Pengaruh Lingkungan Sosial Dan Komunikasi Keluarga Terhadap Perilaku Seksual Remaja Siswa Smu Negeri 1 Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Lingkungan
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup menyebutkan pengertian lingkungan adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan
prilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain (Pasal 1 ayat 1).
Menurut Supardi (2003), lingkungan atau sering juga disebut lingkungan
hidup adalah jumlah semua benda hidup dan benda mati serta seluruh kondisi yang
ada di dalam ruang yang kita tempati.
Menurut St.Munajat Danusaputra, lingkungan adalah semua benda dan
kondisi termasuk di dalamnya manusia dan aktivitasnya, yang terdapat dalam ruang
dimana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan
manusia dan jasad hidup lainnya. Sedangkan Jonny Purba mendefenisikan
lingkungan adalah wilayah yang merupakan tempat berlangsungnya bermacammacam interaksi sosial antara berbagai kelompok beserta pranatanya dengan simbol
dan nilai.
Berdasarkan pengertian yang dijelaskan oleh para ahli, lingkungan pada
hakikatnya dibagi menjadi 3 jenis, yaitu lingkungan hidup alami, buatan dan sosial.
Manusia, hewan dan tumbuhan adalah tiga jenis mahluk hidup yang berada pada


12

13

sebuah lingkungan. Manusia menjadi salah satu yang berperan penting untuk menjaga
dan melestarikan lingkungan yang mereka miliki dengan berbagai cara, misalnya
dengan membersihkan lingkungan yang kotor (kerja bakti), membuang sampah pada
tempatnya, dan lain sebagainnya.
2.1.1. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah hubungan interaksi antara masyarakat dengan
lingkungan. Sikap masyarakat terhadap lingkungan sosial dipengaruhi oleh nilai
sosial.Jika nilai sosial tentang lingkungan lantas berubah/terjadi pergeseran, maka
sikap sosial selalu terlihat dinamis, terlepas dari baik dan buruknya lingkungan sosial.
Lingkungan sosial ini biasanya dibedakan :
1.

Lingkungan sosial primer, yaitu lingkungan sosial dimana terdapat hubungan
yang erat antara anggota satu dengan anggota lain, anggota satu saling kenal
mengenal dengan baik dengan anggota lain.


2.

Lingkungan sosial sekunder, yaitu lingkungan sosial yang berhubungan anggota
satu dengan anggota lain tidak erat, satu dengan yang lain tidak saling mengenal
dengan erat.
Lingkungan sosial terdiri dari pola interaksi antara budaya, teknologi dan

organisasi sosial, termaksud didalamnya jumlah penduduk dan perilakunya yang
terdapat dalam lingkungan tersebut. Lingkungan sosial terbentuk mengikuti
keberadaan manusia di muka bumi, yang mengalami perubahan sejalan dengan
peningkatan kemampuan adaptasi kultural manusia terhadap lingkungannya.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan

14

dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosio-psikologis.
Saparinah Sadli dalam Notoatmojo (2012), menggambarkan hubungan
individu dengan lingkungan sosial saling mempengaruhi. Setiap individu sejak lahir

berada di dalam suatu kelompok keluarga. Kelompok ini akan membuka
kemungkinan untuk dipengaruhi dan mempengaruhi anggota- anggota kelompok lain.
Setiap kelompok senantiasa berlaku aturan-aturan dan norma-norma sosial tertentu,
maka perilaku setiap individu anggota kelompok berlangsung di dalam suatu jaringan
normatif. Remaja merupakan salah satu individu yang merupakan bagian dari salah
satu kelompok terutama kelompok keluarga. Perkembangan remaja tidak hanya
dipengaruhi oleh satu faktor, tetapi banyak faktor di dalam kehidupan remaja. Dalam
pertumbuhan dan perkembangan juga dipengaruhi oleh keluarga, teman sebaya,
teman sekolah, lingkungan agama, dan masyarakat di lingkungan tempat tinggal
mereka.
2.1.2. Faktor-Faktor Lingkungan yang Memengaruhi Remaja
Ada beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh pada tingkat adaptasi
remaja. Diantara faktor-faktor itu ada yang berkaitan dengan suasana keluarga,
kondisi sosial dan ekonomi keluarga, posisi remaja dalam keluarganya, perbedaan
jenis kelamin dan lingkungan sosial.
Lingkungan sosial meliputi keluarga, teman sebaya, masyarakat dan sekolah.
Sekolah mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi remaja, karena selain dirumah
sekolah adalah lingkungan kedua dimana remaja banyak melakukan berbagai aktifitas

15


dan interaksi sosial dengan teman- temannya. Pada masa remaja, hubungan sosial
memiliki peran yang sangat penting bagi remaja. Remaja mulai memperluas
pergaulan sosialnya dengan teman-teman sebayanya. Remaja lebih sering berada di
luar rumah bersama teman-teman sebayanya, karena itu dapat dimengerti bahwa
pengaruh teman-teman sebayanya pada sikap, minat penampilan dan perilaku lebih
besar daripada pengaruh orang tua. Brown (1997) menggambarkan empat cara
khusus, bagaimana terjadinya perubahan kelompok teman sebaya dari masa kanakkanak ke masa remaja :
a. Remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya dibandingkan
dengan anak-anak. Pada usia 12 tahun, remaja awal mulai menjauhkan diri dari
orang dewasa dan mendekatkan diri dengan teman sebaya.
b. Remaja berusaha menghindari pengawasan yang ketat dari orang tua dan guru
dan ingin mendapatkan kebebasan. Mereka mencari tempat untuk bertemu dimana
mereka tidak terlalu diawasi. Meskipun di rumah mereka ingin mendapatkan
privasi dan tempat dimana mereka dapat mengobrol dengan teman-temannya
tanpa didengar oleh keluarganya.
c. Remaja mulai banyak berinteraksi dengan teman sebaya dari jenis kelamin yang
berbeda. Walaupun anak perempuan dan laki-laki berpartisipasi dalam kegiatan
dan berkelompok persahabatan yang berbeda selama masa pertengahan kanakkanak, tetapi pada masa remaja interaksi dengan remaja yang berbeda jenis
semakin meningkat.


16

Selama masa remaja, kelompok teman sebaya menjadi lebih memahami nilainilai dan perilaku dari Sub-Budaya remaja yang lebih besar. Mereka juga
mengidentifikasikan diri dalam kelompok pergaulan tertentu.

2.2. Komunikasi
Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari
bahasa Latin, yaitu communication, yang akar katanya adalah communis disini adalah
sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Jadi,
komunikasi berlangsung bila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan
makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Disini pengertian diperlukan agar
komunikasi dapat berlangsung, sehingga hubungan mereka itu bersifat komunikatif.
Sebaliknya, jika tidak ada pengertian, komunikasi tidak berlangsung, hubungan
antara orang-orang itu dikatakan tidak komunikatif.
Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan
oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian ini jelas bahwa komunikasi
melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain.
Komunikasi dalam konteks dinamakan komunikasi atau disebutkan juga komunikasi
kemasyarakatan. Komunikasi jenis ini hanya dapat berlangsung di tengah masyarakat.

Kecuali komunikasi transendental, maka tanpa masyarakat, komunikasi tidak dapat
berlangsung. Meski dia adalah manusia, tetapi bila hidup seorang diri, tidak
bermasyarakat, maka tidak ada komunikasi, karena dia tidak berbicara dengan siapa
pun.

17

Dalam terminologi yang lain, komunikasi dapat dipandang sebagai proses
penyampaian informasi. Dalam pengertian ini, keberhasilan komunikasi sangat
tergantung dari penguasaan materi dan pengaturan cara-cara penyampainnya ;
sedangkan pengirim dan penerima pesan bukan komponen yang menentukan. Tidak
hanya itu, komunikasi bisa juga dipandang sebagai proses penyampaian gagasan dari
seseorang kepada orang lain. Seperti yang disampaikan Geradl M. Miller bahwa
komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima
dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku manusia (Devito,1993).
2.2.1. Tujuan Komunikasi
Joseph A. Devito (1993) dalam bukunya “Komunikasi Antar Manusia “
menuliskan empat tujuan utama komunikasi yang dilakukan, baik tujuan yang
dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar. Tujuan-tujuan komunikasi antara lain :
1. Menemukan .

Maksud dari menemukan ialah penemuan diri (Personal discover). Pada saat
berkomunikasi dengan orang lain, kita belajar mengenai diri kita sendiri selain
juga tentang orang lain.
2. Untuk Berhubungan
Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain.
Membina dan memelihara hubungan dengan orang lain. Kita menghabiskan
banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina dan memelihara
hubungan sosial.

18

3. Untuk Menyakinkan
Maksud menyakinkan disini dapat dilihat dari kita menghabiskan banyak waktu
untuk melakukan persuasi antarpribadi, baik sebagai sumber maupun sebagai
penerima. Dalam perjumpaan antarpribadi sehari-hari kita berusaha mengubah
sikap dan perilaku orang lain.
4. Untuk Bermain
Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan
menghibur diri. Demikian pula banyak dari perilaku komunikasi kita dirancang
untuk menghibur orang lain. Adakalanya hiburan ini merupakan tujuan akhir,

tetapi adakalanya ini merupakan cara untuk mengikat perhatian orang lain
sehingga kita dapat mencapai tujuan-tujuan lain (Devito, 1993).
Berdasarkan pendapat Devito di atas, kita ketahui bahwa komunikasi selalu
dilakukan dengan tujuan-tujuan tetentu. Bisa saja keempat tujuan di atas saling
mempengaruhi dan saling mendukung antar tujuan yang satu dengan tujuan lainnya.
Atau keempat tujuan di atas menjadi satu kesatuan dan terjadi dalam sebuah proses
komunikasi sekaligus. Dalam melakukan komunikasi, komunikator selain mengenal
komunikan, komunikator juga tanpa sengaja menemukan sebuah motivasi atau sifat
pada dirinya yang kemudian dimanfaatkan untuk lebih mendekatkan diri pada
komunikan dan pada akhirnya mampu menyakinkan komunikan dalam mengubah
nilai, sikap, pendapat bahkan perilaku pada komunikan.

19

Effendi (2002)menggemukan tujuan komunikasi antara lain :
a. Mengubah sikap ( to change the attitude)
b. Mengubah opini/pendapat/pandangan(to change the opinion)
c. Mengubah perilaku (to change the behavior)
d. Mengubah masyarakat (to change the society)
Tiga dari empat tujuan komunikasi diatas, kemudian dikenal dan diidentifikasi

sebagai efek dari komunikasi yakni :
a. Efek kognitif, yaitu dampak yang mempengaruhi aspek intelektual, berupa opini,
pendapat, ide dan juga pandangan komunikan.
b. Efek afektif, yaitu dampak yang mempengaruhi perasaan dan kecenderungan
perilaku (sikap) pada komunikan.
c. Efek behavioral, yaitu dampak yang merujuk pada perubahaan perilaku
komunikan.
2.2.2. Bentuk Komunikasi
Secara garis besar komunikasi dibagi menjadi empat bentuk, yaitu komunikasi
personal (komunikasi intrapersonal dan komunikasi interpersonal), komunikasi
kelompok, komunikasi massa, dan komunikasi medio (Effendy, 2002). Komunikasi
intrapersonal adalah komunikasi yang dilakukan pada diri sendiri, yang terdiri dari
sensasi, persepsi, memori dan berpikir. Komunikasi ini biasanya dilakukan oleh
seseorang ketika merenung tentang dirinya atau pada saat melakukan evaluasi diri.
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan kepada orang lain atau
komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Komunikasi kelompok terdiri

20

dari dua bentuk yaitu komunikasi kelompok kecil dan komunikasi kelompok besar.

Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan dengan perantara atau media
komunikasi yang ada di masyarakat seperti radio, televisi, film, pers, dan lain-lain.
Komunikasi media adalah bentuk komunikasi yang menggunakan media atau alat
peraga tertentu

seperti surat, telepon, e-mail, pamplet, poster, spanduk dan

sebagainya (Effendy, 2002).
Agar proses komunikasi tentang kesehatan efektif dan terarah dapat dilakukan
melalui bentuk komunikasi interpersonal yang merupakan salah satu bentuk
komunikasi yang paling efektif, karena antara komunikan dan komunikator dapat
langsung tatap muka, sehingga timbul stimulus yakni pesan atau informasi yang
disampaikan oleh komunikan, langsung dapat direspon atau ditanggapi pada saat itu
juga (Notoatmodjo, 2003).
2.2.3. Komunikasi Interpersonal
a. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi
antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal.
Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik (dyadic

communication) melibatkan hanya dua orang, seperti suami istri, orangtua-remaja,
dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya. Keberhasilan komunikasi
menjadi tanggung jawab para peserta komunikasi. Kedekatan hubungan pihak-pihak
yang berkomunikasi akan tercermin pada jenis-jenis pesan atau respon non verbal

21

mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang sangat
dekat. Komunikasi antarpribadi memang merupakan komunikasi yang bersifat
dialogis dengan melibatkan dua orang atau dikenal sebagai komunikasi diadik, seperti
komunikasi yang dilakukan orangtua-anak, dengan maksud dan tujuan yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Sifat komunikasi antarpribadi yang dialogis ini kemudian
menjelaskan mengapa umpan balik dalam komunikasi antarpribadi yang disebutkan
oleh Devito merupakan umpan balik seketika.
Menurut Effendi dalam Sunarto (2003), pada hakekatnya komunikasi
interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi
jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku
seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat
langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat
komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya
positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia dapat memberikan kesempatan
pada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.
b. Model Komunikasi Interpersonal
Dalam proses komunikasi antarpribadi atau komunikasi interpersonal arus
komunikasi yang terjadi adalah sirkuler atau berputar, artinya setiap individu
mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi komunikator dan komunikan.
Karena dalam komunikasi antar pribadi efek atau umpan balik dapat terjadi seketika.
Untuk dapat mengetahui komponen-komponen yang terlibat dalam komunikasi
antarpribadi dapat dijelaskan melalui gambar berikut :

22

Gambar 2.1. Bagan Model Komunikasi Interpersonal Secara Umum
Dari gambar di atas Devito (2007), menjelaskan komponen-komponen
komunikasi antarpribadi sebagai berikut :
1. Pengirim-Penerima
Komunikasi antarpribadi paling tidak melibatkan dua orang, setiap orang
terlibat dalam komunikasi antarpribadi memfokuskan dan mengirimkan serta
mengirimkan pesan dan juga sekaligus menerima dan memahami pesan. Istilah
pengirim-penerima ini digunakan untuk menekankan bahwa, fungsi pengirim dan
penerima ini dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi
antarpribadi, contoh komunikasi antara orang tua dan anak.
2. Encoding-Decoding
Encoding adalah tindakan menghasilkan pesan, artinya pesan-pesan yang akan
disampaikan dikode atau diformulasikan terlebih dahulu dengan menggunakan kata-

23

kata simbol dan sebagainya. Sebaliknya tindakan untuk menginterpretasikan dan
memahami pesan-pesan yang diterima, disebut juga sebagai Decoding. Dalam
komunikasi antarpribadi, karena pengirim juga bertindak sekaligus sebagai penerima,
maka fungsi encoding-decoding dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam
komunikasi antarpribadi.
3. Pesan-Pesan
Dalam komunikasi antarpribadi, pesan-pesan ini bisa terbentuk verbal (seperti
kata-kata) atau nonverbal (gerak tubuh, simbol) atau gabungan antara bentuk verbal
dan nonverbal.
4. Saluran
Saluran ini berfungsi sebagai media dimana dapat menghubungkan antara
pengirim dan penerima pesan atau informasi. Saluran komunikasi personal baik yang
bersifat langsung perorangan maupun kelompok lebih persuasif dibandingkan dengan
saluran media massa.
Hal ini disebabkan pertama, penyampaian pesan melalui saluran komunikasi
personal dapat dilakukan secara langsung keadaan khalayak. Contoh dalam
komunikasi antarpribadi kita berbicara dan mendengarkan (saluran indera pendengar
dengan suara). Isyarat visual atau sesuatu yang tampak (seperti gerak tubuh, ekpresi
wajah, dan lain sebagainya).
5. Gangguan atau Noise
Seringkali pesan-pesan yang dikirim berbeda dengan pesan yang diterima. Hal
ini dapat terjadi karena gangguan saat berlangsung komunikasi, yang terdiri dari :

24

a. Gangguan Fisik
Gangguan ini biasanya berasal dari luar dan mengganggu transmisi fisik pesan,
seperti kegaduhan, interupsi, jarak dan sebagainya.
b. Gangguan Psikolgis
Ganggan ini timbul karena adanya perbedaan gagasan dan penilaian subyektif
diantara orang yang terlibat diantara orang yang terlibat dalam komunikasi seperti
emosi, perbedaan nilai-nilai, sikap dan sebagainya.
c. Gangguan Semantik
Gangguan ini terjadi kata-kata atau simbol yang digunakan dalam komunikasi,
seringkali memiliki arti ganda, sehingga menyebabkan penerima gagal dalam
menangkap dari maksud-maksud pesan yang disampaikan, contoh perbedaan
bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi.
6. Umpan Balik
Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam proses
komunikasi antarpribadi, karena pengirim dan penerima secara terus menerus dan
bergantian memberikan umpan balik dalam berbagai cara, baik secara verbal maupun
nonverbal. Umpan balik ini bersifat positif apabila dirasa saling menguntungkan.
Bersifat positif apabila tidak menimbulkan efek dan bersifat negatif apabila
merugikan.

25

7. Bidang Pengalaman
Bidang pengalaman merupakan faktor yang paling penting dalam komunikasi
antarpribadi. Komunikasi akan terjadi apabila para pelaku yang terlibat dalam
komunikasi mempunyai bidang pengalaman yang sama.
8. Efek
Dibanding dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai
paling ampuh untuk mengubah sikap, perilaku kepercayaan dan opini komunikasi.
Hal ini disebabkan komunikasi dilakukan dengan tatap muka (Devito, 2007).
c. Jenis-jenis Komunikasi Interpersonal
Kemenkes (2010), menyebutkan jenis-jenis komunikasi yaitu :
a

Komunikasi Verbal :
Yaitu suatu komunikasi dengan menggunakan kata-kata yang meliputi :
1. Diskusi, yaitu saling tukar pikiran atau pendapat
2. Dialog, yaitu komunikasi dari hati ke hati saling mengungkapkan perasaan
masing-masing.
Kegiatan komunikasi verbal menempati frekuensi terbanyak dalam keluarga.

Setiap hari orang tua selalu ingin berbincang-bincang kepada anaknya. Canda dan
tawa menyertai dialog antara orang tua dan anak. Perintah, suruhan, larangan, dan
sebagainya merupakan alat pendidikan yang sering dipergunakan oleh orang tua atau
anak dalam kegiatan komunikasi keluarga. Alat pendidikan tersebut tidak hanya
dipakai oleh orang tua terhadap anaknya, tetapi bisa juga dipakai oleh anak terhadap
anak yang lain.

26

Dalam hubungan antara orang tua dan anak akan terjadi interaksi. Dalam
interaksi itu orang tua berusaha mempengaruhi anak untuk terlibat secara pikiran dan
emosi untuk memperhatikan apa yang akan disampaikan. Anak mungkin berusaha
menjadi pendengar yang baik dalam menafsirkan pesan-pesan yang akan disampaikan
oleh orang tua.
b

Komunikasi non Verbal
Yaitu suatu komunikasi tanpa menggunakan kata-kata, seperti menggunakan
bahasa tubuh seperti :
1. Pandangan mata
2. Senyuman dan ekspresi wajah yang senang
3. Volume suara yang cukup terdengar dan tenang
4. Sentuhan/ pelukan Kasih Sayang
5. Bahasa tubuh dan belaian
Komunikasi nonverbal sering dipakai oleh orangtua dalam menyampaikan

suatu pesan kepada anak. Sering tanpa berkata sepatah kata pun, orangtua
menggerakkan hati anak untuk melakukan sesuatu. Kebiasaan orangtua dalam
mengerjakan sesuatu dan karena anak sering melihatnya, anak pun ikut mengerjakan
apa yang pernah dilihat anak dan didengarnya dari orang tuanya.
Dalam kontes sikap dan perilaku orangtua yang lain, pesan nonverbal juga
dapat menerjemahkan gagasan, keinginan, atau maksud yang terkandung dalam hati.
Tanpa harus didahului oleh kata-kata sebagai pendukungnya, tepuk tangan, pelukan,
usapan tangan, duduk, dan berdiri tegak mampu mengekspresikan gagasan, keinginan

27

atau maksud. Pelukan atau usapan tangan di kepala anak oleh orang tua sebagai
pertanda bahwa orangtua memberikan kasih sayang kepada anaknya. Tepukan tangan
orang tua boleh jadi ekspresi kegembiraan orang tua atas perilaku baik anaknya.
Sebaliknya

perasaan sedih, kecewa, atau marah, sering membuat seseorang tidak

mampu mengungkapkan kata-kata dengan benar dan baik. Kegoncangan emosi yang
luar biasa membuat seseorang lebih banyak diam daripada berbicara. Sikap dan
perilakulah yang lebih banyak bicara. Oleh karena itu, perasaan atau emosi lebih
cermat disampaikan lewat pesan nonverbal ketimbang pesan verbal.
d. Faktor-Faktor Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Menurut Devito (1997), faktor-faktor efektifitas komunikasi interpersonal
dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu :
1. Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka
kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus
dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya, memang ini mungkin
menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada
kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya
disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.
Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk
bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak
kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang

28

menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita
ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk
daripada ketidak-acuhan, bahkan ketidak-sependapatan jauh lebih menyenangkan.
Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap
orang lain.
Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran. Terbuka dalam
pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan
adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik
untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan
kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal).
2. Empati (Empathy)
Empati adalah sebagai ”kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang
sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain
itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, dipihak lain adalah merasakan
bagi orang lain atau merasa ikut bersedih.
Sedangkan

berempati

adalah

merasakan

sesuatu

seperti

orang

yang

mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama
dengan cara yang sama. Orang yang empati mampu memahami motivasi dan
pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan
mereka untuk masa mendatang.
Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal.
Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan

29

(1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik
yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang
penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang
sepantasnya.
3. Sikap Mendukung (Supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap
mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan
berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empati tidak dapat
berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap
mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan
strategik, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.
4. Sikap Positif (Positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan
sedikitnya dua cara : (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif
mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu
pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi
interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka
sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat
penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan
daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak
bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.

30

5. Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin
lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada
yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal.
Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila
suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua
pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak
mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan
interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik
lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada
sebagai

kesempatan

untuk

menjatuhkan

pihak

lain.Kesetaraan

tidak

mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal
dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau
menurut istilah Carl Rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan
“penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.

2.3. Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang
merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 1998). Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu
dan anaknya (Suprajitno, 2004).

31

Friedman (1998) menyatakan bahwa tipe-tipe keluarga dibagi atas keluarga
inti, keluarga orientasi, keluarga besar. Keluarga inti adalah keluarga yang sudah
menikah, sebagai orangtua, atau pemberi nafkah. Keluarga inti terdiri dari suani istri
dan anak mereka baik anak kandung ataupun anak adopsi. Keluarga orientasi
(keluarga asal ) yaitu unit keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan. Keluarga
besar yaitu keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungan darah seperti kakek dan nenek, paman dan bibi (Suprajitno, 2004).
Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal
bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga
terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan dan saling menyerahkan diri
yang dijalin oleh kasih sayang (Djamarah, 2004).
Keluarga merupakan suatu unit terkecil yang bersifat universal, artinya
terdapat pada setiap masyarakat di dunia atau sistem sosial yang terbentuk dalam
sistem sosial yang lebih besar. Ada dua macam keluarga, yaitu keluarga inti (nuclear
family) dan keluarga besar (extended family). Keluarga inti adalah suatu keluarga
yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum dewasa atau belum kawin,
sedangkan keluarga besar adalah suatu satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu
generasi dan lingkungan kaum keluarga yang lebih luas dari pada ayah, ibu dan anakanak.
2.3.1. Komunikasi Keluarga
Komunikasi dalam keluarga jika dilihat dari segi fungsinya tidak berbeda
dengan fungsi komunikasi pada umumnya (Djamarah, 2004). Meluangkan waktu

32

bersama merupakan syarat untuk menciptakan komunikasi orangtua dan anak.
Komunikasi disini haruslah komunikasi yang efektif, artinya pesan yang disampaikan
oleh si pengirim dapat ditangkap sama oleh si penerima.
Komunikasi keluarga adalah suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam
kehidupan keluarga. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari kegiatan
berbicara, berdialog, bertukar pikiran akan hilang. Akibatnya kerawanan hubungan
antara anggota keluarga sukar dihindari, oleh karena itu komunikasi antara suami dan
istri, komunikasi antara orang tua dengan anak perlu dibangun secara harmonis dalam
rangka membangun hubungan yang baik dalam keluarga (Djamarah, 2004). Hurlock
(1997), menjelaskan komunikasi keluarga adalah pembentukan pola kehidupan
keluarga dimana didalamnya terdapat unsur pendidikan, pembentukan sikap dan
perilaku anak yang berpengaruh terhadap perkembangan anak.
Dalam dunia modern ini menyebabkan perubahan dalam berbagai aspek
kehidupan keluarga, akibatnya pola keluarga telah berubah secara radikal (drastis).
Dari sekian banyak perubahan yang terjadi pada keluarga tersebut dampaknya dapat
terjadi pada seluruh komponen keluarga yang ada yaitu dipihak ayah, ibu, anak
maupun keluarga yang ikut didalamnya seperti nenek atau anggota lainnya. Dilihat
dari uraian di atas, maka anak pun memikul dampak dari perubahan yang terjadi pada
keluarga. Ikatan dengan keluarga yang renggang dan kontak keluarga yang
berkurang, berkurangnya pekerjaan yang dilakukan di rumah, anak lebih banyak
menghabiskan waktunya di luar rumah dari pada di dalam rumah, perceraian atau
pernikahan kedua atau ketiga semakin meningkat, para ayah memegang peran lebih

33

besar alam pengasuhan anak, orang tua mempunyai ambisi lebih besar bagi anak dan
bersedia mengorbankan kepentingan pribadi mereka demi pendidikan anak dalam
mempersiapkan mereka dimasa depan dan adakalanya lebih banyak interaksi dengan
orang luar daripada anggota keluarga (Hurlock, 1997).
Selanjutnya Hurlock (1997 ) menyatakan bahwa hubungan dengan anggota
keluarga, menjadi landasan sikap terhadap orang dan kehidupan secara umum.
Dengan demikian maka seseorang akan belajar menyesuaikan diri pada kehidupan
atas dasar peraturan dalam keluarga. Peranan keluarga sangat penting terhadap
perkembangan sosial anak, tidak hanya terbatas pada situasi sosial ekonominya atau
keutuhan struktur dan interaksinya saja. Hal ini mudah diterima apabila kelompok
sosial

dengan

tujuan-tujuan,

norma-norma,

dinamika

kelompok

termasuk

kepemimpinannya yang sangat mempengaruhi kehidupan individu yang menjadi
keloompok tersebut diantara anak. Keluarga memiliki peran yang sangat penting
dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih
sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial
budaya yang diberikan merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak
menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat (Yusuf, 2007).
Komunikasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menanamkan
nilai-nilai. Bila hubungan yang dikembangkan oleh orang tua tidak harmonis
misalnya, ketidak-tepatan orang tua dalam memilih pola asuhan, pola komunikasi
yang tidak dialogis dan adanya permusuhan serta pertentangan dalam keluarga, maka

34

akan terjadi hubungan yang tegang. Komunikasi dalam keluarga terbentuk bila
hubungan timbal balik selalu terjalin antara ayah, ibu dan anak (Gunarsa,2002).
Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif, karena
komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada
sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan. Demikian juga dalam lingkungan
keluarga diharapkan terbina komunikasi yang efektif antara orang tua dan remaja,
sehingga akan terjadi hubungan yang penuh kasih sayang dan dengan adanya
hubungan harmonis antara orang tua dan remaja, diharapkan adanya keterbukaan
antara orang tua dan remaja dalam membicarakan masalah dan kesulitan yang dialami
oleh remaja (Mulandar, 2003). Maka disinilah diperlukan komunikasi dalam keluarga
yang sering dsiebut komunikasi keluarga. Kegiatan komunikasi dalam keluarga
biasanya berlangsung secara tatap muka dan memungkinkan adanya dialog antar
anggota-anggota dalam keluarga pada umumnya bersikap akrab dan terbuka. Namun
untuk mengadakan komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak usia remaja
tidak mudah karena ada faktor-faktor yang menjadi penghambat, yaitu :
1.

Orang tua biasanya merasa kedudukannya lebih tinggi daripada kedudukan
anaknya yang menginjak usia remaja.

2.

Orang tua dan remaja tidak mempergunakan bahasa yang sama sehingga
meninggalkan salah tafsir atau salah paham.

3.

Orang tua hanya memberikan informasi, akan tetapi tidak ikut serta memecahkan
masalah yang dihadapi remaja.

35

4.

Hubungan antara orang tua dan remaja hanya terjadi secara singkat dan formal,
karena selalu sibuknya orang tua.

5.

Remaja

tidak

diberi

kesempatan

mengembangkan

kreativitasnya

serta

memberikan pandangan-pandangan secara bebas (Soekanto, 2003).
Sarwono (1997) menyebutkan orangtua adalah ayah dan ibu kandung yang
keduanya secara bersama-sama menjalankan organisasi rumah tangga. Orang tua
adalah sumber kebutuhan jasmani dan rohani bagi anak. Anak menerima segala
macam kebaikan dari orangtua dan berkat orangtua pula anak memperoleh
kedudukan dalam masyarakat. Oleh karena itu orangtua harus menumbuhkan harapan
untuk berprestasi kepada anaknya sejak dini.
Anak sebagai anggota keluarga mempunyai hubungan

yang erat dengan

orangtua. Hubungan tersebut menyebabkan orangtua dapat mengetahui cara berpikir
anak dan persoalan yang sedang dihadapi oleh anak. Anak juga mulai menjalin
hubungan dengan kelompok sosial yang lebih luas. Dalam menghadapi permasalahan
dengan kelompoknya, anak membutuhkan dukungan dan dorongan dari orangtua. Hal
ini terwujud dalam bentuk komunikasi antara orangtua dengan anak. Jika orangtua
tidak memperhatikan hal tersebut karena sibuk dengan pekerjaannya, maka dapat
merenggangkan hubungan antara orangtua dan anak. Komunikasi antara orang tua
dan anak ini mengekspresikan tanggung jawab kedua orangtua sebagai kesatuan
dalam mendidik anak yang meliputi beberapa hal, yaitu menanamkan kebiasaan yang
baik, sopan santun, tata tertib peraturan rumah, etika umum, dan lain-lain.

36

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi antara
orangtua dan anak adalah suatu proses penyampaian pesan, pendapat atau ide oleh
seseorang kepada orang lain yang bersifat dua arah dimana dalam hal ini antar ayah
atau ibu dengan anaknya, masing-masing mempunyai hak untuk mengungkapkan
pendapat atau idenya dan stimulus yang disampaikan oleh pengirim sesuai dengan
stimulus yang diterima oleh penerima.
2.3.2. Kualitas Komunikasi Interpersonal dalam Keluarga
Komunikasi interpersonal dalam keluarga harus berlangsung secara timbal
balik dan silih berganti, bisa dari orang tua ke anak atau dari anak ke orang tua. Awal
terjadinya komunikasi karena ada sesuatu pesan yang ingin disampaikan, sehingga
kedua belah pihak tercipta komunikasi yang efektif (Djamarah, 2004).
Komunikasi interpersonal adalah suatu pengiriman dan penerimaan pesan
antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang dengan beberapa umpan balik
seketika. Komunikasi ini dianggap efektif dalam hal upaya untuk mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku seseorang karena sifatnya dialogis, berlangsung secara tatap
muka (face to face) dan menunjukkan suatu interaksi sehigga terjadi kontak pribadi
atau personal contact (Effendy, 2002). Dengan demikian mereka yang terlibat dalam
komunikasi ini masing-masing menjadi pembicara dan pendengar. Nampaknya
adanya upaya untuk terjadinya pengertian bersama dan empati. Disini terjadi rasa
saling menghormati berdasarkan anggapan bahwa masing – masing adalah manusia
utuh yang wajib, berhak dan pantas untuk dihargai dan dihormati sebagai manusia.

37

Dalam proses komunikasi ini, ketika pesan disampaikan umpan balikpun
terjadi saat itu juga (immediate feedback) sehingga komunikator tahu bagaimana
reaksi komunikan terhadap pesan yang disampaikannya. Umpan balik itu sendiri
memainkan peran dalam proses komunikasi, sebab ia menentukan berlanjutnya
komunikasi atau berhentinya komunikasi yang dilancarkan oleh komunikator, selain
itu umpan balik dapat memberikan komunikator bahan informasi bahwa sumbangansumbangan pesan mereka yang disampaikan menarik atau tidak bagi komunikan.
Umpan balik dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Umpan balik
dikatakan bersifat positif ketika respon dari komunikan menyenangkan komunikator,
sehingga komunikasi berjalan dengan lancar, sedangkan sebaliknya umpan balik
dikatakan negatif ketika respon komunikan tidak menyenangkan komunikator
sehingga

komunikator

enggan

untuk

melanjutan

komunikasi

tersebut

(Effendy,2003).
Keluarga yang sehat dapat dibentuk melalui komunikasi. Melalui komunikasi
orang tua memberikan dan mengerjakan tentang nilai, norma, pengetahuan, sikap dan
harapan terhadap anak-anak. Dengan komunikasi yang efektif, maka beberapa hal
tersebut dapat diterima dan dipahami oleh remaja. Komunikasi yang efektif akan
menimbulkan hubungan dan pengertian yang makin baik antara kedua belah pihak
(Irwanto, 2001).
Komunikasi yang baik didalam keluarga bersifat dialog dan bukan monolog.
Komunikasi yang monolog tidak menimbulkan tantangan dalam diri anak untuk
mengembangkan pikiran, kemampuan bertanggung jawab dan anak tidak dimintai

38

pendapat atas usul bila ada masalah dalam keluarga. Jika komunikasi bersifat dialog,
orang tua mendapat kesempatan mengenal anaknya atau dapat berkomunikasi secara
langsung sehingga dapat memberikan pengaruh langsung kepada anak. Orang tua
dapat belajar dari anaknya waktu mendengarkan dan berkomunikasi dengan anakanak (Kartono, 1994).
Komunikasi yang efektif juga dibutuhkan untuk membentuk keluarga yang
harmonis, selain faktor keterbukaan, otoritas, kemampuan bernegosiasi, menghargai
kebebasan dan rahasia antar anggota keluarga. Dengan adanya komunikasi yang
efektif diharapkan dapat mengarahkan remaja untuk mampu mengambil keputusan,
mendukung perkembangan otonomi dan kemandirian dan lain – lain. Dengan
demikian, dapat dilihat bahwa komunikasi merupakan faktor yang penting bagi
perkembangan diri remaja, karena ketiadaan komunikasi dalam suatu keluarga akan
berakibat fatal seperti timbulnya perilaku menyimpang pada remaja. Sedangkan
menurut Rahkmat (2002), tidak benar anggapan orang bahwa semakin sering
seseorang melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain, maka makin baik
hubungan mereka. Persoalannya adalah bukan beberapa kali komunikasi dilakukan,
tetapi bagaimana komunikasi itu dilakukan. Hal ini berarti penting bahwa dalam
komunikasi yang diutamakan adalah bukan kuantitas dari komunikasinya, akan tetapi
seberapa besar kualitas komunikasi tersebut.

39

2.3.3. Aspek-Aspek Komunikasi Interpersonal Keluarga
Supratiknya (1995) mengemukakan aspek-aspek komunikasi secara umum
antara lain :
a. Pembukaan diri
Saling terbuka dan jujur dalam berhubungan atau berintraksi dengan orang lain.
b. Mampu mendengarkan lawan bicara, memahami pesan atau ide dengan baik
c. Mampu mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan baik
Mampu mengungkapkan ide-ide, gagasan atau perasaannya dan menyampaikan
pesan tersebut dengan tepat.
d. Penerimaan terhadap orang lain
Menghargai pendapat orang lain atau mampu menerima gagasan dari sudut
pandang orang lain.
Lunandi (1995) menyatakan aspek-aspek komunikasi yaitu :
a. Mendengarkan
Mendengarkan suatu komunikasi harus dilakukan dengan pikiran dan hati serta
segenap indra yang diharapkan kepada si pembicara.
b. Pernyataan
Untuk dapat menyampaikan suatu pernyataan kepada orang lain, pertama-tama
gagasan itu harus dipahami terlebih dahulu, kalau gagasan masih samar-samar
bagi kita, maka bagi orang lain akan menjadi lebih kabur lagi.

40

c. Keterbukaan
Terbuka untuk menyatakan isi hati dan terbuka untuk mendengarkan. Terbuka
untuk mengungkapkan diri dengan jujur, terbuka untuk menerima orang lain akan
membuka komunikasi lebih berarti.
d. Kepekaan
Untuk melakukan komunikasi yang mengena, pihak-pihak yang berkomunikasi
perlu memiliki kepekaan. Jadi tidak asal mengungkapkan apa yang ada dalam hati
dan pikiran, sedangkan kepekaan diartikan sebagai kemahiran membaca bahasa
badan dan komunikasi yang tidak diungkapkan dengan kata-kata.
e. Umpan Balik
Sebuah komunikasi disebut umpan balik kalau pesan yang dikirim terpantul yaitu
mendapat tanggapan yang dikirimkan kembali. Memberikan umpan balik
memungkinkan kita mengetahui isi pesan lebih sempurna dan lebih baik.
Tambunan(dalam, Sobur 1991) mengungkapkan aspek komunikasi orangtua anak antara lain adalah :
a. Mendengarkan
Aspek ini dapat dilihat dari kemampuan untuk saling mendengarkan dengan
cermat setiap ide dan gagasan dari lawan bicaranya. Jika orang tua mendengarkan
ide dan gagasan dari anaknya, maka rasa percaya diri anak akan semakain tumbuh.
b. Kedekatan dangan orangtua
Ada tidaknya komunikasi antara remaja dan orangtua biasanya tampak dari
memberikan kesempatan pada anak untuk menyatakan pendapat merupakan hal

41

yang positif untuk mendorong anak mau terbuka dengan orang tua dan anak akan
belajar untuk menghargai orang tua.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek –aspek
komunikasi orang tua-anak adalah saling mendengarkan, saling terbuka, mampu
mengungkapkan ide-ide, gagasan atau perasannya dan mampu mengadakan umpan
balik dengan lawan bicara.

2.4. Perilaku
Perilaku merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang berfungsi sebagai
media atau sarana untuk menyediakan kondisi sosio-psikologis sedemikian rupa
sehingga individu atau masyarakat berperilaku sesuai dengan norma-norma hidup
sehat (Soekidjo, 2007). Pada proses pembentukan dan atau perubahan perilaku
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri.
Faktor-faktor tersebut antara lain : susunan saraf pusat, persepsi, motivasi,
emosi dan belajar. Notoatmodjo(1993) mengatakan bahwa perilaku adalah hal-hal
yang dikerjakan oleh organisme, baik yang dapat diamati secara langsung ataupun
yang dapat diamati secara tidak langsung. Secara umum perilaku manusia
dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Hereditas (keturunan) merupakan
konsepsi dasar atau modal bagi perkembangan perilaku, sedangkan lingkungan
merupakan kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku tersebut. Mekanisme
pertemuan antara kedua faktor tersebut dalam rangka terbentuknya perilaku disebut
proses belajar (Learning process). Notoatmodjo membedakan perilaku atas dua : (1)

42

bentuk pasif yang terjadi dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat dilihat
oleh orang lain seperti berpikir, pengetahuan, sikap, dan (2) bentuk aktif, apabila
perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Bentuk pertama disebut juga
dengan covert behaviour, sedangkan yang kedua disebut overt behaviour.
Skiner (1938) dalam buku Soekidjo (2007) seorang ahli psikologi,
merumuskan bahwa perilaku seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Teori Skiner ini disebut teori S_O_R atau Stimulus Organisme Respons yang dapat
digambarkan sebagai berikut :
Organisme
• Perhatian
• Pengertian
• Penerimaan

Stimulus

Reaksi
(Perubahan Sikap)

Reaksi
(Perubahan Praktik)
Gambar 2.2. Skema Teori Perilaku S_O_R
Teori yang mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan (Soekidjo, 2007), antara lain :

43

1. Teori Lawrrence Green
Menurut Green perilaku ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yaitu:
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yakni faktor pencetus
timbulnya perilaku seperti pikiran dan

motivasi untuk berperilaku yang

meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan
sebagainya.
b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yakni faktor yang mendukung
timbulnya perilaku sehingga motivasi atau pikiran menjadi kenyataan,
termasuk di dalamnya adalah lingkungan fisik dan sumber-sumber yang ada
di masyarakat.
c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), yakni faktor yang merupakan
sumber pembentukan perilaku yang berasal dari orang yang merupakan
kelompok referensi dari perilaku, seperti keluarga, teman, guru atau petugas
kesehatan.
2. Teori Snehandu B. Kar
Kar menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku itu
merupakan fungsi dari :
a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan
kesehatannya (behaviour intention)
b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (sosial-support)
c. Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan
(accessebility of information)

44

d. Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau
keputusan (personal autonomy)
e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action
situation)
3. Teori WHO
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu
berperilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok. Pemikiran dan perasaan,
yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan- kepercayaan, dan
nilai-nilai seseorang terhadap objek yang dalam hal ini objek kesehatan.
Menurut WHO, perubahan perilaku itu dikelompokan menjadi 3, yaitu :
a. Perubahan alamiah (Natural Change)
Perubahan alamiah dimana apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu
perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggotaanggota masyarakat didalamnya juga akan mengalami perubahan.
b. Perubahan Terencana (Planned Change)
Perubahan ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.
c. Kesediaan untuk berubah (Readdiness to Change)
Apabila terjadi sesuatu, inovasi atau program-program pembangunan didalam
masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk
menerima inovasi atau perubahan tersebut, dan sebagian lagi sangat lambat untuk
menerima inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini disebabkan setiap orang
mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.

45

2.5. Remaja
2.5.1. Batasan Usia Remaja
Yusuf (2004) menyatakan batasan usia pada masa remaja terbagi ke dalam
tiga tahap, yaitu :
a. Remaja Awal, memiliki kisaran umur 12-15 tahun.
b. Remaja Madya, memiliki kisaran umur 15-18 tahun.
c. Remaja Akhir, memiliki kisaran umur 19-22 tahun.
Masa remaja awal (early adolescence) diartikan sebagai tahap remaja merasa
terheran-heran akan perubahan yang terjadi serta dorongan-dorongan yang menyertai
perubahan yang terjadi. Perubahan yang terjadi pada masa remaja awal adalah
perubahan fisik, psikis dan kematangan organ seksual. Dilihat dari kisaran usia
remaja awal yaitu antara 12-15 tahun, maka masa remaja awal dialami oleh remaja
yang duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) pada tahap akhir atau kelas enam, dan
pada awal-awal duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Santrock (2006), menyatakan masa remaja awal diawali dengan masa
pubertas (puberty), yaitu perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi
perubahan tubuh dan hormonal. Perubahan dalam bentuk perkembangan fisik dan
psikis pada masa remaja merupakan kedua hal yang tidak dapat dipisahkan. Reaksi
seorang remaja terhadap perubahan fisik pada masa remaja tergantung pada
pencerminan diri dan penerimaan lingkungan dimana remaja tersebut berada.
Ketidakjelasan status akan dialami oleh individu selama menjalani masa remaja

46

karena masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak – kanak menuju
masa dewasa.
Hurlock (2004), mengemukakan masa peralihan merupakan periode dimana
individu mengalami ketidakjelasan dan memiliki keraguan akan peran yang harus
dilakukan. Pada masa remaja, individu memiliki peranan yang tidak jelas karena
remaja bukanlah anak-anak tetapi belum dewasa. Ketidakjelasan status menyebabkan
masa remaja sebagai masa dimana individu mencari eksistensi diri.
Kemenkes (2010), mengatakan bahwa secara umum pengetahuan tentang
seksualitas adalah suatu informasi mengenai persoalan manusia yang meliputi :
a

Perkembangan organ-organ Seks
1. Organ seksual primer : organ seks laki-laki disebut dengan penis yang
memiliki kemampuan mereproduksi sel sperma dan organ seks perempuan
disebut vagina yang menghasilkan sel ovum untuk meneruskan keturunan.
2. Organ seksual sekunder : Organ Seks pendukung yang melengkapi
pertumbuhan payudara, ukuran pinggul dan paha bertambah besar, tumbuh
rambut halus di sekitar vagina dan ketiak, sedangkan pada laki-laki bahu
melebar, suara menjadi lebih berat/besar, tumbuh rambut di sekitar penis dan
ketiak juga di sekitar wajah yang biasa disebut dengan kumis, cambang atau
jenggot.

b. Proses Pembuahan
Yaitu bertemunya sel telur dengan sperma, kemudian sel telur yang dibuahi
tertanam di dalam rahim, hal ini menandakan awal dari kehamilan.

47

c. Kehamilan
1. Masa prenatal yaitu masa sebelum bayi lahir atau keluar dari kandungan.
2. Kelahiran yaitu proses keluarnya bayi
d. Aspek-aspek kesehatan
Yaitu pengetahuan tentang penyakit menular seksual akibat kontak seksual atau
melakukan aktivitas seksual, seperti AIDS, Syphilis, Vaginismus, dan lain–lain.
e. Aspek–aspek kejiwaan
1. Abnormal seksualitas seperti homoseksual atau gay dan lesbian yaitu
hubungan seksual yang terjadi pada dua orang yang sama jenis kelaminnya
(laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan).
2. Biseksual yaitu hubungan seksual yang dapat dilakukan dengan sesama jenis
dan lawan jenis
3. Masturbasi dan onani yaitu perilaku seksual yang dilakukan tanpa bantuan
orang lain untuk memuaskan hasrat seksual diri sendiri.
4. Emosi yang berlebihan, perasaan menjadi lebih sensitif, timbulnya jerawat
pada saat menjelang haid pada remaja perempuan
5. Kekuatan akan besar/kecilnya organ seks (penis, payudara), dan lain -lain.
2.5.2 Fase Perkembangan Perilaku Seksual Remaja
Masa

remaja

merupakan

maturasi

biologik

maupun

psikologik.

Perkembangan fisik termasuk organ seksual serta peningkatan kadar hormon
reproduksi atau hormon seks baik pada anak laki-laki maupun anak perempuan akan
menyebabkan perubahan perilaku seksual remaja secara keseluruhan. Menurut

48

Pangkahila, 2004 perkembangan seksual tersebut sesuai dengan beberapa fase mulai
dari pra remaja, remaja awal, remaja menengah sampai remaja akhir.
1. Pra Remaja
Masa pra remaja adalah suatu tahap untuk memasuki tahap remaja yang
sesungguhnya. Pada masa pra remaja ada beberapa indikator yang telah dapat
ditentukan untuk menentukan identitas jend

Dokumen yang terkait

Pengaruh Lingkungan Sosial dan Komunikasi Keluarga terhadap Perilaku Seksual Remaja Siswa SMU Negeri 1 Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 16

Pengaruh Lingkungan Sosial dan Komunikasi Keluarga terhadap Perilaku Seksual Remaja Siswa SMU Negeri 1 Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 2

Pengaruh Lingkungan Sosial dan Komunikasi Keluarga terhadap Perilaku Seksual Remaja Siswa SMU Negeri 1 Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 12

Pengaruh Lingkungan Sosial dan Komunikasi Keluarga terhadap Perilaku Seksual Remaja Siswa SMU Negeri 1 Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 2 39

Pengaruh Lingkungan Sosial dan Komunikasi Keluarga terhadap Perilaku Seksual Remaja Siswa SMU Negeri 1 Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 4

Pengaruh Lingkungan Sosial Dan Komunikasi Keluarga Terhadap Perilaku Seksual Remaja Siswa Smu Negeri 1 Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 16

Pengaruh Lingkungan Sosial Dan Komunikasi Keluarga Terhadap Perilaku Seksual Remaja Siswa Smu Negeri 1 Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 2

Pengaruh Lingkungan Sosial Dan Komunikasi Keluarga Terhadap Perilaku Seksual Remaja Siswa Smu Negeri 1 Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 11

Pengaruh Lingkungan Sosial Dan Komunikasi Keluarga Terhadap Perilaku Seksual Remaja Siswa Smu Negeri 1 Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 3

Pengaruh Lingkungan Sosial Dan Komunikasi Keluarga Terhadap Perilaku Seksual Remaja Siswa Smu Negeri 1 Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 16