Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Intellectual Capital Perusahaan Manufaktur di Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Persaingan yang ketat, globalisasi dan inovasi yang secara terus menerus
mengalami perkembangan pada saat ini memaksa perusahaan-perusahaan untuk
mengubah cara dan strategi mereka dalam menjalankan bisnisnya yang didasarkan
pada tenaga kerja (labor-based business) menuju bisnis yang berdasarkan
pengetahuan (knowledge-based business) dengan karakteristik utama ilmu
pengetahuan. Seiring dengan perubahan ekonomi yang memiliki karakteristik
ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan, maka kemakmuran suatu perusahaan
akan bergantung kepada suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari
pengetahuan itu sendiri. Fenomena globalisasi yang terjadi saat ini menghasilkan
sebuah perubahan paradigma yang sangat signifikan dari yang semula physical
capital menjadi sebuah paradigma baru yaitu intellectual capital
(Suhendah,
2012).
Dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka akan dapat
diperoleh suatu cara dalam menggunakan sumber daya lainnya secara efisien dan
ekonomis yang nantinya akan memberikan keunggulan bersaing. Salah satu area
yang menarik perhatian baik akademisi maupun praktisi adalah pengungkapan
intellectual capital sebagai salah satu instrument untuk menentukan nilai
perusahaan.
6
Selama beberapa dekade ini, telah terjadi sebuah realisasi pertumbuhan
secara cepat yang menyadari arti penting dari intangible assets (asset tak
berwujud) dan intellectual capital (modal intelektual) sebagai bagian dari operasi
perusahaan (Pike, Rylander, dan Roos, 2001). Intellectual Capital sekarang ini
dianggap sebagai faktor kesuksesan bagi suatu organisasi dan karenanya akan
semakin menjadi perhatian dalam kajian strategi organisasi dan strategi
pembangunan. Pengungkapan intellectual capital merupakan suatu cara yang
penting untuk menunjukkan sifat alami dari nilai tak berwujud yang dimiliki oleh
perusahaan. Selain itu Intellectual Capital sering kali menjadi faktor penentu
utama perolehan laba suatu perusahaan dan dianggap sebagai suatu kekuatan
dalam mencapai kesuksesan dalam dunia bisnis. Oleh karena itu, penting untuk
menilai kinerja Intellectual Capital dari suatu perusahaan dan juga meneliti
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja intellectual capital karena dalam jangka
panjang hal ini akan memberikan kontribusi pada keunggulan kompetitif
perusahaan (Saleh et al., 2008).
Salah satu faktor yang mempengaruhi variasi kinerja intellectual capital
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan perusahaan. Kinerja
keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor penting yang harus diukur
untuk menilai kinerja intellectual capital perusahaan. Hal ini telah dibuktikan oleh
Firer dan Williams (2003) yang menyatakan bahwa kinerja intellectual capital
berhubungan dengan kinerja perusahaan, semakin baik kinerja perusahaan maka
semakin baik pula kinerja intellectual capitalnya. Dalam penelitian ini digunakan
metode pengukuran dengan mengukur rasio earnings per share (EPS), return on
7
assets (ROA) dan employee productivity (EP). Rasio-rasio tersebut digunakan
dalam penelitian ini karena dianggap telah mampu menilai kinerja keuangan
perusahaan dalam memanfaatkan aspek kinerja intellectual capital dalam
perusahaan yaitu sumber daya manusia dan organisasi.
Disamping faktor kinerja keuangan perusahaan, dalam penelitian ini faktor
lain yang mempengaruhi variasi kinerja intellectual capital adalah faktor umur
perusahaan dan ukuran perusahaan yang merujuk pada penelitian Sonnier dan
Carson (2009) tentang pengaruh ukuran dan umur perusahaan dalam
pengungkapan intellectual capital yang dilakukan oleh manajemen perusahaan.
Purnomosidhi (2006) menyatakan ukuran perusahaan digunakan sebagai variabel
independen dengan asumsi bahwa perusahaan yang lebih besar melakukan
aktivitas yang lebih banyak dan biasanya memiliki banyak unit usaha dan
memiliki potensi penciptaan nilai jangka panjang.
Faktor umur perusahaan digunakan dalam penelitian ini karena dengan
mengetahui umur perusahaan, maka akan diketahui pula sejauh mana perusahaan
dapat survive dan mengetahui keinginan perusahaan untuk selalu tetap menjaga
reputasi perusahaan di mata publik. Semakin panjang umur perusahaan akan
memberikan kinerja intellectual capital yang lebih banyak pula.
Alasan penelitian ini dilakukan di Indonesia antara lain pertama:
Pemerintah Indonesia sedang gencar mengembangkan ekonomi kreatif dalam
rangka meningkatkan daya saing bangsa. Kedua: posisi daya saing Indonesia
tergolong rendah, karena rendahnya kualitas SDM (modal manusia), berbeda
dengan Negara Inggris memiliki SDM berkualitas tinggi.
8
Ketiga: rmodal intelektual merupakan pengetahuan dan pengalaman yang
digunakan oleh karyawan terlatih untuk memperolehdaya saing bagi perusahaan,
maka faktor-faktor penentu kinerja modal intelektual merupakanfaktor yang
penting untuk diteliti di Indonesia. Karena itu perlu dilakukan pengujian kembali
faktor-faktor penentu kinerja modal intelektual di Indonesia apakah hasil
penelitian tersebutkonsisten khususnya pada semua perusahaan industri perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Perusahaan manufaktur di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia terbagi menjadi 3 kategori, yaitu : sektor industri dasar dan kimia,
sektor aneka industri dan sektor barang konsumsi. Pada perusahaan manufaktur
yang tergolong dalam ukuran perusahaan besar, upaya mencari, mendapatkan,
mengembangkan, memanfaatkan, mempertahankan, serta mengungkapkan sumber
daya – sumber daya strategis akan semakin maksimal. Hal tersebut dikarenakan
adanya ketersediaan modal yang dimiliki oleh perusahaan besar dalam
memberikan insentif atau bonus untuk meningkatkan kinerja sumber daya
perusahaan (Abdolmohammadi,2005). Sedangkan pada perusahaan manufaktur
yang tergolong dalam ukuran perusahaan kecil, pemanfaatan sumber daya –
sumber daya strategis masih minim. Hal tersebut dikarenakan adanya keterbatasan
modal dalam upaya memperoleh, mengembangkan, memanfaatkan serta
mengungkapkan intellectual capital. Untuk mengetahui fenomena kinerja
intellectual capital dapat ditinjau dari perkembangan dari total asset, total
revenues dan net income perusahaan. Maka dari itu bentuk fenomena tentang
kinerja intellectual capital dari sisi total asset tampak pada tabel berikut ini :
9
Tabel 1.1
Rata-Rata Total Assets pada Beberapa Perusahaan Manufaktur periode
2010-2013
Sektor
Manufaktur
Dasar dan
Kimia
Aneka
Industri
Industri
Barang
Konsumsi
No.
Kode
Emiten
Total Assets (Jutaan Rupiah)
2010
2011
2012
Rata-rata
2013
1
TKIM
20,916,531
23,294,758
26,296,212
30,746,486
25,313,497
2
KRAS
17,584,059
21,511,562
24,774,027
29,196,514
23,266,541
3
INTP
15,346,146
18,151,331
22,755,160
26,607,241
20,714,970
1
ASII
112,857,000
153,521,000
182,274,000
213,994,000
165,661,500
2
IMAS
7,985,020
12,913,942
17,577,664
20,672,764
14,787,348
3
GJTL
10,371,561
11,554,143
12,869,793
14,541,587
12,334,271
1
INDF
47,275,955
53,585,933
59,324,207
78,092,789
59,569,721
2
GGRM
30,741,679
39,088,705
41,509,325
50,770,251
40,527,490
3
HMSP
20,525,123
19,376,343
26,247,527
26,533,336
23,170,582
Sumber : Data diolah (2014)
Pada data Tabel 1.1 menunjukkan bahwa di beberapa perusahaan
manufaktur memiliki perbedaan rata-rata total assets pada setiap sektor
manufaktur. Rata-rata total assets perusahaan senantiasa mengalami peningkatan
yang menandakan intellectual capital perusahaan dapat mempengaruhi daya tahan
dan keunggulan bersaing pada nilai pasar perusahaan. setiap periodenya mulai
dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Rata-rata total assets tertinggi yaitu
terdapat pada sektor aneka industri dengan rata-rata total assets sebesar Rp.
165,661,500,000,000 dimiliki oleh PT Astra International Tbk. Dan rata-rata total
assets terendah juga terdapat pada sektor aneka industri dengan rata-rata total
assets sebesar Rp. 12,334,271,000,000 dimiliki oleh PT Gajah Tunggal Tbk.
Dari sisi total revenues fenomena kinerja intellectual capital tampak pada tabel
berikut ini :
10
Tabel 1.2
Rata-Rata Total Revenues pada Beberapa Perusahaan Manufaktur
Terbesar periode 2010-2013
Sektor
Manufaktur
Dasar dan
Kimia
Aneka
Industri
Industri
Barang
Konsumsi
No.
Kode
Emiten
Total Revenues (Jutaan Rupiah)
2010
2011
2012
2013
Rata-rata
1
TKIM
12,019,441
12,502,414
12,780,268
10,898,313
12,050,109
2
KRAS
14,856,156
17,915,382
22,119,593
25,576,177
20,116,827
3
INTP
11,137,805
13,887,892
17,290,337
18,691,286
15,251,830
1
ASII
129,991,000
162,564,000
188,053,000
193,880,000
168,622,000
2
IMAS
10,935,335
15,776,580
19,780,838
15,652,148
15,536,225
3
GJTL
9,853,904
11,841,396
12,578,596
9,108,891
10,845,697
1
INDF
38,403,360
45,332,256
50,059,427
57,731,998
47,881,760
2
GGRM
37,691,997
41,884,352
49,028,696
55,436,954
46,010,500
3
HMSP
43,381,658
52,856,708
66,626,123
36,199,035
49,765,881
Sumber : Data diolah (2014)
Tabel 1.2 rata-rata total revenues perusahaan cenderung mengalami
peningkatan sehingga dianggap memberikan nilai tambah bagi perusahaan
manufaktur. Hal ini akan mendorong semakin baiknya kinerja intellectual capital.
Rata-rata total revenues terbesar dihasilkan oleh perusahaan PT Astra
International Tbk. yaitu sebesar Rp. 168,622,000,000,000 dan rata-rata total
revenues terendah dihasilkan oleh perusahaan PT Gajah Tunggal Tbk. yaitu
sebesar Rp. 10,845,697,000,000.
Dari sisi total revenues fenomena kinerja intellectual capital tampak pada tabel
berikut ini :
Tabel 1.3
Rata-Rata Net Income pada Beberapa Perusahaan Manufaktur
Terbesar periode 2010-2013
Sektor
Manufaktur
Dasar dan
Kimia
No
Kode
Emiten
Net Income (Jutaan Rupiah)
2010
2011
2012
Rata-rata
2013
1
TKIM
418,123
460,901
336,680
197,967
353,418
2
KRAS
1,060,867
260,547
-189,145
-166,872
241,349
3
INTP
3,224,681
3,601,516
4,763,388
5,012,294
4,150,470
11
Sektor
Manufaktur
Aneka
Industri
Industri
Barang
Konsumsi
No
Kode
Emiten
1
ASII
2
2010
2011
2012
2013
Rata-rata
17,004,000
21,077,000
22,742,000
22,297,000
20,780,000
IMAS
546,638
970,891
899,091
656,179
768,200
3
GJTL
830,624
683,629
1,132,247
205,640
713,035
1
INDF
3,934,808
4,891,673
4,779,446
3,416,635
4,255,641
2
GGRM
4,214,789
4,958,102
4,068,711
4,383,932
4,406,384
3
HMSP
6,422,748
8,064,426
9,945,296
5,008,682
7,360,288
Sumber : Data diolah (2014)
Tabel 1.3 menunjukkan bahwa rata-rata net income yang dihasilkan oleh
beberapa perusahaan manufaktur terbesar memiliki nilai yang berbeda. Hal ini
menandakan adanya keberagaman pengaruh kinerja intellectual capital pada
setiap perusahaan manufaktur. Pada periode 2012 dan 2013
PT Krakatau Steel
Tbk. menderita kerugian sebesar Rp. 189,145,000,000 dan Rp. 166,872,000,000.
Rata-rata net income terbesar terdapat pada sektor aneka industri yaitu pada PT
Astra
International
Tbk.
dengan
rata-rata
net
income
sebesar
Rp.
20,780,000,000,000. Sedangkan rata-rata net income terendah terdapat pada sektor
dasar dan kimia yaitu pada PT Krakatau Steel Tbk. dengan rata-rata net income
sebesar Rp. 241,349,000,000.
Berdasarkan ketiga tabel dapat diperoleh adanya kemungkinan pengaruh
total asset, total revenue dan net income terhadap kinerja intellectual capital .
Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“FAKTOR-FAKTOR
INTELLECTUAL
CAPITAL
YANG
MEMPENGARUHI
PERUSAHAAN
KINERJA
MANUFAKTUR
DI
INDONESIA”.
1.2
Perumusan Masalah
12
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
“Apakah kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Return on
Asset, Earning per Share, Employee Productivity , Umur Perusahaan, Ukuran
Perusahaan berpengaruh terhadap kinerja Intellectual Capital pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kinerja keuangan
perusahaan, umur perusahaan, ukuran perusahaan terhadap kinerja intellectual
capital pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4
Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan
konstribusi sebagai berikut :
1. Bagi Perusahaan
Memberikan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan dalam
menetapkan strategi perusahaan ke depan dalam hubungannya dengan
meningkatkan kinerja intellectual capital.
2. Bagi Investor dan Kreditor
13
Untuk memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja intellectual capital perusahaan. Selain itu juga untuk mengetahui
kinerja
intellectual
capital
perusahaan
digunakan
sebagai
bahan
pertimbangan dalam keputusan melakukan investasi dan keputusan dalam
pemberian kredit, serta nantinya dapat digunakan sebagai sarana untuk
memonitor kinerja perusahaan.
3. Bagi Peneliti
Sebagai bahan pembelajaran untuk menambah pengetahuan tentang faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja intellectual capital perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai referensi untuk memberikan perbandingan dalam kegiatan
penelitian selanjutnya yang sejenis di masa akan datang.
14
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Persaingan yang ketat, globalisasi dan inovasi yang secara terus menerus
mengalami perkembangan pada saat ini memaksa perusahaan-perusahaan untuk
mengubah cara dan strategi mereka dalam menjalankan bisnisnya yang didasarkan
pada tenaga kerja (labor-based business) menuju bisnis yang berdasarkan
pengetahuan (knowledge-based business) dengan karakteristik utama ilmu
pengetahuan. Seiring dengan perubahan ekonomi yang memiliki karakteristik
ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan, maka kemakmuran suatu perusahaan
akan bergantung kepada suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari
pengetahuan itu sendiri. Fenomena globalisasi yang terjadi saat ini menghasilkan
sebuah perubahan paradigma yang sangat signifikan dari yang semula physical
capital menjadi sebuah paradigma baru yaitu intellectual capital
(Suhendah,
2012).
Dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka akan dapat
diperoleh suatu cara dalam menggunakan sumber daya lainnya secara efisien dan
ekonomis yang nantinya akan memberikan keunggulan bersaing. Salah satu area
yang menarik perhatian baik akademisi maupun praktisi adalah pengungkapan
intellectual capital sebagai salah satu instrument untuk menentukan nilai
perusahaan.
6
Selama beberapa dekade ini, telah terjadi sebuah realisasi pertumbuhan
secara cepat yang menyadari arti penting dari intangible assets (asset tak
berwujud) dan intellectual capital (modal intelektual) sebagai bagian dari operasi
perusahaan (Pike, Rylander, dan Roos, 2001). Intellectual Capital sekarang ini
dianggap sebagai faktor kesuksesan bagi suatu organisasi dan karenanya akan
semakin menjadi perhatian dalam kajian strategi organisasi dan strategi
pembangunan. Pengungkapan intellectual capital merupakan suatu cara yang
penting untuk menunjukkan sifat alami dari nilai tak berwujud yang dimiliki oleh
perusahaan. Selain itu Intellectual Capital sering kali menjadi faktor penentu
utama perolehan laba suatu perusahaan dan dianggap sebagai suatu kekuatan
dalam mencapai kesuksesan dalam dunia bisnis. Oleh karena itu, penting untuk
menilai kinerja Intellectual Capital dari suatu perusahaan dan juga meneliti
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja intellectual capital karena dalam jangka
panjang hal ini akan memberikan kontribusi pada keunggulan kompetitif
perusahaan (Saleh et al., 2008).
Salah satu faktor yang mempengaruhi variasi kinerja intellectual capital
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan perusahaan. Kinerja
keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor penting yang harus diukur
untuk menilai kinerja intellectual capital perusahaan. Hal ini telah dibuktikan oleh
Firer dan Williams (2003) yang menyatakan bahwa kinerja intellectual capital
berhubungan dengan kinerja perusahaan, semakin baik kinerja perusahaan maka
semakin baik pula kinerja intellectual capitalnya. Dalam penelitian ini digunakan
metode pengukuran dengan mengukur rasio earnings per share (EPS), return on
7
assets (ROA) dan employee productivity (EP). Rasio-rasio tersebut digunakan
dalam penelitian ini karena dianggap telah mampu menilai kinerja keuangan
perusahaan dalam memanfaatkan aspek kinerja intellectual capital dalam
perusahaan yaitu sumber daya manusia dan organisasi.
Disamping faktor kinerja keuangan perusahaan, dalam penelitian ini faktor
lain yang mempengaruhi variasi kinerja intellectual capital adalah faktor umur
perusahaan dan ukuran perusahaan yang merujuk pada penelitian Sonnier dan
Carson (2009) tentang pengaruh ukuran dan umur perusahaan dalam
pengungkapan intellectual capital yang dilakukan oleh manajemen perusahaan.
Purnomosidhi (2006) menyatakan ukuran perusahaan digunakan sebagai variabel
independen dengan asumsi bahwa perusahaan yang lebih besar melakukan
aktivitas yang lebih banyak dan biasanya memiliki banyak unit usaha dan
memiliki potensi penciptaan nilai jangka panjang.
Faktor umur perusahaan digunakan dalam penelitian ini karena dengan
mengetahui umur perusahaan, maka akan diketahui pula sejauh mana perusahaan
dapat survive dan mengetahui keinginan perusahaan untuk selalu tetap menjaga
reputasi perusahaan di mata publik. Semakin panjang umur perusahaan akan
memberikan kinerja intellectual capital yang lebih banyak pula.
Alasan penelitian ini dilakukan di Indonesia antara lain pertama:
Pemerintah Indonesia sedang gencar mengembangkan ekonomi kreatif dalam
rangka meningkatkan daya saing bangsa. Kedua: posisi daya saing Indonesia
tergolong rendah, karena rendahnya kualitas SDM (modal manusia), berbeda
dengan Negara Inggris memiliki SDM berkualitas tinggi.
8
Ketiga: rmodal intelektual merupakan pengetahuan dan pengalaman yang
digunakan oleh karyawan terlatih untuk memperolehdaya saing bagi perusahaan,
maka faktor-faktor penentu kinerja modal intelektual merupakanfaktor yang
penting untuk diteliti di Indonesia. Karena itu perlu dilakukan pengujian kembali
faktor-faktor penentu kinerja modal intelektual di Indonesia apakah hasil
penelitian tersebutkonsisten khususnya pada semua perusahaan industri perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Perusahaan manufaktur di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia terbagi menjadi 3 kategori, yaitu : sektor industri dasar dan kimia,
sektor aneka industri dan sektor barang konsumsi. Pada perusahaan manufaktur
yang tergolong dalam ukuran perusahaan besar, upaya mencari, mendapatkan,
mengembangkan, memanfaatkan, mempertahankan, serta mengungkapkan sumber
daya – sumber daya strategis akan semakin maksimal. Hal tersebut dikarenakan
adanya ketersediaan modal yang dimiliki oleh perusahaan besar dalam
memberikan insentif atau bonus untuk meningkatkan kinerja sumber daya
perusahaan (Abdolmohammadi,2005). Sedangkan pada perusahaan manufaktur
yang tergolong dalam ukuran perusahaan kecil, pemanfaatan sumber daya –
sumber daya strategis masih minim. Hal tersebut dikarenakan adanya keterbatasan
modal dalam upaya memperoleh, mengembangkan, memanfaatkan serta
mengungkapkan intellectual capital. Untuk mengetahui fenomena kinerja
intellectual capital dapat ditinjau dari perkembangan dari total asset, total
revenues dan net income perusahaan. Maka dari itu bentuk fenomena tentang
kinerja intellectual capital dari sisi total asset tampak pada tabel berikut ini :
9
Tabel 1.1
Rata-Rata Total Assets pada Beberapa Perusahaan Manufaktur periode
2010-2013
Sektor
Manufaktur
Dasar dan
Kimia
Aneka
Industri
Industri
Barang
Konsumsi
No.
Kode
Emiten
Total Assets (Jutaan Rupiah)
2010
2011
2012
Rata-rata
2013
1
TKIM
20,916,531
23,294,758
26,296,212
30,746,486
25,313,497
2
KRAS
17,584,059
21,511,562
24,774,027
29,196,514
23,266,541
3
INTP
15,346,146
18,151,331
22,755,160
26,607,241
20,714,970
1
ASII
112,857,000
153,521,000
182,274,000
213,994,000
165,661,500
2
IMAS
7,985,020
12,913,942
17,577,664
20,672,764
14,787,348
3
GJTL
10,371,561
11,554,143
12,869,793
14,541,587
12,334,271
1
INDF
47,275,955
53,585,933
59,324,207
78,092,789
59,569,721
2
GGRM
30,741,679
39,088,705
41,509,325
50,770,251
40,527,490
3
HMSP
20,525,123
19,376,343
26,247,527
26,533,336
23,170,582
Sumber : Data diolah (2014)
Pada data Tabel 1.1 menunjukkan bahwa di beberapa perusahaan
manufaktur memiliki perbedaan rata-rata total assets pada setiap sektor
manufaktur. Rata-rata total assets perusahaan senantiasa mengalami peningkatan
yang menandakan intellectual capital perusahaan dapat mempengaruhi daya tahan
dan keunggulan bersaing pada nilai pasar perusahaan. setiap periodenya mulai
dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Rata-rata total assets tertinggi yaitu
terdapat pada sektor aneka industri dengan rata-rata total assets sebesar Rp.
165,661,500,000,000 dimiliki oleh PT Astra International Tbk. Dan rata-rata total
assets terendah juga terdapat pada sektor aneka industri dengan rata-rata total
assets sebesar Rp. 12,334,271,000,000 dimiliki oleh PT Gajah Tunggal Tbk.
Dari sisi total revenues fenomena kinerja intellectual capital tampak pada tabel
berikut ini :
10
Tabel 1.2
Rata-Rata Total Revenues pada Beberapa Perusahaan Manufaktur
Terbesar periode 2010-2013
Sektor
Manufaktur
Dasar dan
Kimia
Aneka
Industri
Industri
Barang
Konsumsi
No.
Kode
Emiten
Total Revenues (Jutaan Rupiah)
2010
2011
2012
2013
Rata-rata
1
TKIM
12,019,441
12,502,414
12,780,268
10,898,313
12,050,109
2
KRAS
14,856,156
17,915,382
22,119,593
25,576,177
20,116,827
3
INTP
11,137,805
13,887,892
17,290,337
18,691,286
15,251,830
1
ASII
129,991,000
162,564,000
188,053,000
193,880,000
168,622,000
2
IMAS
10,935,335
15,776,580
19,780,838
15,652,148
15,536,225
3
GJTL
9,853,904
11,841,396
12,578,596
9,108,891
10,845,697
1
INDF
38,403,360
45,332,256
50,059,427
57,731,998
47,881,760
2
GGRM
37,691,997
41,884,352
49,028,696
55,436,954
46,010,500
3
HMSP
43,381,658
52,856,708
66,626,123
36,199,035
49,765,881
Sumber : Data diolah (2014)
Tabel 1.2 rata-rata total revenues perusahaan cenderung mengalami
peningkatan sehingga dianggap memberikan nilai tambah bagi perusahaan
manufaktur. Hal ini akan mendorong semakin baiknya kinerja intellectual capital.
Rata-rata total revenues terbesar dihasilkan oleh perusahaan PT Astra
International Tbk. yaitu sebesar Rp. 168,622,000,000,000 dan rata-rata total
revenues terendah dihasilkan oleh perusahaan PT Gajah Tunggal Tbk. yaitu
sebesar Rp. 10,845,697,000,000.
Dari sisi total revenues fenomena kinerja intellectual capital tampak pada tabel
berikut ini :
Tabel 1.3
Rata-Rata Net Income pada Beberapa Perusahaan Manufaktur
Terbesar periode 2010-2013
Sektor
Manufaktur
Dasar dan
Kimia
No
Kode
Emiten
Net Income (Jutaan Rupiah)
2010
2011
2012
Rata-rata
2013
1
TKIM
418,123
460,901
336,680
197,967
353,418
2
KRAS
1,060,867
260,547
-189,145
-166,872
241,349
3
INTP
3,224,681
3,601,516
4,763,388
5,012,294
4,150,470
11
Sektor
Manufaktur
Aneka
Industri
Industri
Barang
Konsumsi
No
Kode
Emiten
1
ASII
2
2010
2011
2012
2013
Rata-rata
17,004,000
21,077,000
22,742,000
22,297,000
20,780,000
IMAS
546,638
970,891
899,091
656,179
768,200
3
GJTL
830,624
683,629
1,132,247
205,640
713,035
1
INDF
3,934,808
4,891,673
4,779,446
3,416,635
4,255,641
2
GGRM
4,214,789
4,958,102
4,068,711
4,383,932
4,406,384
3
HMSP
6,422,748
8,064,426
9,945,296
5,008,682
7,360,288
Sumber : Data diolah (2014)
Tabel 1.3 menunjukkan bahwa rata-rata net income yang dihasilkan oleh
beberapa perusahaan manufaktur terbesar memiliki nilai yang berbeda. Hal ini
menandakan adanya keberagaman pengaruh kinerja intellectual capital pada
setiap perusahaan manufaktur. Pada periode 2012 dan 2013
PT Krakatau Steel
Tbk. menderita kerugian sebesar Rp. 189,145,000,000 dan Rp. 166,872,000,000.
Rata-rata net income terbesar terdapat pada sektor aneka industri yaitu pada PT
Astra
International
Tbk.
dengan
rata-rata
net
income
sebesar
Rp.
20,780,000,000,000. Sedangkan rata-rata net income terendah terdapat pada sektor
dasar dan kimia yaitu pada PT Krakatau Steel Tbk. dengan rata-rata net income
sebesar Rp. 241,349,000,000.
Berdasarkan ketiga tabel dapat diperoleh adanya kemungkinan pengaruh
total asset, total revenue dan net income terhadap kinerja intellectual capital .
Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“FAKTOR-FAKTOR
INTELLECTUAL
CAPITAL
YANG
MEMPENGARUHI
PERUSAHAAN
KINERJA
MANUFAKTUR
DI
INDONESIA”.
1.2
Perumusan Masalah
12
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
“Apakah kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Return on
Asset, Earning per Share, Employee Productivity , Umur Perusahaan, Ukuran
Perusahaan berpengaruh terhadap kinerja Intellectual Capital pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kinerja keuangan
perusahaan, umur perusahaan, ukuran perusahaan terhadap kinerja intellectual
capital pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4
Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan
konstribusi sebagai berikut :
1. Bagi Perusahaan
Memberikan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan dalam
menetapkan strategi perusahaan ke depan dalam hubungannya dengan
meningkatkan kinerja intellectual capital.
2. Bagi Investor dan Kreditor
13
Untuk memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja intellectual capital perusahaan. Selain itu juga untuk mengetahui
kinerja
intellectual
capital
perusahaan
digunakan
sebagai
bahan
pertimbangan dalam keputusan melakukan investasi dan keputusan dalam
pemberian kredit, serta nantinya dapat digunakan sebagai sarana untuk
memonitor kinerja perusahaan.
3. Bagi Peneliti
Sebagai bahan pembelajaran untuk menambah pengetahuan tentang faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja intellectual capital perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai referensi untuk memberikan perbandingan dalam kegiatan
penelitian selanjutnya yang sejenis di masa akan datang.
14