Analisis Supply Chain Komoditas Kedelai di Kabupaten Langkat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Tinjauan Agronomi Tanaman Kedelai
Di Indonesia, kedelai banyak ditanam di dataran rendah yang tidak banyak
mengandung air, misalnya di pesisir utara Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat,
Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Lampung, Sumatera Selatan, dan Bali. Menurut
para ahli tanaman, kedelai yang sudah disebarluaskan di Indonesia bukan lagi
tanaman asli, melainkan tanaman yang berasal dari daerah Manshukuo di negeri
Cina, kemudian menyebar ke daerah Mansyuria dan Jepang (Asia Timur).
Demikian pula kedelai yang ditanam di benua lain seperti Amerika dan Afrika
pun berasal dari Asia (AAK, 1989).
Menurut Adisarwanto (2005), klasifikasi botani kedelai adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta


Subdivisio

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Ordi

: Rosales

Famili

: Leguminosae

Subfamili

: Papilionoidae


Genus

: Glycine

Spesies

: Glycine max (L.) Merril

Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak dan merupakan
tanaman semusim. Morfologi tanaman kedelai didukung oleh komponen

7
Universitas Sumatera Utara

8
utamanya yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji sehingga pertumbuhannya
bisa optimal. Tanaman kedelai dapat tumbuh di berbagai agroekosistem dengan
jenis tanah, kesuburan tanah, iklim, dan pola tanam yang berbeda sehingga
kendala satu agroekosistem akan berbeda dengan agroekosistem yang lain

(Sarwanto, 2005).
Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar tunggang
lurus masuk ke dalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Batang kedelai
berwarna ungu atau hijau. Daun kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri
dari tiga helai anak daun dan umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuningkuningan. Bentuk daun ada yang oval, juga ada yang segitiga. Bunga kedelai
disebut bunga kupu-kupu dan mempunyai dua mahkota dan dua kelopak bunga.
Warna bunga putih bersih atau ungu muda. Banyaknya polong tergantung pada
jenisnya. Perbedaan warna biji dapat dilihat pada belahan biji ataupun pada
selaput biji, biasanya kuning atau hijau transparan (tembus cahaya). Di samping
itu ada pula biji yang berwarna gelap kecoklat-coklatan sampai hitam, atau
berbintik-bintik (AAK, 1989).
Kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis.
Kedelai dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas, di tempat-tempat yang
terbuka dan bercurah hujan 100 – 400 mm3 per bulan. Oleh karena itu, kedelai
kebanyakan ditanam di daerah yang terletak kurang dari 400 m di atas permukaan
laut dan jarang sekali ditanam di daerah yang terletak 600 m di atas permukaan
laut. Kedelai umumnya ditanam pada musim kemarau. Pada saat itu kelembaban
tanah masih bisa dipertahankan. Apabila tidak turun hujan maka perlu diusahakan
pengairan. Volume air yang terlalu banyak tidak menguntungkan, karena akan


Universitas Sumatera Utara

9
mengakibatkan

akar

membusuk.

Banyaknya

curah

hujan

juga

sangat

mempengaruhi aktivitas bakteri tanah dalam menyediakan nitrogen. Namun

ketergantungan ini dapat diatasi, asalkan selama 30 – 40 hari suhu di dalam dan di
permukaan tanah pada musim panas sekitar 35° - 39°C (AAK, 1989).
Kedelai tidak menuntut tanah khusus sebagai persyaratan tumbuh. Bahkan pada
kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun kedelai dapat tumbuh dengan
baik, asal tidak sampai tergenang air. Tanah-tanah yang cocok yaitu alluvial,
regosol, grumosol, latosol, dan andosol. Toleransi pH yang baik sebagai syarat
tumbuh yaitu antara 5,8 – 7 (AAK, 1989).
Salah satu masalah yang berpengaruh terhadap perkembangan kedelai ialah faktor
teknis, yaitu kualitas benih yang ditanam, cara tanam, cara pemeliharaan tanaman,
panen dan pascapanen. Pertanaman kedelai di Indonesia masih terpusat di Pulau
Jawa (60%), Sumatera (15%), Nusa Tenggara Barat (5%), selebihnya tersebar di
Pulau Sulawesi, Kalimantan, Bali, NTT, Maluku, dan Papua. Kondisi tersebut
mencerminkan adanya perbedaan sumber daya yang menyebabkan keragaman
dalam usahatani kedelai yang dilakukan oleh petani (Irwan, 2006).
Rendahnya produktivitas kedelai di Indonesia antara lain disebabkan oleh faktor
alam, biotik, teknik budidaya serta fisiologi tanaman kedelai. Salah satu upaya
peningkatan produksi adalah dengan perluasan areal tanam kedelai. Salah satu
peluang peningkatan produksi tanaman pangan yang mendukung Ketahanan
Pangan Nasional adalah pemanfaatan lahan kering. Di Indonesia terdapat sekitar
133,7 juta ha lahan kering yang tersebar di luar Jawa yaitu Sumatera, Kalimantan,

Sulawesi dan Irian Jaya. Apabila diasumsikan hanya lahan dengan kemiringan