Kriteria Audit Kinerja Sektor Publik at
Please confirm your email address ([email protected]) to use academia.edu. Resend
confirmation email
Log In
Sign Up
Kriteria Audit Kinerja Sektor Publik
Uploaded by
Eko Yulianto
top 2%
960
© Eko Yulianto 2013
Penetapan Kriteria
Pemeriksaan Kinerja
Berbasis GMM yang
Disempurnakan 1
Daftar Isi
1.
Pendahuluan ............
..................................
..................................
..................................
..................... 1 2.
Good Management
Model
sebagai Basis
Kriteria Pemeriksaan
Kinerja .....................
......................... 2 3.
Matriks Kriteria
Kinerja .....................
..................................
..................................
.............................. 5
3.1 Identifikasi
Tujuan .....................
..................................
..................................
.............................. 7
3.2 Identifikasi
Entitas .....................
..................................
..................................
.............................. 8
3.3 Identifikasi
Proses
Bisnis .......................
..................................
..................................
.................. 9 3.4
Identifikasi
Aktivitas-aktivitas
dalam
MKK .......................
..................................
....................... 11 4.
Implikasi MKK pada
Metodologi
Pemeriksaan Kinerja
..................................
..................................
.. 19 4.1 Konversi
MKK menjadi
Kriteria Pemeriksaan
Kinerja .....................
..................................
......... 19 4.2
Cakupan
Pemeriksaan ............
..................................
..................................
...............................
21 5.
Penutup ...................
..................................
..................................
..................................
................... 22
© Eko Yulianto 2013
Penetapan Kriteria
Pemeriksaan Kinerja
Berbasis GMM yang
Disempurnakan 2
Daftar
Peraga
Peraga 1. Contoh
Good Management
Model
untuk Kegiatan
Diklat .......................
..................................
. 4 Peraga 2.
Kerangka Matrik
Kriteria
Kinerja .....................
..................................
..................................
........ 6 Peraga 3.
Langkah Pembuatan
MKK .......................
..................................
..................................
................ 7 Peraga
4. Contoh
Permasalahan dan
Berbagai Faktor
Penyebab .................
..................................
............ 9 Peraga 5.
Model Dasar
Matriks Kriteria
Kinerja Berbasis
GMM yang
Disempurnakan .......
...................... 10
Peraga 6. Contoh
Kriteria Pemeriksaan
Kinerja untuk
Kegiatan Rekrutmen
Pegawai BPK
RI ................... 20
Perumusa
n Kriteria
Pemeriks
aan
Kinerja
Berbasis
Good
Managem
ent Model
yang
Disempur
nakan
Eko Yulianto
1.
Pendahuluan
Kriteria merupakan
sebuah tolok ukur
yang menentukan
keberhasilan
pemeriksaan kinerja.
Pada masa lalu,
keberadaan kriteria
kinerja menjadi hal
yang menentukan
apakah suatu
kegiatan atau
organisasi dapat
diperiksa oleh Badan
Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia
(BPK RI) atau tidak.
BPK RI akan
melakukan
melakukan
pemeriksaan kinerja
apabila kriterianya
telah tersedia.
Sebaliknya, BPK RI
tidak akan
merencanakan
pemeriksaan kinerja
apabila kriterianya
belum ada. Namun,
dengan terbitnya
Keputusan BPK RI
No. 11/K/IXIII.2/12/2011
mengenai Petunjuk
Teknis Penetapan
Kriteria Pemeriksaan
Kinerja, ketiadaan
kriteria kinerja
entitas kini tidak lagi
menghalangi BPK
RI untuk melakukan
pemeriksaan kinerja
untuk program,
kegiatan dan
organisasi
pemerintah apa pun.
Alasannya, Juknis
tersebut dapat
dijadikan landasan
bagi pemeriksa
untuk dapat
mengembangkan
kriteria secara
mandiri apabila
kriteria yang
memadai untuk
menilai kinerja
entitas tidak
ditemukan. Secara
normatif terbitnya
Juknis tersebut dapat
mendorong
dilaksanakannya
pemeriksaan kinerja
secara ekstensif.
Juknis tersebut
memiliki posisi
strategis dalam
menunjang
keberhasilan
pemeriksaan kinerja
BPK RI mengingat
pentingnya kriteria
dalam pemeriksaan
kinerja. Kini
pemeriksa pun
seharusnya tidak lagi
mengalami kesulitan
dalam
mengembangkan
kriteria yang
berkualitas karena
Juknis dimaksud
telah memberi
beberapa contoh
kriteria. Namun
demikian,
pelaksanaan Juknis
tersebut dalam
nampaknya belum
sesuai harapan.
Sampai sekarang
masih banyak
pemeriksa
mengalami kesulitan
merumuskan kriteria
yang memenuhi
syarat sesuai
ketetapan Juknis.
Salah satu sumber
masalah yang
teridentifikasi dari
pelaksanaan
pemeriksaan kinerja
yang telah dilakukan
selama ini adalah
absennya penjelasan
mengenai
proses berpikir
yang melandasi cara
membuat rumusan
kriteria. Juknis
hanya memberikan
contoh produk
kriteria namun tidak
menguraikan
langkah yang perlu
dilakukan untuk
menghasilkan
kriteria tersebut. Di
samping itu, Juknis
juga tidak
menyediakan
alat bantu
(decision aid)
untuk menghasilkan
kriteria yang andal,
objektif, dapat
diperbandingkan,
bermanfaat, dapat
diterima, dan
relevan. Ketiadaan
penjelasan mengenai
proses berpikir dan
alat bantu tersebut
pada akhinya
membuat proses
perumusan kriteria
menjadi bertele-tele
dan tidak efisien
(juga tidak efektif,
barangkali).
Makalah ini ditulis
untuk
mengeskplorasi dua
hal penting yang
belum diakomodasi
dalam Jukinis
tersebut sekaligus
mengajukan sebuah
konsep praktis yang
dapat membantu
pemeriksa dalam
menyusun kriteria
dengan lebih baik,
yaitu
matriks kriteria
kinerja
. Keberhasilan
penerapan konsep ini
© Eko Yulianto 2013
Penetapan Kriteria
Pemeriksaan Kinerja
Berbasis GMM yang
Disempurnakan 2
di Perwakilan
Kendari dan
Yogyakarta
1
juga menjadi alasan
ditulisnya makalah
ini. Meski ukuran
keberhasilan tersebut
mungkin sangat
subjektif, namun
penulis setidaknya
telah memperoleh
tanggapan positif
dari para pemeriksa
dan beberapa pejabat
entitas yang
diperiksa. Para
pemeriksa pada
umumnya
menyatakan bahwa
matriks tersebut
memudahkan
mereka dalam
memahami esensi
kinerja beserta
ukuran-ukurannya.
Beberapa pejabat
entitas pun
menyatakan bahwa
matriks tersebut
mudah dipahami dan
membantu mereka
dalam
mengidentifikasi
berbagai kelemahan
yang terjadi dalam
kegiatan yang
mereka jalankan.
Makalah ini dibagi
dalam
beberapa bagian.
Setelah ini sebuah
landasan penting
yang mendasari
penetapan kriteria
kinerja, yaitu
good management
model,
akan dipaparkan
.
Berturut-turut,
makalah ini
kemudian akan
mengelaborasi
proses pembentukan
matriks kriteria
kinerja, penerapan
penyusunan kriteria
dengan matriks
tersebut, dan
beberapa aspek
penting terkait
implikasi penerapan
matriks dalam
pemeriksaan kinerja
di BPK RI.
2.
Good
Management
Model
sebagai Basis
Kriteria
Pemeriksaan
Kinerja
Kriteria pemeriksaan
kinerja merupakan
standar yang masuk
akal
(reasonable)
dan dapat dicapai
(attainable)
yang akan digunakan
untuk menilai
ekonomi, efisiensi,
dan efektivitas dari
sebuah kegiatan.
Kriteria
mencerminkan
norma atau model
ideal yang
menunjukkan
praktik terbaik,
sebuah harapan
orang mengenai apa
yang seharusnya
dilakukan (Intosai,
2004)
2
. Di dalam Juknis
dinyatakan bahwa
kriteria pemeriksaan
kinerja terutama
bersumber dari
entitas yang
diperiksa. Kriteria
tersebut dapat
berupa standar,
ukuran, hasil, target,
dan komitmen yang
ditetapkan oleh
entitas atau lembaga
legislatif. Kriteria
bisa juga diperoleh
dari kinerja entitas
pada masa lalu atau
peraturan
perundang-undangan
terkait yang
mengatur entitas.
Selain itu, kriteria
bisa bersumber dari
praktik terbaik dari
kegiatan serupa,
standar yang
ditetapkan organisasi
professional dan
berterima umum
atau bahkan
informasi dan ilmu
pengetahuan yang
telah dibakukan.
Juknis membedakan
dua jenis kriteria:
hasil dan proses.
Kriteria hasil
berorientasi pada
penilaian secara
langsung terhadap
masukan
,
keluaran
,
atau dampak dari
sebuah kegiatan.
Sedangkan kriteria
proses
menitikberatkan
pada penilaian
proses yang
mengolah masukan
menjadi keluaran.
Untuk kriteria
terakhir, Juknis
meminta pemeriksa
untuk
mengembangkan
kriteria sendiri
dengan berdasarkan
praktik pengelolaan
yang baik, atau yang
disebut sebagai
better management
practice.
Bila dilacak
sejarahnya,
pendekatan untuk
kriteria proses itu
sebelumnya dikenal
sebagai
good
management model.
Penulis berpendapat
bahwa istilah ini
sebenarnya lebih
tepat untuk
1
Antara lain
Pemeriksaan Kinerja
Program Bahteramas
Provinsi Sultra,
PDAM Kota Kendari,
Dinas Perizinan Kota
Kendari, RSUD Kota
Yogyakarta, dan
Program Jamkesda
Provinsi DIY.
2
Intosai. 2004.
Implementation
Guidelines for
Performance Auditing:
Standards and
guidelines for
performance auditing
base
d on INTOSAI’s
Auditing Standards and
practical experience
.
Http://www.....
© Eko Yulianto 2013
Penetapan Kriteria
Pemeriksaan Kinerja
Berbasis GMM yang
Disempurnakan 3
menggambarkan
pendekatan tersebut.
Alasannya, selain
cocok secara
semantik, istilah
tersebut sudah lazim
digunakan oleh
lembaga-lembaga
audit beberapa
negara, seperti
Inggris dan Belanda
(Put, 2011).
3
Seperti tercermin
dalam istilahnya,
GMM pada
hakekatnya
merupakan sebuah
gagasan yang
digunakan untuk
menggambarkan
praktik manajemen
yang dapat
menjamin
terlaksananya
sebuah kegiatan
dengan baik, yang
dalam konteks
kinerja berarti
ekonomis, efisien,
dan efektif. Sebagai
sebuah konsep,
GMM dapat
dikatakan sebagai
simplifikasi dari
enam fungsi
manajemen yang
digagas oleh Henry
Fayol (1841-1925),
yang terdiri
forecasting,
planning, organizing,
commanding,
coordinating
dan
controlling
. Gagasan yang
diusung GMM
sangat sederhana.
GMM
menggambarkan tiga
aktivitas utama yang
harus dilakukan
ketika kita akan
merancang dan
menjalankan sebuah
kegiatan, yaitu
perencanaan
,
pelaksanaan
, dan
pemantauan.
Logika GMM adalah
sebuah kegiatan
akan sukses apabila
direncanakan secara
memadai,
dilaksanakan sesuai
rencana, dan
dipantau atau
dievaluasi. Dengan
kata lain,
perencanaan,
pelaksanaan, dan
pemantauan kegiatan
yang dilakukan
dengan baik dan
benar akan
membantu
pencapaian tujuan
kegiatan yang telah
direncanakan. Ketiga
tahapan itu
menggambarkan
sebuah pola yang
dapat membantu
manajemen dalam
mencapai kinerja
yang tinggi. Untuk
menjelaskan
penerapan konsep
ini, mari kita ambil
contoh sederhana:
kegiatan Diklat
Pemeriksaan Kinerja
untuk Ketua Tim.
Kegiatan ini
bertujuan untuk
meningkatkan
pengetahuan dan
ketrampilan para
ketua tim di bidang
pemeriksaan kinerja.
Ukuran kesuksesan
diklat ini adalah
bertambahnya
pengetahuan dan
ketrampilan seluruh
peserta diklat
mengenai
pemeriksaan kinerja.
Jika ingin mencapai
tujuan ini, maka kita
harus melakukan
tiga tahapan GMM.
Pertama, kita harus
membuat rencana
yang baik. Dalam
hal ini kita harus
merancang jadwal,
menyiapkan materi,
menghubungi
pengajar yang
kompeten,
menentukan syarat
dan jumlah peserta,
merancang metode
evaluasi,
menyiapkan
post-test
, menyiapkan
peralatan pendukung
dan lain sebagainya.
Intinya, pada tahap
ini kita harus
menyiapkan dan
merencanakan
segala sesuatu yang
diperlukan agar
diklat berjalan
dengan baik. Pada
tahap kedua, setelah
melakukan
perencanaan matang,
kita kemudian
melaksanakan diklat
dimaksud. Pada
tahap ini kita
menjalankan semua
hal yang telah
direncanakan. Agar
sesuai rencana, kita
harus memperoleh
peserta yang
memenuhi syarat,
memperoleh
pengajar yang
kompeten,
melaksanakan diklat
sesuai jadwal,
menyediakan
konsumsi yang
berkualitas, dan
menggunakan
peralatan yang
disediakan. Terakhir,
pada tahap
pemantauan, kita
melakukan
pengawasan dan
evaluasi terhadap
seluruh aktivitas
yang dilakukan pada
tahap perencanaan
dan pelaksanaan.
Kita akan menilai
apakah pengajar dan
peserta pelatihan
yang dilibatkan telah
sesuai kualifikasi
yang ditentukan.
Kita juga akan
menilai apakah
pelatihan dilakukan
sesuai dengan jadwal
yang ditentukan
dengan materi yang
sesuai dengan
standar yang telah
ditetapkan. Lalu,
yang tidak kalah
penting, penilaian
juga perlu dilakukan
untuk memastikan
bahwa peserta
pelatihan telah
memperoleh
tambahan
pengetahuan dan
ketrampilan
mengenai
pemeriksaan kinerja.
Tahap evaluasi ini
biasanya dilakukan
dengan meminta
peserta untuk
mengikuti
3
Put, V. 2011.
“
Norms used: some
strategic
considerations from
The Netherlands and
the UK
”
dalam
Performance Auditing:
Contributing to
Accountability in
Democratic
Government
(Editor Londsdale, J.
et al.). Edward Elgar.
Cheltenham, UK. 75
–
94.
Job Board
About
Press
Blog
Stories
We're hiring!
Help
Terms
Privacy
Copyright
Send us Feedback
Academia ©2014
confirmation email
Log In
Sign Up
Kriteria Audit Kinerja Sektor Publik
Uploaded by
Eko Yulianto
top 2%
960
© Eko Yulianto 2013
Penetapan Kriteria
Pemeriksaan Kinerja
Berbasis GMM yang
Disempurnakan 1
Daftar Isi
1.
Pendahuluan ............
..................................
..................................
..................................
..................... 1 2.
Good Management
Model
sebagai Basis
Kriteria Pemeriksaan
Kinerja .....................
......................... 2 3.
Matriks Kriteria
Kinerja .....................
..................................
..................................
.............................. 5
3.1 Identifikasi
Tujuan .....................
..................................
..................................
.............................. 7
3.2 Identifikasi
Entitas .....................
..................................
..................................
.............................. 8
3.3 Identifikasi
Proses
Bisnis .......................
..................................
..................................
.................. 9 3.4
Identifikasi
Aktivitas-aktivitas
dalam
MKK .......................
..................................
....................... 11 4.
Implikasi MKK pada
Metodologi
Pemeriksaan Kinerja
..................................
..................................
.. 19 4.1 Konversi
MKK menjadi
Kriteria Pemeriksaan
Kinerja .....................
..................................
......... 19 4.2
Cakupan
Pemeriksaan ............
..................................
..................................
...............................
21 5.
Penutup ...................
..................................
..................................
..................................
................... 22
© Eko Yulianto 2013
Penetapan Kriteria
Pemeriksaan Kinerja
Berbasis GMM yang
Disempurnakan 2
Daftar
Peraga
Peraga 1. Contoh
Good Management
Model
untuk Kegiatan
Diklat .......................
..................................
. 4 Peraga 2.
Kerangka Matrik
Kriteria
Kinerja .....................
..................................
..................................
........ 6 Peraga 3.
Langkah Pembuatan
MKK .......................
..................................
..................................
................ 7 Peraga
4. Contoh
Permasalahan dan
Berbagai Faktor
Penyebab .................
..................................
............ 9 Peraga 5.
Model Dasar
Matriks Kriteria
Kinerja Berbasis
GMM yang
Disempurnakan .......
...................... 10
Peraga 6. Contoh
Kriteria Pemeriksaan
Kinerja untuk
Kegiatan Rekrutmen
Pegawai BPK
RI ................... 20
Perumusa
n Kriteria
Pemeriks
aan
Kinerja
Berbasis
Good
Managem
ent Model
yang
Disempur
nakan
Eko Yulianto
1.
Pendahuluan
Kriteria merupakan
sebuah tolok ukur
yang menentukan
keberhasilan
pemeriksaan kinerja.
Pada masa lalu,
keberadaan kriteria
kinerja menjadi hal
yang menentukan
apakah suatu
kegiatan atau
organisasi dapat
diperiksa oleh Badan
Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia
(BPK RI) atau tidak.
BPK RI akan
melakukan
melakukan
pemeriksaan kinerja
apabila kriterianya
telah tersedia.
Sebaliknya, BPK RI
tidak akan
merencanakan
pemeriksaan kinerja
apabila kriterianya
belum ada. Namun,
dengan terbitnya
Keputusan BPK RI
No. 11/K/IXIII.2/12/2011
mengenai Petunjuk
Teknis Penetapan
Kriteria Pemeriksaan
Kinerja, ketiadaan
kriteria kinerja
entitas kini tidak lagi
menghalangi BPK
RI untuk melakukan
pemeriksaan kinerja
untuk program,
kegiatan dan
organisasi
pemerintah apa pun.
Alasannya, Juknis
tersebut dapat
dijadikan landasan
bagi pemeriksa
untuk dapat
mengembangkan
kriteria secara
mandiri apabila
kriteria yang
memadai untuk
menilai kinerja
entitas tidak
ditemukan. Secara
normatif terbitnya
Juknis tersebut dapat
mendorong
dilaksanakannya
pemeriksaan kinerja
secara ekstensif.
Juknis tersebut
memiliki posisi
strategis dalam
menunjang
keberhasilan
pemeriksaan kinerja
BPK RI mengingat
pentingnya kriteria
dalam pemeriksaan
kinerja. Kini
pemeriksa pun
seharusnya tidak lagi
mengalami kesulitan
dalam
mengembangkan
kriteria yang
berkualitas karena
Juknis dimaksud
telah memberi
beberapa contoh
kriteria. Namun
demikian,
pelaksanaan Juknis
tersebut dalam
nampaknya belum
sesuai harapan.
Sampai sekarang
masih banyak
pemeriksa
mengalami kesulitan
merumuskan kriteria
yang memenuhi
syarat sesuai
ketetapan Juknis.
Salah satu sumber
masalah yang
teridentifikasi dari
pelaksanaan
pemeriksaan kinerja
yang telah dilakukan
selama ini adalah
absennya penjelasan
mengenai
proses berpikir
yang melandasi cara
membuat rumusan
kriteria. Juknis
hanya memberikan
contoh produk
kriteria namun tidak
menguraikan
langkah yang perlu
dilakukan untuk
menghasilkan
kriteria tersebut. Di
samping itu, Juknis
juga tidak
menyediakan
alat bantu
(decision aid)
untuk menghasilkan
kriteria yang andal,
objektif, dapat
diperbandingkan,
bermanfaat, dapat
diterima, dan
relevan. Ketiadaan
penjelasan mengenai
proses berpikir dan
alat bantu tersebut
pada akhinya
membuat proses
perumusan kriteria
menjadi bertele-tele
dan tidak efisien
(juga tidak efektif,
barangkali).
Makalah ini ditulis
untuk
mengeskplorasi dua
hal penting yang
belum diakomodasi
dalam Jukinis
tersebut sekaligus
mengajukan sebuah
konsep praktis yang
dapat membantu
pemeriksa dalam
menyusun kriteria
dengan lebih baik,
yaitu
matriks kriteria
kinerja
. Keberhasilan
penerapan konsep ini
© Eko Yulianto 2013
Penetapan Kriteria
Pemeriksaan Kinerja
Berbasis GMM yang
Disempurnakan 2
di Perwakilan
Kendari dan
Yogyakarta
1
juga menjadi alasan
ditulisnya makalah
ini. Meski ukuran
keberhasilan tersebut
mungkin sangat
subjektif, namun
penulis setidaknya
telah memperoleh
tanggapan positif
dari para pemeriksa
dan beberapa pejabat
entitas yang
diperiksa. Para
pemeriksa pada
umumnya
menyatakan bahwa
matriks tersebut
memudahkan
mereka dalam
memahami esensi
kinerja beserta
ukuran-ukurannya.
Beberapa pejabat
entitas pun
menyatakan bahwa
matriks tersebut
mudah dipahami dan
membantu mereka
dalam
mengidentifikasi
berbagai kelemahan
yang terjadi dalam
kegiatan yang
mereka jalankan.
Makalah ini dibagi
dalam
beberapa bagian.
Setelah ini sebuah
landasan penting
yang mendasari
penetapan kriteria
kinerja, yaitu
good management
model,
akan dipaparkan
.
Berturut-turut,
makalah ini
kemudian akan
mengelaborasi
proses pembentukan
matriks kriteria
kinerja, penerapan
penyusunan kriteria
dengan matriks
tersebut, dan
beberapa aspek
penting terkait
implikasi penerapan
matriks dalam
pemeriksaan kinerja
di BPK RI.
2.
Good
Management
Model
sebagai Basis
Kriteria
Pemeriksaan
Kinerja
Kriteria pemeriksaan
kinerja merupakan
standar yang masuk
akal
(reasonable)
dan dapat dicapai
(attainable)
yang akan digunakan
untuk menilai
ekonomi, efisiensi,
dan efektivitas dari
sebuah kegiatan.
Kriteria
mencerminkan
norma atau model
ideal yang
menunjukkan
praktik terbaik,
sebuah harapan
orang mengenai apa
yang seharusnya
dilakukan (Intosai,
2004)
2
. Di dalam Juknis
dinyatakan bahwa
kriteria pemeriksaan
kinerja terutama
bersumber dari
entitas yang
diperiksa. Kriteria
tersebut dapat
berupa standar,
ukuran, hasil, target,
dan komitmen yang
ditetapkan oleh
entitas atau lembaga
legislatif. Kriteria
bisa juga diperoleh
dari kinerja entitas
pada masa lalu atau
peraturan
perundang-undangan
terkait yang
mengatur entitas.
Selain itu, kriteria
bisa bersumber dari
praktik terbaik dari
kegiatan serupa,
standar yang
ditetapkan organisasi
professional dan
berterima umum
atau bahkan
informasi dan ilmu
pengetahuan yang
telah dibakukan.
Juknis membedakan
dua jenis kriteria:
hasil dan proses.
Kriteria hasil
berorientasi pada
penilaian secara
langsung terhadap
masukan
,
keluaran
,
atau dampak dari
sebuah kegiatan.
Sedangkan kriteria
proses
menitikberatkan
pada penilaian
proses yang
mengolah masukan
menjadi keluaran.
Untuk kriteria
terakhir, Juknis
meminta pemeriksa
untuk
mengembangkan
kriteria sendiri
dengan berdasarkan
praktik pengelolaan
yang baik, atau yang
disebut sebagai
better management
practice.
Bila dilacak
sejarahnya,
pendekatan untuk
kriteria proses itu
sebelumnya dikenal
sebagai
good
management model.
Penulis berpendapat
bahwa istilah ini
sebenarnya lebih
tepat untuk
1
Antara lain
Pemeriksaan Kinerja
Program Bahteramas
Provinsi Sultra,
PDAM Kota Kendari,
Dinas Perizinan Kota
Kendari, RSUD Kota
Yogyakarta, dan
Program Jamkesda
Provinsi DIY.
2
Intosai. 2004.
Implementation
Guidelines for
Performance Auditing:
Standards and
guidelines for
performance auditing
base
d on INTOSAI’s
Auditing Standards and
practical experience
.
Http://www.....
© Eko Yulianto 2013
Penetapan Kriteria
Pemeriksaan Kinerja
Berbasis GMM yang
Disempurnakan 3
menggambarkan
pendekatan tersebut.
Alasannya, selain
cocok secara
semantik, istilah
tersebut sudah lazim
digunakan oleh
lembaga-lembaga
audit beberapa
negara, seperti
Inggris dan Belanda
(Put, 2011).
3
Seperti tercermin
dalam istilahnya,
GMM pada
hakekatnya
merupakan sebuah
gagasan yang
digunakan untuk
menggambarkan
praktik manajemen
yang dapat
menjamin
terlaksananya
sebuah kegiatan
dengan baik, yang
dalam konteks
kinerja berarti
ekonomis, efisien,
dan efektif. Sebagai
sebuah konsep,
GMM dapat
dikatakan sebagai
simplifikasi dari
enam fungsi
manajemen yang
digagas oleh Henry
Fayol (1841-1925),
yang terdiri
forecasting,
planning, organizing,
commanding,
coordinating
dan
controlling
. Gagasan yang
diusung GMM
sangat sederhana.
GMM
menggambarkan tiga
aktivitas utama yang
harus dilakukan
ketika kita akan
merancang dan
menjalankan sebuah
kegiatan, yaitu
perencanaan
,
pelaksanaan
, dan
pemantauan.
Logika GMM adalah
sebuah kegiatan
akan sukses apabila
direncanakan secara
memadai,
dilaksanakan sesuai
rencana, dan
dipantau atau
dievaluasi. Dengan
kata lain,
perencanaan,
pelaksanaan, dan
pemantauan kegiatan
yang dilakukan
dengan baik dan
benar akan
membantu
pencapaian tujuan
kegiatan yang telah
direncanakan. Ketiga
tahapan itu
menggambarkan
sebuah pola yang
dapat membantu
manajemen dalam
mencapai kinerja
yang tinggi. Untuk
menjelaskan
penerapan konsep
ini, mari kita ambil
contoh sederhana:
kegiatan Diklat
Pemeriksaan Kinerja
untuk Ketua Tim.
Kegiatan ini
bertujuan untuk
meningkatkan
pengetahuan dan
ketrampilan para
ketua tim di bidang
pemeriksaan kinerja.
Ukuran kesuksesan
diklat ini adalah
bertambahnya
pengetahuan dan
ketrampilan seluruh
peserta diklat
mengenai
pemeriksaan kinerja.
Jika ingin mencapai
tujuan ini, maka kita
harus melakukan
tiga tahapan GMM.
Pertama, kita harus
membuat rencana
yang baik. Dalam
hal ini kita harus
merancang jadwal,
menyiapkan materi,
menghubungi
pengajar yang
kompeten,
menentukan syarat
dan jumlah peserta,
merancang metode
evaluasi,
menyiapkan
post-test
, menyiapkan
peralatan pendukung
dan lain sebagainya.
Intinya, pada tahap
ini kita harus
menyiapkan dan
merencanakan
segala sesuatu yang
diperlukan agar
diklat berjalan
dengan baik. Pada
tahap kedua, setelah
melakukan
perencanaan matang,
kita kemudian
melaksanakan diklat
dimaksud. Pada
tahap ini kita
menjalankan semua
hal yang telah
direncanakan. Agar
sesuai rencana, kita
harus memperoleh
peserta yang
memenuhi syarat,
memperoleh
pengajar yang
kompeten,
melaksanakan diklat
sesuai jadwal,
menyediakan
konsumsi yang
berkualitas, dan
menggunakan
peralatan yang
disediakan. Terakhir,
pada tahap
pemantauan, kita
melakukan
pengawasan dan
evaluasi terhadap
seluruh aktivitas
yang dilakukan pada
tahap perencanaan
dan pelaksanaan.
Kita akan menilai
apakah pengajar dan
peserta pelatihan
yang dilibatkan telah
sesuai kualifikasi
yang ditentukan.
Kita juga akan
menilai apakah
pelatihan dilakukan
sesuai dengan jadwal
yang ditentukan
dengan materi yang
sesuai dengan
standar yang telah
ditetapkan. Lalu,
yang tidak kalah
penting, penilaian
juga perlu dilakukan
untuk memastikan
bahwa peserta
pelatihan telah
memperoleh
tambahan
pengetahuan dan
ketrampilan
mengenai
pemeriksaan kinerja.
Tahap evaluasi ini
biasanya dilakukan
dengan meminta
peserta untuk
mengikuti
3
Put, V. 2011.
“
Norms used: some
strategic
considerations from
The Netherlands and
the UK
”
dalam
Performance Auditing:
Contributing to
Accountability in
Democratic
Government
(Editor Londsdale, J.
et al.). Edward Elgar.
Cheltenham, UK. 75
–
94.
Job Board
About
Press
Blog
Stories
We're hiring!
Help
Terms
Privacy
Copyright
Send us Feedback
Academia ©2014