Pengaruh Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap Tingkat Pengungkapan Islamic Social Reporting Pada Perbankan Syariah di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk muslim terbesar

di dunia, maka seharusnya dalam menjalankan segala aktivitas kehidupan sesuai
dengan aturan yang ditetapkan oleh Allah SWT. Hal tersebut memberikan
kesempatan besar dalam pengembangan konsep syariah di kehidupan masyarakat
Indonesia.
Sejumlah cendekiawan mencoba menyusun standar normatif untuk
keuangan berbasis syariah yang didalamnya termasuk juga pelaporan mengenai
tanggung jawab sosial berdasarkan prinsip-prinsip islam, pemerintah dinegaranegara dengan mayoritas penduduk Muslim seperti Malaysia dan lembagalembaga regulasi internasional seperti Accounting and Auditing Organisation for
Islamic Financial Institutions (AAOIFI) juga menyampaikan dukungan mereka
untuk pengembangan dan pengadopsian standar pengungkapan CSR (Corporate
Social Responsibility), yang berlandaskan syariah yaitu ISR (Islamic Social
Reporting).
Good Corporate Governance (GCG) adalah suatu sistem yang mengatur
bagaimana organisasi dioperasikan dan dikontrol dengan baik. GCG dapat di
artikan sebagai sarana interaksi yang mengatur antara struktur dan mekanisme

yang menjamin adanya Control dan accountability, namun tetap mendorong
efisiensi dan kinerja perusahaan. GCG terdiri atas beberapa prinsip yaitu
transparansi

(transparency),

kemandirian

(independency),

akuntabilitas

1

Universitas Sumatera Utara

(accountability), pertanggung jawaban (responsibility), dan kewajaran (fairness).
Jadi sistem ini mengatur dengan jelas dan tegas apa yang menjadi hak dan
kewajiban pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan suatu korporasi bisnis.
Praktik dan pengungkapan CSR merupakan konsekuensi logis dari implementasi

konsep Good Corporate Governance (GCG), yang prinsipnya antara lain
menyatakan bahwa perusahaan perlu memperhatikan kepentingan Stakeholdersnya, sesuai dengan aturan yang ada dan menjalin kerja sama yang aktif dengan
Stakeholders demi kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan (Utama,
2007). CSR tidak hanya terdapat pada ekonomi konvensional, tetapi berkembang
juga pada ekonomi syariah. Bahkan ekonomi syariah sudah mempunyai konsep
CSR sebelum dikeluarkannya UU No. 21 tahun 2008 mengenai perbankan
syariah. Konsep tersebut diwujudkan dalam laporan sumber dan penggunaan dana
zakat dan kebajikan.
Perusahaan perlu menerapkan strategi-strategi yang sesuai dengan kondisi
dan iklim ekonomi untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan mempertahankan
kinerja yang telah dicapai. Untuk mengetahui kinerja perusahaan perlu dilakukan
pengukuran atau penilaian. Fungsi dari pengukuran atau penilaian adalah sebagai
alat bantu manjemen perusahaan dalam pengambilan keputusan, juga untuk
memperlihatkan kepada investor maupun pihak-pihak yang berkepentingan bahwa
perusahaan memiliki kredibilitas yang baik.
Meskipun pengungkapan GCG (good corporate governance) ini cenderung
banyak dilakukan oleh perusahaan manufaktur ataupun perusahaan mining,
perusahaan perbankanpun juga mulai melakukan pengungkapan GCG atas

2


Universitas Sumatera Utara

kegiatan Islamic Social Reporting yang dilakukan. Pengungkapan tersebut tidak
hanya dilakukan oleh perbankan konvensional tetapi juga dilakukan oleh
perusahaan syariah. “Dalam perspektif islam diterangkan bahwa transaksi bisnis
tidak dapat dipisahkan dari tujuan moral masyarakat” (Usmani, 2002).
Ada beberapa elemen dalam Good Corporate Governance, salah satunya
adalah Ukuran Dewan Komisaris. Ukuran Dewan Komisaris merupakan
mekanisme pengendalian intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk
memonitor tindakan manajemen puncak. “Komposisi individu yang bekerja
sebagai anggota dewan komisaris merupakan hal penting dalam memonitor
aktifitas manajemen secara efektif” (Fama dan Jansen, 1983). Pentingnya dewan
komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara
kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada direksi
serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG akan tetapi dewan
komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional.
Dewan komisaris dalam satu perusahaan lebih ditekankan pada monitoring
dari implementasi kebijaan direksi. Peran komisaris ini diaharapkan akan
meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara dewan direksi dan

pemegang saham. Penelitian Khoirudin (2013) “Ukuran Dewan Komisaris
berpengaruh positif terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR)”,
sedangkan menurut penelitian Sri Sulastini (2007) “Ukuran Dewan Komisaris
tidak berpengaruh terhadap pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR)”.
Struktur kepemilikan merupakan jenis institusi atau perusahaan yang
memegang saham terbesar dalam suatu perusahaan (Wahyudi dan Pawestri 2006).

3

Universitas Sumatera Utara

Struktur kepemiikan dapat berupa investor individual ,pemerintah dan institusi
swasta. Struktur kepemilikan terbagi dalam beberapa kategori. Secara spesifik
kategori struktur kepemilikan meliputi kepemilikan oleh institusi domestik,
institusi asing, pemerintah, karyawan dan individual domestik.
Salah satu struktur kepemilikan yang cukup besar dalam sebuah perusahaan
adalah kepemilikan institusional. (Nakamura, 2011) “Mengatakan bahwa
kepemilikan institusional mempengaruhi perilaku perusahaan karena mereka
sering menyediakan sumber manajemen atau membebankan biaya tambahan”.
Keberadaan investor institusional dianggap mampu memonitor secara efektif

setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan karena
investor institusional terlibat dalam pengambilan keputusan perusahaan yang
strategis.
Struktur kepemilikan dalam suatu perusahaan akan memiliki motivasi yang
berbeda dalam hal mengawasi atau memonitor perusahaan serta manjemen dan
dewan direksinya. “Struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk
mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham” (Faisal, 2005).
Kania (2011)” meneliti komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan CSR, sedangkan ukuran dewan komisaris dan struktur
kepemilikan berpengaruh signifikan terhadap

pengungkapan CSR. Berbeda

dengan Taufik Hidayat (2009) yang meneliti struktur kepemilikan, komposisi
dewan komisaris, ukuran dewan komisaris dan kualitas audit tidak berpengaruh
terhadap CSR.

4

Universitas Sumatera Utara


Pengungkapan Islamic Social Reporting(ISR) adalah tanggung jawab sosial
perusahaan dalam bentuk syariah. Dalam penelitian ini dibahas mengenai
pengungkapan ISR pada perbankan syariah di Indonesia. Indeks Islamic Social
Reporting (ISR) berisi kompilasi item-item standar CSR yang di tetapkan oleh
AAOIFI (Accounting and Auditing Organisation for Islamic Financial
Institutions) yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh para peneliti
mengenai item-item GCG dan struktur kepemilikan yang seharusnya diungkapkan
oleh suatu entitas Islam. Penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi
keseluruhan item dari indeks pengungkapan yang telah dikembangkan oleh
Othman et al. (2009). Indeks pengungkapan tersebut terbagi menjadi enam
kategori yaitu, investasi dan pembiayaan, produk/jasa, kepegawaian, masyarakat,
lingkungan dan tata kelola perusahaan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat
menunjukkan adanya hubungan antara kewajiban perusahaan untuk menyajikan
laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan penggunaan
dana kewajiban seperti yang tercantum dalam ED PSAK 101 Revisi 2011,
terhadap tingkat penggunaan CSR diperbankan syariah berdasarkan indeks
Islamic Social Reporting (ISR).
Sejalan dengan itu pertumbuhan sektor perbankan berbasis syariah kian
meningkat setelah terjadinya krisis keuangan global terakhir ini dan harus tetap

dipertahankan melalui kebijakan-kebijakan yang berorientasi kepada pelanggan.
Sejak krisis tersebut kini para praktisi keuangan global sedang mencari sistem
moneter baru, dan keuangan dengan perspektif Islam dipandang cocok untuk

5

Universitas Sumatera Utara

dijadikan alternatif dari model keuangan dunia modern saat ini (Farook et al,
2011).
Krisis perbankan di Indonesia yang dimulai akhir tahun 1997 bukan sematamata di akibatkan oleh krisis ekonomi, tetapi juga diakibatkan oleh belum
dilaksanakannya GCG dan etika yang melandasinya. Usaha mengembalikan
kepercayaan pada dunia perbankan Indonesia melalui restrukturisasi dan
rekapitalisasi hanya dapat mempunyai dampak jangka panjang dan mendasar
apabila disertai tiga tindakan penting lain yaitu : ketaatan terhadap prinsip kehatihatian, pelaksanaan GCG dan pengawasan yan efektif dari otoritas pengawas
Bank.
Fenomena perkembangan syariah di Indonesia yang maju pesat,
menjadikan penelitian tentang CSR pada bank syariah diperlukan. Statistik
perkembangan perkembangan perbankan syariah sampai dengan bulan oktober
2013 menunjukkan bahwa perbankan syariah semakin luas tersebar di seluruh

Indonesia dengan 11 Bank Umum Syariah (BUS), jumlah Unit Usaha Syariah
(UUS) sebanyak 22 bank, BPRS sebanyak 163 bank, dan jaringan kantor
sebanyak 2.950. Adapun total aset (khusus BUS dan UUS) adlah sebesar Rp.
260,366 triliun, pembayaran sebesar Rp. 196,491 triliun, dan penghimpunan DPK
perbankan syariah adalah sebesar Rp. 207,121 triliun.
Iskander dan Chamlo (2000) menyampaikan pendapat bahwa krisis
ekonomi yang terjadi dikawasan Asia Tenggara dan negara-negara lain bukan
hanya terjadi akibat faktor ekonomi makro namun juga karena lemahnya tata
kelola perusahaan yang ada di perusahaan-perusahaan tersebut.

6

Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini bukan fokus pada mekanisme Good Corporate Governance
(GCG) tetapi menitikberatkan pada elemen GCG terhadap luasnya pengungkapan
Islamic Social Reporting (ISR) di perbankan syariah. Dalam PBI Nomor
11/13/PBI/2009 telah diatur struktur Corporate Governance yang diwajibkan bagi
bank umum syariah dan unit usaha syariah di Indonesia. Contoh elemen corporate
governance adalah Ukuran Dewan Komisaris.

Riset The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) tahun
2002, menemukan bahwa alasan utama perusahaan menerapkan GCG adalah
kepatuhan terhadap peraturan. Perusahaan yang mempraktikkan GCG akan
mengalami perbaikan citra, dan peningkatan nilai perusahaan.
Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan, peneliti tertarik untuk
membahas topik ini dan menguji hipotesis yang berkaitan dengan pengaruh
elemen GCG terhadap pengungkapan ISRpada perbankan syariah. Untuk
membedakan dengan penelitian lain, maka penulis menggunakan Ukuran Dewan
Komisaris dan Struktur Kepemilikan sebagai variabel independen, dimana
keduanya memiliki peran penting dalam perbankan syariah. Dan Islamic Social
Reporting (ISR) untuk mengukur CSR yang diyakini sebagai standar
pengungkapan CSR yang sesuai dengan perspektif Islam. Oleh karena itu
penelitian ini berjudul ”Pengaruh Good Corporate Governance dan Struktur
Kepemilikan Terhadap Tingkat Pengungkapan Islamic Social Reporting
Pada Perbankan Syariah Di Indonesia”.

7

Universitas Sumatera Utara


1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan

permasalahan penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Apakah Ukuran Dewan Komisaris memiliki pengaruh signifikan
terhadap tingkat pengungkapan

Islamic Social Reporting pada

perbankan syariah di Indonesia?
2. Apakah Struktur Kepemilikan memiliki pengaruh signifikan terhadap
tingkat pengungkapan Islamic Social Reporting pada perbankan syariah
di Indonesia?
3. Apakah Ukuran Dewan Komisaris dan Struktur Kepemilikan secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan Islamic
Social Reporting pada perbankan syariah di Indonesia?
1.3


Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Ukuran Dewan Komisaris memiliki pengaruh
signifikan terhadap tingkat pengungkapan Islamic Social Reporting pada
perbankan syariah di Indonesia
2. Untuk mengetahui Struktur Kepemilikan memiliki pengaruh signifikan
terhadap tingkat pengungkapan

Islamic Social Reporting pada

perbankan syariah di Indonesia
3. Untuk mengetahui Ukuran Dewan Komisaris dan struktur kepemilikan
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan
Islamic Social Reporting pada perbankan syariah di Indonesia

8

Universitas Sumatera Utara

1.4

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini, peneliti dapat memperoleh pengetahuan,
menambah wawasan dan kemampuan mengenai pengungkapan Islamic
Social Reporting (ISR) di perusahaan khususnya di perbankan syariah.
2. Bagi Perusahaan Perbankan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan
praktik pengungkapan Islamic Social Reportingpada perbankan syariah
di Indonesia khususnya mengenai Ukuran Dewan Komisaris dan struktur
kepemilikan terhadap pengungkapan islamic social reporting pada
perbankan syariah di Indonesia dan menjadi tambahan bahan informasi
bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan serta dalam pelaksanaan
Islamic Social Reporting (ISR).
3. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan tambahan referensi dan
dasar untuk melakukan penelitian dengan topik yang sama atau bukti
tambahan untuk peneliti selanjutnya.

9

Universitas Sumatera Utara