Jokowi tanggal 18 November 2014 harga premium dari 6.500 menjadi 8.500 /liter, Solar dari 5.500 menjadi 7500 /liter dan minyak tanah Rp 2.500 per liter. Tanggal 1 Januari 2015 harga premium turun dari Rp 8.500 menjadi Rp 7.600/liter, harga solar dari Rp 7.500 menjadi Rp 7.250 / liter, Minyak tanah tetap Rp 2.500 per liter. Pada 19


(4)

4

Januari 2015 harga Premium dari Rp 7.600 menjadi Rp 6.600 /liter (luar Jawa-Bali), Premium dari Rp 7.600 menjadi Rp 6.700 / liter (Jawa-Bali), Solar dari Rp 7.250 menjadi Rp 6.400 / liter dan Minyak tanah tetap Rp 2.500 per liter.Tanggal 1 Maret 2015 harga Premium dari Rp 6.600 menjadi Rp 6.800 / liter (luar Jawa-Bali), harga Premium dari Rp 6.700 menjadi Rp 6.900 /liter (Jawa-Bali), Solar tetap Rp 6.400 / liter dan Minyak tanah tetap Rp 2.500 per liter. Tanggal 28 Maret 2015Untuk wilayah penugasan Jawa Madura Bali harga BBM Premium naik dari Rp 6.900 menjadi Rp 7.400. Sedangkan untuk solar naik dari Rp 6.400 menjadi Rp 6.900.Sedangkan untuk wilayah penugasan luar Jawa Madura Bali, harga Premium naik dari Rp 6.800 menjadi Rp7.300.Sedangkan harga solar sama dengan area jawa

Rp

Dilihat dari sudut pandang yang positif, mengenai dampak kenaikan harga BBM yaitu pemerintah ingin menyelamatkan anggaran APBN jika tidak maka kerugian APBN akan membengkak serta anggaran dari subsidi BBM dialihkan untuk membiayai program yang lebih produktif baik itu infrastruktur kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya.Seperti yang diungkapkan oleh Jokowi saat menaikkan harga BBM, Jokowi beralasan ingin memperbaiki pengelolaan anggaran agar lebih sehat dan tidak banyak uang negara dihabiskan untuk subsidi yang sifatnya konsumtif. Alasan lain diungkapkan ketika Jokowi menurunkan harga BBM. Saat itu Jokowi beralasan kebijakannya itu merespon harga minyak dunia yang terus mengalami penurunan. Harga dinaikkan lagi dengan alasan meningkatnya rata-rata harga minyak dunia dan masih berfluktuasi serta melemahnya nilai tukar rupiah dalam 1 (satu) bulan terakhir, maka harga jual eceran BBM secara umum perlu dinaikkan. Demi menjaga kestabilan perekonomian nasional serta untuk menjamin penyediaan BBM Nasional.Kenyataan sosial menunjukkanbahwa


(5)

5

banyak pemerintahan negara-negara berkuasa yang berkembang mengalami krisislegitimasi

politik sebagai dampak dari kenaikan harga BBM

Disisi lain hal ini terjadi karena posisi BBM yang strategis secara ekonomis maupun secara politik. Meski demikian, perlu ditegaskan bahwa kenaikan harga BBM harus dikelola secara baik, agar tidak menimbulkan reaksi dan pergolakan dalam masyarakat. Karena kenyatannya, setiap ada kenaikan dan penurunan harga BBM, selalu muncul reaksi dan keresahan masyarakat dalam berbagai bentuk.Berbagai reaksi yang timbul dalam masyarakat, menunjukkan bahwa tingkat sensifitas masyarakat terhadap kenaikan harga BBM cukup tinggi. Hal ini berarti, kenaikan harga BBM tidak hanya memiliki sensifitas strategis secara ekonomis tetapi juga secara politik.

Pada dasarnya kenaikan BBM sangat dirasakan oleh masyarakat yang berpenghasilan menengah kebawah, terutama aktifitas perekonomiannya membutuhkan BBM. Mereka yang bermata pencarian dibidang transportasi contohnya pengemudi angkot dan tukang becak yang harus menaikkan tarif sewa untuk mengimbangi pengeluaran untuk mengisi BBM. Hal ini tentunya menimbulkan protes dari penumpang mereka tentang mahalnya tarif angkot. Tidak hanya itu sebagai salah satu pelaku ekonomi, para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tentunya turut merasakan efek dari kenaikan harga BBM. Beberapa efek yang terasa yaitu dengan bertambahnya biaya operasional usaha baik dalam bidang produksi maupun transportasi barang dan jasa yang dihasilkan. Hampir semua pelaku usaha berupaya untuk melakukan efisiensi dengan adanya kondisi tersebut, beberapa diantaranya dengan menekan biaya produksi, bahkan tidak sedikit yang harus gulung tikar akibat tidak mampu untuk memenuhi biaya – biaya tersebut.


(6)

6

Pengamat ekonomi Tri Yus Wijayanto mengatakan, dampak dari kebijakan pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak masyarakat dari segala sektor ekonomi dan akan menyebabkan timbulkan inflasi. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan memikirkan strategi untuk menghadapinya.“Peningkatan inflasi Indonesia sangat dipengaruhi oleh harga BBM,” ungkap pengamat ekonomi Tri Yus Wijayanto. Menurutnya, perputaran perekonomian Indonesia tidak pernah stabil. Contohnya, jika harga BBM naik, maka harga barang lain ikut naik, namun jika

tidak ikut tur

Pemerintah dalam hal ini seharusnya dapat menjaga kestabilan ekonomi dengan membuat regulasi-regulasi serta kebijakan yang dapat mengatasi persoalan produksi khususnya bagi pelaku UMKM. Apalagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Oleh karena itu pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam memberdayakan UMKM disamping mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusianya.

Salah satu pelaku dari UMKM adalah pedagang kaki lima (PKL), dalam posisinya sebagai bagian dari pelaku UMKM, para pedagang kaki lima pastinya juga turut merasakan dampak dari kenaikan BBM.PKL yang kerap menyediakan makanan atau barang lain dengan harga yang lebih, bahkan sangat, murah daripada membeli di toko. Modal dan biaya yang dibutuhkan kecil, sehingga kerap mengundang pedagang yang hendak memulai bisnis dengan


(7)

7

modal yang kecil atau orang kalangan ekonomi lemah yang biasanya mendirikan bisnisnya di sekitar rumah mereka.

Oleh karena itu, hasil pra-survei menunjukkan bahwa sebagian besar PKL yang tersebar dijalan Dr. Mansyur depan kampus USU, ternyata memperoleh pendapatan rata-rata pertahun masih tergolong rendah. Indikasi rendahnya tingkat pendapatan mereka dapat ditelusuri melalui kepemilikan rumah tinggal, dimana sebagian besar masih mengontrak rumah, bahkan ada diantara mereka yang masih tinggal di rumah keluarga.

Hasil pengamatan sementara menunjukkan bahwa kondisi ini diduga berkaitan dengan faktor internal, diantaranya adalah rendahnya tingkat pendidikan formal dan keterampilan dalam berusaha, perilaku konsumtif (konsumerisme), serta kecilnya modal yang dimiliki. Sehingga dengan keterbatasan itulah mereka berjualan di sepanjang jalan Dr.Mansyur depan kampus USU.

Faktor eksternal berkaitan dengan kebijakan pemerintah dalam Pemberdayaan Pedagang Kreatif Lapangan yang hingga saat ini baru sebagian kecil saja yang telah memperoleh pembinaan dari pemerintah kota Medan maupun swasta. Kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap pedagang dalam memperoleh bahan baku yang harganya mengalami kenaikan. Kenaikan harga bahan baku tentunya berdampak terhadap penggunaan modal dari pedagang kaki lima, dalam menghadapi kondisi ini para pedagang kaki lima bertahan dengan berbagai macam strategi supaya pembeli tidak berkurang dan penggunaan modal tidak semakin besar. Sebagian pedagang memilih dengan menaikkan harga ataupun dengan mengurangi kualitas dan kuantitas hasil produk mereka.

Hal ini dilakukan karena seluruh bahan baku yang mereka gunakan berasal dari pasar yang harganya mengikuti mekanisme pasar sehingga jika harga bahan baku naik maka kebutuhan


(8)

8

modalpun ikut naik. Hal inilah yang menentukan mereka agar bisa bertahan dengan menaikkan harga produksi yang mereka jual. Dalam aktifitas ekonomi jika modal produksi naik maka produsen yang disini adalah pedagang kaki lima menaikkan harga, yang berdampak pada jumlah permintaan dari konsumen tentunya berkurang dan konsumen akan mencari barang substisusi yang lain yang lebih murah. Dan ini akan berdampak langsung terhadap tingkat pendapatan pedagang kaki lima.

Seperti yang disampaikan oleh ketua Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI), Muhammad Ali Mahsun mengatakan akibat kenaikan harga premium dan solar memaksa sekitar 25 juta pedagang kaki lima (PKL) dan kelontong di seluruh Tanah Air melakukan adaptasi pasar. Salah satunya adalah meningkatkan harga jual produk hingga 25 persen dari harga normal.kebijakan pemerintah memangkas subsidi BBM diyakini akan menurunkan omset PKL sekitar 10 persen hingga 20 persen selama tiga bulan ke depan. Karenanya, Ali telah menghimbau sekitar 25 juta pedagang kaki lima dan kelontong anggota APKLI untuk melakukan adaptasi pasar sesuai dengan kemampuan daya beli masyarakat. Kalaupun harus menaikkan harga jual, sebaiknya jangan terlalu melambung tinggi. Karena percuma kalau harganya tinggi, masyarakat tidak mampu beli, tuturnya. Ali Mahsun mengatakan biasanya jumlah PKL meningkat 5 persen hingga 10 persen pasca-kenaikan harga BBM bersubsidi. Hal itu selaras dengan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan oleh industri kecil dan menengah yang tidak terdata secara formal. Jadi setiap ada kenaikan harga BBM, jumlah PKL bertambah 5-10 persen.Karena ada PHK yang dilakukan oleh industri kecil akibattuntutan harga BBM dan UMP yang naik, katanya. sumber:


(9)

9

Peneliti tertarik melakukan penelitian terhadap pedagang kaki lima (PKL) disepanjang jalan Dr. Mansyur depan kampus USU karena keberadaan PKL sangat dilematis di wilayah perkotaan. Di satu sisi, PKL sering sekali dianggap mengganggu kegiatan sektor lain seperti kelancaran lalu lintas, estetika dan kebersihan kota serta fungsi prasarana dan fasilitas publik sehingga harus dihilangkan. Permasalahan tentang Pedagang kaki Lima diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2012 Tentang Pedoman dan Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.. Di sisi lain, keberadaaan PKL sangat membantu mengatasi masalah ketenagakerjaan, sumber penerimaan daerah dan pemenuhan kebutuhan ekonomi rakyat, oleh karenanya usaha ini perlu dilindungi dan dibina.Dan tentunya salah satu kelompok yang merasakan dampak dari kenaikan dari harga BBM.

Dengan adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah diharapkan mampu menunjang dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan dinaikkannya harga BBM tentunya memberikan dampak langsung bagi pedagang kaki lima (PKL) dalam menjalankan usahanya, baik itu dampak positif ataupun dampak negatif. Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan peneliti mengangkat judul : “Respon Pedagang Kaki Lima (PKL) Tentang Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Studi Kasus PKL Di jalan Dr.Mansyur Depan Kampus USU Kota Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting karena langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Perumusan masalah pada hakikatnya merupakan perumusan pertanyaan yang jawabannya akan dicari melalui penelitian (Soehartono,2008:23).


(10)

10

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “ Bagaimana Respon Pedagang Kaki Lima (PKL) Tentang Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM)” studi kasus PKL jalan Dr.Mansyur Depan Kampus USU Kota Medan.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan Respon Pedagang Kaki Lima (PKL) Tentang Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

1.3.2. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan dan menambah khazanah keilmuan dalam bidang kesejahteraan sosial khususnya yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial masyarakat.

2. Secara akademik, penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan secara akademik dan menjadi referensi tambahan dalam kajian keilmuan kesejahteraan sosial khususnya dalam bidang kesejahteraan sosial masyarakat.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu menyumbangkan beberapa masukan dan saran dalam hal memahami dan solusi terhadap persoalan yang berkaitan dengan kondisi kesejahteraan masyarakat saat ini.

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika penulisan skripsi ini meliputi :


(11)

11

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Puskata

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV : Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini berisikan sejarah singkat gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : Analisis Data

Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya.

BAB VI : Penutup

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.


(1)

6

Pengamat ekonomi Tri Yus Wijayanto mengatakan, dampak dari kebijakan pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak masyarakat dari segala sektor ekonomi dan akan menyebabkan timbulkan inflasi. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan memikirkan strategi untuk menghadapinya.“Peningkatan inflasi Indonesia sangat dipengaruhi oleh harga BBM,” ungkap pengamat ekonomi Tri Yus Wijayanto. Menurutnya, perputaran perekonomian Indonesia tidak pernah stabil. Contohnya, jika harga BBM naik, maka harga barang lain ikut naik, namun jika tidak ikut tur

Pemerintah dalam hal ini seharusnya dapat menjaga kestabilan ekonomi dengan membuat regulasi-regulasi serta kebijakan yang dapat mengatasi persoalan produksi khususnya bagi pelaku UMKM. Apalagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Oleh karena itu pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam memberdayakan UMKM disamping mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusianya.

Salah satu pelaku dari UMKM adalah pedagang kaki lima (PKL), dalam posisinya sebagai bagian dari pelaku UMKM, para pedagang kaki lima pastinya juga turut merasakan dampak dari kenaikan BBM.PKL yang kerap menyediakan makanan atau barang lain dengan harga yang lebih, bahkan sangat, murah daripada membeli di toko. Modal dan biaya yang dibutuhkan kecil, sehingga kerap mengundang pedagang yang hendak memulai bisnis dengan


(2)

7

modal yang kecil atau orang kalangan ekonomi lemah yang biasanya mendirikan bisnisnya di sekitar rumah mereka.

Oleh karena itu, hasil pra-survei menunjukkan bahwa sebagian besar PKL yang tersebar dijalan Dr. Mansyur depan kampus USU, ternyata memperoleh pendapatan rata-rata pertahun masih tergolong rendah. Indikasi rendahnya tingkat pendapatan mereka dapat ditelusuri melalui kepemilikan rumah tinggal, dimana sebagian besar masih mengontrak rumah, bahkan ada diantara mereka yang masih tinggal di rumah keluarga.

Hasil pengamatan sementara menunjukkan bahwa kondisi ini diduga berkaitan dengan faktor internal, diantaranya adalah rendahnya tingkat pendidikan formal dan keterampilan dalam berusaha, perilaku konsumtif (konsumerisme), serta kecilnya modal yang dimiliki. Sehingga dengan keterbatasan itulah mereka berjualan di sepanjang jalan Dr.Mansyur depan kampus USU.

Faktor eksternal berkaitan dengan kebijakan pemerintah dalam Pemberdayaan Pedagang Kreatif Lapangan yang hingga saat ini baru sebagian kecil saja yang telah memperoleh pembinaan dari pemerintah kota Medan maupun swasta. Kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap pedagang dalam memperoleh bahan baku yang harganya mengalami kenaikan. Kenaikan harga bahan baku tentunya berdampak terhadap penggunaan modal dari pedagang kaki lima, dalam menghadapi kondisi ini para pedagang kaki lima bertahan dengan berbagai macam strategi supaya pembeli tidak berkurang dan penggunaan modal tidak semakin besar. Sebagian pedagang memilih dengan menaikkan harga ataupun dengan mengurangi kualitas dan kuantitas hasil produk mereka.

Hal ini dilakukan karena seluruh bahan baku yang mereka gunakan berasal dari pasar yang harganya mengikuti mekanisme pasar sehingga jika harga bahan baku naik maka kebutuhan


(3)

8

modalpun ikut naik. Hal inilah yang menentukan mereka agar bisa bertahan dengan menaikkan harga produksi yang mereka jual. Dalam aktifitas ekonomi jika modal produksi naik maka produsen yang disini adalah pedagang kaki lima menaikkan harga, yang berdampak pada jumlah permintaan dari konsumen tentunya berkurang dan konsumen akan mencari barang substisusi yang lain yang lebih murah. Dan ini akan berdampak langsung terhadap tingkat pendapatan pedagang kaki lima.

Seperti yang disampaikan oleh ketua Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI), Muhammad Ali Mahsun mengatakan akibat kenaikan harga premium dan solar memaksa sekitar 25 juta pedagang kaki lima (PKL) dan kelontong di seluruh Tanah Air melakukan adaptasi pasar. Salah satunya adalah meningkatkan harga jual produk hingga 25 persen dari harga normal.kebijakan pemerintah memangkas subsidi BBM diyakini akan menurunkan omset PKL sekitar 10 persen hingga 20 persen selama tiga bulan ke depan. Karenanya, Ali telah menghimbau sekitar 25 juta pedagang kaki lima dan kelontong anggota APKLI untuk melakukan adaptasi pasar sesuai dengan kemampuan daya beli masyarakat. Kalaupun harus menaikkan harga jual, sebaiknya jangan terlalu melambung tinggi. Karena percuma kalau harganya tinggi, masyarakat tidak mampu beli, tuturnya. Ali Mahsun mengatakan biasanya jumlah PKL meningkat 5 persen hingga 10 persen pasca-kenaikan harga BBM bersubsidi. Hal itu selaras dengan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan oleh industri kecil dan menengah yang tidak terdata secara formal. Jadi setiap ada kenaikan harga BBM, jumlah PKL bertambah 5-10 persen.Karena ada PHK yang dilakukan oleh industri kecil akibattuntutan harga BBM dan UMP yang naik, katanya. sumber:http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20141118094330-92-12166/25-juta-pkl-serempak-naikkan-harga-jual)


(4)

9

Peneliti tertarik melakukan penelitian terhadap pedagang kaki lima (PKL) disepanjang jalan Dr. Mansyur depan kampus USU karena keberadaan PKL sangat dilematis di wilayah perkotaan. Di satu sisi, PKL sering sekali dianggap mengganggu kegiatan sektor lain seperti kelancaran lalu lintas, estetika dan kebersihan kota serta fungsi prasarana dan fasilitas publik sehingga harus dihilangkan. Permasalahan tentang Pedagang kaki Lima diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2012 Tentang Pedoman dan Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.. Di sisi lain, keberadaaan PKL sangat membantu mengatasi masalah ketenagakerjaan, sumber penerimaan daerah dan pemenuhan kebutuhan ekonomi rakyat, oleh karenanya usaha ini perlu dilindungi dan dibina.Dan tentunya salah satu kelompok yang merasakan dampak dari kenaikan dari harga BBM.

Dengan adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah diharapkan mampu menunjang dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan dinaikkannya harga BBM tentunya memberikan dampak langsung bagi pedagang kaki lima (PKL) dalam menjalankan usahanya, baik itu dampak positif ataupun dampak negatif. Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan peneliti mengangkat judul : “Respon Pedagang Kaki Lima (PKL) Tentang

Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Studi Kasus PKL Di jalan Dr.Mansyur Depan

Kampus USU Kota Medan. 1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting karena langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Perumusan masalah pada hakikatnya merupakan perumusan pertanyaan yang jawabannya akan dicari melalui penelitian (Soehartono,2008:23).


(5)

10

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “ Bagaimana Respon Pedagang Kaki Lima (PKL) Tentang Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM)” studi kasus PKL jalan Dr.Mansyur Depan Kampus USU Kota Medan.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan Respon Pedagang Kaki Lima (PKL) Tentang Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

1.3.2. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan dan menambah khazanah keilmuan dalam bidang kesejahteraan sosial khususnya yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial masyarakat.

2. Secara akademik, penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan secara akademik dan menjadi referensi tambahan dalam kajian keilmuan kesejahteraan sosial khususnya dalam bidang kesejahteraan sosial masyarakat.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu menyumbangkan beberapa masukan dan saran dalam hal memahami dan solusi terhadap persoalan yang berkaitan dengan kondisi kesejahteraan masyarakat saat ini.

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika penulisan skripsi ini meliputi :


(6)

11

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Puskata

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV : Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini berisikan sejarah singkat gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : Analisis Data

Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya.

BAB VI : Penutup

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.