Gambaran Getaran Mekanis dan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Pemecah Batu di Bagian Produksi CV. Barokat Maqobul Binjai Tahun 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Getaran
Getaran adalah suatu gerak bolak-balik di sekitar kesetimbangan
(Kuswana, 2014). Kesetimbangan di sini maksudnya adalah keadaan dimana
suatu benda berada pada posisi diam jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda
tersebut. Getaran memiliki amplitudo (jarak simpangan terjauh dengan titik
tengah) yang sama. Jika dirunut lebih dalam maka kita akan menemukan didalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.13/Men/X/2011
Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik dan Faktor Kimia di
Tempat Kerja, getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan
arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangan.
Getaran bebas terjadi bila sistem mekanis dimulai dengan gaya awal, lalu
dibiarkan bergetar secara bebas. Contoh getaran seperti ini adalah memukul garpu
tala dan membiarkannya bergetar, atau bandul yang ditarik dari keadaan
setimbang lalu dilepaskan. Dasar analisis getaran dapat dipahami dengan struktur
rumit seperti badan mobil dapat dimodelkan sebagai “jumlahan” model massapegas-peredam kejut tersebut.
2.2 Getaran Mekanis
Proses industrialisasi dan modernisasi kehidupan disertai dengan semakin
meluasnya aplikasi teknologi maju yang antara lain jelas nampak dari kian

bertambahnya dengan cepat penggunaan beraneka ragam mesin dan peralatan
kerja mekanis yang dijalankan oleh motor penggerak. Mesin dan peralatan kerja
8
Universitas Sumatera Utara

9

mekanis tersebut menimbulkan getaran yaitu gerakan yang teratur dari benda atau
media dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangannya. Getaran ini
menyebar kepada lingkungan dan merupakan bagian dari tenaga yang sumbernya
adalah mesin atau peralatan mekanis. Sebagian dari kekuatan mekanis mesin atau
peralatan kerja disalurkan kepada tubuh tenaga kerja atau benda yang terdapat
ditempat kerja dan lingkungan kerja dalam bentuk getaran mekanis.
Pada umumnya getaran mekanis yang berasal dari suatu mesin atau
benda bergerak merupakan sesuatu hal yang tidak disukai, dan tidak dikehendaki.
Selain itu, getaran mekanis ternyata dapat menyebabkan efek buruk kepada
kesehatan dan mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Penyebab terjadinya keluhan
atau gangguan kesehatan dari getaran mekanis kepada tenaga kerja adalah :
a. Efek mekanis getaran kepada jaringan tubuh ; dan
b. Rangsangan oleh getaran mekanis kepada reseptor saraf di dalam jaringan.

Pada efek mekanis, sel-sel jaringan mungkin rusak atau metabolismenya
terganggu. Pada rangsangan reseptor, gangguan terjadi mungkin melalui saraf
sentral atau langsung pada sistem saraf otonom. Kedua mekanisme demikian
terjadi secara bersama-sama.
Untuk maksud praktis, dibedakan tiga tingkat efek getaran mekanis
kepada tenaga kerja, sebagai berikut (Suma’mur, 2009) :
a. Gangguan kenyamanan kerja; dalam hal ini, pengaruh getaran mekanis
kepada tenaga kerja hanya terbatas pada tidak dimungkinkannya bekerja
secara nyaman;

Universitas Sumatera Utara

10

b. Terganggunya tugas yang terjadi bersamaan dengan cepatnya timbul
kelelahan;
c. Gangguan dan bahaya terhadap kesehatan.
Penentuan tiga tingkat efek getaran mekanis terebut berdasarkan 2
faktor, yaitu :
i.


Tingkat Accelerasi / percepatan getaran
a) Mengganggu kenyamanan

: 0,01 – 0,1 m/s2

b) Mempercepat timbulnya kelelahan

: 0,1 – 1,1 m/s2

c) Gangguan kesehatan

: 1 – 10 m/s2

Tingkat percepatan ini diperbolehkan dengan batas waktu tertentu misalnya :

ii.

a) 1 – 1,5 m/s2


: 4 jam

b) 1,5 – 3 m/s2

: 2,5 jam

c) 3 – 5 m/s2

: 1 jam

d) 5 – 6 m/s2

: 25 menit

e) 6,3 – 10 m/s2

: 1 menit

f) > 10 m/s2


: sama sekali tidak diperkenankan

Frekuensi getaran : berpengaruh terhadap tubuh yaitu :
 Sumbu Z : arah kaki kepala atau sebaliknya yaitu 4 – 8 Hz
 Sumbu X : arah depan belakang atau sebaliknya
 Sumbu Y : arah kanan kekiri atau sebaliknya
 Sumbu X dan sumbu Y yaitu 1 – 2 Hz

Getaran mekanis dibedakan atas (Suma’mur, 2009) :
a. Getaran seluruh badan (whole body vibration)

Universitas Sumatera Utara

11

b. Getaran tangan-lengan (tool-hand vibration)
2.2.1 Getaran Seluruh Badan
Getaran seluruh badan terutama terjadi pada alat angkutan. Alat
angkutan penyebab getaran seluruh badan bukan mobil yang pembuatannya
sempurna ditinjau dari sudut halusnya mesin atau efektifnya fungsi peredam

getaran, melainkan pada truk, alat angkut yang

digunakan dalam kegiatan

industri, traktor pertanian dan perlengkapannya untuk mengerjakan tanah. Selain
getaran seluruh badan oleh alat angkut tersebut, seluruh badan dapat ikut bergetar
oleh beroperasinya alat-alat berat yang memindahkan getaran mekanis dari alat
berat dimaksud ke seluruh badan tenaga kerja lewat getaran lantai melalui kaki.
Sebenarnya pada getaran seluruh badan hanya getaran mekanis dari
tempat duduk dan topangan kaki di lantai yang penting artinya dilihat dari sudut
efeknya kepada tenaga kerja, karena getaran mekanis dari lokasi tersebut
diteruskan ke badan. Kekuatan getaran mekanis yang disalurkan ke badan
tergantung kepada sifat bantal duduk atau injakan kaki yaitu peredam yang
menurunkan kekuatan getaran atau ikut bergetar (beresonansi) sehingga
menambah kekuatan getaran. Bahan peredam bagi getaran mekanis antara lain
bantalan tempat duduk atau injakan kaki yang berisikan kapuk atau busa. Adapun
material yang menambah kekuatan getaran adalah logam atau benda padat lainnya
yang frekuensi dirinya sama atau serupa dengan sumber getaran mekanis yang
bersangkutan. Jika pemasangan peredam getaran kurang baik, lebih-lebih bila
suatu alat angkutan atau peralatan mekanis tidak memiliki peredam getaran sama

sekali biasanya

terjadi resonansi yang mungkin beberapa kali menambah

Universitas Sumatera Utara

12

besarnya getaran mekanis. Untuk semua kendaraan angkutan, selalu harus
diperhatikan sifat tempat duduk dalam hal kemampuannya meredam getaran.
Tempat duduk yang menghantar dan beresonansi dengan getaran tidak boleh
digunakan.
Badan manusia merupakan suatu susunan elastis yang kompleks dengan
tulang sebagai penyokong otot dan urat serta merupakan landasan bagi kekuatan
otot bekerja. Kerangka, organ tubuh, urat, dan otot secara bersama-sama
menentukan elastisitas tubuh dan kelambanan sebagai reaksi menahan gaya
mekanis yang bekerja kepadanya. Untuk getaran mekanis, sifat susunan tubuh
yang demikian merupakan massa peredam tetapi juga penghantar sekaligus.
Pada model dinamis tubuh manusia sebagai reaksi terhadap getaran
mekanis, organ dalam pada tubuh yang meliputi paru dan isi perut dianggap

sebagai satu unit bagian dari keseluruhan sistem. Demikian pula dengan lengan
dan bahu adalah satu unit sebagai bagian dari sistem. Fungsi kaki sehubungan
dengan penghantaran atau peredaman getaran mekanis berbeda pada satu orang
terhadap orang lainnya dan tergantung dari bengkokan pada sendi lutut. Tungkai
pada posisi lurus menghantar 100% getaran ke badan, sedangkan pada posisi
bengkok tungkai berlaku sebagai peredam terhadap getaran.
Getaran suatu sistem akan berkekuatan sebesar-besarnya, apabila getaran
mekanis yang mengenai sistem tersebut sesuai dengan frekuensi alami sistem itu
sendiri, sehingga seluruh sistem beresonansi maksimal terhadap getaran yang
bersangkutan. Pada manusia ternyata frekuensi getaran demikian adalah 4-6 Hz.
Dalam beberapa keadaan ditemukan pula puncak resonansi yang lain yaitu pada

Universitas Sumatera Utara

13

getaran dengan frekuensi 10-11 Hz tetapi untuk frekuensi tersebut terdapat tingkat
peredaman yang lebih besar dari jaringan.
Dalam keadaan duduk, seluruh tubuh dapat dianggap satu kesatuan
massa terhadap getaran. Pada posisi tubuh yang berbeda dengan arah getaran,

penghantaran getaran oleh suatu organ tubuh mungkin berbeda-beda. Isi perut
pada segala sikap tubuh dapat dianggap sebagai satu kesatuan terhadap getaran
sampai dengan 9 Hz, tetapi dengan frekuensi yang lebih besar organ dalam isi
perut kemudian beresonansi mengikuti getaran secara sendiri-sendiri. Organ tubuh
seperti tenggorokan atau kantung kencing mempunyai frekuensi alami masingmasing terutama pada pemaparan terhadap getaran yang frekuensinya tinggi.
Terhadap getaran horizontal keadaaan duduk dan berdiri menunjukkan
reaksi yang berlainan. Pada keadaan berdiri resonansi terjadi pada getaran yang
frekuensinya 2 Hz dan untuk getaran-getaran dengan frekuensi yang lebih tinggi
tidak terjadi resonansi yang berarti sehingga getaran tidak dihantar secara baik.
2.2.1.1 Efek Fisiologis Getaran Seluruh Badan
Efek fisiologis vibrasi kepada tubuh tergantung dari frekuensi getaran
mekanis dan juga frekuensi alami jaringan. Hal ini terjadi sebesar-besarnya pada
frekuensi getaran yang sama dengan frekuensi alami jaringan yang menyebabkan
resonansi maksimum jaringan terhadap getaran. Ternyata frekuensi alami
demikian adalah 3-9 Hz untuk unit bagian tubuh seperti dada dan perut.
Getaran mekanis dengan frekuensi yang lebih tinggi mempengaruhi
bagian tubuh yang frekuensi alaminya lebih tinggi pula, yaitu bagian tubuh yang
berada di periferi. Leher dan kepala, pinggul dan perineum, serta unit otot dan

Universitas Sumatera Utara


14

tulang terdiri atas jaringan lunak dengan bagian keras bersama; bagian-bagian
tubuh demikian beresonansi dengan baik terhadap getaran mekanis yang
frekuensinya 10 Hz. Adapun faring (pharynx) beresonansi terhadap getaran
dengan frekuensi 13-15 Hz. Getaran mekanis yang kuat yaitu getaran dengan
simpang getar yang besar menyebabkan rasa sakit yang luar biasa.
Sistem peredaran darah dipengaruhi hanya oleh getaran mekanis yang
intensitasnya kuat. Tekanan darah, denyut jantung, pemakaian O 2 dan volume
darah per satu denyut jantung berubah sedikit pada intensitas 0,6 g tetapi berubah
banyak pada 1,2 g dengan frekuensi 6-10 Hz.
Dari semua organ badan, mata paling banyak dipengaruhi oleh getaran
mekanis. Pada frekuensi sampai dengan 4 Hz, mata masih dapat mengikuti
gerakan-gerakan yang berada antara kepala dan objek yang dilihat, sedangkan
untuk frekuensi yang lebih tinggi mata tidak memiliki kemampuan untuk
mengikuti gerakan tersebut. Amplitudo getaran juga berpengaruh terhadap
kemampuan indera mata. Pada getaran yang frekuensinya tinggi, penglihatan
terganggu, apabila amplitudo getaran lebih besar dari dua kali diameter ukuran
retina.

Pengaruh getaran mekanis dengan frekuensi di bawah 16 Hz kepada
kohlea (cochlea) belum diketahui secara pasti dan masih perlu penelitian lebih
lanjut. Pengaruh getaran mekanis kepada saraf dan kelenjar endokrin kadangkadang terlihat pada tenaga kerja yang bekerja pada sektor industri. Efeknya
terutama kepada sistem saraf otonom yaitu sistem yang berada di luar kendali

Universitas Sumatera Utara

15

kemauan, dan bila hal ini terjadi, problema getaran mekanis sangat perlu
memperoleh perhatian dan upaya preventif segera diselenggarakan.
2.2.1.2 Gangguan Melakukan Pekerjaan Akibat Getaran Seluruh Badan
Gangguan melakukan pekerjaan oleh karena getaran mekanis adalah
akibat gangguan menggerakkan tangan dan menurunnya ketepatan dan ketajaman
penglihatan. Maka dari itu, cara mengatasinya adalah mengurangi sampai
sesedikit mungkin terjadinya getaran pada tangan dan kaki. Salah satu cara untuk
hal tersebut adalah penggunaan penunjang anggota badan dengan memakai
peredam getaran.
Bertambahnya tonus otot yang dikarenakan getaran mekanis dengan
frekuensi di bawah 20 Hz menjadi penyebab kelelahan. Kontraksi statis oleh
bertambahnya tonus otot mengakibatkan penimbunan asam laktat dalam jaringan
tubuh dengan akibat bertambah panjangnya waktu reaksi otot dan saraf. Rasa
tidak nyaman sebagai reaksi atas gangguan getaran mekanis menjadi sebab
kurangnya fokus perhatian. Rangsangan dari getaran mekanis kepada sistem
retikuler

di otak menjadi sebab seseorang mengalami mabuk. Sebaliknya,

frekuensi di atas 20 Hz menyebabkan mengendurnya tonus otot. Sebagai catatan,
getaran dengan frekuensi tinggi yaitu 30-50 Hz digunakan dalam kedokteran
olahraga untuk memulihkan kondisi otot sesudah berlangsung kontraksi yang luar
biasa.Getaran mekanis yang terdiri atas campuran aneka frekuensi bersifat
menegangkan dan melemaskan tonus otot secara serta-merta. Kedua efek yang
berlawanan ini melelahkan. Maka peredam getaran sangat perlu digunakan untuk
melindungi tenaga kerja terhadap efek yang dimaksud.

Universitas Sumatera Utara

16

2.2.1.3 Tempat Duduk Dan Alas Kaki Sebagai Perlindungan Tenaga Kerja
Terhadap Getaran Seluruh Badan
Dari fisika diketahui bahwa menjalarnya getaran suatu benda kepada
sekelilingnya dapat dihambat dengan meletakkan peredam di bawah benda yang
bergetar, asalkan frekuensi diri dari peredam jauh lebih rendah dari frekuensi
benda yang bergetar tersebut. Maka dari itu, frekuensi diri dari peredam
sebaliknya sekitar 1 Hz. Peredam demikian bagi pekerja yang menghadapi risiko
getaran seluruh badan adalah tempat duduk untuk posisi duduk dan alas kaki bagi
posisi berdiri. Kemampuan meredam getaran dari material yang dipakai membuat
tempat duduk atau alas kaki dan juga bentuk serta tebalnya sangat mempengaruhi
kualitas fungsi perlindungannya terhadap getaran. Traktor kuno mempunyai
tempat duduk yang posisinya tidak lurus, melainkan menyudut. Hal ini dapat
menyebabkan rangsangan vestibuler dengan akibat timbulnya keluhan terhadap
keseimbangan operatornya.
2.2.2 Getaran Mekanis Tangan-Lengan
Alat manual yang pada waktu bekerjanya bergetar dan mengakibatkan
getaran mekanis pada tangan dan lengan banyak terdapat dan digunakan di
perusahaan. Selama pekerjaan dengan alat manual demikian sifatnya hanya sekali
atau kadang-kadang saja atau jarang, sedangkan getarannya tidak seberapa,
peralatan seperti itu boleh dikatakan tidak akan mendatangkan gangguan
kesehatan atau kecelakaan. Tetapi berbagai pekerjaan dalam industri manufaktur,
perkebunan, kehutanan, konstruksi, dan pertambangan, secara terus-menerus
menggunakan mesin atau peralatan bergetar. Dalam pertambangan, alat demikian

Universitas Sumatera Utara

17

adalah tukul yang secara mekanis dipukul alat pengebor, yang di negara maju
telah diganti mesin. Di pabrik baja dan pengecoran logam, biasanya dipakai
gerinda mesin sehingga pekerjaan menggerinda dapat dilakukan dengan mudah
dan cepat. Tukul mekanis sering diganti dengan kempa, yang beroperasi secara
otomatis. Pada pekerjaan kehutanan dipakai gergaji mesin yang menimbulkan
getaran tangan-lengan kepada operatornya. Demikian pula dengan pengeras jalan
yang digunakan pada pekerjaan konstruksi dan pemeliharaan jalan.
Dua gejala terutama ditemukan sehubungan dengan pengaruh getaran
mekanis kepada tangan-lengan tersebut sebagai berikut (Suma’mur, 2009):
a. Kelainan pada peredaran darah dan persarafan;
b. Kerusakan pada persendian dan tulang.
Gejala kelainan peredaran darah dan persarafan sangat mirip dengan
fenomin Raynaud, yaitu keadaan pucat dan biru (sianosis, cyanosis) yang terjadi
berulang-ulang pada tangan, dengan mulai tampak pada saat tenaga kerja berada
pada lingkungan kerja dengan suhu udara dingin, tanpa adanya secara klinis
penyumbatan pembuluh darah tepi serta kelainan gizi dan bila kelainan itu ada,
hanya terbatas pada kelainan kulit saja.
Pada kebanyakan tenaga kerja, tingkat akhir kelainan akibat getaran
tangan-lengan masih memungkinkan yang bersangkutan bekerja dengan mesin
atau alat yang bergetar. Namun pada berbagai hal, kelainan yang disebabkan
getaran tangan-lengan keadaannya memburuk sekali, sehingga kapasitas kerja
sama sekali terganggu dan tenaga kerja harus berhenti dari pekerjaannya. Dari
sudut kecacatan akibat kerja, perasaan nyeri kurang pentingnya dibanding dengan

Universitas Sumatera Utara

18

hilangnya perasaan tangan dan tangan yang tidak dapat digunakan sebagai
mestinya. Hal ini terutama benar bagi tenaga kerja yang bekerja dengan tangan
kanan dan memerlukan ketelitian terutama dengan menggunakan alat kecil yang
berputar. Otot-otot yang menjadi lemah biasanya abduktor jari kelingking, otototot interossea (antar tulang) dan fleksor dari jari-jari.
Gejala-gejala hilang, manakala peredaran darah kembali normal. Hal ini
dapat dilakukan dengan pemanasan tangan dengan air hangat / panas, pemijitan,
meniupkan udara panas ke tangan dan menggerak-gerakkan atau menggerakkan
tangan secara berputar. Namun pemulihan sepenuhnya biasanya belum terjadi dan
gejala-gejala masih tetap ada, walaupun tenaga kerja tidak lagi mengalami getaran
pada tangan dan lengannya.
Kelainan persendian dan tulang pada pekerja dengan tukul pnematik
dan alat-alat yang getarannya berfrekuensi rendah adalah fenomin yang
mekanismenya berlainan dari fenomin Raynaud. Sebab utama kerusakan
persendian atau tulang adalah akibat kekerasan kepada tulang rawan yang
dikarenakan oleh getaran. Gejala subyektifnya adalah rasa nyeri dan keterbatasan
gerak pada sendi-sendi. Kelainan klinis yang ditemukan mungkin osteokondrosis
dissekans, kerusakan kepada tulang radius dan persendian karpometakarpal
pertama, rangsangan otot beserta perkapuran (myositis ossificans) pada muka
depan humerus dan osteoartritis pada sendi bahu. Juga terjadi dekalsifikasi
(berkurangnya kadar kalsium tulang). Namun sendi bahu jarang terganggu
dibandingkan dengan sendi-sendi pergelangan tangan dan siku.

Universitas Sumatera Utara

19

Parameter besarnya risiko bahaya getaran mekanis berfrekuensi rendah
adalah tenaga yang disalurkan kepada tangan dan terbesar adalah dari frekuensi
30 Hz. Maka terdapat kesulitan, oleh karena untuk pencegahan dan perlindungan
terhadap fenomin Raynaud disyaratkan peredam dengan frekuensi yang rendah,
sedangkan untuk mencegah efek buruk kepada persendian dan tulang dianjurkan
frekuensi yang lebih tinggi. Maka dari sudut energi getaran (E = a 2w2), dapat
ditinggikan frekuensi dengan dikurangi amplitudo. Tetapi peralatan sering
memberikan suatu amplitudo minimum, agar kualitas kerja dan hasil kerja tetap
pada kondisi yang sebaik-baiknya.
2.2.2.1 Nilai Ambang Batas Getaran Mekanis Tangan-Lengan
Nilai ambang batas getaran mekanis untuk pemaparan tangan-lengan
dengan parameter percepatan pada sumbu yang dominan adalah 4 meter/detik 2
atau 0,40 gravitasi g (SNI 16-7063-2004). Dalam hal intensitas getaran mekanis
tangan-lengan melebihi NAB-nya, dapat dilakukan upaya pengendalian dengan
mengurangi upaya pemaparan yang diatur menurut nilai percepatan getaran
mekanis pada tangan-lengan (Tabel 1).
Tabel 2.1 Pengendalian Waktu Pemaparan Menurut Nilai Percepatan Getaran
Mekanis tangan Lengan (Suma’mur, 2009).
Waktu pemaparan per hari
Nilai percepatan
Nilai Percepatan
2
kerja (jam)
(meter/detik )
(g meter/detik2)
4 jam dan kurang dari 8 jam
4
0,40
2 jam dan kurang dari 4 jam
6
0,61
1 jam dan kurang dari 2 jam
8
0,81
Kurang dari 1 jam
12
1,22

Alat untuk mengukur percepatan getaran mekanis pada tangan-lengan
yang dikarenakan oleh pekerjaan yang menggunakan mesin atau peralatan yang

Universitas Sumatera Utara

20

bergetar adalah akselerometer atau transducer yaitu sensor untuk mengukur
percepatan yang disebabkan oleh getaran. Bekerjanya alat pengukur adalah
merubah energi percepatan getaran menjadi energi listrik (piezoelectric
accelerometer type), kemudian energi listrik dalam bentuk arus menggerakkan
jarum skala atau alat digital dan dengan demikian perubahan angka yang
ditunjukkan jarum dapat langsung dibaca. Sebelum digunakan akselerometer
harus dikalibrasi. Frekuensi yang alat tersebut peka untuk mengukurnya adalah 51500 Hz. Akselerometer dipasang pada pegangan tangan atau alat. Pengukuran
percepatan dilakukan pada 2 atau 3 sumbu koordinat. Arah percepatan getaran
mekanis tangan-lengan diukur dengan menggunakan 1 dari 2 sistem koordinat
yaitu sistem biodinamis dan basisentris. Sistem basisentris menunjukkan arah
percepatan pada pegangan alat atau mesin, sedangkan sistem biodinamis
menunjukkan arah percepatan pada tangan.
2.3 Kelelahan
Kelelahan (kelesuan) adalah perasaan subjektif, tetapi berbeda dengan
kelemahan dan memiliki sifat bertahap (Kuswana, 2014). Tidak seperti
kelemahan, kelelahan dapat diatasi dengan periode istirahat. Kelelahan dapat
disebabkan secara fisik atau mental. Secara medis, kelelahan adalah gejala
nonspesifik, yang berarti bahwa ia memiliki banyak penyebab. Kelelahan
dianggap sebagai gejala, bukan tanda karena merupakan perasaan subjektif
dilaporkan oleh pasien, daripada satu tujuan yang dapat diamati oleh orang lain.
Kelelahan fisik atau kelelahan otot adalah ketidakmampuan fisik sementara otot
untuk tampil maksimal. Permulaan kelelahan otot selama aktivitas fisik secara

Universitas Sumatera Utara

21

bertahap, dan bergantung pada tingkat kebugaran fisik individu dan juga pada
faktor-faktor lain, seperti kurang tidur dan kesehatan secara keseluruhan. Hal ini
dapat diperbaiki dengan istirahat.
Menurut Gandevia S.C. (2001) yang dikutip oleh Kuswana, menuliskan
bahwa komponen utama dari kelelahan dipicu oleh peningkatan tingkat serotonin
dalam sistem saraf pusat. Selama aktivitas saraf motorik, serotonin dirilis pada
sinapsis yang motoneurons kontak mempromosikan kontraksi otot. Kelelahan
adalah hasil yang normal, stres mental, overstimulasi dan understimulation, jet lag
atau rekreasi aktif, depresi, dan juga kebosanan, penyakit, dan kurang tidur. Hal
ini juga mungkin memiliki penyebab kimia, seperti keracunan atau mineral atau
kekurangan vitamin. Kehilangan darah kronis sering menyebabkan kelelahan,
seperti halnya kondisi lain yang menyebabkan anemia. Kelelahan berbeda dengan
mengantuk, di mana pasien merasa bahwa tidur diperlukan. Kelelahan adalah
respon normal terhadap pengerahan tenaga fisik atau stres, tetapi juga bisa
menjadi tanda dari gangguan fisik.
2.3.1 Pengertian Kelelahan Kerja
Ada beberapa teori kelelahan kerja yaitu :
1. Kelelahan kerja merupakan proses menurunnya efisiensi, performans kerja
dan berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan
kegiatan yang harus dilakukan. Ada beberapa macam kelelahan yang
dikenal dan diakibatkan oleh faktor-faktor berbeda seperti :

Universitas Sumatera Utara

22

a. Lelah otot, yang dalam hal ini bisa dilihat dalam bentuk munculnya
gejala kesakitan yang sangat ketika otot harus menerima beban yang
berlebihan.
b. Lelah visual, yaitu lelah yang diakibatkan ketegangan yang terjadi
pada organ visual (mata). Mata yang terkonsentrasi secara terusmenerus pada suatu objek (layar monitor) seperti yang dialami
operator komputer misalnya akan terasa lelah. Cahaya yang terlalu
kuat yang mengenai mata juga akan bisa menimbulkan gejala yang
sama.
c. Lelah mental, dimana dalam kasus ini datangnya kelelahan bukan
diakibatkan secara langsung oleh aktivitas fisik, melainkan lewat kerja
mental (proses berpikir sebagai contoh). Lelah mental ini seringkali
pula disebut sebagai lelah otak.
d. Lelah monotonis, adalah sejenis kelelahan yang disebabkan oleh
aktivitas kerja yang bersifat rutin, monoton ataupun lingkungan kerja
yang sangat menjemukan (Wignjosoebroto yang dikutip oleh Restika,
2005).
2. Kelelahan kerja (Job Burnout) adalah sejenis stress yang banyak dialami
oleh orang-orang yang bekerja dalam pekerjaan-pekerjaan pelayanan
terhadap manusia lainnya, seperti perawatan kesehatan, pendidikan,
kepolisian, keagamaan, dan sebagainya. Suatu studi mengenai kesehatan
menttal pekerja menemukan bahwa orang-orang yang mengalami perasaan
tidak simpatik tentang kliennya atau konsumen yang dilayaninya juga

Universitas Sumatera Utara

23

banyak menceritakan hal-hal buruk tentang kliennya atau konsumen yang
dilayaninya kepada rekan kerjanya sehingga menciptakan suatu atmosfir
negatif di antara satuan kerja tersebut. Pekerja yang mengalami kelelahan
kerja ini juga akan sering tidak masuk kerja dan mengambil waktu
istirahat (Wignjosoebroto yang dikutip oleh Restika, 2005).
3. Kelelahan kerja merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan
yang secara umum terjadi pada setiap individu, yang telah tidak sanggup
lagi untuk melakukan aktivitasnya (Nasution yang dikutip oleh Restika,
2005).
2.3.2 Jenis Kelelahan Kerja
Menurut Suma’mur (2009), kata lelah (fatique) menunjukkan keadaan
tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada
penurunan

daya

kerja

dan

berkurangnya

ketahanan

tubuh

untuk

bekerja.Berdasarkan proses dalam otot terdapat dua jenis kelelahan, yaitu
kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot ditandai antara lain tremor
atau rasa nyeri yang terdapat pada otot. Pada tahap ini menurunnya kinerja
sesudah mengalami stress tertentu yang ditandai dengan menurunnya kekuatan
dan kelambanan gerak. Kelelahan umum ditunjukkan oleh hilangnya kemauan
untuk bekerja, yang penyebabnya adalah persarafan sentral atau kondisi psikispsikologis. Akar masalah kelelahan umum adalah monotonnya pekerjaan,
intensitas dan lamanya kerja mental dan fisik yang tidak sejalan dengan kehendak
tenaga kerja yang bersangkutan, keadaan lingkungan yang berbeda dari estimasi

Universitas Sumatera Utara

24

semula, tidak jelasnya tanggung jawab, kekhawatiran yang mendalam dan konflik
batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja.
Sedangkan berdasarkan waktu terjadinya, kelelahan kerja terdiri atas
kelelahan akut dan kelelahan kronis. Berdasarkan pendapat Nasution yang dikutip
oleh Restika (2005), kelelahan akut terutama disebabkan oleh kerja suatu organ
atau seluruh tubuh secara berlebihan. Kelelahan kronis menurut pendapat
Wignjosoebroto yang dikutip oleh Restika (2005) yaitu kelelahan yang
disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung secara terus menerus dan
terakumulasi. Gejala-gejala yang tampak jelas akibat lelah kronis ini dapat
dicirikan seperti :
a. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang
toleran atau a-sosial terhadap orang lain.
b. Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan.
c. Depresi yang berat, dan lain-lain.
2.3.3 Gejala Kelelahan Kerja
Suatu daftar gejala atau perasaan atau tanda yang ada hubungannya
dengan kelelahan kerja adalah (Suma’mur, 2009):
1. Perasaan berat di kepala;
2. Menjadi lelah seluruh badan;
3. Kaki merasa berat;
4. Menguap;
5. Merasa kacau pikiran;
6. Mengantuk;

Universitas Sumatera Utara

25

7. Merasa berat pada mata;
8. Kaku dan canggung dalam gerakan;
9. Tidak seimbang dalam berdiri;
10. Mau berbaring;
11. Merasa susah berpikir;
12. Lelah bicara;
13. Gugup;
14. Tidak dapat berkonsentrasi;
15. Tidak dapat memfokuskan perhatian pada sesuatu;
16. Cenderung untuk lupa;
17. Kurang kepercayaan diri;
18. Cemas terhadap sesuatu;
19. Tidak dapat mengontrol sikap;
20. Tidak dapat tekun dalam melakukan pekerjaan;
21. Sakit kepala;
22. Kekakuan di bahu;
23. Merasa nyeri di punggung;
24. Merasa pernafasan tertekan;
25. Merasa haus;
26. Suara serak;
27. Merasa pening;
28. Spasme kelopak mata;
29. Tremor pada anggota badan;

Universitas Sumatera Utara

26

30. Merasa kurang sehat.
Gejala perasaan atau tanda kelelahan 1-10 menunjukkan melemahnya
kegiatan, 11-20 menunjukkan melemahnya motivasi dan 20-30 gambaran
kelelahan fisik sebagai akibat dari keadaan umum yang melelahkan.
2.3.4 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja
Kelelahan dapat terjadi sebagai akibat dari berbagai faktor yang
mungkin berhubungan dengan pekerjaan, gaya hidup, atau kombinasi keduanya.
Faktor kerja terkait dapat mencakup hal-hal berikut ini (Kuswana, 2014).
a. Waktu kerja,
b. Penjadwalan dan perencanaan (misalnya, pola daftar, panjang dan waktu
shift),
c. Waktu istirahat yang tidak memadai,
d. Lamanya waktu terjaga,
e. Waktu pemulihan cukup antara shift,
f. Insentif pembayaran yang dapat menyebabkan bekerja shift lagi,
g. Kondisi lingkungan (misalnya, iklim, cahaya, kebisingan, desain
workstation),
h. Jenis pekerjaan yang dilakukan (misalnya, fisik maupun mental menuntut
kerja),
i. Tuntutan pekerjaan ditempatkan pada orang (misalnya, jangka waktu,
tenggang waktu, intensitas),
j. Budaya organisasi,
k. Peran seseorang dalam organisasi.

Universitas Sumatera Utara

27

Faktor gaya hidup dapat meliputi hal-hal berikut ini.
a. Mutu tidur yang tidak memadai atau buruk akibat gangguan tidur
(misalnya, sleep apnae),
b. Kehidupan sosial,
c. Tanggung jawab keluarga,
d. Pekerjaan lain,
e. Waktu tempuh (dapat dianggap waktu kerja dalam beberapa kasus),
f. Kesehatan dan kesejahteraan (misalnya, gizi dan diet, olahraga, nyeri,
penyakit).
2.3.5 Pengukuran Kelelahan Kerja
Sampai saat ini belum ada metode pengukuran kelelahan kerja yang baku
karena kelelahan merupakan suatu perasaan yang subjektif yang sulit diukur dan
diperlukan pendekatan secara multidisiplin.
Banyak dikenal parameter yang digunakan untuk mnegukur kelelahan
kerja (Suma’mur, 2009) antara lain : Waktu Reaksi Seluruh Tubuh atau Whole
Body ReactionTester (WBRT), Uji Ketuk Jari (Finger Tapping Test), Uji Flicker
Fusion, Uji Critical Fusion, Uji Bourdon Wiersma, Skala Kelelahan IFRC
(Industrial Fatique Rating Committee, Skala Fatique Rating (FR Scala), Ekresi
Katekolamin, Stroop Test, dan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja
(KAUPK2).
Sedangkan menurut Kuswana (2014) pengukuran kelelahan dapat
dilakukan melalui berbagai cara.
a. Mengukur kecepatan denyut jantung,

Universitas Sumatera Utara

28

b. Mengukur kecepatan pernafasan,
c. Mengukur tekanan darah,
d. Menghitung jumlah kadar oksigen yang dikonsumsi,
e. Menghitung perubahan suhu tubuh,
f. Perubahan komposisi kimia darah dan urine,
g. Jumlah karbon dioksida yang terhirup.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian kelelahan
secara subyektif yang berskala Industrial Fatique Research Committee (IFRC)
yang diambil dari Industrial Fatique Research Committee Of Japanese
Association Of Industrial Health (IFRC Jepang).Kuesioner digunakan untuk
mengukur kelelahan pekerja yang berjumlah 30 pertanyaan tentang gejala
kelelahan umum terdiri dari 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan, 10
pertanyaan tentang pelemahan motivasi, dan 10 pertanyaan tentang gambaran
kelelahan fisik (Tarwaka, 2004). Jadi dengan menggunakan kuesioner ini, kita
dapat mengetahui gambaran tingkat kelelahan subyektif yang dialami pekerja
mulai dari akibat pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi, maupun akibat
kelelahan fisik.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Kelelahan Mata pada Pekerja Bagian Sortir Daun Tembakau di Kebun Klambir V PTPN II Tahun 2011

1 64 72

Analisa Kebutuhan Modal Kerja Pada CV. Barokat Maqobul Medan

0 63 61

HUBUNGAN PAPARAN GETARAN MEKANIS DENGAN KELELAHAN KERJA DAN GANGGUAN KESEHATAN PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI Hubungan Paparan Getaran Mekanis Dengan Kelelahan Kerja Dan Gangguan Kesehatan Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi PT. Putri Indah Pertiwi Des

4 14 16

HUBUNGAN PAPARAN GETARAN MEKANIS DENGAN KELELAHAN KERJA DAN GANGGUAN KESEHATAN PADA TENAGA KERJA Hubungan Paparan Getaran Mekanis Dengan Kelelahan Kerja Dan Gangguan Kesehatan Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi PT. Putri Indah Pertiwi Desa Pule, Gedong,

0 2 17

HUBUNGAN GETARAN MEKANIS DENGAN KELELAHAN KERJA UMUM PADA PEKERJA GERINDA BAGIAN WELDING 2 P.T. INKA (PERSERO) MADIUN.

0 0 12

Hubungan Getaran Mekanis Dengan Kelelahan Kerja Umum Pada Pekerja Gerinda Bagian Welding 2 P.T. Inka (Persero) Madiun cover

0 0 12

Gambaran Getaran Mekanis dan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Pemecah Batu di Bagian Produksi CV. Barokat Maqobul Binjai Tahun 2016

0 2 13

Gambaran Getaran Mekanis dan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Pemecah Batu di Bagian Produksi CV. Barokat Maqobul Binjai Tahun 2016

0 0 2

Gambaran Getaran Mekanis dan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Pemecah Batu di Bagian Produksi CV. Barokat Maqobul Binjai Tahun 2016

1 6 2

Gambaran Getaran Mekanis dan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Pemecah Batu di Bagian Produksi CV. Barokat Maqobul Binjai Tahun 2016

0 0 23