Analisis Regresi Berganda Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Inflasi di Indonesia Tahun 2013-2014
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Inflasi
Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika
proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus maksudnya kenaikan
harga pada masa lebaran tidak dianggap sebagai inflasi, karena disaat setelah
masa lebaran,harga-harga dapat turun kembali dan saling pengaruh-memengaruhi.
Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang
yang kadang kala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
Menurut Badan Pusat Statistik Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga
barang dan jasa pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus. Jika
inflasi meningkat, maka harga barang dan jasa di dalam negeri mengalami
kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa tersebut menyebabkan turunnya nilai
mata uang. Dengan demikian, inflasi dapat juga diartikan sebagai penurunan nilai
mata uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum. Menurut BPS juga sebagai
salah satu indicator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu wilayah atau daerah
yang menunjukkan perkembangan harga barang dan jasa secara umum yang
dihitung dari indeks harga konsumen. Dengan demikian angka inflasi sangat
mempengaruhi daya beli masyarakat yang berpenghasilan tetap dan di sisi lain
juga mempengaruhi besarnya produksi barang.
Menurut Weston dan Sopeland Inflasi adalah suatu keadaan ekonomi yang
mengalami kenaikan tingkat harga tertinggi dan tidak bias dicegah atau
dikendalikan lagi. Dalam ekonomi moneter definisi singkat dari inflasi
“kecendrungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus-menerus”.
23
Universitas Sumatera Utara
24
2.1.1.1 Jenis Inflasi
Inflasi dibagi dalam empat bentuk yaitu :
Berdasarkan tingkat keparahannya, inflasi dapat dibedakan atas ringan, sedang,
berat, dan sangat berat.
a.
Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya.
Inflasi ringan : Inflasi ringan adalah inflasi yang masih belum begitu
mengganggu keadaan ekonomi. Inflasi ini dapat dengan mudah
dikendalikan. Harga-harga yang naik secara umum, namun belum
menimbulkan krisis di bidang ekonomi. Inflasi ringan berada di bawah
10% per tahun.
Inflasi sedang : Inflasi ini belum membahayakan kegiatan ekonomi. Tetapi
inflasi ini bisa menurunkan kesejahteraan orang-orang berpenghasilan
tetap. Inflasi sedang berkisar antara 10%-30% per tahun.
Inflasi berat : Inflasi ini sudah mengacaukan kondisi perekonomian. Pada
inflasi berat ini, biasanya orang cenderung menyimpan barang. Dan pada
umumnya orang mengurungkan niatnya untuk menabung, karena bunga
pada tabungan lebih rendah daripada laju inflasi. Inflasi berat berkisar
antara 30%-100% per tahun.
Inflasi sangat berat (Hyperinflation) : Inflasi jenis ini sudah mengacaukan
kondisi perekonomian dan susah dikendalikan walaupun dengan kebijakan
moneter dan kebijakan fiskal. Inflasi yang sangat berat berada pada 100%
keatas setiap tahun.
b. Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Sumbernya.
Berdasarkan sumbernya, inflasi dibedakan atas inflasi yang bersumber dari luar
negeri dan inflasi yang bersumber dari dalam negeri.
Inflasi yang bersumber dari luar negeri : Inflasi ini terjadi karena ada
kenaikan harga di luar negeri. Pada perdagangan bebas, banyak negara
yang saling berhubungan dalam perdagangan. Bila suatu negara
mengimpor barang pada negara yang mengalami inflasi, maka otomatis
Universitas Sumatera Utara
25
kenaikan harga tersebut (inflasi) akan memengaruhi harga-harga dalam
negerinya sehingga menimbulkan inflasi. Contoh, Indonesia banyak
mengimpor barang-barang modal dari negara lain. Jika di negara itu harga
barang-barang modal naik, maka kenaikannya itu akan turut berpengaruh
di Indonesia sehingga menimbulkan inflasi dalam ekonomi.
Inflasi yang bersumber dari dalam negeri : Inflasi yang bersumber dari
dalam negeri dapat terjadi karena pencetakan uang baru oleh pemerintah
atau penerapan anggaran defisit. Inflasi yang bersumber dari dalam negeri
juga dapat terjadi karena kegagalan panen. Kegagalan panen menyebabkan
penawaran pada suatu jenis barang berkurang, sedangkan permintaan
tetap, sehingga harga-harga akan naik.
c. Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Penyebabnya.
Berdasarkan penyebabnya, inflasi dapat dibedakan atas inflasi karena kenaikan
permintaan dan inflasi karena biaya produksi.
Inflasi karena kenaikan permintaan : Kenaikan permintaan terkadang tidak
dapat dipenuhi produsen. Oleh karena itu, harga-harga cenderung naik.
Hal ini sesuai dengan hukum ekonomi "jika permintaan naik sedangkan
penawaran tetap, maka harga cenderung naik.
Inflasi karena kenaikan biaya produksi : Kenaikan biaya produksi
mengakibatkan
harga
penawaran
barang
naik,
sehingga
dapat
menimbulkan inflasi.
2.1.1.2 Penyebab Inflasi
Penyebab Laju Inflasi dipandang dari sisi ekonomi, yaitu: pertama, secara mikro
inflasi terlalu banyaknya peredaran uang dalam perekonomian Indonesia. Kedua,
peningkatan permintaan barang yang mendorong terjadinya harga barang atau jasa
naik.Ketiga, Inflasi muncul akibat nilai dan kepercayaan terhadap uang akan turun
atau berkurang dan suku bunga yang turun sehingga kesadaran menabung
masyarakat berkurang.
Universitas Sumatera Utara
26
2.1.2 Jumlah Uang Beredar
Pengertian Jumlah Uang Beredar yang terdapat di dalam perekonomian adalah
seluruh jumlah uang yang telah dikeluarkan dan diedarkan oleh Bank Sentral.
Mata uang tersebut terdiri dari dua jenis yaitu uang logam dan uang kertas.
Dengan demikian mata uang dalam peredaran sama dengan uang kartal.
Sedangkan uang beredar adalah semua jenis uang yang ada di dalam
perekonomian yaitu jumlah dari mata uang dalam peredaran ditambah dengan
uang giral dalam bank-bank umum.
2.1.2.1 Pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap Laju Inflasi
Semakin banyak uang yang beredar maka nilai tukarnya akan semakin lemah dan
harga–harga kebutuhan akan naik. Dengan banyaknya uang beredar maka
semakin tinggi juga angka inflasi. Pertumbuhan uang yang beredar yang tinggi
sering menjadi penyebab tingginya tingkat inflasi, naiknya jumlah uang yang
beredar akan menaikan permintaan yang pada akhirnya jika tidak diikuti oleh
pertumbuhan di sektor rill akan menyebabkan naiknya harga barang.
2.1.3 Suku Bunga
Pengertian Suku Bunga adalah harga dari penggunaan uang atau biasa juga
dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Atau
harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya belinya dan biasanya
dinyatakan dalam persen (%). Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang
diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip Konvensional kepada nasabah yang
membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang
harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus
dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).
Universitas Sumatera Utara
27
2.1.3.1 Pengaruh Suku Bunga terhadap Laju Inflasi
Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan
uang lebih banyak atau menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan. Tingkat
suku bunga juga digunakan pemerintah untuk mengendalikan tingkat harga, ketika
tingkat harga tinggi dimana jumlah uang yang beredar dimasyarakat banyak
sehingga konsumsi masyarakat tinggi akan diantisipaasi oleh pemerintah dengan
menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi. Tingkat suku bunga yang rendah
akan mengakibatkan kecenderungan masyarakat untuk tidak menyimpan uang
dibank, dan memakai uang mereka untuk kegiatan ekonomi lain. Hal ini akan
mengakibatkan jumlah uang beredar tinggi dan terjadilah Inflasi
2.1.4 Nilai Tukar Rupiah Terhadap dolar
Nilai tukar atau kurs adalah perbandingan antara harga mata uang suatu negara
dengan mata uang negara lain. Misal kurs rupiah terhadap dollar Amerika
menunjukkan berapa rupiah yang diperlukan untuk ditukarkan dengan satu dollar
Amerika. Kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang
berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang
tersebut. Jadi, dapat disimpulkan nilai tukar rupiah adalah suatu perbandingan
antara nilai mata uang suatu negara dengan negara lain. Heru (2008) menyatakan
bahwa nilai tukar pengertian nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat
($)US adalah berapa besarnya uang rupiah yang dapat kita peroleh apabila
menukarkan mata uang dolar Amerika Serikat dengan mata uang rupiah. Atau
berapa rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh 1 dolar Amerika Serikat. Nilai
tukar tersebut biasanya disebut dengan nilai kurs. Jadi apabila nilai kurs 1 dolar
Amerika Serikat sama dengan 12.000 rupiah, maka apabila kita memiliki 10 dolar
Amerika Serikat jika ditukarkan dengan mata uang rupiah akan memperoleh
Rp.120.000,00 (10 x 12.000). Nilai kurs apabila kita akan menukar mata uang
rupiah dengan mata uang dolar Amerika Serikat disebut juga kurs beli akan
berbeda jika kita akan menukar mata uang dolar Amerika Serikat dengan mata
uang
rupiah disebut juga kurs jual. Nilai tukar rupiah dikatakan melemah
terhadap dolar Amerika Serikat jika untuk mendapatkan satu Amerika Serikat
Universitas Sumatera Utara
28
dibutuhkan jumlah mata uang rupiah main banyak. Sebaliknya Nilai tukar rupiah
dikatakan menguat terhadap dolar Amerika Serikat jika untuk mendapatkan satu
Amerika Serikat dibutuhkan jumlah mata uang rupiah lebih sedikit. Contoh :
Bulan Januari 2013 nilai kurs rupiah terhadap 1 dolar adalah Rp.9.620
Bulan Mei 2013 nilai kurs rupiah terhadap 1 dolar adalah Rp.9.770
Jadi nilai kurs rupiah terhadap dolar pada bulan Mei 2013 melemah
sebesar Rp.150 (9.620-9.770) jika dibandingkan dengan bulan Januari
2013.
2.1.4.1 Jenis Sistem Nilai Tukar
Terdapat lima jenis sistem kurs utama yang berlaku, yaitu: sistem kurs
mengambang (floating exchang rate), kurs tertambat (pegged exchange rate), kurs
tertambat merangkak (crawling pegs),sekeranjang mata uang (basket of
currencies), kurs tetap (fixed exchange rate).
1.
Sistem kurs mengambang
Kurs ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa adanya campur tangan
pemerintah dalam upaya stabilisasi melalui kebijakan moneter apabila terdapat
campur tangan pemerintah maka sistem ini termasuk mengambang terkendali
(managed floating exchange rate).
2.
Sistem kurs tertambat
Suatu negara menambatkan nilai mata uangnya dengan sesuatu atau sekelompok
mata uang negara lainnya yang merupakan negara mitra dagang utama dari negara
yang bersangkutan, ini berarti mata uang negara tersebut bergerak mengikuti mata
uang dari negara yang menjadi tambatannya.
3.
Sistem kurs tertambat merangkak
Di mana negara melakukan sedikit perubahan terhadap mata uangnya secara
periodik dengan tujuan untuk bergerak ke arah suatu nilai tertentu dalam rentang
Universitas Sumatera Utara
29
waktu tertentu. Keuntungan utama dari sistem ini adalah negara dapat mengukur
penyelesaian kursnya dalam periode yang lebih lama jika dibanding dengan
sistem kurs terambat.
1
Sistem sekeranjang mata uang
Keuntungannya adalah sistem ini menawarkan stabilisasi mata uang suatu negara
karena pergerakan mata uangnya disebar dalam sekeranjang mata uang. Mata
uang yang dimasukan dalam keranjang biasanya ditentukan oleh besarnya
peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu.
2
Sistem kurs tetap
Dimana negara menetapkan dan mengumumkan suatu kurs tertentu atas mata
uangnya dan menjaga kurs dengan cara membeli atau menjual valas dalam jumlah
yang tidak terbatas dalam kurs tersebut. Bagi negara yang memiliki
ketergantungan tinggi terhadap sektor luar negeri maupun gangguan seperti sering
mengalami gangguan alam, menetapkan kurs tetap merupakan suatu kebijakan
yang beresiko tinggi.
2.1.4.2 Sejarah Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia
Menurut (Nopirin, 2000 : 172) sejak tahun 1970, negara Indonesia telah
menerapkan tiga sistem nilai tukar.
1
Sistem kurs tetap (1970- 1978)
Sesuai dengan Undang-Undang No.32 Tahun 1964, Indonesia menganut sistem
nilai tukar tetap kurs resmi Rp. 250/US$. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar
pada tingkat yang ditetapkan, Bank Indonesia melakukan intervensi aktif di pasar
valuta asing.
2
Sistem mengambang terkendali (1978-Juli 1997)
Pada masa ini, nilai tukar rupiah didasarkan pada sistem sekeranjang mata uang
(basket of currencies). Kebijakan ini diterapkan bersama dengan dilakukannya
Universitas Sumatera Utara
30
devaluasi rupiah pada tahun 1978. Dengan sistem ini, pemerintah menetapkan
kurs indikasi (pembatas) dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread
tertentu. Pemerintah hanya melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi
batas atas atau bawah dari spread.
3
Sistem kurs mengambang (14 Agustus 1997-sekarang)
Sejak pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap US$ semakin melemah.
Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka mengamankan cadangan
devisa yang terus berkurang maka pemerintah memutuskan untuk menghapus
rentang intervensi (sistem nilai tukar mengambang terkendali) dan mulai
menganut sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate)
pada tanggal 14 Agustus 1997.
2.1.4.3 Penentuan Nilai Tukar
Faktor-faktor yang menyebabkan penetuan nilai tukar adalah sebagai berikut:
Perubahan dalam cita rasa masyarakat.
Perubahan harga barang ekspor dan impor.
Kenaikan harga umum (inflasi).
Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi.
Pertumbuhan ekonomi.
2.1.4.4 Pengaruh Nilai Tukar terhadap Laju Inflasi
Merosotnya nilai tukar rupiah merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat
terhadap mata uang rupiah karena menurunnya peran perekonomian nasional atau
karena meningkatnya permintaan mata uang asing $US sebagai alat pembayaran
internasional. Semakin menguat kurs rupiah sampai batas tertentu berarti
menggambarkan kinerja di pasar uang semakin menunjukkan perbaikan. Sebagai
dampak meningkatnya laju inflasi maka nilai tukar domestik semakin melemah
terhadap mata uang asing. Hal ini mengakibatkan menurunnya kinerja suatu
perusahaan dan investasi di pasar modal menjadi berkurang.
Universitas Sumatera Utara
31
2.1.5 Impor
Impor Menurut Statistik Perdagangan Indonesia adalah perdagangan dengan cara
memasukkan barang dari luar negeri ke wilayah Indonesia dengan memenuhi
ketentuan yang berlaku.
2.1.5.1 Pengaruh Impor terhadap Laju Inflasi
Daerah Indonesia yang dimaksud adalah wilayah Republik Indonesia yang
meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara dialasnya serta tempat-tempat
tertentu di Zona Eksklusif dan Landas Kontinen yang didalamnya berlaku
Undang-undang. Barang impor yang mengalami kenaikan harga secara terus
menerus maka dapat menyebabkan inflasi.
2.2 Badan Pusat Statistik (BPS)
Seiring dengan adanya perkembangan jaman, khususnya pada pemerintahan Orde
Baru, untuk memenuhi kebutuhan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan,
mutlak dibutuhkan data statistik. Untuk mendapatkan data secara tepat dan akurat,
salah satu unsurnya adalah pembenahan organisasi BPS.
Dalam masa Orde Baru ini, BPS telah mangalami empat kali perubahan struktur
organisasi :
1.
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1980 tentang organisasi BPS
2.
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1980 tentang organisasi BPS
3.
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1992 tentang kedudukan, tugas, fungsi,
susunan dan tata kerja BPS
4.
Undang-undang No. 16 Tahun 1997 tentang statistik
5.
Keputusan Presiden RI No. 86 Tahun 1998 tentang BPS
6.
Keputusan Kepala BPS N0. 100 Tahun 1998 tentang organisasi dan data
kerja BPS
7.
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1998 tentang penyelenggaraan statistik
Universitas Sumatera Utara
32
Tahun 1968, ditetapkan peraturan pemerintah No. 16 tahun 1968 yaitu yang
mengatur organisasi dan data kerja di pusat dan daerah. Tahun 1980,
peraturan pemerintah No. 6 tahun 1980 tentang organisasi sebagai pengganti
peraturan pemerintah No. 16 tahun 1968. Berdasarkan peraturan pemerintah
No. 6 tahun 1980 di tiap propinsi terdapat perwakilan BPS dengan nama
kantor statistik propinsi dan di Kabupaten atau Kotamadya terdapat cabang
perwakilan BPS dengan nama kantor statistik Kabupaten atau Kotamadya.
Pada tanggal 19 Mei 1997 menetapkan tentang statistik sebagai pengganti UU
No. 6 dan 7 tentang sensus dan statistik. Pada tanggal 17 Juli 1998 dengan
keputusan Presiden RI No. 89 tahun 1998, ditetapkan BPS sekaligus
mengatur tata kerja dan struktur organisasi BPS yang baru.
2.2.1 Tugas Badan Pusat Statistik
Menurut keputusan Presiden RI No. 6 tahun 1992 tugas BPS adalah :
1. Melakukan kegiatan statistik yang ditugaskan kepadanya oleh pemerintah,
antara lain di bidang pertanian, agraria, pertambangan, perindustrian,
perhubungan, perdagangan, kependudukan, sosial, ketenagakerjaan, keuangan,
pendapatan nasional, pendidikan dan keagamaan.
2. Atas nama pemerintah melaksanakan koordinasi di lapangan kegiatan statistik
dari segenap instansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah dengan
tujuan mencegah dilakukannya pekerjaan yang serupa oleh dua atau lebih
instansi, memajukan keseragaman dalam panggunaan definisi, klasifikasi dan
lain-lain.
3. Mengadakan segala daya agar masyarakat menyadari akan tujuan dan
kegunaan statistik.
Berdasarkan Keppres ini Kepala berada di bawah dan bertanggungjawab langsung
kepada Presiden serta mempunyai tugas :
1. Memimpin BPS sesuai dengan tugas dan fungsi BPS serta membina
aparatur BPS agar berdaya guna dan berhasilguna.
2. Menentukan kebijakan teknis pelaksanaan di bidang statistik yang secara
fungsional
menjadi
tanggungjawabnya
sesuai
dengan
peraturan
Universitas Sumatera Utara
33
perundang-undangan yang berlaku serta kebijakan umum yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.
3. Membina dan melaksanakan koordinasi dengan departemen dan instansi
lainnya dalam mengembangkan berbagai jenis stastistik yang diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Inflasi
Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika
proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus maksudnya kenaikan
harga pada masa lebaran tidak dianggap sebagai inflasi, karena disaat setelah
masa lebaran,harga-harga dapat turun kembali dan saling pengaruh-memengaruhi.
Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang
yang kadang kala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
Menurut Badan Pusat Statistik Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga
barang dan jasa pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus. Jika
inflasi meningkat, maka harga barang dan jasa di dalam negeri mengalami
kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa tersebut menyebabkan turunnya nilai
mata uang. Dengan demikian, inflasi dapat juga diartikan sebagai penurunan nilai
mata uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum. Menurut BPS juga sebagai
salah satu indicator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu wilayah atau daerah
yang menunjukkan perkembangan harga barang dan jasa secara umum yang
dihitung dari indeks harga konsumen. Dengan demikian angka inflasi sangat
mempengaruhi daya beli masyarakat yang berpenghasilan tetap dan di sisi lain
juga mempengaruhi besarnya produksi barang.
Menurut Weston dan Sopeland Inflasi adalah suatu keadaan ekonomi yang
mengalami kenaikan tingkat harga tertinggi dan tidak bias dicegah atau
dikendalikan lagi. Dalam ekonomi moneter definisi singkat dari inflasi
“kecendrungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus-menerus”.
23
Universitas Sumatera Utara
24
2.1.1.1 Jenis Inflasi
Inflasi dibagi dalam empat bentuk yaitu :
Berdasarkan tingkat keparahannya, inflasi dapat dibedakan atas ringan, sedang,
berat, dan sangat berat.
a.
Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya.
Inflasi ringan : Inflasi ringan adalah inflasi yang masih belum begitu
mengganggu keadaan ekonomi. Inflasi ini dapat dengan mudah
dikendalikan. Harga-harga yang naik secara umum, namun belum
menimbulkan krisis di bidang ekonomi. Inflasi ringan berada di bawah
10% per tahun.
Inflasi sedang : Inflasi ini belum membahayakan kegiatan ekonomi. Tetapi
inflasi ini bisa menurunkan kesejahteraan orang-orang berpenghasilan
tetap. Inflasi sedang berkisar antara 10%-30% per tahun.
Inflasi berat : Inflasi ini sudah mengacaukan kondisi perekonomian. Pada
inflasi berat ini, biasanya orang cenderung menyimpan barang. Dan pada
umumnya orang mengurungkan niatnya untuk menabung, karena bunga
pada tabungan lebih rendah daripada laju inflasi. Inflasi berat berkisar
antara 30%-100% per tahun.
Inflasi sangat berat (Hyperinflation) : Inflasi jenis ini sudah mengacaukan
kondisi perekonomian dan susah dikendalikan walaupun dengan kebijakan
moneter dan kebijakan fiskal. Inflasi yang sangat berat berada pada 100%
keatas setiap tahun.
b. Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Sumbernya.
Berdasarkan sumbernya, inflasi dibedakan atas inflasi yang bersumber dari luar
negeri dan inflasi yang bersumber dari dalam negeri.
Inflasi yang bersumber dari luar negeri : Inflasi ini terjadi karena ada
kenaikan harga di luar negeri. Pada perdagangan bebas, banyak negara
yang saling berhubungan dalam perdagangan. Bila suatu negara
mengimpor barang pada negara yang mengalami inflasi, maka otomatis
Universitas Sumatera Utara
25
kenaikan harga tersebut (inflasi) akan memengaruhi harga-harga dalam
negerinya sehingga menimbulkan inflasi. Contoh, Indonesia banyak
mengimpor barang-barang modal dari negara lain. Jika di negara itu harga
barang-barang modal naik, maka kenaikannya itu akan turut berpengaruh
di Indonesia sehingga menimbulkan inflasi dalam ekonomi.
Inflasi yang bersumber dari dalam negeri : Inflasi yang bersumber dari
dalam negeri dapat terjadi karena pencetakan uang baru oleh pemerintah
atau penerapan anggaran defisit. Inflasi yang bersumber dari dalam negeri
juga dapat terjadi karena kegagalan panen. Kegagalan panen menyebabkan
penawaran pada suatu jenis barang berkurang, sedangkan permintaan
tetap, sehingga harga-harga akan naik.
c. Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Penyebabnya.
Berdasarkan penyebabnya, inflasi dapat dibedakan atas inflasi karena kenaikan
permintaan dan inflasi karena biaya produksi.
Inflasi karena kenaikan permintaan : Kenaikan permintaan terkadang tidak
dapat dipenuhi produsen. Oleh karena itu, harga-harga cenderung naik.
Hal ini sesuai dengan hukum ekonomi "jika permintaan naik sedangkan
penawaran tetap, maka harga cenderung naik.
Inflasi karena kenaikan biaya produksi : Kenaikan biaya produksi
mengakibatkan
harga
penawaran
barang
naik,
sehingga
dapat
menimbulkan inflasi.
2.1.1.2 Penyebab Inflasi
Penyebab Laju Inflasi dipandang dari sisi ekonomi, yaitu: pertama, secara mikro
inflasi terlalu banyaknya peredaran uang dalam perekonomian Indonesia. Kedua,
peningkatan permintaan barang yang mendorong terjadinya harga barang atau jasa
naik.Ketiga, Inflasi muncul akibat nilai dan kepercayaan terhadap uang akan turun
atau berkurang dan suku bunga yang turun sehingga kesadaran menabung
masyarakat berkurang.
Universitas Sumatera Utara
26
2.1.2 Jumlah Uang Beredar
Pengertian Jumlah Uang Beredar yang terdapat di dalam perekonomian adalah
seluruh jumlah uang yang telah dikeluarkan dan diedarkan oleh Bank Sentral.
Mata uang tersebut terdiri dari dua jenis yaitu uang logam dan uang kertas.
Dengan demikian mata uang dalam peredaran sama dengan uang kartal.
Sedangkan uang beredar adalah semua jenis uang yang ada di dalam
perekonomian yaitu jumlah dari mata uang dalam peredaran ditambah dengan
uang giral dalam bank-bank umum.
2.1.2.1 Pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap Laju Inflasi
Semakin banyak uang yang beredar maka nilai tukarnya akan semakin lemah dan
harga–harga kebutuhan akan naik. Dengan banyaknya uang beredar maka
semakin tinggi juga angka inflasi. Pertumbuhan uang yang beredar yang tinggi
sering menjadi penyebab tingginya tingkat inflasi, naiknya jumlah uang yang
beredar akan menaikan permintaan yang pada akhirnya jika tidak diikuti oleh
pertumbuhan di sektor rill akan menyebabkan naiknya harga barang.
2.1.3 Suku Bunga
Pengertian Suku Bunga adalah harga dari penggunaan uang atau biasa juga
dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Atau
harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya belinya dan biasanya
dinyatakan dalam persen (%). Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang
diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip Konvensional kepada nasabah yang
membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang
harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus
dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).
Universitas Sumatera Utara
27
2.1.3.1 Pengaruh Suku Bunga terhadap Laju Inflasi
Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan
uang lebih banyak atau menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan. Tingkat
suku bunga juga digunakan pemerintah untuk mengendalikan tingkat harga, ketika
tingkat harga tinggi dimana jumlah uang yang beredar dimasyarakat banyak
sehingga konsumsi masyarakat tinggi akan diantisipaasi oleh pemerintah dengan
menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi. Tingkat suku bunga yang rendah
akan mengakibatkan kecenderungan masyarakat untuk tidak menyimpan uang
dibank, dan memakai uang mereka untuk kegiatan ekonomi lain. Hal ini akan
mengakibatkan jumlah uang beredar tinggi dan terjadilah Inflasi
2.1.4 Nilai Tukar Rupiah Terhadap dolar
Nilai tukar atau kurs adalah perbandingan antara harga mata uang suatu negara
dengan mata uang negara lain. Misal kurs rupiah terhadap dollar Amerika
menunjukkan berapa rupiah yang diperlukan untuk ditukarkan dengan satu dollar
Amerika. Kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang
berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang
tersebut. Jadi, dapat disimpulkan nilai tukar rupiah adalah suatu perbandingan
antara nilai mata uang suatu negara dengan negara lain. Heru (2008) menyatakan
bahwa nilai tukar pengertian nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat
($)US adalah berapa besarnya uang rupiah yang dapat kita peroleh apabila
menukarkan mata uang dolar Amerika Serikat dengan mata uang rupiah. Atau
berapa rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh 1 dolar Amerika Serikat. Nilai
tukar tersebut biasanya disebut dengan nilai kurs. Jadi apabila nilai kurs 1 dolar
Amerika Serikat sama dengan 12.000 rupiah, maka apabila kita memiliki 10 dolar
Amerika Serikat jika ditukarkan dengan mata uang rupiah akan memperoleh
Rp.120.000,00 (10 x 12.000). Nilai kurs apabila kita akan menukar mata uang
rupiah dengan mata uang dolar Amerika Serikat disebut juga kurs beli akan
berbeda jika kita akan menukar mata uang dolar Amerika Serikat dengan mata
uang
rupiah disebut juga kurs jual. Nilai tukar rupiah dikatakan melemah
terhadap dolar Amerika Serikat jika untuk mendapatkan satu Amerika Serikat
Universitas Sumatera Utara
28
dibutuhkan jumlah mata uang rupiah main banyak. Sebaliknya Nilai tukar rupiah
dikatakan menguat terhadap dolar Amerika Serikat jika untuk mendapatkan satu
Amerika Serikat dibutuhkan jumlah mata uang rupiah lebih sedikit. Contoh :
Bulan Januari 2013 nilai kurs rupiah terhadap 1 dolar adalah Rp.9.620
Bulan Mei 2013 nilai kurs rupiah terhadap 1 dolar adalah Rp.9.770
Jadi nilai kurs rupiah terhadap dolar pada bulan Mei 2013 melemah
sebesar Rp.150 (9.620-9.770) jika dibandingkan dengan bulan Januari
2013.
2.1.4.1 Jenis Sistem Nilai Tukar
Terdapat lima jenis sistem kurs utama yang berlaku, yaitu: sistem kurs
mengambang (floating exchang rate), kurs tertambat (pegged exchange rate), kurs
tertambat merangkak (crawling pegs),sekeranjang mata uang (basket of
currencies), kurs tetap (fixed exchange rate).
1.
Sistem kurs mengambang
Kurs ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa adanya campur tangan
pemerintah dalam upaya stabilisasi melalui kebijakan moneter apabila terdapat
campur tangan pemerintah maka sistem ini termasuk mengambang terkendali
(managed floating exchange rate).
2.
Sistem kurs tertambat
Suatu negara menambatkan nilai mata uangnya dengan sesuatu atau sekelompok
mata uang negara lainnya yang merupakan negara mitra dagang utama dari negara
yang bersangkutan, ini berarti mata uang negara tersebut bergerak mengikuti mata
uang dari negara yang menjadi tambatannya.
3.
Sistem kurs tertambat merangkak
Di mana negara melakukan sedikit perubahan terhadap mata uangnya secara
periodik dengan tujuan untuk bergerak ke arah suatu nilai tertentu dalam rentang
Universitas Sumatera Utara
29
waktu tertentu. Keuntungan utama dari sistem ini adalah negara dapat mengukur
penyelesaian kursnya dalam periode yang lebih lama jika dibanding dengan
sistem kurs terambat.
1
Sistem sekeranjang mata uang
Keuntungannya adalah sistem ini menawarkan stabilisasi mata uang suatu negara
karena pergerakan mata uangnya disebar dalam sekeranjang mata uang. Mata
uang yang dimasukan dalam keranjang biasanya ditentukan oleh besarnya
peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu.
2
Sistem kurs tetap
Dimana negara menetapkan dan mengumumkan suatu kurs tertentu atas mata
uangnya dan menjaga kurs dengan cara membeli atau menjual valas dalam jumlah
yang tidak terbatas dalam kurs tersebut. Bagi negara yang memiliki
ketergantungan tinggi terhadap sektor luar negeri maupun gangguan seperti sering
mengalami gangguan alam, menetapkan kurs tetap merupakan suatu kebijakan
yang beresiko tinggi.
2.1.4.2 Sejarah Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia
Menurut (Nopirin, 2000 : 172) sejak tahun 1970, negara Indonesia telah
menerapkan tiga sistem nilai tukar.
1
Sistem kurs tetap (1970- 1978)
Sesuai dengan Undang-Undang No.32 Tahun 1964, Indonesia menganut sistem
nilai tukar tetap kurs resmi Rp. 250/US$. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar
pada tingkat yang ditetapkan, Bank Indonesia melakukan intervensi aktif di pasar
valuta asing.
2
Sistem mengambang terkendali (1978-Juli 1997)
Pada masa ini, nilai tukar rupiah didasarkan pada sistem sekeranjang mata uang
(basket of currencies). Kebijakan ini diterapkan bersama dengan dilakukannya
Universitas Sumatera Utara
30
devaluasi rupiah pada tahun 1978. Dengan sistem ini, pemerintah menetapkan
kurs indikasi (pembatas) dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread
tertentu. Pemerintah hanya melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi
batas atas atau bawah dari spread.
3
Sistem kurs mengambang (14 Agustus 1997-sekarang)
Sejak pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap US$ semakin melemah.
Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka mengamankan cadangan
devisa yang terus berkurang maka pemerintah memutuskan untuk menghapus
rentang intervensi (sistem nilai tukar mengambang terkendali) dan mulai
menganut sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate)
pada tanggal 14 Agustus 1997.
2.1.4.3 Penentuan Nilai Tukar
Faktor-faktor yang menyebabkan penetuan nilai tukar adalah sebagai berikut:
Perubahan dalam cita rasa masyarakat.
Perubahan harga barang ekspor dan impor.
Kenaikan harga umum (inflasi).
Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi.
Pertumbuhan ekonomi.
2.1.4.4 Pengaruh Nilai Tukar terhadap Laju Inflasi
Merosotnya nilai tukar rupiah merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat
terhadap mata uang rupiah karena menurunnya peran perekonomian nasional atau
karena meningkatnya permintaan mata uang asing $US sebagai alat pembayaran
internasional. Semakin menguat kurs rupiah sampai batas tertentu berarti
menggambarkan kinerja di pasar uang semakin menunjukkan perbaikan. Sebagai
dampak meningkatnya laju inflasi maka nilai tukar domestik semakin melemah
terhadap mata uang asing. Hal ini mengakibatkan menurunnya kinerja suatu
perusahaan dan investasi di pasar modal menjadi berkurang.
Universitas Sumatera Utara
31
2.1.5 Impor
Impor Menurut Statistik Perdagangan Indonesia adalah perdagangan dengan cara
memasukkan barang dari luar negeri ke wilayah Indonesia dengan memenuhi
ketentuan yang berlaku.
2.1.5.1 Pengaruh Impor terhadap Laju Inflasi
Daerah Indonesia yang dimaksud adalah wilayah Republik Indonesia yang
meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara dialasnya serta tempat-tempat
tertentu di Zona Eksklusif dan Landas Kontinen yang didalamnya berlaku
Undang-undang. Barang impor yang mengalami kenaikan harga secara terus
menerus maka dapat menyebabkan inflasi.
2.2 Badan Pusat Statistik (BPS)
Seiring dengan adanya perkembangan jaman, khususnya pada pemerintahan Orde
Baru, untuk memenuhi kebutuhan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan,
mutlak dibutuhkan data statistik. Untuk mendapatkan data secara tepat dan akurat,
salah satu unsurnya adalah pembenahan organisasi BPS.
Dalam masa Orde Baru ini, BPS telah mangalami empat kali perubahan struktur
organisasi :
1.
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1980 tentang organisasi BPS
2.
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1980 tentang organisasi BPS
3.
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1992 tentang kedudukan, tugas, fungsi,
susunan dan tata kerja BPS
4.
Undang-undang No. 16 Tahun 1997 tentang statistik
5.
Keputusan Presiden RI No. 86 Tahun 1998 tentang BPS
6.
Keputusan Kepala BPS N0. 100 Tahun 1998 tentang organisasi dan data
kerja BPS
7.
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1998 tentang penyelenggaraan statistik
Universitas Sumatera Utara
32
Tahun 1968, ditetapkan peraturan pemerintah No. 16 tahun 1968 yaitu yang
mengatur organisasi dan data kerja di pusat dan daerah. Tahun 1980,
peraturan pemerintah No. 6 tahun 1980 tentang organisasi sebagai pengganti
peraturan pemerintah No. 16 tahun 1968. Berdasarkan peraturan pemerintah
No. 6 tahun 1980 di tiap propinsi terdapat perwakilan BPS dengan nama
kantor statistik propinsi dan di Kabupaten atau Kotamadya terdapat cabang
perwakilan BPS dengan nama kantor statistik Kabupaten atau Kotamadya.
Pada tanggal 19 Mei 1997 menetapkan tentang statistik sebagai pengganti UU
No. 6 dan 7 tentang sensus dan statistik. Pada tanggal 17 Juli 1998 dengan
keputusan Presiden RI No. 89 tahun 1998, ditetapkan BPS sekaligus
mengatur tata kerja dan struktur organisasi BPS yang baru.
2.2.1 Tugas Badan Pusat Statistik
Menurut keputusan Presiden RI No. 6 tahun 1992 tugas BPS adalah :
1. Melakukan kegiatan statistik yang ditugaskan kepadanya oleh pemerintah,
antara lain di bidang pertanian, agraria, pertambangan, perindustrian,
perhubungan, perdagangan, kependudukan, sosial, ketenagakerjaan, keuangan,
pendapatan nasional, pendidikan dan keagamaan.
2. Atas nama pemerintah melaksanakan koordinasi di lapangan kegiatan statistik
dari segenap instansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah dengan
tujuan mencegah dilakukannya pekerjaan yang serupa oleh dua atau lebih
instansi, memajukan keseragaman dalam panggunaan definisi, klasifikasi dan
lain-lain.
3. Mengadakan segala daya agar masyarakat menyadari akan tujuan dan
kegunaan statistik.
Berdasarkan Keppres ini Kepala berada di bawah dan bertanggungjawab langsung
kepada Presiden serta mempunyai tugas :
1. Memimpin BPS sesuai dengan tugas dan fungsi BPS serta membina
aparatur BPS agar berdaya guna dan berhasilguna.
2. Menentukan kebijakan teknis pelaksanaan di bidang statistik yang secara
fungsional
menjadi
tanggungjawabnya
sesuai
dengan
peraturan
Universitas Sumatera Utara
33
perundang-undangan yang berlaku serta kebijakan umum yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.
3. Membina dan melaksanakan koordinasi dengan departemen dan instansi
lainnya dalam mengembangkan berbagai jenis stastistik yang diperlukan.
Universitas Sumatera Utara