Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Tempe Di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Pengertian Strategi
Menurut Jauch dan Glueck dalam buku Jatmiko (2003:5) mendefenisikan

strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan
keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan yang dirancang
untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui
pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.
Strategi adalah serangkaian komitmen dan tindakan yang terintegrasi dan
terkoordinasi yang dirancang untuk mengeksploitasi kompetensi ini (core
competence) dan mendapatkan keunggulan kompetitif (Jatmiko 2003:134).

Strategi didefinisikan sebagai berbagai cara untuk mencapai tujuan. Selain
dengan perkembangan konsep manajemen strategik, strategi tidak didefinisikan
hanya semata-mata sebagai cara untuk mencapai tujuan karena strategi dalam
konsep manajemen itu sendiri melalui berbagai keputusan strategik (strategic
decision) yang dibuat oleh manajemen perusahaan yang diharapkan akan


menjamin terpeliharanya keunggulan bersaing perusahaan (Solihin, 2009:69).

9
Universitas Sumatera Utara

2.2

Pengertian Industri
Industri adalah salah satu sub sistem ( salah satu unsur) daripada bisnis,

dengan kata lain, bisnis terdiri dari sejumlah Industri. Industri adalah kumpulan
perusahaan yang memproduksi barang yang sama atau hampir sama. Jadi, masingmasing jenis industri memproduksi barang yang sama, misalnya ada Industri
Kimia, Industri Logam, Industri Meubel, Industri Rokok, Industri Makanan, dan
lain sebagainnya ( Manullang dkk, 2008:4).
Menurut Hasibuan dan Sudarman dalam Kuncoro (2007:135) pengertian
industri dalam arti sempit

adalah kumpulan perusahaan yang menghasilkan


produk sejenis di mana terdapat kesamaan dalam bahan baku yang digunakan,
proses, bentuk produk akhir, dan konsumen akhir. Dalam arti luas, industri dapat
didefinisikan sebagai kumpulan perusahaan yang memproduksi barang dan jasa
dengan elastisitas silang (cross elasticities of demand) yang positif dan tinggi.
Secara garis besar industri dapat didefinisikan sebagai kelompok perusahaan yang
memproduksi barang atau jasa yang sama atau bersifat subsitusi.
Menurut UU No. 5 Tahun 1984, tentang Perindustrian, industri adalah
suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi
penggunaannya, tidak termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan
industri.
Industri Pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan
kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan
sehingga menjadi barang jadi/setengah jadi, dan atau barang yang kurang nilainya

10
Universitas Sumatera Utara

menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada
pemakai akhir ( Badan Pusat Statistik, 2015).


2.3

Jenis-Jenis Industri
Menurut Badan Pusat Statistik (2015) pengelompokan industri menjadi

empat berdasarkan jumlah tenaga kerja yaitu:
a.

Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang
dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas,
tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola
industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya.
Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/ tahu, dan
industri makanan ringan.

b.

Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai
19 orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relative kecil,

tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan
saudara. Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan industri
pengolahan rotan.

c.

Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20
sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup
besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan
memiliki kemapuan manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri
bordir, dan industri keramik.

d.

Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang.
Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara

11
Universitas Sumatera Utara


kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki
keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji
kemampuan dan kelayakan (fit and profer test). Misalnya: industri tekstil,
industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang.

2.4

Produksi

2.4.1

Pengertian Produksi
Menurut (Fahmi, 2014:2) Produksi adalah sesuatu yang dihasilkan oleh

suatu perusahaan baik berbentuk barang (goods) maupun jasa (services) dalam
suatu periode tertentu yang selanjutnya dihitung sebagai nilai tambah bagi
perusahaan. Bentuk hasil

produksi dengan kategori barang (goods) dan jasa


(services) sangat tergantung pada kategori aktivitas bisnis yang dimiliki
perusahaan yang bersangkutan. Jika perusahaan manufacture (pabrik) sudah jelas
produksi yang dihasilkan dalam bentuk barang sedangkan untuk bisnis perhotelan,
travel, pendidikan adalah berbentuk jasa barang bersifat tangible asset dan jasa
bersifat intangible asset .
Menurut Amirullah dan Imam ( 2005:13) Produksi didefinisikan sebagai
setiap kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa. Dalam pengertian sehari-hari,
aktivitas produksi ini sering dianggap sinonim dengan pembuatan barang-barang.
Hal ini berati bahwa sebuah bisnis dijalankan untuk membuat barang dan jasa
yang dibutuhkan oleh manusia atau konsumen.
Manurut Putong (2005: 203) produksi atau memproduksi adalah suatu
usaha atau kegiatan untuk menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang.

12
Universitas Sumatera Utara

Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih
dari bentuk semula.
Menurut Minto Purwo (2000: 43) produksi adalah usaha atau kegiatan
manusia untuk menciptakan atau menimbulkan kegunaan suatu benda agar

menjadi lebih berguna bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Dari definisi ini jelas
bahwa untuk memenuhi kebutuhan haruslah lebih dahulu melakukan berbagai
kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut bertujuan untuk menghasilkan, menciptakan,
dan mengolah barang atau jasa, atau meningkatkan atau menciptakan kegunaan
suatu benda agar memiliki nilai guna lebih tinggi bagi pemenuhan kebutuhan.
Menurut Manullang dkk (2008:188) Produksi adalah proses kordinasi
berbagai faktor produksi atau sumber daya untuk mentrasformasi bahan menjadi
produk (barang) atau jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Produk (barang)
adalah output atau hasil proses produksi dengan penggunaan berbagai sumber
daya untuk menciptakan penambahan faedah, baik faedah bentuk, faedah waktu,
faedah tempat atau faedah kepemilikan.
Bagi suatu perusahaan faedah (kegunaan) suatu produk melalui proses
produksi

mempunyai

sesuatu

tujuan


yakni

maximizing

profit

atau

memaksimumkan keuntungan. Proses produksi yang menghasilkan barang dan
jasa hanya akan memberi keuntungan kepada perusahaan bilamana barang atau
jasa tersebut memenuhi tepat jumlah, tepat mutu, tepat waktu dan tepat harga. Jadi
produk atau barang sebagai hasil proses produksi suatu perusahaan harus
memenuhi empat syarat yaitu:

13
Universitas Sumatera Utara

a.

Jumlah tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit namun selalu tersedia

pada saat dibutuhkan oleh konsumen..

b.

Mutu harus bagus, tahan lama dan memenuhi keinginan konsumen.

c.

Barang dapat diperoleh tepat waktu sehingga tidak mengecewakan konsumen.

d.

Harga barang diusahakan serendah mungkin sehingga konsumen bersedia
membelinya.

2.4.2

Proses Produksi
Menurut Assauri (2008:105) proses produksi dapat diartikan sebagai cara,


metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang
atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan
dan dana) yang ada. Dalam industri modern saat ini yang berada dalam persaingan
global yang amat kompetitif, aktivitas bukan hanya sekedar dipandang sebagai
kegiatan mentransformasikan input menjadi output, tetapi dipandang sebagai
penciptaan nilai tambah, dimana setiap aktivitas dalam proses produksi harus
memberikan nilai tambah. Pemahaman terhadap nilai tambah ini penting agar
setiap aktivitas produksi dapat menghindari pemborosan.
Proses produksi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu:
1.

Proses Produksi yang Kontiniu (continuous process of production).
Perusahaan yang proses produksinya barang yang sama secara terus menerus,
jadi apa yang diproduksinya atau dikerjakan pada hari ini, itu pula yang akan
diproduksikan besok dan lusa. Perusahaan yang menghasilkan produksinya
kontiniu. Pabrik mobil atau sepeda motor juga mempergunakan proses
produksi yang kontiniu.

14
Universitas Sumatera Utara


2.

Proses Produksi yang tidak Kontiniu ( intermitten process of production).
Perusahaan yang proses produksinya tidak kontiniu adalah perusahaan yang
memproduksikan barang-barang yang dipesan orang, disebut juga produksi
potongan. Contoh dari perusahaan yang proses produksinya tidak kontiniu
adalah pabrik mesin umum. Pada perusahaan seperti ini barang yang di
produksikan berbeda satu sama lain sesuai dengan kehendak pemesan, jadi
misalnya pabrik gula yang dipesan di Indonesia dari luar negeri berbeda
dengan pabrik gula yang dipesan oleh pabrik gula dari negeri yang beriklim
dingin.

2.4.3

Fungsi Produksi
Menurut Putong ( 2005: 228) Pada umumnya setiap proses produksi harus

menggunakan fungsi produksi. Fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang
menunjukkan hubungan antara tingkat output dengan input yang digunakan.
Menurut Reksoprayitno (2000:228) Fungsi Produksi adalah Hubungan
fisik antara masukan/input dan keluaran/ output untuk suatu macam produk dapat
diungkapkan dengan menggunakan konsepsi fungsi produksi. Fungsi produksi
menunjukkan output atau jumlah-jumlah hasil produksi maksimum yang dapat
dihasilkan persatuan waktu dengan menggunakan berbagai kombinasi sumber
daya manusia dipakai dalam berproduksi.
Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara
berbagai kombinasi input yang digunakan untuk menghasilkan output. Fungsi
produksi Cobb-Douglas merupakan suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan

15
Universitas Sumatera Utara

dua atau lebih variabel, dimana variabel satu disebut variabel dependen (Y) dan
yang lain disebut variabel indepenedent (X). Secara matematis , fungsi CobbDouglas Dapat ditulis sebagai berikut:
Y = a X1 b1 X2 b2 X3 b3,......Xi bi,.... Xn bn eµ

Soekartawi (1994:160)

(1)

Bila fungsi produksi Cobb-Douglas tersebut dinyatakan oleh hubungan Y
dan X, maka:
Y = f (X1, X2, X3,....Xi,....Xn)

Soekartawi (1994:160)

(2)

Dimana :
Y

= Variabel yang dijelaskan

X

= Variabel yang Menjelaskan

a, b

= Besaran yang akan diduga

µ

= Kesalahan (disterbance term)

e

= Logaritma natural, e=2,718
Jika memasukkan variabel dalam penelitian maka diperoleh model

persamaan sebagai berikut:
Y = f (X1, X2, X3)

(3)

Maka model Cobb-Douglas dalam penelitian ini adalah:
Y = a X1 b1, X2 b2, X3 b3, eµ

(4)

16
Universitas Sumatera Utara

2.4.4

Faktor-Faktor Produksi
Untuk menghasilkan barang diperlukan modal berupa uang, peralatan

produksi dan tenaga kerja yang mengoperasikan alat-alat produksi tersebut. Di
samping itu diperlukan pengusaha. Peranan pengusaha dalam kegiatan sesuatu
perusahaan adalah mengorganisasikan penggunaan mesin, dan tenaga kerja buruh
agar operasi memproduksi dan menyalurkan barang ke berbagai pasar dapat
dilaksanakan dengan efisien. Dengan demikian, dalam menghasilkan dan
memasarkan barang-barang kaitan yang erat di antara mesin, manusia dan
pengusaha. Berbagai unsur yang digunakan untuk memproduksi, menyalurkan
dan memasarkan barang dinamakan faktor produksi. Dalam perekonomian faktorfaktor produksi dapat dibedakan kepada empat jenis yaitu:
1.

Modal, faktor produksi ini merupakan benda yang diciptakan oleh manusia
dan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan.

2.

Tenaga Kerja, faktor produksi ini meliputi keahlian dan keterampilan yang
dimiliki, yang dibedakan menjadi tenaga kerja kasar, tenaga kerja terampil,
dan tenaga kerja terdidik.

3.

Tanah dan sumber alam, faktor tersebut disediakan oleh alam meliputi tanah,
beberapa jenis tambang, hasil hutan dan sumber alam yang dapat dijadikan
modal, seperti air yang dibendung untuk irigasi dan pembangkit listrik.

4.

Keahlian kewirausahawan, faktor produksi ini berbentuk keahlian dan
kemampuan pengusaha untuk mendirikan dan mengembangkan berbagai
kegiatan usaha (Sukirno, 2004:6).

17
Universitas Sumatera Utara

2.5

Modal
Modal adalah salah satu faktor produksi yang digunakan dalam melakukan

proses produksi. Produksi dapat ditingkatkan dengan menggunakan alat-alat atau
mesin produksi yang efisien. Dalam proses produksi tidak tidak ada perbedaan
antara modal sendiri dengan modal pinjaman, yang masing-masing berperan
langsung dalam proses produksi.
Menurut Sayuti ( 2015:70) Modal sebagai alat untuk mendapatkan barang
lain: membeli bahan baku, membeli peralatan, menyewa gedung, dan lain-lainnya.
Bila modal tidak diatur sedemikian rupa atau tidak digunakan dengan tepat, maka
akan menjadi hambatan bagi kelangsungan hidup perusahaan. Pemilik perusahaan
dapat membuat keputusan yang tepat untuk menggunakan modal dalam rangka
menjaga kelangsungan hidup perusahaan.
Menurut Schwiedland dalam Riyanto (2001:18) modal dalam artian yang
lebih luas, dimana modal itu meliputi baik modal dalam bentuk uang
(geldcapital), maupun dalam bentuk barang (sachcapital), barang-barang dagang
dan lain sebagainya. Beberapa pengertian modal oleh berbagai ahli yang dikutip
oleh Bambang Riyanto:
1. Menurut Meij “ Modal adalah sebagai kolektivitas dari barang-barang
modal yang terdapat dalam neraca sebelah debet, yang dimaksudkan
dengan barang-barang modal adalah semua barang yang ada dalam rumah
tangga perusahaan dalam fungsi produktivitasnya untuk membentuk
pendapatan”.

18
Universitas Sumatera Utara

2. Menurut Bakker “ Modal ialah baik yang berupa barang-barang kongkrit
yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang terdapat di neraca
sebelah debet, maupun berupa daya beli atau nilai tukar dari barang-barang
yang tercatat di sebelah kredit”.
Modal merupakan sejumlah uang yang digunakan dalam menjalankan
kegiatan-kegiatan bisnis. Modal dalam dunia bisnis sangat diperlukan untuk
memperoleh faktor-faktor produksi seperti bahan baku dan upah tenaga kerja.
Modal dalam bisnis dapat diperoleh dari berbagai sumber, yaitu modal sendiri,
modal pinjaman melalui perbankan, dan modal patungan (kerja sama). Masingmasing sumber modal tersebut memiliki keterbatasan dalam penggunaan dan
risiko tanggungan. Perusahaan yang memiliki modal yang besar tidak serta merta
merupakan bisnis yang sukses atau sebaliknya, perusahaan dengan modal kecil
tidak berati peluangnya untuk sukses sangat kecil. yang terpenting dalam hal ini
adalah bagaimana mengelola (manage) sumber daya capital sebagai elemen yang
produktif untuk pengembangan bisnis (Amirullah dkk , 2005:7).

2.6

Bahan Baku
Menurut

Jayaatmaja

(2010:9)

Bahan

baku

adalah

bahan

yang

dipergunakan dalam proses produksi pada periode yang bersangkutan. Sedangkan
menurut Kholmi dan Yuningsih (2009: 26) Bahan baku adalah bahan yang
sebagian besar membentuk produk setengah jadi (barang jadi) atau menjadi wujud
dari suatu produk yang dapat ditelusuri ke produk tersebut.

19
Universitas Sumatera Utara

Menurut Sayuti (2015:72) Bahan baku dalam pengertian lingkungan
perusahaan adalah input yang dijadikan dasar untuk menjalankan kegiatan
perusahaan, baik berupa bahan mentah untuk membuat barang baru, maupun
barang jadi (untuk perusahaan dagang) yang menjadi bahan yang digunakan untuk
menjalankan kegiatan bisnis.
Bahan baku merupakan semua sumber alam, termasuk tanah, kayu,
mineral dan minyak. Sumber alam tersebut juga sebagai faktor produksi yang
diperlukan dalam melaksanakan aktivitas bisnis untuk diolah dan menghasilkan
barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat ( Amirullah dkk 2005:7).
Jenis bahan baku yang diperlukan dalam operasi bisnis dapat
dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu bahan baku utama (especial raw material)
dan bahan baku tambahan (additional raw material). Bahan baku utama adalah
bahan baku yang pokok atau harus tersedia untuk digunakan dalam menciptakan
barang dan jasa. seperti proses pembutan tempe, industri tempe membutuhkan
bahan baku kacang kedelai sedangkan bahan tambahan adalah bahan baku yang
digunakan untuk mendukung proses penciptaan barang dan jasa. Dalam contoh ini
industri tempe membutuhkan plastik pembungkus atau ragi untuk melengkapi
keberadaan dari produk utama.

2.7

Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah orang yang melaksanakan dan menggerakan segala

kegiatan menggunakan peralatan dengan teknologi dalam menghasilkan barang
dan jasa yang bernilai ekonomis untuk memenuhi kebutuhan manusia.

20
Universitas Sumatera Utara

Tenaga kerja merupakan bahagian integral dari sistem produksi, apakah
transformasi secara manual atau dengan mesin sangat otomatis. Keberhasilan
suatu perusahaan bukanlah semata-mata tergantung kepada efisiensi mesin-mesin
dan peralatan, tetapi tergantung pada efisiensi tenaga kerja bekerja, kemampuan
fisiknya, lingkungan pekerjaannya dan pola-pola tingkah lakunya (Manullang,
2008:197).
Di dalam ilmu ekonomi, yang dimaksud tenaga kerja manusia (labor)
bukanlah semata-mata kekuatan manusia yang mencagkul, menggergaji,
bertukang, dan segala labor atau tenaga kerja saja, tetapi lebih luas lagi yaitu
human resources (sumber daya manusia). Didalam istilah human resources atau

sumber daya manusia itu, tercakuplah tidak saja tenaga fisik atau tenaga jasmani
manusia tetapi juga kemampuan mental atau kemampuan nonfisiknya, tidak saja
tenaga terdidik tetapi juga tenaga yang tidak terdidik tidak saja tenaga yang
terampil tetapi juga yang tidak terampil (Rosyidi, 2014:56).
Menurut Sukirno ( 2004:7) Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani
yang secara langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi.
Faktor produksi tenaga kerja juga dikategorikan sebagai faktor produksi asli.
Dalam faktor produksi tenaga kerja, terkandung unsur fisik, pikiran, serta
kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja dapat
dikelompokan berdasarkan kualitas (kemampuan dan keahlian) dan berdasarkan
sifat kerjanya. Berdasarkan kualitasnya tenaga kerja dibedakan menjadi :
1. Tenaga Kerja Terdidik, adalah tenaga kerja yang memerlukan pendidikan
tertentu sehingga memiliki keahlian di bidangnya.

21
Universitas Sumatera Utara

2. Tenaga Kerja Terampil, adalah tenaga kerja yang memerlukan kursus atau
latihan bidang-bidang keterampilan tertentu sehingga terampil di bidangnya.
3. Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih (tenaga kerja kasar) adalah
tenaga kerja yang tidak memiliki keahlian dan pendidikan dalam suatu bidang
pekerjaan.
Menurut Kardiman (2003: 73) Faktor produksi tenaga kerja adalah segala
kegiatan jasmani maupun rohani atau pikiran manusia yang ditujukan untuk
kegiatan produksi. Pemanfaatan tenaga kerja dalam proses produksi haruslah
dilakukan secara manusiawi, artinya perusahaan pada saat memanfaatkan tenaga
kerja dalam proses produksinya harus menyadari bahwa kemampuan mereka ada
batasnya, baik tenaga maupun keahliannya. Selain itu juga perusahaan harus
mengikuti peraturan yang dikeluarkan pemerintah dalam menetapkan besaran gaji
tenaga kerja.

2.8

Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan penjelasan ilmiah mengenai proposisi

antarkonsep/ antarkonstruk atau pertautan/hubungan antarvariabel penelitian
(Juliandi, 2013:119). Untuk memudahkan pemahaman mengenai keseluruhan
rangkaian dari penelitian ini, maka disusunlah kerangka konseptual sebagai
berikut:

22
Universitas Sumatera Utara

Produksi Tempe di Kecamatan Binjai
Kabupaten Langkat

Strategi Pengembangan Produksi Tempe di
Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat

Faktor Produksi:
Modal (X1)
Bahan Baku (X2)

Faktor Eksternal:

Faktor Internal:

Tenaga Kerja (X3)

Fungsi CobbDouglas

1. Tingkat
permintaan
produk
tinggi.
2. Perhatian
pemerintah.
3. Pertumbuhan
penduduk.
4. Makanan
pokok.
5. Harga bahan
baku
(kedelai)
tidak stabil.
6. Persaingan
antar
pengerajin
tempe.
7. Iklim dan
cuaca.

1. Tersedianya bahan
baku.
2. Pengalaman
pengerajin.
3. Tradisi masyarakat.
4. Produk yang
berkualitas.
5. Harga terjangkau.
6. Modal yang dimiliki
terbatas.
7. Teknologi yang
digunakan masih
sederhana.
8. Rendahnya kualitas
SDM baik untuk
pelaku usaha maupun
tenaga kerja .
9. Belum punya daerah
pemasaran yang luas
dan terbatasnya
informasi tentang
pasar.
10. Tidak adanya
pembukuan.
Analisis SWOT

Strategi Pengembangan Produksi Tempe di
Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Sumber: Penulis
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

23
Universitas Sumatera Utara

2.9

Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, peneliti mencari beberapa referensi dari beberapa

penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya:
1. Muhammad Nasrun Safitra (Universitas Hasanuddin Makassar, 2013)
dalam skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Produksi Industri Tahu dan Tempe di Kota Makassar”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pengaruh variabel modal terhadap produksi industri
tahu dan tempe di kota Makassar yaitu tidak signifikan. Dengan demikian
variabel modal (mesin) tidak mempengaruhi besarnya produksi tahu dan
tempe yang ada di kota Makassar. Hal ini disebabkan karena seberapa
besar pun modal

yang digunakan atau dikeluarkan tidak berpengaruh

terhadap hasil produksi tidak di dukung oleh besarnya bahan baku yang
digunakan. Dari hasil uji regresi yang dilakukan bahwa variabel bahan
baku berpengaruh signifikan terhadap produksi industri tahu dan tempe di
kota Makassar. Hal ini dikarenakan bahan baku merupakan variabel utama
dalam melakukan produksi dalam sebuah industri dengan kata lain
kegiatan produksi akan berhenti jika bahan baku tidak tersedia. Variabel
tenaga kerja terhadap produksi industri tahu dan tempe di Kota Makassar
yaitu tidak signifikan. Hal ini di karenakan pada industri tahu dan tempe di
Kota Makassar masih pada taraf home industri yaitu tenaga kerja yang
paling banyak sebesar 4 orang dan masih dibatasi pada jumlah permintaan
kepada konsumen sehingga bahan baku yang juga di gunakan akan
dibatasi.

24
Universitas Sumatera Utara

2. Ayu Mutiara (Universitas Diponegoro, 2010) dalam skripsi yang berjudul
“Analisis Pengaruh Bahan Baku, Bahan Bakar,Tenaga Kerja Terhadap
Produksi Tempe di Kota Semarang (Studi Kasus Di Kelurahan Krobokan).
Hasil penelitian ini menunjukkan Variabel bahan baku berpengaruh
signifikan terhadap produksi tempe, Dengan demikian hipotesis yang
menyatakan bahan baku berpengaruh terhadap produksi tempe diterima.
Variabel bahan bakar berpengaruh signifikan terhadap produksi tempe.
Hipotesis yang menyatakan bahan bakar berpengaruh terhadap produksi
tempe diterima. Variabel tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap
produksi tempe. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan tenaga kerja
berpengaruh terhadap produksi tempe tidak diterima.
3. Ardyarta David Pradana (Universitas Negeri Semarang, 2013) dalam
skripsi yang berjudul “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efisiensi
Industri Rumah Tangga Keripik Tempe Di Kabupaten Blora. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat pengaruh besarnya modal yang belum
efisien yang digunakan untuk pembelian bahan baku, tenaga kerja, dan
teknologi yang digunakan dalam industri rumah tangga keripik tempe di
Kabupaten Blora terhadap efisiensi harga, efisiensi teknik, dan efisiensi
ekonomi

sehingga

perlu

adanya

penambahan

modal

produksi.

Pemanfaatan faktor input industri rumah tangga keripik tempe yaitu bahan
baku, tenaga kerja dan modal di Kabupaten Blora belum efisien, masih
diperlukan peningkatan efisiensi terutama pada bahan baku. Kendala yang
timbul dalam usaha peningkatan efisiensi produksi keripik tempe di
Kabupaten Blora adalah masih sedikitnya alat modern yang digunakan

25
Universitas Sumatera Utara

sehingga banyaknya produksi yang dihasilkan kurang optimal secara
kuantitas.
4. Karjadi Mintaroem (Universitas Airlangga, 2003) telah melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Industri Kecil Di Wilayah Segitiga Industri Di Jawa Timur
(Surabaya, Sidoarjo Dan Gresik)”. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan industri dalam menyerap tenaga
kerja serta untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan industri. Sampel yang digunakan adalah berbagai kelompok
industri yang berada di daerah jawa timur, alat analisis yang digunakan
dalam penelitian tersebut adalah regresi. Adapun hasilnya adalah adanya
industri tersebut dapat menyerap tenaga kerja sebesar 46,28 % dari tenaga
kerja, dengan menggunakan variabel-variabel input bahan baku, bahan
bakar dan tenaga kerja. Ternyata faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
industri

adalah

kelancaran

persediaan

bahan,

jumlah

pekerja,

keterampilan, modal.
5. Mega Indah Mujiningsih (Universitas Negeri Semarang, 2013) telah
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha dan
Strategi Pengembangan Industri Kecil tempe di Kecamatan Matesih
Kabupaten Karanganyar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Industri
Kecil Tempe di Kecamatan Matesih layak dilakukan. Analisis SWOT
yang dipakai adalah SO ( Strength Opportunities) yaitu mengatasi
kelemahan-kelemahan yang ada dengan memanfaatkan peluang yang
muncul.

26
Universitas Sumatera Utara

6. Wahyuniarso Tri DS (Universitas Negeri Semarang, 2013) telah
melakukan penelitian dengan judul “ Strategi Pengembangan Industri
Kecil Keripik Tempe di Dusun Karangbolo Desa Lerep Kabupaten
Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi SDM pada
industri kecil keripik di dusun Karangbolo desa Lerep Kabupaten
Semarang dalam kondisi buruk. Analisis SWOT yang dipakai untuk
mengatasi masalah ini berdasarkan analisis matriks SWOT, strategi yang
dapat dilakukan untuk memberdayakan industri kecik keripik di dusun
Karangbolo desa Lerep Kabupaten Semarang adalah dengan strategi
konsentrasi melalui integrasi horizontal yaitu menghindari kehilangan
penjualan dan kehilangan profit yang disebabkan oleh ancaman-ancaman.

27
Universitas Sumatera Utara